Anda di halaman 1dari 8

TINGKAT STRES REMAJA PANTI ASUHAN YATIM

MUHAMMADIYAH GEDEG DAN


MUHAMMADIYAH 2 MERI
MOJOKERTO

RISKY NOR HAFIFAH


11001088

Subject : Tingkat Stres, Remaja, Panti Asuhan

DESCRIPTION
Stres adalah renspons tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap
tuntutan atau beban atasnya. Stres pada remaja terjadi karena kondisi pikiran
remaja yang labil dan belum sepenuhnya kuat secara mental dan spiritual. Tujuan
dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat stres remaja panti asuhan
yatim muhammadiyah gedeg dan muhammadiyah 2 meri.
Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan rancang bangun
penelitian survei, populasi pada penelitian ini 15 responden, pengambilan sampel
dengan total sampling. Teknik dan Instrumen pengumpulan data dengan
kuesioner DASS (Depresion Anxiety Stress Scale).Variabel dalam penelitian ini
adalah Tingkat Stres Remaja Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Gedeg dan
Muhammadiyah 2 Meri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Panti Asuhan
Yatim Muhammadiyah Gedeg dan Muhammadiyah 2 Meri mengalami stres
sedang yaitu dengan prosentase 60%.
Hasil analisa data didapatkan bahwa remaja mengalami tingkat stres sedang,
remaja mudah marah, mudah gelisah, mudah merasa kesal, remaja sulit untuk
relaksasi, kesulitan untuk tenang, mudah tersinggung, tidur larut malam, tertekan
dengan peraturan – peraturan yang ada di panti asuhan, tuntutan kebutuhan
pribadi belum terpenuhi, mengalami gangguan pada lambung, remaja putri sering
mengalami gangguan pada menstruasinya, tumbuhnya jerawat pada remaja laki-
laki maupun perempuan.
Upaya remaja Panti Asuhan dalam menghadapi tuntutan hidup untuk
mengurangi tingkat stres remaja mengajak peneliti untuk jalan-jalan pagi dan sore
ke sawah sekitar Panti Asuhan, senang berdikusi / sharing, remaja sering berada
diluar Panti seperti kegiatan futsal / sepak bola sore, bulu tangkis sore. Hal ini
menunjukan bahwa remaja telah berupaya mengurangi stres yang terjadi pada diri
remaja dan pengasuh panti telah berupaya untuk memberi sedikit kebebasan
kepada anak asuhnya.

ABSTRACT
Stress is the body rensponses that is not specific to any demands or load it.
Stress occurs in teenagers because they are unstable state of mind and don’t have
fully mentally and spiritually strong. The purpose of this study to describe the
stress level of teenagers in the Orphanage of Muhammadiyah at Gedeg and the
Orphanage of Muhammadiyah 2ndat Meri in Mojokerto.
The design of this study used a descriptive research by using survey, the
population of this study is 15 respondents, sampling in this study is the total
sampling. The techniques and instruments of collecting data are questionnaire of
DASS ( Depression Anxiety Stress Scale ). The variables in this study are the
Stress Level of teenagers in the Orphanage of Muhammadiyah at Gedeg and the
Orphanage of Muhammadiyah 2ndat Meri in Mojokerto.
The results showed that most teenagers in the Orphanage of
Muhammadiyah at Gedeg and the Orphanage of Muhammadiyah 2 ndat Meri in
Mojokerto have middle stress as many 60 %.
The results of the data analysis showed that teenagers experience middle of
stress, easy irritability, easy agitated, easy upset, difficult relaxating, irritability,
sleepless, depressed by the rules in the orphanage, unfulfilled personal needs,
gastric disorders, the girls often experience a disruption in menstrual, having
pimple in man and women teenagers.
The efforts of teenagers in orphanage have the life demands to reduce stress
levels teenagers that invite the writer to take walk in the field around orphanage
every morning and afternoon, happy informal discussion / sharing, they often
have outdoor activities, such as futsal / football, badminton. This shows that
teenagers have attempted to reduce the stress that occurs in teenagers and the
caregivers have attempted to give a little freedom to their students.
Keywords : Stress, Teenagers, Orphanage

