Disusun
OLEH:
1. MUTIA AMALIA
2209200050008
2. SAFRANOVI
3. ERLINA DEVAYANI
4. USWATUN NURUL HASANAH
5. NURHAFNI
DAFTAR ISI...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................1
BAB II INTISARI BUKU......................................................................................2
2.1. Studi Perkembangan Manusia.................................................................2
2.2. Definisi Ilmu Pengetahuan......................................................................2
2.3. Metode Penyelidikan Ilmiah....................................................................3
2.4. Teori: Definisi, Fungsi, dan Kriterianya..................................................4
2.5. Mengevaluasi Teori.................................................................................5
2.6. Unsur-Unsur Teori : Variabel, Konstruk, dan Hipotesis.........................5
2.7. Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Teori......................................6
2.8. Teori – Teori Perkembangan: Tinjauan Sekilas......................................6
2.9. Model – Model Maturasional dan Biologis.............................................7
2.10. Model Psikodinamika..............................................................................8
2.11. Model Behavioral....................................................................................9
2.12. Model Kognitif – Developmental..........................................................10
2.13. Tren dan Isu Dalam Perkembangan Manusia........................................12
2.14. Tren Umum Dalam Perkembangan Manusia Dari Sistem Tanggapan
Global Menuju Sistem Tanggapan Diskrit............................................13
2.15. Meningkatnya Kompleksitas.................................................................14
2.16. Meningkatnya Penyatuan (Integrasi) dan Peragaman (Differensiasi)...14
2.17. Menurunnya Egosentrisme....................................................................14
2.18. Berkembangnya Otonomi Sosial...........................................................15
2.19. Hakikat Perkembangan..........................................................................15
2.20. Model Ekologis Perkembangan Manusia..............................................17
2.21. Proses yang Mengarahkan Perkembangan............................................19
2.22. Pentingnya Umur...................................................................................19
i
2.23. Kecepatan Perkembangan dan Periode-Periode Kritis atau Sensitif.....20
2.24. Bentuk Perkembangan...........................................................................21
2.25. Perbedaan Individu................................................................................23
2.26. Bagaimana Orang Mengkaji Perkembangan.........................................24
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................27
3.1 Ikhtisar Isi Buku....................................................................................27
3.2 Kelebihan Buku.....................................................................................30
BAB IV PENUTUP..............................................................................................31
4.1 Kesimpulan............................................................................................31
4.2 Saran......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan book report ini
adalah:
1. Untuk merangkum seluruh intisari buku mengenai ide-ide penting perkembangan
manusia.
2. Untuk memperluas pengetahuan mengenai manusia dan perkembangan
potensinya, serta sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan sebagai
manusia yang berintegritas, bermoral, berkembang, dan berinteraksi secara
maksimal dan penuh tanggung jawab.
1
BAB II
INTISARI BUKU
1.
2.
1.
2.
2.1.
2.1.1.
2.2. Definisi Ilmu Pengetahuan
2.2.
Salkind mengutip penelitian Jacob Brownowski (1977) seorang ahli
matematika terkenal yang mendefiniskan ilmu pengetahuan (science) sebagai
kegiatan manusia untuk menemukan keteraturan di alam semesta dengan cara
2
menyusun fakta-fakta tak berarti yang tercerai berai menjadi konsep-konsep yang
berlaku universal. Ilmu pengetahun adalah proses di mana kita menyusun kepingan-
kepingan informasi. Proses ini memberikan makna dan arti penting bagi unsur-unsur
pengetahuan yang sebelumnya tidak berkaitan dan kabur sama sekali. Ilmu
pengtahuan juga merupakan proses dimana orang memunculkan ide dan arah-arah
yang baru.
Ilmu pengetahuan adalah cara kita menjalin berbagai fakta atau pengetahuan
menjadi satu sehingga membentuk sesuatu yang berbeda dari apa yang ada sebelum
proses tersebut dilakukan. Ilmu pengetahuan memiliki sifat dinamis
(menggambarkan cara terjadinya sesuatu) dan juga sifat statis (menggambarkan apa
yang terjadi). Sifat-sifat statis dan dinamis ilmu pengetahuan itu saling berjalin satu
sama lain, karena untuk sebagian masing-masingnya menentukan yang lainnya.
Ketika orang menjalankan ilmu pengetahuan, mereka mengambil pendekatan logis
untuk memecahkan jenis masalah tertentu dan sekaligus juga menghasilkan produk
tertentu. Sebagai contoh, melalui penelitian dan eksperimentasi yang intensif
(proses), para ilmuwan berhasil mengembangkan sejenis vaksin (produk) yang bisa
memberikan kekebalan pada anak-anak dari penyakit polio.