Contributor : Nurul Hidayah, M. Kep


Yudha Laga HK, S. Psi
Date : 17 Mei 2014
Type Material : Laporan Penelitian
URL :
Right : Open Document
Summary :

LATAR BELAKANG
Stres yang di alami oleh remaja saat ini merupakan suatu respon yang
kurang menyenangkan, berbagai keadaan dan tuntutan yang melebihi dari
kemampuan individu (remaja) dalam mengatasi dan akan berdampak pada
kondisi fisik dan psikis remaja. Panti asuhan sebagai pengganti fungsi keluarga
yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial
kepada anak asuh serta memberikan bekal dasar yang dibutuhkan anak asuh
untuk perkembangannya. Sebagian dari remaja yang tinggal di Panti Asuhan
mengalami hambatan dalam kehidupannya seperti dilecehkan, dijauhi oleh teman
sebayanya, kurangnya perhatian dari pengasuh panti, terlalu tertekan dengan
peraturan-peraturan di panti asuhan, tidak adanya kebebasan berpendapat,
tuntutan kebutuhan pribadi yang tidak terpenuhi saat di panti. Hal itu akan
mengganggu kesehatan fisik dan emosi remaja, menghancurkan motivasi untuk
mencapai cita-cita mereka.
Direktur Jend. Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan,
Supriyantoro (Anonim, 2011) , menyatakan bahwa populasi orang dewasa di
Indonesia yang mencapai 150.000.000 jiwa, sekitar 11,6% atau 1.740.000 jiwa
dewasa terutama remaja mengalami gangguan mental emosional atau gangguan
kesehatan jiwa berupa kecemasan, stres dan depresi. Menurut WHO (dalam
Maramis, 2004 ) melaporkan bahwa 5 - 15 % dari anak –anak antara 3 -15 tahun
mengalami gangguan mental emosional yang peresistent dan menggagu hubungan
sosial pada anak-anak. Bila kira –kira 40% penduduk negara kita ialah dibawah
15 tahun (dinegara yang sudah berkembang sekitar 25%), dapat di gambarkan
besarnya masalah (ambil saja 5% dari 40% dari katakan saja 120.000.000
penduduk anak - anak, maka di negara kita terdapat kira-kira 2.400.000 orang
anak yang mengalami gangguan jiwa).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan metode
wawancara terhadap 5 responden pada tanggal 26 Februari 2014 di Panti Asuhan
Yatim Muhammadiyah Gedeg dan Muhammadiyah 2 Meri didapatkan 60%
mengalami stres berat karena tekanan dan peraturan-peraturan di Panti Asuhan
selain itu remaja di panti sehabis pulang sekolah dituntut untuk langsung pulang
ke panti, mendekan di dalam kamar, tuntutan belajar yang terlalu berlebihan saat
di panti, dan 40% stres sedang karena para remaja dihadapkan pada ujian akhir
sekolah.
Menurut Hans Selye (Hidayat, 2004 : 50) stres sebenarnya adalah kerusakan
yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Banyak
faktor baik besar maupun kecil yang dapat menghasilkan stres dalam kehidupan
remaja seperti beberapa kejadian – kejadian kecelakaan kendaraan, atau kematian
seorang teman dapat menghasilkan stres. Kejadian sehari – hari seperti tugas
sekolah dan pekerjaan yang berlebihan, merasa frustasi karena kondisi keluarga
yang tidak menyenangkan, atau hidup dalam kemiskinan, juga dapat
menghasilkan stres. Penyebab utama ketegangan dan stres pada remaja berasal
dari hubungan teman (saling mengolo’olo’kan sesama teman) dan keluarga
(perbedaan pendapat), tekanan peraturan dalam keluarga, tidak terpenuhinya
harapan diri sendiri dan orang lain. Sumber penyebab stresor terdapat pada badan
(somatogenik), lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun psike (psikogenik).
Masalah yang dialami oleh remaja saat ini merupakan manifestasi dari stres,
seperti depresi, kecemasan, pola makan tidak teratur, pola tidur kurang,
penyalahgunaan obat sampai penyakit yang berhubungan dengan fisik seperti
pusing serta ngilu pada sendi. Pada orang dewasa, stres bisa berefek negatif pada
tubuh begitu juga dengan remaja, hanya saja perbedaannya pada sumber stressor
dan bagaimana remaja merespon penyakit tersebut. (Nasution, 2007 hlm : 5)
Menurut pengasuh panti asuhan (PAY Muhammadiyah Gedeg dan
Muhammadiyah Meri) anak asuh mereka tidak lepas dari peraturan dan batasan
yang telah ditetapkan oleh panti asuhan, remaja akan merasa terkekang dan
dibatasi perilakunya serta kehidupan yang serba mandiri.
Dilihat dari pentingnya masalah tingkat stres pada remaja panti asuhan,
sebagian besar remaja masalah - masalah dalam kehidupan mereka akan
berdampak pada tingkat stres yang dialami remaja, serta berdampak pula pada
kehidupan perkembangan remaja.
Perawat yang bekerja di Puskesmas ataupun Instansi Rumah Sakit lainnya
dapat melakukan perannya sebagai Konselor dalam mengatasi stres yang terjadi
pada remaja dengan dilakukan berbagai cara seperti pendekatan perilaku,
kognitif, meditasi, hypnotis, dan terapi musik. Dapat pula melakukan pembinaan
terhadap remaja panti asuhan yang berkaitan dengan sisi-sisi psikologis misalnya
bagaimana cara menguasai, mentoleransi, mengurangi, dan meminimalkan
peristiwa-peristiwa yang memicu stress.

METODOLOGI PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah Deskriptif , rancang bangun penelitian
dalam penelitian ini adalah survei. Variabel pada penelitian ini adalah Tingkat
Stres Remaja Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Gedeg dan Muhammadiyah 2
Meri. Penelitian ini dilakukan 15 – 29 April 2014 di panti asuhan yatim
Muhammadiyah Gedeg dan Muhammadiyah 2 Meri. Remaja awal (usia 12 - 18
tahun) rentan terhadap stres terutama remaja yang tinggal di panti asuhan mereka
merasa terkekang dengan peraturan panti, kurangnya pemenuhan kebutuhan
hidup. Hal itu akan mempengaruhi tingkat stres remaja. Alat ukur menggunakan
Kuesioner DASS-42 indikator DASS sebagai berikut : Fisik, Psikologis/ Emosi,
Perilaku. (Sumber : Psychometric Properties of The DASS-42)
Populasi dalam penelitian ini adalah Remaja Panti Asuhan Yatim
Muhammadiyah Gedeg yang berjumlah 8 Remaja dan Muhammadiyah 2 Meri
berjumlah 7 Remaja dengan usia remaja awal 12 - 18 tahun. Sampling pada
penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel Total sampling yaitu
teknik pengambilan sampel dari keseluruhan populasi sebanyak 15 Remaja Panti
Asuhan Yatim Muhammadiyah Gedeg dan Muhammadiyah 2 Meri. (Dahlan,
2009: 18).
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara melakukan
pembagian lembar kuesioner yang diisi oleh seluruh responden di Panti Asuhan
Yatim Muhammadiyah Gedeg dan Muhammadiyah 2 Meri. Selama penelitian,
peneliti membagikan kuisoner kepada semua responden dengan terlebih dahulu
melakukan informed consent kepada responden dan menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian. setelah kuisoner diisi oleh responden kuisoner dikumpulkan
untuk dilakukan tabulasi dan scoring.
Untuk memperoleh data dari klien peneliti menggunakan Kuisioner (Rating
Question) DASS (Depression Anxiety Stress Scale) dalam bentuk Cheklist dan
Wawancara, disusun secara sistematis, terstruktur dan berdasarkan pada tujuan
penelitian. Instrumen DASS terdiri dari 42 untuk Item skala stres adalah nomor
pertanyaan 1 , 6 , 8 , 11 , 12 , 14 , 18 , 22 , 27 , 29 , 32 , 33 , 35 , 39. Untuk
indikator stres sebagai berikut : Fisik : 12, Psikologis / Emosi: 1, 6, 11, 18, 27, 29,
32, 33, , 39, Perilaku : 8, 14, 22, 35. (Sumber : Psychometric Properties of The
DASS - 42). Dan akan diinpretasikan dengan skala :
Normal : 0-14
Stres Ringan : 15-18
Stres Sedang : 19-25
Stres Berat : 26-33
Sangat Berat : 34+
Lovibond (dalam Nursalam, 2011: 200)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilaksanakan di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah
Gedeg dan Muhammadiyah 2 Meri pada tanggal 15 - 29 April 2014 didapatkan
hasil prosentase data khusus dari responden bahwa remaja Panti Asuhan Yatim
Muhammadiyah Gedeg dan Muhammadiyah 2 Meri mengalami tingkat stres
normal sebanyak 1 responden (7%), tingkat stres ringan sebanyak 5 responden
(33%), tingkat stres sedang sebanyak 9 responden (60%).
Menurut Hans Selye (Hidayat, 2004: 55) stres merupakan renspons tubuh
yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Dikatakan
stres apabila seseresponden mengalami beban tugas yang berat tetapi responden
tersebut tidak dapat mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan berespon
dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga responden tersebut
mengalami stres. Menurut Hidayat, 2004 hlm : 56 sumber stresor merupakan asal
dari penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti
sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenaan konflik yang terjadi
antara keinginan dan kenyataan berbeda. Selain itu sumber stres berasal dari
dalam keluarga seperti masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda
diantara keluarga permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang
dinamakan stres. Hal ini merupakan permasalahan yang terjadi pada remaja tidak
sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres
dan remaja yang mengalami tingkat stres sedang mengakui bahwa stres terjadi
dari diri sendiri seperti keinginan yang tidak tercapai dalam masalah ekonomi
mereka pribadi, remaja tidak bisa mencari nafkah sendiri.
Hasil analisa data yang didapat dari tabulasi, menunjukkan bahwa remaja di
panti asuhan mengalami tingkat stres sedang dan dapat dijelaskan dari hasil
tabulasi setiap poin-poin soal kuesioner dengan indikator fisik, psikologis /
emosional dan perilaku. Hasil analisa didapatkan indikator fisik bahwa remaja
merasa banyak menghabiskan energi karena cemas dengan hasil 11 responden
(73%). Hal ini didukung oleh teori Walter Canon (dalam Sarafino, 2008) bahwa
tahap reaksi tubuh terhadap stres yaitu pada Stage of Exhaustion respon fisiologis
masih terus berlangsung. Dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan
menguras energi tubuh. Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus
terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat
menyebabkan kematian. Hal ini juga didukung oleh teori Van Amberg (dalam
Hidayat, 2004: 59) bahwa stres remaja terjadi pada tingkat stres sedang akan
mengalami hal seperti bangun tidak segar atau letih, lekas capek jika menjelang
sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak
nyaman, jantung berdebar dan punggung tegang, defekasi tidak teratur (kadang
kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit
untuk tidur kembali, koordinasi tubuh treganggu dam mau jatuh pingsan. Selain
itu didukung oleh teori Needlman (dalam Nasution, 2007 hlm : 17) menyatakan
bahwa sumber stres remaja berasal dari Biological stress dimana pada umumnya
perubahan fisik pada remaja terjadi sangat cepat, dari umur 12-14 tahun pada
remaja perempuan dan antara 13 dan 15 tahun pada remaja laki-laki. Tubuh
remaja berubah sangat cepat, remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya.
Jerawat juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi mereka yang mempunyai
pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Saat yang sama, remaja menjadi
sibuk di sekolah, bekerja dan besosialisasi, sehingga dapat membuat remaja
kekurangan tidur. Hasil dari penelitian, mengatakan bahwa kekurangan tidur
dapat menyebabkan stres. Stres ini akan sangat berpengaruh pada kondisi fisik
remaja, sebab apabila fisik remaja terganggu maka remaja akan sulit melakukan
aktifitas rutin dan remaja akan mengalami kelelahan yang meningkat sehingga
ketegangan otot meningkat. Saat dilakukan diskusi bersama remaja panti asuhan
bahwa remaja sering sulit untuk beristirahat dikarenakan remaja sibuk dengan
sekolahnya dan remaja belajar sampai larut malam sehingga remaja selalu tidur
larut malam, mengalami gangguan pada lambung, remaja putri sering mengalami
gangguan pada menstruasinya, tumbuhnya jerawat pada remaja. Seperti salah satu
remaja di panti asuhan sering mengalami epistaksis. Hal tersebut dikarenakan
remaja sering mengalami kelelahan, kelelahan tersebut dikarenakan remaja
mengalami stres, oleh karena itu remaja mengalami gangguan stres fisik.
Pada indikator psikologis / emosi remaja menjadi marah karena hal-hal
kecil/sepele sebanyak 14 responden (93%), cenderung bereaksi berlebihan pada
situasi 15 responden (100%), mudah merasa kesal 14 responden (93%), mudah
tersinggung 12 responden (80%), mudah marah 15 responden (100%), kesulitan
untuk tenang setelah sesuatu yang menggangu sebanyak 14 responden (93%),
sering berada pada keadaan tegang sebanyak 12 responden (80%), mudah gelisah
sebanyak 13 responden (87%). Hal ini didukung oleh teori Walter Canon stres
(dalam Sarafino, 2008) dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas
kognitif. Dan teori Maslach, Schachter & Singer, Scherer (dalam Sarafino, 2008)