Akhirnya, ilmu pengetahuan juga merupakan proses perbaikan diri, kemajuan
dan kemunduran sama-sama memberikan sumbangan dan membantu memperbaiki
penelitian yang terus berusaha menjawab persoalan tertentu atau untuk memahami
isu tertentu. Melalui proses, ilmu pengetahuan memunculkan jawaban-jawaban yang
memberikan umpan balik berharga bagi para ilmuwan. Dalam pengertian yang paling
dasar, para ilmuwan tidak hendak membuktikan benar atau salahnya ide-ide tertentu,
karena mereka terus menerus bertanya, menjawab dan merumuskan kembali
pertanyaan-pertanyaan.
Metode ilmiah merupakan hal yang penting di bidang apapun dimana
terkandung tujuan penyususn pengetahuan dan pemunculan ide-ide baru. Perlu
diingat bahwa prinsip-prinsip yang terkandung dalam ilmu pengetahuan bisa
diterapkan di semua disiplin ilmiah, entah itu yang berfokus pada psikologi
perkembangan, sejarah, biologi, atau pokok bahasan lainnya.
3
2.3. Metode Penyelidikan Ilmiah
Ilmu pengetahuan yang diketahui manusia dipandang sebagai proses yang
terdiri atas 4 langkah, yaitu:
1. Pengajuan persoalan
2. Identifikasi faktor atau unsur-unsur persoalan yang perlu diteliti
3. Pengjuan persoalan
4. Penerimaan atau penolakan premis yang sebelumnya menjadi landasan persoalan.
Langkah pertama, mengajukan persoalan, berupa munculnya sesuatu yang
menarik perhatian atau sesuatu yang memiliki nilai potensial yang perlu diselidiki
lebih lanjut. Sebagai vontoh ketika kita mengamati bahwa perkembangan kognitif
anak-anak ternyata belangsung dalam tahap yang berbeda dan tidak sama. Banyak
ahli psikologi perkembangan yang telah melakukan pengamatan ini secara informal
dan kemudian mempelajari tahap-tahap tersebut melalui proses identifikasi secara
sistematis.
4
menggunakan metode pengajaran yang lebih tradisional. Salah satu cara yang bisa
digunakan oleh guru untuk menguji persoalan ini busa berupa pembandingan hasil
nilai kelompok murid yang diajar menggunakan dua metode tersebut berdasarkan tes
pemahaman tertentu.
Langkah yang terakhir dalam proses ilmiah adalah menerima atau menolak
premis yang menjadi landasan munculnya persoalan awal. Jika persoalan awal yang
diajukan oleh ilmuwan kemudian dijawab iya, maka sang ilmuwan meneruskan
dengan mengajukan persoalan baru dan membahas persoalan baru tersebut melalui
empat langkah di atas.
LANGKAH CONTOH
5
menjalankannya. Dalam subbagian berikutnya, akan dibahas berbagai mekanisme
yang ada pada ilmu pengetahuan: teori dan unsur-unsurnya, hipotesis, berbagai
konstruk, dan variabel.
2.3.
6
Tabel 2.2 Enam Kriteria Sidman untuk Menilai sebuah Teori
Kriteria Pertanyaan
Daya Cakup Berapa banyak fenomena yang diinput oleh teori
tersebut?
7
2.4.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
a. Variabel
Variable (variable) adalah segala halyang bisa mengandung lebih dari satu
label atau nilai; variabel selalu mewakili gambaran sekumpulan hal. Variabel
penelitian sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
b. Konstruk (construct) adalah kelompok variabel yang saling terkait satu sama
lainnya. Konstruk juga disebut sebagai konsep, dengan pengertian tambahan
yakni ia diciptakan atau digunakan dngen kesengajaan dan kesadaran penih
bagi suat maksud ilmiah yang khusus.
c. Hipotesis (hypothesis) adalah pernyataan yang menjelaskan persoalan yang
diajukan oleh para ilmuwan mereka ketika mereka ingin mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh
variabel tertentu terhadap variabel lainnya.
2.6.
2.7. Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Teori
Teori adalah tulang punggung dari ilmu pengetahuan, tanpa teori kemajuan
ilmu pengtahuan menjadi tidak mungkin. Teori menyediakan kerangka dimana para
ilmuwan menyadari persoalan-persoalan penteing yang hendak diajukan dan metode-
metode yang harus digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan itu. Dalam ilmu
10
pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan fenomena alami atau fenomena social tertentu. Komponen-komponen
dalam pembangunan ilmu adalah fakta, teori, fenomea ,dan konsep.
2.7.
12
2.8.
14
3. Perbedaan perkembangan individu mencerminkan perbedaan riwayat dan
pengalamana masa lalu
4. Perkembangan merupakan hasil dari proses organisasi perilaku-perilaku yang ada
5. Faktor-faktor biologis menentukan batasan umum pada jenis perilaku yang
berkembang, tetapi lingkungan menentukan perilaku yang diperbuat oleh individu
6. Perkembangan individu tidak terkait secara langsung dengan tahapan-tahapan
yang digariskan oleh faktor biologis.
Sudut pandang behavioral memandang anak yang baru lahir sebagai makhluk
yang polos dan tidak berpengetahuan. Ide John Loke mengenai tabula rasa
menggambarkan dengan sangat tepat akar filosofis tradisi behavioral ini. Secara
harfiah, tabula rasa berarti ‘lembaran kosong’. Dari sudut pandang ini, anak yang
baru lahir dipnadang sebagai halaman kertas kosong yang menunggu untuk ditulisi
sesuatu, yang pada saat kelahirannya hanya memiliki refleks-refleks biologi yang
paling dasar.
Karena sudut pandang behavioral menekankan kejadian-kejadian yang
berasal dari lingkungan dan efek-efeknya terhadap organisme, maka tidak heran
apabila variabel yang paling menarik bagi penganut model behavioral adalah
frekuensi perilaku tertentu berlangsung. Dengan menggunakan frekuensi perilaku,
secara tradisional kajian perkembangan hendak memeriksa efek-efek apa yang
dihasilkan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan tertentu terhadap
perilaku.
Model behavioral juga berpendirian bahwa urutan pengalaman merupakan
faktor yang amat penting dalam perkembangan. Meskipun usia dan pengalaman
memiliki keterkaitan, namun dari sudut pandang behavioral usia tidak dianggap
sebagai penentu perilaku; yang lebih tepat, usia hanyalah suatu korelata (sesuatu
yang berlangsung serempak).
Dampak paling penting dari model behavioral bisa dilihat pada kemajuan
yang dihasilkannya pada kegiatan analisis perilaku sistematis, pada perubahan
perawatan dan manajemen perilaku menyimpang, dan penerapan di bidang
pendidikan seperti apa yang dinamakan dengan pengajaran terprogram (programmed
instruction).
15
2.12. Model Kognitif – Developmental
2.12.
Model kognitif-developmental mengenai perkembangan manusia
menekankan peran aktif individu dan bukan peran reaktifnya bagi proses
perkembangan dan peran individu dalam konteks sosial dan kultural tempat ia
berkembang. Asumsi-asumsi dasar model ini adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan terjadi melalui serangkaian tahapan yang memiliki perbedaan
kualitatif
2. Tahapan-tahapan ini selalu mengikuti urutan yang sama, tetapi tahapan itu tidak
selalu berlangsung pada saat yang sama pada setiap individu
3. Tahapan-tahapan ini tersusun secara hierarkis, sedemikian rupa sehingga tahapan
yang terkemudian mencakup karakteristik tahapan yang sebelumnya.
Dalam hal ini, Salkind juga menyebutkan beberapa ciri umum yang terdapat
pada pendekatan kognitif-developmental.
1. Organisme bermula dari keadaan disekulibrium.
2. Keadaan ekuilibrium tidak berlangsung dalam waktu yang sama lamanya dengan
keadaan disekuilibrium.
3. Organisme tidak terus berada dalam keadaan ekuilibrium dan disekuilibrium
selama jumlah waktu yang sama pada setiap tahapan, dan kemajuan dari satu
tahapan ke tahapan lainnya juga tidak berlangsung dalam kecepatan konstan.
4. Disekuilibrium diakhiri dengan perubahan struktural
5. Sejak awal perubahan struktural hingga akhir periode disekuilibrium berikutnya,
terdapat satu kecendrungan pergerakan dari stabilitas maksimum menuju ke
pertumbuhan maksimum.
6. Urutan per tahapnya sudah ditentukan dan pasti
7. Tahapan-tahapan perkembangan individu tidak bisa dilompati atau dihilangkan
dari uturan yang semestinya.
8. Perbedaan setiap tahapan juga menunjukkan perbedaan kualitatif antara yang satu
dan lainnya, dan tahapan selanjutnya didasarkan pada unsur dan pengalaman dari
tahapan-tahapan sebelumnya.
16
Ciri lain dari model kognitif-developmental yang membedakannya dari
model-model teoritis lainnya adalah adanya struktur-struktur psikologis dan bahwa
perubahan struktur yang pokok tergambar pada perubahan-perubahan perilaku yang
terliha nyata. Bentuk-bentuk perubahan ini tergantung pada tingkat perkembangan
individu.
Akar filosofis dari sudut pandang ini bisa ditemukan dalam pendekatan para
penganut paham predeterminisme, seperti yang dilakukan oleh Ausubel & Sullivan
(1970) yang memandang perkembangan sebagai proses differensiasi atau evolusi
bentuk secara kualitatif.
Hal yang paling menarik bagi para ahli psikologi kognitif-developmental
adalah urutan tahapan dan proses peralihan dari ahapan satu ke tahapan berikutnya.
Karena inilah maka para peneliti memfokuskan diri mereka pada rangkaian perilaku
yang terkait dengan tahapan dan korelasinya di berbagai dimensi seperti
perkembangan kognitif atau sosial.
Dampak terbesar dari pendekatan kognitif-developmental adalah pada
berbagai bidang pendidikan. Mengingat kenyataan bahwa kebanyakan penelitian
para teoretisi kognitif-developmental sekitar 50 tahun belakangan ini biasanya
berfokus pada bidang ‘berpikir’, maka hal seperti ini tidak terlalu mengejutkan.
Filsafat dan praktik-praktik pendidikan yang muncul dari pandangan kognitif-
developmental ini menekankan sumbangan unik yang bisa diberikan oleh anak-anak
terhadap kegiatan pembelajaran mereka sendiri melaluyui aktivitas penemuan dan
pengalaman. Anak-anak dimungkinkan untuk menjelajah lingkungan yang cukup
menantang dan menarik sehingga mereka bisa mengalami pertumbuhan dan
kemajuan tahaan perkembangan individu.
17
upayanya menjelaskan bagaimana terjadinya perkembangan, namun mereka semua
mengakui bahwa ada unsur-unsur sama yang mempengaruhi proses, arah atau tren
perkembangan tertentu yang stabil dan menjadi indikator yang pasti mengenai
perubahan pada individu.
Seluruh tren dan isu teoretis mengenai perkembangan manusia yang akan
dibahas dalam bab ini dirangkum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:
Tabel 2.4 Tren dan Isu Teoretis Mengenai Perkembangan Manusia
Tingkat atau laju Adakah periode tertentu yang bersifat sensitif atau
perkembangan kritis pada masa perkembangan, dan jika iya,
bagaimana hal itu terkait dengan tingkat atau laju
perubahan?
18
1.1.
1.1.1.
19
erwujud melalui pemilihan perilaku dan juga kombinasi perilaku menjadi satu
keseluruhan yang menyatu.
20
memberikan efek kecil saja terhadap hasil hasil perkembangan. Sebaliknya, para
teoretisi yang menganut ide-ide semacam gagasan tabula rasa dari John Locke
berpandangan bahwa pikiran seorang bayi yang baru lahir menyerupai selembar
kertas kosong dan bahwa pengaruh lingkunganlah yang memunculkan perubahan
perkembangan yang tidak memiliki dasar biologisnya.
Cara lain untuk meneliti hubungan antara pengaruh heredias dan lingkungan
adalah melalui model interaksional. Dalam model ini, hasil-hasil yang muncul sama
dengan yang tersebut dalam model-model ‘efek terbesar’ diatas. Ketika pengaruh
keduanya sama-sama positif atau sama-sama negatif. Namun apabila interaksi
berlangsung antar pengaruh yang tidak sama sifatnya, ternyata hasilnya
menunjukkan perbedaan tajam yang menarik.
Model interaksional bisa membantu kita menjelaskan efek-efek relatif yang
dihasilkan oleh pengaruh-pengaruh genetik dan lingkungan terhadap perkembangan.
Kecuali jika jelas-jelas ada dominasi dari sekumpulan pengaruh tertentu, entah itu
pengaruh lingkungan atau hereditas, maka yang berlangsung adalah keadaan saling
mempengaruhi antara peran-peran hereditas dan lingkungan.
Pada umumnya, hubungan antara faktor-faktor genetik dan lingkungan
berlangsung sebagai interaksi yang bersifat timbal balik. Pada satu sisi, genotip
memberikan batas-batas mutlak pertumbuhan yang jarang bisa dilampau. Pada sisi
lain, faktor-faktor lingkungan memberikan batas-batas mutlak yang menentukan
sampai sejauhmana potensi genetik seorang individu bisa diwujudkan. Suatu
masyarakat perulu berupaya keras untuk memaksimalkan potensi genetik para
anggotanya dengan menyediakan tatanan lingkungan yang memadai bagi
berlangsungnya perkembangan.
Teori Sandra Scarr mengenai pengalaman Tiga-Serangkai. Sandra Scarr
(1993), seorang ahli psikologi perkembangan, mengajukan pandangan berbeda yang
sangat menarik mengenai hereditas dan lingkungan dimana ia membahas pengaruh
lingkungan dan genetis dengan cara baru yang melampaui model interaksional di
atas. Scarr mengajukan suatu teori pengalaman yang memperhitungkan adanya
kemungkinan ketiga – bahwa dalam interaksi organisme lingkungannya,
‘lingkungan’ bisa memberikan pengertian yang berbeda bagi orang yang berbeda
21
pula. Dalam teori Tiga serangkainya, Scarr menegaskan bahwa orang ‘menciptakan’
lingkungan-nya sendiri melalui tiga cara, yaitu:
1. Gen-gen seorang individu dan lingkungan sekitarnya saling berhubungan satu
dengan lainnya.
2. Para individu memberikan tanggapan tertentu yang terkait dengan karakteristik
mereka sendiri
3. Para individu secara aktif memilih lingkungan yang terkait dengan minat mereka.
Pengertian yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa manusia mengambil
peran aktif dalam menciptakan lingkungan yang paling cocok bagi minat dan
kebutuhan mereka dan yang mencerminkan perbedaan mereka masing-masing.
22
berbeda. Maksudnya, mesosistem terdiri atas saling-hubungan antara berbagai
mikrosistem.
Ekosistem, sebagai serangkaian struktur sosial khusus yang tidak secara
langsung mewadahi individu namun masih berdampak pada perkembangan individu
tersebut. Struktur-struktur ini mempengaruhi, membatasi, atau bahkan menentukan
apa yang terjadi didalam berbagai mikrosistem individu yang tengah berkembang itu.
Makrosistem, terdiri atas semua unsur yang memuat mikro, meso dan
ekosistem si individu ditambah dengan orientasi filosofis atau kultural yang menjadi
landasan hidup seseorang.
Model awal ekologi perkembangan manusia ini bisa membantu kita
memahami perkembangan manusia melalui dua cara pokok. Pertama, model ini
menempatkan interaksi antara nature dan nurture dalam konteks yang sangat jelasdan
mudah didefinisikan, terkait dengan satu diantara empat sistem yang digambarkan
diatas. Yang kedua, model ini mendorong kita untuk beralih menjauh dari kondisi-
kondisi yang berbasis laboratorium dan mendorong kita untuk mulai meneliti
perkembangan dalam ‘keadaan yang alamiah’kapan saja dan dimana saja hal itu
berlangsung.
Bronfenbrenner terus mengembangkan teori-teorinya, bersama dengan
Pamela Morris ia memberikan tambahan-tambahan penting terhadap teorinya yang
dikenal dengan model bioekologi. Yaitu, konsep mengenai proses-proses proksimal
(yakni, interaksi-interaksi dalam lingkungan terdekat individu) yang bisa dijelaskan
sebagai berikut:
1. Untuk bisa berkembang, seorang individu perlu menjadi penyumbang aktif bagi
lingkungannya.
2. Sumbangan atau aktivitas individu itu harus terjadi secara teratur dan berlangsung
dalam jangka waktu yang cukup lama.
3. Aktivitas-aktivitas ini juga perlu semakin meningkat kompleksitasnya seiring
waktu- aktivitas-aktivitas yang tidak memunculkan perubahan tidak akan berlaku
sebagai ‘mesin’ perkembangan.
4. Proses perkembangan bersifat timbal balik; yakni, setiap anggota kelompok
mempengaruhi anggota lainnya secara timbal balik.
23
5. Interaksi individu dengan orang-orang sangat penting artinya, meskipun begitu
interaksinya dengan benda-benda juga dipandang penting.
6. Peran dan arti penting proses-proses ini berubah seiring waktu sebagaimana
halnya individu dan lingkungan juga mengalami perubahan.
25
telah dilakukan oleh para peneliti lain juga menghasilkan sebuah fakta bahwa
perkembangan intelektual seorang individu tercapai pada usia 4 tahun.
Di sisi lain, terdapat pula isu yang kerap terkait dengan laju perkembangan,
yaitu mengenai periode kritis atau sensitif. Periode kritis merupakan rentang waktu
di mana kejadian-kejadian internal atau eksternal menimbulkan dampak maksimum
terhadap perkembangan. Dalam periode ini, individu akan cenderung menjadi sangat
rentan terpengaruhi hal-hal tertentu. Dalam hal ini, Havighurst (1952) meneliti
tentang periode kritis dari sudut pandang yang disebut sebagai ‘tugas-tugas
perkembangan’ (developmental tasks), di mana masing-masing tugas harus
diselesaikan selama tahapan kehidupan atau rentang waktu tertentu agar individu
berkembang secara sehat. Havighurst mengartikan bahwa tugas perkembangan
merupakan tugas yang muncul pada sekitar periode tertentu dalam kehidupan
individu, dimana keberhasilan akan pencapaian tugas tersebut akan mengarah pada
sebuah kebahagiaan dan keberhasilan untuk tugas-tugas berikutnya. Sementara
kegagalan tugas akan mengarah pada ketidakbahagiaan dalam diri individu,
penolakan oleh masyarakat, serta kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas
berikutnya.
Secara lebih spesifik, penyelesaian tugas-tugas perkembangan yang berurutan
akan menjadi fondasi kemajuan perkembangan berikutnya. Dalam hal ini, apabila
individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka hal tersebut
tidak terlepas dari pengaruh maturasi dan lingkungan individu tersebut berada.
Sebagai catatan, tugas perkembangan seorang individu dapat berbeda antara satu
dengan yang lainnya sesuai dengan kultur yang dimiliki.
Di sisi lain, penggunaan istilah periode kritis juga kerap memunculkan
pemahaman yang berbeda, karena istilah ini bisa diartikan sebagai periode yang
dibatasi oleh waktu dan mengabaikan faktor-faktor eksternal yang memiliki
pengaruh lebih besar dalam proses perkembangan. Dengan demikian, akan lebih
tepat bila memandang periode ini sebagai periode sensitif, di mana individu menjadi
lebih peka terhadap pengaruh biologis maupun lingkungan tertentu, sehingga
orientasi hasil perkembangan akan lebih terlihat sebagai sesuatu yang bersifat
objektif dan lebih manusiawi.
26
2.24. Bentuk Perkembangan
Perubahan perilaku yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu memang
tidak memiliki bentuk fisik, namun hanya berupa gambaran yang seolah memiliki
sifat berupa ‘bentuk’. Hal ini mengacu pada dua pandangan orientasi teoritis, yaitu
perubahan yang berjalan mulus dan berkesinambungan atau perubahan yang berjalan
serba mendadak.
1. Teori Proses Kontinu (Continuous Process)
Proses pada teori ini merupakan pemahaman bentuk perkembangan yang
cenderung menekankan pentingnya faktor-faktor lingkungan serta memandang
perkembangan sebagai hal yang berkesinambungan. Proses kontinu memiliki
beberapa kriteria, yaitu: (a) perubahan terjadi melalui langkah-langkah kecil dan
bertahap; (b) hasil-hasil perkembangan relatif sama dan secara kualitatif tidak
berbeda dari keadaan sebelumnya; (c) hukum umum yang sama melandasi
berlangsungnya proses di seluruh titik di sepanjang jalur perkembangan.
27
Gambar 2.1 Perbandingan Perubahan Kontinu dan Perubahan Diskontinu
Sumber: Salkind, N.J. (2021)
Tabel 2.5 Jenis-jenis Kontinuitas dan Kemiripan Perilaku pada Rentang Waktu
Dalam hal ini, para ahli berpendapat bahwa perkembangan yang bersifat
diskontinu biasanya berpandangan bahwa perubahan perilaku diiringi oleh terjadina
perubahan struktur psikologis dasar. Dengan demikian, keberadaan struktur fisik dan
psikologis sama-sama berperan sangat vital dalam memecahkan jenis-jenis masalah
tertentu yang muncul dalam proses perkembangan individu. Sementara di sisi lain,
beberapa ahli berpendapat bahwa perilaku merupakan struktur perkembangan itu
28
sendiri. Dengan kata lain, perilaku lahiriah yang dapat diamati menggambarkan
hakikat fungsional individu, bukan menggambarkan kinerja mekanisme dasar apa
pun, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perilaku pada dasarnya
bersifat kontinu dengan mengadopsi ciri khas pendekatan behavioral.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dijabarkan di atas, kedua teknik
penelitian ini juga memiliki masalah lain, yaitu: ‘Pengacauan’ (Confounding). Istilah
confounding digunakan untuk menggambarkan adanya ketidakjelasan mengenai
apakah variabel tertentu menjadi penyebab munculnya hasil-hasil yang tengah
diamati. Dalam hal ini, peneliti tidak dapat mengatakan bahwa hasil yang diperoleh
memang disebabkan oleh umur/usia yang mencerminkan adanya perubahan dalam
perkembangan atau karena adanya variabel lainnya.
Di sisi lain, seorang ahli psikologi perkembangan, K. Werner Schaie (1965)
untuk pertama kalinya mengidentifikasi kelompok dan waktu pengujian sebagai
31
faktor-faktor yang bisa membantu menjelaskan hasil-hasil perkembangan. Menurut
Schaie, perbedaan usia antar kelomok menggambarkan faktor-faktor kematangan,
sementara perbedaan yang disebabkan oleh waktu pengujian menggambarkan efek-
efek lingkungan, serta perbedaan kelompok menggambarkan efek-efek lingkungan,
keturunan, serta interaksi antara keduanya.
Schaie juga mengusulkan dua model alternatif bagi penelitian perkembangan, yaitu
Longitudinal Sequential Design dan Cross-sectional Sequential Design guna
menghindarkan kemungkinan terjadinya confounding ketika usia dan variabel-
variabel lainnya saling mendominasi.
BAB III
PEMBAHASAN
32
teknik-teknik meneliti perkembangan manusia itu sendiri. Selain itu, buku ini juga
membahas mengenai pengaruh perkembangan manusia terhadap pola perilaku dan
kemampuan intelijensinya. Mengacu dengan hal tersebut, telah diketahui bahwa
manusia merupakan makhluk sosial yang dianugerahi akal pikiran sehingga mampu
untuk menggunakan nalar untuk menyelesaikan berbagai kasus, baik dalam segi
cakupan materi maupun immateri (Sirojudin & Ashoumi, 2020). Dengan demikian,
bukanlah suatu hal yang mustahil bagi manusia untuk mempelajari dan mengenali
dirinya sendiri melalui berbagai studi ilmiah yang dapat dilakukan.
Pada bab-bab awal, buku ini membahas mengenai studi perkembangan
manusia beserta hakikat perkembangannya. Hal ini juga didukung oleh pendapat para
ahli yang menyimpulkan bahwa perkembangan merupakan perubahan individu
menuju arah yang lebih sempurna dan merupakan suatu proses pembentukan
individu menjadi lebih kompleks hingga akhir hayat dimana hal ini berlangsung
secara terus menerus (Wahyuni, 2021).
Diulas pula keterkaitan ilmu pengetahuan dengan model-model penelitian
ilmiah yang dapat membantu peneliti dalam melakukan studi yang berkaitan dengan
perkembangan manusia. Dalam hal ini, Muhammad Hatta mendefinisikan bahwa
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan
hukum umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik
dilihat dari kedudukannya maupun hubungannya (Syafnidawati, 2021). Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu alat sekaligus
sarana yang mendukung perkembangan peradaban manusia. Hal ini merupakan suatu
fondasi yang ideal sebelum menelisik lebih jauh terkait pembagian cabang
ilmu, khususnya ilmu yang digunakan dalam studi manusia dan perkembangan
potensinya.
Selanjutnya, buku ini membahas mengenai teori-teori perkembangan manusia
dengan menjabarkan hakikat teori sebagai basis pemahaman. Dimana dalam hal ini
Kerlinger mengemukakan bahwa teori mencakup variabel, konstruk, dan hipotesis
(Freddy, 2021).
Salkind mengemukakan bahwa teori perkembangan manusia merupakan ilmu
yang dapat dieksplorasi secara lebih lanjut melalui pola-pola tertentu. Dalam hal ini,
33
penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pola perkembangan manusia dapat
ditentukan oleh berbagai faktor, di mana dalam hal ini faktor internal merupakan
variabel dominan dalam proses pembentukan potensi manusia. Selain itu, terdapat
pula faktor eksternal yang turut andil dalam membentuk manusia, baik dari segi fisik
maupun mentalnya. Berbicara tentang faktor eksternal, pola asuh individu sejak usia
dini serta interaksinya dengan lingkungan juga mengambil porsi penentu
perkembangan yang relatif besar, sehingga pola-pola tertentu yang ditemuinya akan
melekat dan menjadi ciri perkembangan individu tersebut (Masni, 2017).
Secara lebih lanjut, buku ini membahas tentang model-model perkembangan
manusia yang dilandasi oleh berbagai teori oleh para pakar pada bidangnya. Model-
model tersebut yaitu: (1) maturasional dan biologis; (2) psikodinamika; (3)
behavioral; dan (4) kognitif-developmental. Pembahasan ini sangat membantu bagi
akademisi yang ingin menyelidiki lebih jauh tentang perbedaan perkembangan yang
terjadi pada individu atau kelompok idividu tertentu. Dalam hal ini, model yang
dianggap paling sering digunakan oleh peneliti dan memiliki kaitan relatif besar
terhadap penjelasan perkembangan manusia adalah model behavioral, dimana pola
perkembangan manusia dapat terjadi karena pembelajaran yang dilakukan secara
terus-menerus, serta adanya faktor eksternal yang mendorong pertumbuhan dan
perkembangan individu untuk terus berkembang (Salkind, 2021).
Kemudian, pada bab-bab selanjutnya, buku ini membahas tentang tahapan
perkembangan manusia yang mengarah pada kompleksitas, pengelompokan ragam
perkembangan, serta proses-proses yang mengarahkan perkembangan manusia
secara menyeluruh. Hal ini menjadikan buku yang ditulis oleh Neil J Salkind ini
memiliki keunggulan dalam memaparkan teori sehingga lebih mudah untuk
diaplikasikan dalam studi lapangan bagi akademisi yang berkecipung dalam dunia
penelitian perkembangan manusia beserta potensinya. Di samping itu, buku ini
menjelaskan secara gamblang tentang periode-periode yang dialami oleh setiap
individu ketika melewati masa perkembangannya dengan menitikberatkan periode
kritis sebagai penentu keberhasilan tugas perkembangan pada periode selanjutnya.
Tak hanya sampai sana, Salkind juga menjabarkan tentang perbedaan individu
34
sebagai bentuk keragaman yang membuat manusia menjadi unik dengan pola-pola
tertentu dalam beberapa studi sosial yang telah dilakukan.
Pada akhir bab, Salkind juga menegaskan bahwa manusia sebagai makhluk
yang berakal pikiran akan semakin memiliki karakter yang kompleks dengan adanya
pendidikan, dimana hal ini merupakan kunci penting dalam penentuan tugas dan arah
perkembangan manusia beserta potensinya. Hal ini disebabkan karena pendidikan
memiliki fungsi sebagai katalis dalam perkembangan manusia untuk menuju sosok
yang lebih normatif dan bertanggung jawab (Burga, 2019; Nuryana, 2017).
Sejalan dengan perkembangan manusia yang dijabarkan dalam buku berjudul
“Pengantar dan Ide-Ide Penting Perkembangan Manusia” yang telah dibedah oleh
penyusun, maka konten yang disajikan dalam buku ini memiliki kaitan dengan
hakikat manusia, dimana dalam hal ini pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
membentuk manusia; memanusiakan manusia. Dalam hal ini, wujud sifat hakikat
manusia dibagi menjadi delapan aspek, yaitu: (1) kemampuan menyadari diri; (2)
kemampuan bereksistensi; (3) memiliki kata hati; (4) memiliki moral; (5)
kemampuan untuk bertanggung jawab; (6) memiliki rasa kebebasan; (7) kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari haknya; dan (8) kemampuan dalam
menghayati kebahagiaan (Syafril & Zen, 2017). Dengan kata lain, manusia
merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki kelebihan berupa pikiran
dan juga hati nurani. Sehingga dalam setiap aktivitas yang dilakukannya harus
kembali pada landasan dimensinya (individual, sosial, susila, dan spiritual).
Mengacu pada makna hakikat manusia, maka keberlangsungan hidup
manusia tersebut tidak terlepas dari potensi yang melekat pada dirinya. Potensi
tersebut yaitu: (1) berpikir; (2) emosi; (3) fisik; (4) sosial; (5) intelektual; (6)
spiritual; (7) daya juang. Mengacu pada fakta tersebut, maka pemahaman terkait
penentuan sikap serta pengetahuan tentang manusia sangatlah bersifat vital, dimana
dalam hal ini posisi pendidikan sangatlah dibutuhkan. Dapat dikatakan bahwa
manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan pendidikan
yang memadai karena fungsi utama dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan
seluruh potensi manusia yang ada ke arah lebih baik (Nuryana, 2017).
35
3.2 Kelebihan Buku
Setelah membaca buku ini penyusun menemukan beberapa kelebihan, adapun
kelebihan dari buku yang penyusun pilih ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan secara terperinci mengenai manusia dan perkembangannya.
2. Setiap topik yang dibahas menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan
ringkas.
3. Pada beberapa pembahasan yang menjadi core issue dilengkapi contoh-contoh
studi kasus dengan teknik penyelesaian masalah yang runtut.
4. Setiap pembahasan yangbterkait dengan teori dilengkapi dengan contoh, sehingga
pembaca paham dengan teori yang dijelaskan.
5. Setiap subbab pembahasan disertai website yang berkaitan dengan topik
pembahasan sehingga semakin menambah penguatan teori.
Selain kelebihan yang telah diutarakan di atas, buku ini memiliki kelebihan
dari segi gaya bahasanya yang mudah dicerna dibandingkan dengan buku yang
membahas tentang hakikat dan potensi manusia lainnya yang telah penyusun baca
sebelumnya. Meski tidak banyak memiliki perbedaan, buku ini memiliki cover buku
yang menarik sehingga akan menambah minat pembaca/konsumen untuk
memilikinya.
36
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi buku “Pengantar dan Ide-Ide Penting Perkembangan
Manusia” yang telah ditelaah dan dibahas oleh penyusun, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa buku ini memiliki gaya bahasa yang unik dan mudah untuk
dipahami dalam pembahasan konsep-konsep perkembangan secara terperinci dengan
contoh yang menarik dari kehidupan sehari-hari manusia. Konten pada buku ini juga
sangat mendukung dalam menambah wawasan dan pemahaman tentang hakikat
manusia beserta pengembangan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, buku
ini patut dibaca dan dijadikan sebagai referensi oleh mahasiswa maupun akademis
lainnya yang ingin mempelajari perkembangan manusia beserta potensinya, sehingga
pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki akan semakin mumpuni dan dapat
disalurkan bagi dunia pendidikan.
4.2 Saran
Setelah penyusun membahas dan merangkum seluruh isi buku ini dalam
bentuk book report, maka saran yang ingin penyusun sampaikan adalah:
1. Diharapkan kepada para akademisi yang akan meneliti serta mendalami tentang
perkembangan manusia agar lebih memahami dan mempelajari kembali berbagai
teori dan riset terkait manusia dan perkembangannya.
2. Diharapkan agar para akademisi mampu menggunakan kemampuan dan potensi
yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada tanah air sebagai bentuk rasa
nasionalisme kepada bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
38