bahwa emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan
keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat
mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres
yaitu rasa takut, fobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah
(Sarafino, 2008). Selain itu didukung oleh teori Folkman (dalam Nasution, 2007
hlm : 7) jenis-jenis stresor psikologis, yaitu Tekanan (pressures) terjadi karena
adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun
tuntutan tingkah laku tertentu. Stres pada remaja akan menggangu kondisi
psikologis / emosional remaja dalam menggapai cita-cita remaja, maka kognisi
remaja yang diusia muda akan melemah dan dapat meyebabkan sifat pelupa.
Remaja jika dihadapkan dengan suatu masalah yang membuatnya mereka tegang,
remaja akan cenderung mudah bersedih / mengalami ketakutan karena reaksi
emosionalnya ketika menghadapi stresor akan nampak saat remaja menyendiri
dan menjauh dari kelompok sosialnya. Remaja yang tinggal di panti asuhan
merasa tertekan dengan peraturan – peraturan yang ada di panti asuhan.
Penekanan inilah yang mengganggu kondisi psikis remaja, sebab remaja jika
mengalami penekan ia akan memberontak / sedih bahkan marah tanpa jelas dan
jika remaja tidak mampu mengatasinya / menghindar dari sumber stres maka
remaja panti asuhan dapat mengalami kegelisahan.
Hasil analisa selanjutnya didapatkan pada indikator perilaku bahwa remaja
sering mengalami kesulitan untuk relaksasi sebanyak 13 responden (87%), merasa
tidak sabaran 15 responden (100%), sulit untuk beristirahat 15 responden (100%).
Hal ini didukung oleh teori Walter Canon (dalam Sarafino, 2008) bahwa stres
yang terjadi pada remaja dapat mengubah perilaku remaja terhadap orang lain.
Remaja dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Stres yang diikuti
dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat
sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif (Donnerstein & Wilson dalam
Sarafino, 2008). Remaja panti asuhan pada remaja laki-laki cenderung berperilaku
negatif saat di lingkungan luar sekolah maupun luar panti asuhan, dimana remaja
laki-laki sering mengkonsumsi rokok secara sembunyi-sembunyi. Saat uang saku
habis untuk digunakan pembelian rokok remaja yang memiliki orang tua, mereka
menuntut uang saku agar lebih. Hal itu akan meningkatkan rasa marah remaja
terhadap orang tua mereka apabila orang tua remaja tidak dapat memenuhi
kemauan anaknya, remaja akan merasa kesulitan untuk istirahat sebab keinginan
remaja tidak sejalan dengan kebutuhan hidup remaja. Selain itu remaja yang tidak
sabaran ia terlihat over aktifitas dalam bergaul. Berbeda dengan remaja
perempuan dalam menghadapi stresor ia dapat berperilaku positif seperti menulis /
mengarang cerpen (cerita pendek) dan menulis puisi.
Stres yang terjadi pada remaja tidak hanya mengalami stres psikologis akan
tetapi pada stres fisik, oleh karena itu diharapkan baik pengasuh panti maupun
orang tua remaja agar memotivasi dan membimbing remaja dalam menghadapi
tuntutan kehidupan sehari-harinya. Upaya remaja Panti Asuhan Yatim
Muhammadiyah Gedeg dan Muhammadiyah 2 Meri dalam menghadapi tuntutan
hidup untuk mengurangi tingkat stres, kecemasan dan depresi remaja mengajak
peneliti untuk jalan-jalan pagi dan sore ke sawah, senang berdikusi / sharing
dengan peneliti tentang banyak hal, mulai bersemangat dibuktikan dengan remaja
sering belajar lebih giat untuk menggapai cita-citanya, sosialisasi sesama teman
sebaya dan orang lain terjalin dengan baik dibuktikan dengan remaja sering
berada diluar Panti seperti kegiatan futsal / sepak bola sore, bulu tangkis sore,
untuk bertemu dengan semua remaja panti asuhan terlebih dahulu harus membuat
janji pertemuan. Hal ini menunjukan bahwa remaja telah berupaya mengurangi
stres yang terjadi pada diri remaja.

SIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dilakukan tentang
Tingkat Stres Remaja Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Gedeg dan
Muhammadiyah 2 Meri didapatkan hasil Tingkat Stres Sedang sebanyak 9
Remaja (60%).
Stres yang terjadi pada remaja tidak hanya mengalami stres psikologis akan
tetapi pada stres fisik seperti saat dilakukan diskusi bersama remaja panti asuhan
didapatkan bahwa remaja merasa mengalami gangguan pada lambung, remaja
putri sering mengalami gangguan pada menstruasinya, tumbuhnya jerawat pada
remaja.

REKOMENDASI
1. Bagi Responden
Diharapkan dapat menjaga fisik maupun psikologis agar stres pada remaja
dapat berkurang.
2. Bagi Panti Asuhan
Diharapkan pengasuh panti asuhan mampu memberikan perhatian,
memberikan motivasi, memberikan dukungan moral lebih kepada anak
asuhnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan desain yang
berbeda seperti desain analitik, dengan jumlah responden diperbanyak
agar hasil yang diteliti dapat akurat serta dapat mengembangkan
penelitian kearah yang lebih luas mungkin tentang pola asuh pengasuh
panti asuhan terhadap kejadian stres, depresi, cemas pada remaja panti asuhan
dengan menggunakan alat ukur DASS (Depression Anxiety Stress Scale)

ALAMAT CORRESPONDENSI
Email : nh_risky@yahoo.co.id
No. HP : 085231833326
Alamat : Prajekan Bondowoso, Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai