Anda di halaman 1dari 41

Mata Kuliah : Landasan Kependidikan

PENGANTAR DAN IDE-IDE PENTING


PERKEMBANGAN MANUSIA
Neil J Salkind

Disusun
OLEH:

1. MUTIA AMALIA
2209200050008
2. SAFRANOVI
3. ERLINA DEVAYANI
4. USWATUN NURUL HASANAH
5. NURHAFNI

Prodi : Magister Administrasi Pendidikan


Kelas : 01

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL


PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................1
BAB II INTISARI BUKU......................................................................................2
2.1. Studi Perkembangan Manusia.................................................................2
2.2. Definisi Ilmu Pengetahuan......................................................................2
2.3. Metode Penyelidikan Ilmiah....................................................................3
2.4. Teori: Definisi, Fungsi, dan Kriterianya..................................................4
2.5. Mengevaluasi Teori.................................................................................5
2.6. Unsur-Unsur Teori : Variabel, Konstruk, dan Hipotesis.........................5
2.7. Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Teori......................................6
2.8. Teori – Teori Perkembangan: Tinjauan Sekilas......................................6
2.9. Model – Model Maturasional dan Biologis.............................................7
2.10. Model Psikodinamika..............................................................................8
2.11. Model Behavioral....................................................................................9
2.12. Model Kognitif – Developmental..........................................................10
2.13. Tren dan Isu Dalam Perkembangan Manusia........................................12
2.14. Tren Umum Dalam Perkembangan Manusia Dari Sistem Tanggapan
Global Menuju Sistem Tanggapan Diskrit............................................13
2.15. Meningkatnya Kompleksitas.................................................................14
2.16. Meningkatnya Penyatuan (Integrasi) dan Peragaman (Differensiasi)...14
2.17. Menurunnya Egosentrisme....................................................................14
2.18. Berkembangnya Otonomi Sosial...........................................................15
2.19. Hakikat Perkembangan..........................................................................15
2.20. Model Ekologis Perkembangan Manusia..............................................17
2.21. Proses yang Mengarahkan Perkembangan............................................19
2.22. Pentingnya Umur...................................................................................19

i
2.23. Kecepatan Perkembangan dan Periode-Periode Kritis atau Sensitif.....20
2.24. Bentuk Perkembangan...........................................................................21
2.25. Perbedaan Individu................................................................................23
2.26. Bagaimana Orang Mengkaji Perkembangan.........................................24
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................27
3.1 Ikhtisar Isi Buku....................................................................................27
3.2 Kelebihan Buku.....................................................................................30
BAB IV PENUTUP..............................................................................................31
4.1 Kesimpulan............................................................................................31
4.2 Saran......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam peradabannya, manusia kerap melakukan perubahan untuk menuju
keberhasilan kehidupan dalam berbagai aspek. Berkaitan dengan hal ini, setiap
perubahan dan kemajuan yang dilakukan oleh manusia, harus dilandasi oleh rasa
tanggung jawab, moral, dan etika sebagai prinsip dalam segala aspek. Manusia harus
menyadari kodratnya serta mengetahui batasan-batasan tertentu sebagai makhluk
ciptaan Tuhan. Di samping itu, sudah sepantasnya manusia juga harus mengenali
potensi yang ada di dalam dirinya guna terwujudnya tujuan utama kehidupan sebagai
makhluk yang memiliki tingkat intelijensi tinggi dan memiliki sifat manusiawi. Hal
ini mendorong penyusun untuk memilih sebuah buku yang membahas tentang
manusia dan perkembangan potensinya secara menyeluruh, ringkas, dan jelas, serta
dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memahami dan menerapkan kesadaran akan
potensi diri, serta kontribusinya dalam dunia pendidikan guna memajukan generasi
bangsa untuk masa mendatang. Dengan demikian, penyusun memilih sebuah buku
dengan judul “Pengantar dan Ide-Ide Penting Perkembangan Manusia” yang ditulis
oleh Neil J Salkind dan diterjemahkan oleh M. Khozim untuk diresensi dengan
metode resume intisari buku.

1.2 Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan book report ini
adalah:
1. Untuk merangkum seluruh intisari buku mengenai ide-ide penting perkembangan
manusia.
2. Untuk memperluas pengetahuan mengenai manusia dan perkembangan
potensinya, serta sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan sebagai
manusia yang berintegritas, bermoral, berkembang, dan berinteraksi secara
maksimal dan penuh tanggung jawab.

1
BAB II

INTISARI BUKU

1.

2.

2.1. Studi Perkembangan Manusia


Perkembangan manusia berhubungan dengan berbagai teori yang telah
diajukan orang untuk menjelaskan bagaimana perkembangan terjadi dan barangkali
ada yang paling menarik, bagaimana kita bisa menerapkan semua teori itu dalam
kehidupan kita sehari-hari. Jika anda menulis daftar mengenai segala hal yang anda
kerjakan dan segala hal yang anda pikirkan dalam waktu sehari, mungkin daftar
tersebut akan berisi beribu-ribu hal. Daftar catatan tindakan seperti itu, yang
mencakup waktu beberapa hari atau bulan, bisa dikatan sebagai gambaran
perkembangan.
Pada skala yang lebih besar, catatan perilaku anda akan menggambarkan
bagaimana proses perkembangan anda, catatan seperti itu bisa membantu
menjelaskan bagaimana anda bisa berpindah dari titik A ke titik B dan apa yang
terjadi selama masa perpindahan itu. Perkembangan (development) adalah
serangkaian perubahan yang bergerak maju dalam pola yang terukur sebagai hasik
interaksi antara faktor biologis dan lingkungan.

1.
2.
2.1.
2.1.1.
2.2. Definisi Ilmu Pengetahuan
2.2.
Salkind mengutip penelitian Jacob Brownowski (1977) seorang ahli
matematika terkenal yang mendefiniskan ilmu pengetahuan (science) sebagai
kegiatan manusia untuk menemukan keteraturan di alam semesta dengan cara
2
menyusun fakta-fakta tak berarti yang tercerai berai menjadi konsep-konsep yang
berlaku universal. Ilmu pengetahun adalah proses di mana kita menyusun kepingan-
kepingan informasi. Proses ini memberikan makna dan arti penting bagi unsur-unsur
pengetahuan yang sebelumnya tidak berkaitan dan kabur sama sekali. Ilmu
pengtahuan juga merupakan proses dimana orang memunculkan ide dan arah-arah
yang baru.
Ilmu pengetahuan adalah cara kita menjalin berbagai fakta atau pengetahuan
menjadi satu sehingga membentuk sesuatu yang berbeda dari apa yang ada sebelum
proses tersebut dilakukan. Ilmu pengetahuan memiliki sifat dinamis
(menggambarkan cara terjadinya sesuatu) dan juga sifat statis (menggambarkan apa
yang terjadi). Sifat-sifat statis dan dinamis ilmu pengetahuan itu saling berjalin satu
sama lain, karena untuk sebagian masing-masingnya menentukan yang lainnya.
Ketika orang menjalankan ilmu pengetahuan, mereka mengambil pendekatan logis
untuk memecahkan jenis masalah tertentu dan sekaligus juga menghasilkan produk
tertentu. Sebagai contoh, melalui penelitian dan eksperimentasi yang intensif
(proses), para ilmuwan berhasil mengembangkan sejenis vaksin (produk) yang bisa
memberikan kekebalan pada anak-anak dari penyakit polio.
Akhirnya, ilmu pengetahuan juga merupakan proses perbaikan diri, kemajuan
dan kemunduran sama-sama memberikan sumbangan dan membantu memperbaiki
penelitian yang terus berusaha menjawab persoalan tertentu atau untuk memahami
isu tertentu. Melalui proses, ilmu pengetahuan memunculkan jawaban-jawaban yang
memberikan umpan balik berharga bagi para ilmuwan. Dalam pengertian yang paling
dasar, para ilmuwan tidak hendak membuktikan benar atau salahnya ide-ide tertentu,
karena mereka terus menerus bertanya, menjawab dan merumuskan kembali
pertanyaan-pertanyaan.
Metode ilmiah merupakan hal yang penting di bidang apapun dimana
terkandung tujuan penyususn pengetahuan dan pemunculan ide-ide baru. Perlu
diingat bahwa prinsip-prinsip yang terkandung dalam ilmu pengetahuan bisa
diterapkan di semua disiplin ilmiah, entah itu yang berfokus pada psikologi
perkembangan, sejarah, biologi, atau pokok bahasan lainnya.

3
2.3. Metode Penyelidikan Ilmiah
Ilmu pengetahuan yang diketahui manusia dipandang sebagai proses yang
terdiri atas 4 langkah, yaitu:
1. Pengajuan persoalan
2. Identifikasi faktor atau unsur-unsur persoalan yang perlu diteliti
3. Pengjuan persoalan
4. Penerimaan atau penolakan premis yang sebelumnya menjadi landasan persoalan.
Langkah pertama, mengajukan persoalan, berupa munculnya sesuatu yang
menarik perhatian atau sesuatu yang memiliki nilai potensial yang perlu diselidiki
lebih lanjut. Sebagai vontoh ketika kita mengamati bahwa perkembangan kognitif
anak-anak ternyata belangsung dalam tahap yang berbeda dan tidak sama. Banyak
ahli psikologi perkembangan yang telah melakukan pengamatan ini secara informal
dan kemudian mempelajari tahap-tahap tersebut melalui proses identifikasi secara
sistematis.

Langkah kedua dalam proses penyelidikan ilmiah adalah mengidentifikasi


faktor-faktor apa yang penting dan bagaimana kita menguji hal-hal itu. Proses ini
meliputi perancangan dan pelaksanaan penelitian. Misalnya, jika kita tertarik dengan
efek-efek rangsangan lingkungan terhadap perkembangan intelektual, maka kita bisa
merancang suatu eksperimen untuk membandingkan perkembangan intelektual anak-
anak yang dibesarkan di lingkungan yang mendukung (mungkin anak-anak
mengawali pendidikan sekolah sejak usia dini) dengan anak-anak yang
lingkungannya tidak mendukung (mungkin anak-anak menghabiskan waktunya
disebuah lembaga khusus. Ini merupakan langkah di mana sang ilmuwan bertanya,
bagaimana saya hendak menjawab persoalan yang saya temui? Pada titik ini ia harus
benar-benar mengidentifikasi faktor-faktor atau variable pokoknya.

Langkah ketiga yakni meguji pertanyaan, adalah bagian yang paling


menggugah dalam proses. Pada langkah ini ilmuwan benar-benar mengumpulkan
data yang diperlakukan untuk menjawab pertanyaan. Misalnya, seorang guru
mungkin tertarik untuk mengetahui apakah para muridnya bisa memahami pelajaran
ketika si guru menggunakan pengajaran terprogram yang baru dibandingkan ketika ia

4
menggunakan metode pengajaran yang lebih tradisional. Salah satu cara yang bisa
digunakan oleh guru untuk menguji persoalan ini busa berupa pembandingan hasil
nilai kelompok murid yang diajar menggunakan dua metode tersebut berdasarkan tes
pemahaman tertentu.

Langkah yang terakhir dalam proses ilmiah adalah menerima atau menolak
premis yang menjadi landasan munculnya persoalan awal. Jika persoalan awal yang
diajukan oleh ilmuwan kemudian dijawab iya, maka sang ilmuwan meneruskan
dengan mengajukan persoalan baru dan membahas persoalan baru tersebut melalui
empat langkah di atas.

Tabel 2.1 Model Penyelidikan Ilmiah

LANGKAH CONTOH

Apakah anak-anak yang dibesarkan dalam


tipe keluarga yang berbeda, taraf
1. Mengajukan persoalan
kecerdasannya akan berkembang secara
berbeda pula?
Faktor-faktor yang dipandang penting
2. Menetapkan factor apa yang adalah gaya pengasuhan orang tua,
dipandang penting dan lingkungan rumah, dan kemampuan
bagaimana factor-faktor akan intelektual anak akan diuji dengan cara
diuji membandingkan keompak anak dari
keluarga yang berbeda-beda.
Akan dilakukan pengujian untuk
menetapkan apakah ada perbedaan antara
dua kelompok dan apakah perbedaan yang
3. Menguji Persoalan awal
ditemukan itu merupakan hasil dari gaya
pengasuhan orang tua atau hasil dari factor-
faktor lainnya (yang bersifat kebetulan)
Tergantung pada hasil yang diperoleh dari
langkah 3, persoalan awal akan
4. Menerima dan menolah premis dipertimbangkan kembali, dan jika perlu,
peneliti bias mengajukan persoalan-
persoalan yang lebih spesifik.
Sumber: Salkind, N.J. (2021)

Model Penyelidikan ilmu pengetahuan yang dibahas di atas dan digambarkan


dalam tabel 2.1 membutuhkan serangkaian sarana atau konsep untuk

5
menjalankannya. Dalam subbagian berikutnya, akan dibahas berbagai mekanisme
yang ada pada ilmu pengetahuan: teori dan unsur-unsurnya, hipotesis, berbagai
konstruk, dan variabel.

2.3.

2.4. Teori: Definisi, Fungsi, dan Kriterianya


Teori (theory) bisa didefinisikan sebagai kelompok pernyataan yang memiliki
kaitan secara logis (misalnya, rumus-rumus, ide-ide, atau ketentuan-ketentuan) yang
mejelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan juga memperkitakan
kejadian apa yang akan berlangsung pada masa yang akan datang. Teori memiliki
tiga tujuan umum, yaitu:
1. Teori memberikan tuntunan yang bisa digunakan oleh ilmuwan dalam kegiatan
mengumpulkan jenis-jenis informasi yang diperlukan untuk menjelaskan aspek
tertentu dari suatu gejala (misalnya, perkembangan). Sebagai contoh, adanya teori
pencapaian kemampuan berbahasa memungkinkan seorang peneliti untuk
menjelaskan secara terperinci sebab-sebab mengapa seorang bayi berceloteh
sendiri dan berkata-kata dengan menggunakan kalimat-kalimat tunggal
(holofrase).
2. Teori berfungsi membantu ilmuwan untuk memadukan serangkaian fakta menjadi
kategori-kategori umum. Teori mengenai merosotnya keadaan manusia yang
mengalami penuaan misalnya, bisa membantu seorang peneliti untuk menyusun
dan memahami dengan lebih baik kejadian-kejadian yang tidak terkait dengannya
semisal hilangnya atau menurunyya keseimbangan orang dewasa pada masa
tuanya.
3. Teori membantu para ilmuwan untuk menyajikan materi dan informasi dengan
cara teratur dan sejalan dan sejalan, sehingga upaya selanjutnya untuk menjawab
persoalan yang sama atau terkait dengannya tidak dijalankan secara sembarangan.

6
Tabel 2.2 Enam Kriteria Sidman untuk Menilai sebuah Teori

Kriteria Pertanyaan
Daya Cakup Berapa banyak fenomena yang diinput oleh teori
tersebut?

Konsistensi Seberapa jauh teori tersebut bisa menjelaskan hal-


hal baru tanpa harus mengubah asumsi-asumsi
dasarnya?

Akurasi Seberapa jauh teori itu bisa memperkirakan hasil-


hasil yang akan datang dan menjelaskan hal-hal
yang telah lewat?

Relevansi Sejauh mana kedekatan teori itu dengan informasi


yang terkumpul di dalamnya? Maksudnya, seberapa
baik teori itu mencerminkan fakta-fakta?

Kesuburan Sejauh mana teori itu bisa memunculkan ide-ide


baru dan arah-arah baru bagi penyelidikan?

Kesederhanaan Sejauh mana kesederhanaan atau kemudahan teori


tersebut? Maksudnya, sejauh mana teori itu bisa
dipahami dengan mudah?

Sumber: Salkind, N.J. (2021)

7
2.4.

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.5. Mengevaluasi Teori


Untuk mengevaluasi kegunaan suatu teori, kita perlu menerapkan kriteria
yang tepat. Murray Sidman (1960) mengidentifikasi adanya enam kriteria, yaitu:
daya cakup, konsistensi, akurasi, relevansi, kesuburan, dan kesederhanaan.
1. Kriteria daya cakup (inclusiveness) mengandung mengandung makna jumlah dan
jenis fenomena yang diliput (oleh sebuah teori) (Sidman, 1960, h.13). Dalam studi
perkembangan manusia, beberapa teori (misalnya teori-teori umum mengenai
perkembangan) mencoba menjelaskan berbagai kejadian yang berbeda, sementara
sebagian yang lainnya hanya mencoba menjelaskan segmen yang relatif kecil
pada fenomena tertentu (seperti teori-teori tentang bermain).
2. Kriteria konsistensi (consistency) terkait apakah suatu teori mampu menjelaskan
penemuan-penemuan baru tanpa perlu mengubah asumsi yang menjadi landasan
8
teori tersebut. Suatu teori akan cenderung semakin konsisten apabila semakin
sering diuji, karena dengan demikian teori tersebut terus-menerus diperbaiki
seiring waktu, asumsi-asumsinya menjadi semakin konsisten dengan temuan-
temuan baru.
3. Akurasi (Accuracy) sebuah teori adalah kadar sejauh mana teori tersebut bias
memperkirakan dengan tepat kejadian-kejadian yang akan datang atau
menjelaskan kejadian-kejadian pada masa lalu. Kriteria ini terkait dengan
seberapa bagus suatu teori, sejauh mana kebenaran teori, dan sejauh mana teori itu
berlaku.
4. Kriteria relevansi (relevance) berkenaan dengan sejauh mana keterkaitan atau
mata rantai antara teori itu dengan data yang terkumpul dalam teori itu. Sebagai
contohnya, jika anda tertarik untuk meneliti pengaruh nutrisi yang dikonsumsi
seorang ibu ketika mengandung terhadap perkembangan intelektual si bayi, anda
akan meneliti variable-variabel seperti pola makan si ibu dan rasio perhitungan
perkembangan (developmental quotient, DQ), dan bukan bobot bayi ketika lahir.
5. Kriteria kesuburan (fruitfulness) terkait dengan sejauh mana produktivitas suatu
teori dalam menumbuhkan ide dan arah baru bagi penelitian yang akan datang.
6. Kesederhanaan (simplicity), kriteria kesederhanaan terkait dengan sejauh mana
rincian yang ada dalam suatu teori menggunakan informasi yang tersedia dengan
cara sebaik-baiknya. Suatu teori idealnya bersifat sederhana (atay irit), maksudnya
teori itu sebaiknya bijak dan efisien.
Teori-teori memberikan penjelasan dan sekaligus peramalan atau perkiraan
(prediksi). Selain menyusun sekumpulan informasi yang tertata, teori juga berfungsi
sebagai peta bagi penyelidikan yang akan datang. Teori adalah alat perubahan yang
digunakan oleh para ilmuwan, sebagaimana halnya teori juga merupakan hasil akhir
dari kegiatan tersebut.
2.5.

2.6. Unsur-Unsur Teori : Variabel, Konstruk, dan Hipotesis


Dua langkah pertama dalam menjalankan ilmu pengetahuan adalah pengajuan
persoalan dan memutuskan faktor apa saja yang akan menjadi fokus penyelidikan.
Dengan kata lain, hal-hal apa saja yang perlu diukur, dipertimbangkan, atau diteliti
9
oleh ilmuwan untuk memperbesar kemungkinan agar jawabannya mencerminkan
dunia nyata atau kebenaran. Adapun komponen-komponen dalam pengembangan
teori adalah sebagai berikut.

a. Variabel
Variable (variable) adalah segala halyang bisa mengandung lebih dari satu
label atau nilai; variabel selalu mewakili gambaran sekumpulan hal. Variabel
penelitian sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
b. Konstruk (construct) adalah kelompok variabel yang saling terkait satu sama
lainnya. Konstruk juga disebut sebagai konsep, dengan pengertian tambahan
yakni ia diciptakan atau digunakan dngen kesengajaan dan kesadaran penih
bagi suat maksud ilmiah yang khusus.
c. Hipotesis (hypothesis) adalah pernyataan yang menjelaskan persoalan yang
diajukan oleh para ilmuwan mereka ketika mereka ingin mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh
variabel tertentu terhadap variabel lainnya.

Dengan mengumpulkan data yang relevan dan dengan menerapkan kriteria


eksternal tertentu misalnya dengan uji statistic, maka sang ilmuwan bisa
memperkirakan kepastian dalam tingkat tertentu atas hasil yang akan diperolehnya.
Ini berarti sang ilmuwan bisa menentukan seberapa jauh dirinya yakin bawa hasil
penelitiannya adalah hasil dari variabel-variablel yang diuji olehnya dan bukan
merupakan akibat dari pengaruh lain yang tidak ada kaitannya.

2.6.
2.7. Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Teori
Teori adalah tulang punggung dari ilmu pengetahuan, tanpa teori kemajuan
ilmu pengtahuan menjadi tidak mungkin. Teori menyediakan kerangka dimana para
ilmuwan menyadari persoalan-persoalan penteing yang hendak diajukan dan metode-
metode yang harus digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan itu. Dalam ilmu

10
pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan fenomena alami atau fenomena social tertentu. Komponen-komponen
dalam pembangunan ilmu adalah fakta, teori, fenomea ,dan konsep.

2.7.

2.8. Teori – Teori Perkembangan: Tinjauan Sekilas


Semua teori perkembangan yang dibahas dalam buku ini memberikan
sumbangan yang berbeda-beda bagi pemahaman kita mengenai proses
perkembangan manusia. Teori-teori yang beragam itu memiliki titik temu yang sama
dalam hal tertentu dan memiliki perbedaan dalam hal lainnya. Secara garis besar,
ringkasan karakteristik dari masing-masing teori dapat dibedakan berdasar lima
pertanyaan berikut:
1. Apa yang menjadi asumsi dasar teori tersebut?
2. Apakah landasan filosofis teori itu?
3. Variabel-variabel terpenting apakah yang paling sering dikaji dalam kaitannya
dengan teori itu?
4. Apa metode pokok yang digunakan oleh para penganjur teori itu untuk mengkaji
perkembangan?
5. Bidang apa saja yang paling banyak dipengaruhi oleh teori itu?

Tabel 2.3 Tinjauan Sekilas Teori-Teori Perkembangan

Maturasional Psikodinamik Kognitif -


Behavioral
dan Biologis a Developmental
Apa asumsi Urutan dan isi Manusia Perkembanga Perkembangan
dasar teori perkembangan adalah n merupakan adalah hasil
tersebut? ditentukan makhluk yang fungsi dari peran aktif
terutama oleh berkonflik; berlakunya individu dala
faktor-faktor perbedaan hukum proses
biologi dan individu dan pembelajaran; perkembagan
sejarah evolusi pertumbuhan lingkungan dalam
spesies normal adalah memiliki interaksinya
11
hasil dari pengaruh dengan
penyelesaian penting berbagai
konflik-konflik terhadap pengaruh
itu pertumbuhan lingkungan
dan
perkembanga
n
Apa landasan Teori Embriologis Tabularasa Predeterminism
filosifis teori rekapitulasi, (lembaran e
itu? praformasi dan kosong)
predetermirism
e
Variabel- Pertumbuhan Efek-efek Frekuensi Transformasi
variabel sistem-sistem insting terjadinya yang terkait
penting apa biologi terhadap perilaku dengan tahapan
yang paling kebutuhan dan dan perubahan
seirng dikaji bagaimana kualitatif dari
dalam terori caranya instin- satu tahapan ke
tersebut insting itu tahapan
dipuaskan lainnya.
Apa metode Penggunaan Studi-studi Pengondisian Observasi
pokok yang rekaman kasus dan dan pemecahan
digunakan sinematik, data pengujian pemodelan masalah sosial
teori itu untuk antropologis, secara tidak paradigma dan kognitif
mengkaji penyelidikan langsung pada masa
perkembangan normatif, dan teradap proses- transisi dari
? studi teradap proses yang tahapan satu ke
hewan-hewan berlangsung di tahapan
luar kesadaran laonnya
Dalam bidang Pengasuhan Perkembangan Analisis Pemahaman
apa teori itu anak, pribadi dan sistematis dan mengenai
berpengaruh penggunaan hubungan penanganan bagaimana
paling besar? determinan antara kultur perilaku, kognisi dan
biologis, dan perilaku penerapan di pemikiran
aspek-aspek bidang berkembang di
perkembangan pendidikan bawah berbagai
kulturan dan keadaan dan
sejarah tuntutan
kultural.
Sumber: Salkind, N.J. (2021)

12
2.8.

2.9. Model – Model Maturasional dan Biologis


2.9.
Tokoh maturasionis terkemuka dalam psikologi perkembangan adalah Arnold
Gesell. Gesell meyakini bahwa tahap-tahap perkembangan ditentukan oleh sejarah
biologi dan evolusi spesies manusia. Dengan kata lain, perkembangan organisme
dikendalikan sepenuhnya oleh sistem-sistem biologi dan proses pematangan
(maturation). Meskipun lingkungan memberikan pengaruh tertentu, namun hal itu
hanya memainkan peran pendukung saja dan bukan merupakan pendorong
perubahan.
Gesell yakin bahwa pengaruh terpenting bagi pertumbuan dan perkembangan
manusia adalah faktor biologis. Ia meringkas teori ini ke dalam lima prinsip khas
perkembangan, yang kemudian ia terapkan pada perilaku manusia, dimana prinsip ini
berpegang pada asumsi bahwa perlu ada struktur organisme terlebih dulu sebelum
kejadian di luar orgnisme itu bisa berpengaruh terhadap perkembangannya.

2.10. Model Psikodinamika


2.10.
Model psikodinamika (psikoanalis) pada awalnya dikembangkan oleh
sigmund Freud. Model ini menunjukkan pandangan mengenai perkembangan yang
bersifat revolusioner baik dalam hal isi maupun dampaknya bagai perkembangan.
Asumsi dasar model ini adalah bahwa perkembangan terdiri atas komponen-
komponen dinamik, struktural dan berurut, yang masing-masingnya dipengaruhi oleh
kebutuhan yang terus menerus diperbaharui dalam rangka memuaskan insting dasar.
Komponen dinamis pada sistem segitiga Freud menggambarkan pikiran
manusia sebagai cairan, sistem berenergi yang bisa mentransfer energi dari satu
bagian ke bagian lainnya kapan dan dimanapun diperlukan. Komponen struktural
atau topografikal dari teori Freud terdiri atas tiga struktur psikologis yang terpisah
namun tetap saling berhubungan, ego, dan superego-dan bagaimana semua itu
mengatur perilaku. Pada akhirnya, komponen tahapan atau urutan menekankan
kemajuan dari satu tahapan perkembangan ke tahapan berikutnya, menekankan
13
daerah-daeah tutubh yang memiliki kepekaan berbeda disertai konflik-konflik
psikologis dan sosial.
Menurut Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagian bentuk
perilaku yang terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik atau
kematangan, sedangkan isi tahapan-tahapan tersebut berbeda-beda bergantung pada
kultur tempat terjadinya perkembangan. Sekali lagi ini memperlihatkan contoh
mengenai pentingnya interaksi antara kekuatan keturunan dan kekuatan lingkungan
bagi proses perkembangan.
Teori Freud memberikan tekanan penting terhadap penyelesaian konflik yang
berasal dari tingkatan bawah sadar. Teori ini menyatakan bahwa asal mula konflik-
konflik ini bersifat biologis dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Perkembangan dan berkembangnya perbedaan individu merupakan proses
berkelanjutan dalam penyelesaian konflik-konflik ini. Model psikoanalitik Freud
telah memberikan dampak besar bagi studi kepribadian dan penanganan gangguan
emosional dan sosial.

2.11. Model Behavioral


2.11.
Sudut pandang behavioral memandang perkembangan sebagai fungsi
pembelajaran dan bergerak sesuai hukum atau prinsip pembelajaran tertentu. Model
ini berpendirian bahwa pendorong utama pertumbuhan dan perkembangan berada di
luar indiviu – dalam lingkungan, dan bukan dalam diri individu itu sendiri.
Dalam model perkembangan behavioral, hukum-hukum pembelajaran dan
pengaruh lingkungan memainkan peran terpenting. Melalui proses-proses tertentu
seperti imitasi dan pengondisian klasik, para individu mempelajari perilaku apa yang
paling tepat dan mengarah kepada hasil-hasil yang sesuai. Terdapat beberapa asumsi
dasar yang menjadi landasan umum pandangan behaviorisme mengenai
perkembangan, yaitu:
1. Perkembangan merupakan fungsi pembelajaran.
2. Perkembangan merupaan hasil dari berbagai jenis pembelajaran

14
3. Perbedaan perkembangan individu mencerminkan perbedaan riwayat dan
pengalamana masa lalu
4. Perkembangan merupakan hasil dari proses organisasi perilaku-perilaku yang ada
5. Faktor-faktor biologis menentukan batasan umum pada jenis perilaku yang
berkembang, tetapi lingkungan menentukan perilaku yang diperbuat oleh individu
6. Perkembangan individu tidak terkait secara langsung dengan tahapan-tahapan
yang digariskan oleh faktor biologis.
Sudut pandang behavioral memandang anak yang baru lahir sebagai makhluk
yang polos dan tidak berpengetahuan. Ide John Loke mengenai tabula rasa
menggambarkan dengan sangat tepat akar filosofis tradisi behavioral ini. Secara
harfiah, tabula rasa berarti ‘lembaran kosong’. Dari sudut pandang ini, anak yang
baru lahir dipnadang sebagai halaman kertas kosong yang menunggu untuk ditulisi
sesuatu, yang pada saat kelahirannya hanya memiliki refleks-refleks biologi yang
paling dasar.
Karena sudut pandang behavioral menekankan kejadian-kejadian yang
berasal dari lingkungan dan efek-efeknya terhadap organisme, maka tidak heran
apabila variabel yang paling menarik bagi penganut model behavioral adalah
frekuensi perilaku tertentu berlangsung. Dengan menggunakan frekuensi perilaku,
secara tradisional kajian perkembangan hendak memeriksa efek-efek apa yang
dihasilkan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan tertentu terhadap
perilaku.
Model behavioral juga berpendirian bahwa urutan pengalaman merupakan
faktor yang amat penting dalam perkembangan. Meskipun usia dan pengalaman
memiliki keterkaitan, namun dari sudut pandang behavioral usia tidak dianggap
sebagai penentu perilaku; yang lebih tepat, usia hanyalah suatu korelata (sesuatu
yang berlangsung serempak).
Dampak paling penting dari model behavioral bisa dilihat pada kemajuan
yang dihasilkannya pada kegiatan analisis perilaku sistematis, pada perubahan
perawatan dan manajemen perilaku menyimpang, dan penerapan di bidang
pendidikan seperti apa yang dinamakan dengan pengajaran terprogram (programmed
instruction).
15
2.12. Model Kognitif – Developmental
2.12.
Model kognitif-developmental mengenai perkembangan manusia
menekankan peran aktif individu dan bukan peran reaktifnya bagi proses
perkembangan dan peran individu dalam konteks sosial dan kultural tempat ia
berkembang. Asumsi-asumsi dasar model ini adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan terjadi melalui serangkaian tahapan yang memiliki perbedaan
kualitatif
2. Tahapan-tahapan ini selalu mengikuti urutan yang sama, tetapi tahapan itu tidak
selalu berlangsung pada saat yang sama pada setiap individu
3. Tahapan-tahapan ini tersusun secara hierarkis, sedemikian rupa sehingga tahapan
yang terkemudian mencakup karakteristik tahapan yang sebelumnya.

Dalam hal ini, Salkind juga menyebutkan beberapa ciri umum yang terdapat
pada pendekatan kognitif-developmental.
1. Organisme bermula dari keadaan disekulibrium.
2. Keadaan ekuilibrium tidak berlangsung dalam waktu yang sama lamanya dengan
keadaan disekuilibrium.
3. Organisme tidak terus berada dalam keadaan ekuilibrium dan disekuilibrium
selama jumlah waktu yang sama pada setiap tahapan, dan kemajuan dari satu
tahapan ke tahapan lainnya juga tidak berlangsung dalam kecepatan konstan.
4. Disekuilibrium diakhiri dengan perubahan struktural
5. Sejak awal perubahan struktural hingga akhir periode disekuilibrium berikutnya,
terdapat satu kecendrungan pergerakan dari stabilitas maksimum menuju ke
pertumbuhan maksimum.
6. Urutan per tahapnya sudah ditentukan dan pasti
7. Tahapan-tahapan perkembangan individu tidak bisa dilompati atau dihilangkan
dari uturan yang semestinya.
8. Perbedaan setiap tahapan juga menunjukkan perbedaan kualitatif antara yang satu
dan lainnya, dan tahapan selanjutnya didasarkan pada unsur dan pengalaman dari
tahapan-tahapan sebelumnya.

16
Ciri lain dari model kognitif-developmental yang membedakannya dari
model-model teoritis lainnya adalah adanya struktur-struktur psikologis dan bahwa
perubahan struktur yang pokok tergambar pada perubahan-perubahan perilaku yang
terliha nyata. Bentuk-bentuk perubahan ini tergantung pada tingkat perkembangan
individu.
Akar filosofis dari sudut pandang ini bisa ditemukan dalam pendekatan para
penganut paham predeterminisme, seperti yang dilakukan oleh Ausubel & Sullivan
(1970) yang memandang perkembangan sebagai proses differensiasi atau evolusi
bentuk secara kualitatif.
Hal yang paling menarik bagi para ahli psikologi kognitif-developmental
adalah urutan tahapan dan proses peralihan dari ahapan satu ke tahapan berikutnya.
Karena inilah maka para peneliti memfokuskan diri mereka pada rangkaian perilaku
yang terkait dengan tahapan dan korelasinya di berbagai dimensi seperti
perkembangan kognitif atau sosial.
Dampak terbesar dari pendekatan kognitif-developmental adalah pada
berbagai bidang pendidikan. Mengingat kenyataan bahwa kebanyakan penelitian
para teoretisi kognitif-developmental sekitar 50 tahun belakangan ini biasanya
berfokus pada bidang ‘berpikir’, maka hal seperti ini tidak terlalu mengejutkan.
Filsafat dan praktik-praktik pendidikan yang muncul dari pandangan kognitif-
developmental ini menekankan sumbangan unik yang bisa diberikan oleh anak-anak
terhadap kegiatan pembelajaran mereka sendiri melaluyui aktivitas penemuan dan
pengalaman. Anak-anak dimungkinkan untuk menjelajah lingkungan yang cukup
menantang dan menarik sehingga mereka bisa mengalami pertumbuhan dan
kemajuan tahaan perkembangan individu.

2.13. Tren dan Isu Dalam Perkembangan Manusia


2.13.
Salah satu hal yang paling menarik mengenai proses perkembangan adalah
betapa berbedanya individu yang sau dari individu yang lainnya. Namun, terlepas
dari semua perbedaan tersebut. Proses perkembangan yang terjadi pada semua
manusia juga memiliki kesamaan. Meskipun para teoretisi mungkin berbeda dalam

17
upayanya menjelaskan bagaimana terjadinya perkembangan, namun mereka semua
mengakui bahwa ada unsur-unsur sama yang mempengaruhi proses, arah atau tren
perkembangan tertentu yang stabil dan menjadi indikator yang pasti mengenai
perubahan pada individu.
Seluruh tren dan isu teoretis mengenai perkembangan manusia yang akan
dibahas dalam bab ini dirangkum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:
Tabel 2.4 Tren dan Isu Teoretis Mengenai Perkembangan Manusia

Isu Pertanyaan yang diajukan


Hakikat perkembangan Apa kekuatan terbesar yang mempengaruhi arah
perkembangan?

Proses yang mengarahkan Apa proses dasar yang menyebabkan terjadinya


perkembangan perubahan dalam perkembangan

Pentingnya usia Peran apa yang dimainkan oleh usia sebagai


penanda umum bagi perubahan dalam
perkembangan?

Tingkat atau laju Adakah periode tertentu yang bersifat sensitif atau
perkembangan kritis pada masa perkembangan, dan jika iya,
bagaimana hal itu terkait dengan tingkat atau laju
perubahan?

Bentuk perkembangan Apakah perkembangan berlangsung secara mulus,


atau apakah perubahan terjadi melalui tahapan-
tahapan mendadak?

Asal mula perbedaan Bagaimana teori menjelaskan tentang perbedaan


individu perkembangan di antara individu yang memiliki usia
kronologis yang sama?

Metode yang digunakan Metode apa yang digunakan untuk mengkaji


untuk mengkaji perkembangan, dan bagaimana metode tersebut
perkembangan berpengaruh pada isi teori?

Sumber: Salkind, N.J. (2021)

18
1.1.
1.1.1.

2.14. Tren Umum Dalam Perkembangan Manusia Dari Sistem Tanggapan


Global Menuju Sistem Tanggapan Diskrit
Salah satu tren umum dalam perkembangan manusia adalah pergeseran dari
sistem yang berciri global menuju sistem yang berciri khusus (discrete). Tanggapan
(responses global merupakan tanggapan bercakupan umum, misalnya tangisan anak
yang baru lahir bisa mengandung banyak arti. Tanngapan diskrit adalah perilaku
yang amat spesifik dan bisa kita bedakan dengan mudah dari perilaku lain dalam hal
tujuan atau kegunaannya.

2.15. Meningkatnya Kompleksitas


Sejalan dengan kemajuan perkembangan, individu menjadi semakin
kompleks. Secara biologis, sebuah sel yang ada dalam kandungan membelah diri dan
terus membagi dirinya sehingga membentuk lebih dari satu juta unit yang berbeda
namun tetap saling berhubungan. Begitu juga dalam segi psikologis juga terjadi
peningkatan kompleksitas: Jumlah emosi meningkat, strategi yang dimiliki oleh
individu untuk memecahkan masalahnya menjadi semakin canggih. Bukan hanya
terjadi perubahan perilaku yang menjadi semakin diskrit secara kuantitatif, namun
perubahan kualitatif juga terjadi seiring meningkatnya kompleksitas atau
kemajemukan perilaku. Kebanyakan teori perkembangan berpendapat bahwa
perubahan kualitatif semakin meningkat dari segi kompleksitasnya.

2.16. Meningkatnya Penyatuan (Integrasi) dan Peragaman (Differensiasi)


Untuk bisa melangsungkan hidupnya, perilaku individu tidak bisa berfungsi
sendirian; sebaliknya perilakunya itu harus menjadi bagian dari suatu sistem yang
selaras dan teroganisir. Ketika perilaku-perilaku itu menjadi beranekaragam, maka
semua perilaku itu pun menjadi semakin terlihat berbeda satu dari yang lainnya.
Ketika perilaku-perilaku itu menjadi semakin terpadu, semuanya bertumpukan atau
saling menyatu satu sama lainnya, seringkali membentuk sesuatu yang secara
kualitatif berbeda dari bentuk sebelumnya. Proses ganda differensiasidan integrasi ini

19
erwujud melalui pemilihan perilaku dan juga kombinasi perilaku menjadi satu
keseluruhan yang menyatu.

2.17. Menurunnya Egosentrisme


Selama tahun-tahun pertama perkembangan, seorang anak cenderung untuk
merasa bahwa sudut pandangnya terhadap dunia adalah satu-satunyakemunkinan
yang benar. Kelekatan dengan pandangan sendiri mengenai dunia, atau egosentrisme
(egocentrism), mengambil bentuk yang berbeda-beda seiring kemajuan
perkembangan, tetapi hampir semua teori perkembangan memandang bahwa
pengaruh hal semacam itu semakin lama semakin berkurang ketika individu itu
berkembang. Hal itu terjadi barang kali karena kondisi-kondisi sosial yang berubah
atau mungkin karena adanya perubahan biologis.

2.18. Berkembangnya Otonomi Sosial


Tren umum yang terakhir adalah perkemangan otonomi sosial – yakni,
meningkatnya kemandirian manusia yang tengah tumbuh dan kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri. Dan ketika individu menjadi semakin otonom,
maka hal – hal lain juga mulai berlangsung. Salah satunuyua yang paling penting
adalah bahwa mereka mulai nenerima standar-standar masyarakat sesuai dengan
penafsiran mereka sendiri dan bukan dari penafsiran orang lain.

2.19. Hakikat Perkembangan


Dari sudut pandang sejarah dan ilmu pengetahuan, tidak ada isu mengenai
perkembangan yang lebih mendasar dibandingkan isu mengenai apakah
perkembangan itu merupakan suatu fungsi dimana kode-kode diteruskan secara
genetis, yang dewasa ini kita kenal sebagai irama DNA (hereditas/keturunan atau
nature) atau apakah perkembangan itu merupakan hasi dari pengaruh-pengaruh
eksternal (yakni pengaruh-pengaruh yang ditemukan dalam lingkungan individu).
Pada masa lalu, para penganut paham prefomasionisme berpendapat bahwa
seorang individu sudah terbentuk sepenuhnya dalam sperma laki-laki atau dalam sel
telur wanita. Dari premis ini, para teoretisi ini menganggap bahwa sedikit sekali
perubahan yang bisa terjadi dalam kandungan dan diyakini bahwa lingkungan

20
memberikan efek kecil saja terhadap hasil hasil perkembangan. Sebaliknya, para
teoretisi yang menganut ide-ide semacam gagasan tabula rasa dari John Locke
berpandangan bahwa pikiran seorang bayi yang baru lahir menyerupai selembar
kertas kosong dan bahwa pengaruh lingkunganlah yang memunculkan perubahan
perkembangan yang tidak memiliki dasar biologisnya.
Cara lain untuk meneliti hubungan antara pengaruh heredias dan lingkungan
adalah melalui model interaksional. Dalam model ini, hasil-hasil yang muncul sama
dengan yang tersebut dalam model-model ‘efek terbesar’ diatas. Ketika pengaruh
keduanya sama-sama positif atau sama-sama negatif. Namun apabila interaksi
berlangsung antar pengaruh yang tidak sama sifatnya, ternyata hasilnya
menunjukkan perbedaan tajam yang menarik.
Model interaksional bisa membantu kita menjelaskan efek-efek relatif yang
dihasilkan oleh pengaruh-pengaruh genetik dan lingkungan terhadap perkembangan.
Kecuali jika jelas-jelas ada dominasi dari sekumpulan pengaruh tertentu, entah itu
pengaruh lingkungan atau hereditas, maka yang berlangsung adalah keadaan saling
mempengaruhi antara peran-peran hereditas dan lingkungan.
Pada umumnya, hubungan antara faktor-faktor genetik dan lingkungan
berlangsung sebagai interaksi yang bersifat timbal balik. Pada satu sisi, genotip
memberikan batas-batas mutlak pertumbuhan yang jarang bisa dilampau. Pada sisi
lain, faktor-faktor lingkungan memberikan batas-batas mutlak yang menentukan
sampai sejauhmana potensi genetik seorang individu bisa diwujudkan. Suatu
masyarakat perulu berupaya keras untuk memaksimalkan potensi genetik para
anggotanya dengan menyediakan tatanan lingkungan yang memadai bagi
berlangsungnya perkembangan.
Teori Sandra Scarr mengenai pengalaman Tiga-Serangkai. Sandra Scarr
(1993), seorang ahli psikologi perkembangan, mengajukan pandangan berbeda yang
sangat menarik mengenai hereditas dan lingkungan dimana ia membahas pengaruh
lingkungan dan genetis dengan cara baru yang melampaui model interaksional di
atas. Scarr mengajukan suatu teori pengalaman yang memperhitungkan adanya
kemungkinan ketiga – bahwa dalam interaksi organisme lingkungannya,
‘lingkungan’ bisa memberikan pengertian yang berbeda bagi orang yang berbeda
21
pula. Dalam teori Tiga serangkainya, Scarr menegaskan bahwa orang ‘menciptakan’
lingkungan-nya sendiri melalui tiga cara, yaitu:
1. Gen-gen seorang individu dan lingkungan sekitarnya saling berhubungan satu
dengan lainnya.
2. Para individu memberikan tanggapan tertentu yang terkait dengan karakteristik
mereka sendiri
3. Para individu secara aktif memilih lingkungan yang terkait dengan minat mereka.
Pengertian yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa manusia mengambil
peran aktif dalam menciptakan lingkungan yang paling cocok bagi minat dan
kebutuhan mereka dan yang mencerminkan perbedaan mereka masing-masing.

2.20. Model Ekologis Perkembangan Manusia


Teoretisi lainnya yang dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner, juga mencoba
mengkaji pentingnya peran lingknan bagi perkembangan dengan tidak mengabaikan
keunikan individu. Bronfenbrenner (1977) mengembangkan apa yang disebutnya
sebagai ekologi perkembangan manusia. Dengan model ini ia menekankan
pentingnya pribadi yang berkembang dalam lingkungan yang mengitarinya. Di
samping itu, Bronfenbrenner juga melakukan riset bersama Morris (2000) dan
mendefiniskan ekologi perkembangan manusia sebagai studi mengenai ‘akomodasi
timbal balik yang berlangsung secara progresif, sepanjang rentang umur satu
organisme manusia yang tengah tumbuh dan lingkungan sekitarnya yang tengah
berubah.
Dalam hal ini, Bronfenbrenner menjelaskan teorinya dalam empat struktur,
yaitu: Mikrosistem, mesosistem, ekosistem, dan makrosistem.
Mikrosistem adalah kondisi sekitar yang mewadahi seseorang. Seperti halnya
lingkungan sekitar kita berubah setiap harinya, mikrosistem tempat kita tnggal juga
berubah. Setiap mikrosistem memiliki tiga dimensi yang berbeda: aktivitas dan ruang
fisik dalam mikrosistem itu, orang – orang yang menjadi bagian dari mikrosistem itu
dan interaksi antara individu dan orang-orang lain dalam mikrosistem itu.
Mesosistem, terbentuk dari hubungan-hubungan yang ada di berbagai
keadaan di mana orang menghabiskan waktu selama periode perkembangan yang

22
berbeda. Maksudnya, mesosistem terdiri atas saling-hubungan antara berbagai
mikrosistem.
Ekosistem, sebagai serangkaian struktur sosial khusus yang tidak secara
langsung mewadahi individu namun masih berdampak pada perkembangan individu
tersebut. Struktur-struktur ini mempengaruhi, membatasi, atau bahkan menentukan
apa yang terjadi didalam berbagai mikrosistem individu yang tengah berkembang itu.
Makrosistem, terdiri atas semua unsur yang memuat mikro, meso dan
ekosistem si individu ditambah dengan orientasi filosofis atau kultural yang menjadi
landasan hidup seseorang.
Model awal ekologi perkembangan manusia ini bisa membantu kita
memahami perkembangan manusia melalui dua cara pokok. Pertama, model ini
menempatkan interaksi antara nature dan nurture dalam konteks yang sangat jelasdan
mudah didefinisikan, terkait dengan satu diantara empat sistem yang digambarkan
diatas. Yang kedua, model ini mendorong kita untuk beralih menjauh dari kondisi-
kondisi yang berbasis laboratorium dan mendorong kita untuk mulai meneliti
perkembangan dalam ‘keadaan yang alamiah’kapan saja dan dimana saja hal itu
berlangsung.
Bronfenbrenner terus mengembangkan teori-teorinya, bersama dengan
Pamela Morris ia memberikan tambahan-tambahan penting terhadap teorinya yang
dikenal dengan model bioekologi. Yaitu, konsep mengenai proses-proses proksimal
(yakni, interaksi-interaksi dalam lingkungan terdekat individu) yang bisa dijelaskan
sebagai berikut:
1. Untuk bisa berkembang, seorang individu perlu menjadi penyumbang aktif bagi
lingkungannya.
2. Sumbangan atau aktivitas individu itu harus terjadi secara teratur dan berlangsung
dalam jangka waktu yang cukup lama.
3. Aktivitas-aktivitas ini juga perlu semakin meningkat kompleksitasnya seiring
waktu- aktivitas-aktivitas yang tidak memunculkan perubahan tidak akan berlaku
sebagai ‘mesin’ perkembangan.
4. Proses perkembangan bersifat timbal balik; yakni, setiap anggota kelompok
mempengaruhi anggota lainnya secara timbal balik.
23
5. Interaksi individu dengan orang-orang sangat penting artinya, meskipun begitu
interaksinya dengan benda-benda juga dipandang penting.
6. Peran dan arti penting proses-proses ini berubah seiring waktu sebagaimana
halnya individu dan lingkungan juga mengalami perubahan.

2.21. Proses yang Mengarahkan Perkembangan


Isu yang paling sering diangkat dalam teori perkembangan berkaitan dengan
mekanisme pematangan (maturation) dan pembelajaran (learning).
1. Pematangan (maturation)
Pematangan merupakan proses biologis dimana perkembangan dikontrol oleh
faktor-faktor internal (endogen) sehingga menghasilkan perubahan secara alami
tanpa perlu adanya latihan atau tindakan tertentu. Contoh perkembangan ini adalah
kemampuan berjalan atau perubahan seks sekunder dalam masa pubertas pada
manusia. Dalam hal ini, Salkind mengutip penelitian yang dilakukan oleh Waber
(1976) dengan temuan bahwa tingkat kecakapan seorang individu tidak bergantung
pada jenis kelamin melainkan pada waktu maturasinya.
2. Pembelajaran (learning)
Pembelajaran merupakan sebuah fungsi yang merujuk pada suatu pengalaman
yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Istilah pembelajaran mengacu pada
haisl perkembangan yang diperoleh dari hasil pelatihan dan tindakan yang disengaja
dengan hasil yang bersifat individual dan spesifik. Contoh perkembangan ini
adalahseperti kemampuan berbicara bahasa asing dan mengemudikan kendaraan.
Dalam hal ini, perkembangan melalui pembelajaran memiliki banyak ragam yang
selanjutnya mampu menentukan kemampuan individu, seperti kemampuan untuk
menarik hubungan sederhana antar berbagai kejadian di lingkungan sekitar hingga
sistem peniruan (imitating) dan pemodelan (modeling) yang bersifat kompleks.

2.22. Pentingnya Umur


Umur kronologis (chronological age) merupakan petunjuk yang paling
mudah dan paling realistis untuk memperkirakan tingkat perkembangan seorang
individu. Hal ini disebabkan karena umur atau usia seorang individu dapat ditentukan
dengan mudah dan akurat, sehingga maturitas individu sering dinilai dari
24
kemampuannya dibandingkan dengan kriteria kemampuan tertentu yang diharapkan
pada usia tertentu. Namun demikian, terdapat perdebatan mengenai apakah umur
dapat menjadi tolok ukur yang absah untuk mengevaluasi perkembangan. Beranjak
dari perdebatan tersebut, umur individu diaggap sebagai variabel yang paling ideal
untuk mengukur perkembangan karena umur cenderung terkait dengan segala
sesuatu yang berada pada diri individu. Dalam hal ini, umur kronologi hanya sebatas
petunjuk mengenai berapa banyak waktu yang telah berlalu di antara dua kejadian
yang dialami oleh individu (waktu kelahiran dan waktu saat ini). Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa umur merupakan variabel penyempurna yang dapat
membantu peneliti untuk menyelidiki perkembangan individu di samping faktor
utama (internal dan eksternal) yang mempengaruhi hasil perkembangan individu
tersebut.
Di samping itu, Salkin mengitup penelitian Baer (1970) yang mengemukakan
tentang analogi umur dan perkembangan, dimana umur merupakan variabel yang
bersifat produk sedangkan perkembangan merupakan variabel yang bersifat proses.
Ia berpendapat bahwa umur memiliki kekuatan untuk mendeskripsikan namun tidak
dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada individu. Secara lebih lanjut, Baer
menegaskan bahwa permasalahan pokok di sini adalah urutan kejadian dalam
lingkungan individu dan efek yang ditimbulkan terhadap perilaku individu tersebut.

2.23. Kecepatan Perkembangan dan Periode-Periode Kritis atau Sensitif


Secara umum, dapat dikatakan bahwa salah satu ciri khas pada proses
perkembangan adalah sifat konstan yang terdapat dalam perubahan. Dengan kata
lain, perkembangan dapat diartikan sebagai gejala yang terjadi secara berulang-ulang
atau menyerupai siklus. Dalam hal ini, Salkind mengutip penelitian Bloom (1964)
yang mengemukakan bahwa efek terbesar dalam perkembangan terjadi ketika
perubahan yang dialami oleh individu berlangsung dengan cepat. Hal ini disebabkan
karena keanekaragaman lingkungan menimbulkan dampak yang besar secara
kuantitatif terhadap karakteristik tertentu pada diri individu. Dengan kata lain,
semakin cepat laju perubahan, maka semakin besar pengaruh kejadian eksternal dan
internal terhadap proses perkembangan selanjutnya. Di samping itu, penelitian yang

25
telah dilakukan oleh para peneliti lain juga menghasilkan sebuah fakta bahwa
perkembangan intelektual seorang individu tercapai pada usia 4 tahun.
Di sisi lain, terdapat pula isu yang kerap terkait dengan laju perkembangan,
yaitu mengenai periode kritis atau sensitif. Periode kritis merupakan rentang waktu
di mana kejadian-kejadian internal atau eksternal menimbulkan dampak maksimum
terhadap perkembangan. Dalam periode ini, individu akan cenderung menjadi sangat
rentan terpengaruhi hal-hal tertentu. Dalam hal ini, Havighurst (1952) meneliti
tentang periode kritis dari sudut pandang yang disebut sebagai ‘tugas-tugas
perkembangan’ (developmental tasks), di mana masing-masing tugas harus
diselesaikan selama tahapan kehidupan atau rentang waktu tertentu agar individu
berkembang secara sehat. Havighurst mengartikan bahwa tugas perkembangan
merupakan tugas yang muncul pada sekitar periode tertentu dalam kehidupan
individu, dimana keberhasilan akan pencapaian tugas tersebut akan mengarah pada
sebuah kebahagiaan dan keberhasilan untuk tugas-tugas berikutnya. Sementara
kegagalan tugas akan mengarah pada ketidakbahagiaan dalam diri individu,
penolakan oleh masyarakat, serta kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas
berikutnya.
Secara lebih spesifik, penyelesaian tugas-tugas perkembangan yang berurutan
akan menjadi fondasi kemajuan perkembangan berikutnya. Dalam hal ini, apabila
individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka hal tersebut
tidak terlepas dari pengaruh maturasi dan lingkungan individu tersebut berada.
Sebagai catatan, tugas perkembangan seorang individu dapat berbeda antara satu
dengan yang lainnya sesuai dengan kultur yang dimiliki.
Di sisi lain, penggunaan istilah periode kritis juga kerap memunculkan
pemahaman yang berbeda, karena istilah ini bisa diartikan sebagai periode yang
dibatasi oleh waktu dan mengabaikan faktor-faktor eksternal yang memiliki
pengaruh lebih besar dalam proses perkembangan. Dengan demikian, akan lebih
tepat bila memandang periode ini sebagai periode sensitif, di mana individu menjadi
lebih peka terhadap pengaruh biologis maupun lingkungan tertentu, sehingga
orientasi hasil perkembangan akan lebih terlihat sebagai sesuatu yang bersifat
objektif dan lebih manusiawi.
26
2.24. Bentuk Perkembangan
Perubahan perilaku yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu memang
tidak memiliki bentuk fisik, namun hanya berupa gambaran yang seolah memiliki
sifat berupa ‘bentuk’. Hal ini mengacu pada dua pandangan orientasi teoritis, yaitu
perubahan yang berjalan mulus dan berkesinambungan atau perubahan yang berjalan
serba mendadak.
1. Teori Proses Kontinu (Continuous Process)
Proses pada teori ini merupakan pemahaman bentuk perkembangan yang
cenderung menekankan pentingnya faktor-faktor lingkungan serta memandang
perkembangan sebagai hal yang berkesinambungan. Proses kontinu memiliki
beberapa kriteria, yaitu: (a) perubahan terjadi melalui langkah-langkah kecil dan
bertahap; (b) hasil-hasil perkembangan relatif sama dan secara kualitatif tidak
berbeda dari keadaan sebelumnya; (c) hukum umum yang sama melandasi
berlangsungnya proses di seluruh titik di sepanjang jalur perkembangan.

2. Teori Proses Diskontinu (Discontinuous Process)


Proses pada teori ini menyebutkan bahwa perkembangan ditandai oleh
rangkaian tahapan yang independen dan berbeda secara kualitas. Layaknya proses
kontinu, proses diskontinu juga memiliki kriteria, yaitu: (a) perubahan-perubahan
perkembangan bersifat serba mendadak dan menunjukkan perbedaan kualitatif dari
keadaan sebelumnya; (b) hukum-hukum umum yang berbeda menandai berbagai
perubahan perkembangan yang terjadi.
Mengacu pada kedua teori tersebut, maka perbandingan antara keduanya
dapat dilihat pada grafik kontinuitas-diskontinuitas sebagai berikut.

27
Gambar 2.1 Perbandingan Perubahan Kontinu dan Perubahan Diskontinu
Sumber: Salkind, N.J. (2021)

Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa kedua teori tersebut


sama-sama berada dalam jalur perkembangan. Sejalan dengan hal tersebut, Kagan
(1971) mengkaji tentang jalur yang mencakup kontinuitas hingga diskontinuitas
dengan pola perubahan bertahap di antara keduanya, seperti yang ditunjukkan pada
tabel berikut.

Tabel 2.5 Jenis-jenis Kontinuitas dan Kemiripan Perilaku pada Rentang Waktu

Proses Psikologis yang Jenis Kontinuitas atau


Perilaku Lahiriah
Mendasari Diskontinuitas
Identik Identik Kontinuitas penuh
Berbeda Identik
Identik Berkaitan
Berbeda Berkaitan
Identik Berbeda
Berbeda Berbeda Diskontinuitas penuh
Sumber: Salkind, N.J. (2021)

Dalam hal ini, para ahli berpendapat bahwa perkembangan yang bersifat
diskontinu biasanya berpandangan bahwa perubahan perilaku diiringi oleh terjadina
perubahan struktur psikologis dasar. Dengan demikian, keberadaan struktur fisik dan
psikologis sama-sama berperan sangat vital dalam memecahkan jenis-jenis masalah
tertentu yang muncul dalam proses perkembangan individu. Sementara di sisi lain,
beberapa ahli berpendapat bahwa perilaku merupakan struktur perkembangan itu
28
sendiri. Dengan kata lain, perilaku lahiriah yang dapat diamati menggambarkan
hakikat fungsional individu, bukan menggambarkan kinerja mekanisme dasar apa
pun, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perilaku pada dasarnya
bersifat kontinu dengan mengadopsi ciri khas pendekatan behavioral.

2.25. Perbedaan Individu


Salah satu hal yang paling menarik dalam studi perilaku manusia adalah
bahwa meskipun semua individu memiliki banyak kesamaan, namun masing-masing
memiliki perbedaan yang spesifik. Ausubel dan Sullivan (1970) mengemukakan
bahwa terdapat enam kategori perbedaan individu yang sudah terlihat sejak usia dini,
yaitu: (1) tingkat kepekaan; (2) tingkat aktivitas; (3) nada, lama, dan kuatnya
tangisan; (4) kemampuan menghadapi frustasi/rasa tidak nyaman dan reaksi terhadap
stress; (5) kepekaan akan rangsangan; (6) perilaku tersenyum. Keenam perbedaan ini
merupakan hasil proses perkembangan biologis. Di sisi lain, ketika individu tumbuh
dan memiliki perbedaan perilaku yang lebih kompleks seperti perkembangan bahasa
atau pola tertentu, maka kemungkinan faktor perkembangan biologisnya dapat
dipengaruhi oleh faktor eksternal.

2.26. Bagaimana Orang Mengkaji Perkembangan


Berbicara tentang perkembangan manusia, maka dibutuhkan data yang
absolut dari hasil observasi serta beberapa uji coba terhadap perilaku individu.
Dalam hal ini, dibutuhkan metode penelitian yang tepat untuk mendapatkan hasil
yang ideal. Secara umu terdapat dua metode yang dikenal pada kalangan peneliti
perkembangan manusia, yaitu:
1. Orientasi Filosofis (Behaviorisme)
Metode ini digunakan oleh para peneliti yang memfokuskan perhitungan dari
perkembangan manusia berdasarkan pandangan bahwa perilaku merupakan hal yang
paling penting. Metode ini menganggap proses tidak dapat diamati secara langsung
sehingga tidak dapat dijadikan sebagai variabel untuk mengamatiperkembangan
individu. Dengan kata lain, metode ini menganut sistem yang berorientasi pada hasil
berupa frekuensi perilaku tertentu dan perilaku yang muncul dalam situasi dan
kondisi tertentu.
29
2. Kerangka Psikoanalisis
Berkebalikan dengan metode filosofis perilaku, metode psikoanalisis yang
diawali oleh Freud ini menekankan tentang pentingnya sikap membantu individu
untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang berada di luar kesadaran mereka.
Menurut metode ini, pikiran-pikiran individu secara teoritis menggambarkan adanya
proses-proses yang tidak dapat diamati. Penelitian dengan pendekatan psikoanalisis
menggunakan metode-metode yang tidak teralu langsung bila dibandingkan dengan
metode-metode yang digunakan pada behaviorisme. Dalam psikoanalisis, peneliti
berupaya menggali agar jenis-jenis proses yang dipandang penting dapat terjangkau.

Mengacu pada pembahasan proses perkembangan, terdapat dua teknik dasar


yang digunakan dalam studi perkembangan, yaitu sebagai berikut.
a) Studi Longitudinal
Studi dengan teknik ini berfokus pada penelitian tentang sekelompok orang,
memantau, dan meneliti kembali sekelompok orang tersebut pada beberapa titik
waktu. Studi perkembangan logitudinal berfokus pada mencermati perubahan
perkembangan.
b) Studi Cross-Sectional
Studi dengan teknik ini apabila yang diteliti lebih dari satu kelompok individu
dalam waktu tertentu. Studi perkembangan secara cross-sectional berfokus pada
mencermati suatu perbedaan perkembangan pada kelompok-kelompok yang
diamati.
Terlepas dari pemaparan kedua jenis teknik di atas, masing-masing teknik
memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang dideskripsikan pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Longitudinal dan Cross-Sectional

Metode Penelitian Kelebihan Kekurangan

Studi Cross-Sectional - Murah - Membatasi kemungkinan


- Rentang waktu yang perbandingan antar
pendek kelompok
- Tingkat drop-out - Tidak menghasilkan ide
rendah mengenai arah perubahan
mana yang mungkin dituju
- Tidak membutuhkan
30
administrasi jangka oleh sebuah kelompok
panjang atau kerja - Meneliti orang-orang
sama antara staff dan dengan usia kronologis
pekerja yang sama yang mungkin
memiliki usia kematangan
yang bebrbeda
- Tidak bisa menunjukkan
kesinambungan
perkembangan pada orang
per orang.
Studi Longitudinal - Mengungkapkan - Mahal
secara amati terperinci - Berpotensi menghasilkan
proses-proses tingkat drop-out yang
perkembangan tinggi
- Memungkinkan untuk
dibuat perbandingan
antar kelompok
- Memungkinkan
dilaksanakannya studi
mengenai
kesinambungan antar
berbagai kelompok
yang amat berbeda
- Memungkinkan
perubahan pemikiran
mengenai sebab-
akibat di antara
berbagai variabel
Sumber: Salkind, N.J. (2021)

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dijabarkan di atas, kedua teknik
penelitian ini juga memiliki masalah lain, yaitu: ‘Pengacauan’ (Confounding). Istilah
confounding digunakan untuk menggambarkan adanya ketidakjelasan mengenai
apakah variabel tertentu menjadi penyebab munculnya hasil-hasil yang tengah
diamati. Dalam hal ini, peneliti tidak dapat mengatakan bahwa hasil yang diperoleh
memang disebabkan oleh umur/usia yang mencerminkan adanya perubahan dalam
perkembangan atau karena adanya variabel lainnya.
Di sisi lain, seorang ahli psikologi perkembangan, K. Werner Schaie (1965)
untuk pertama kalinya mengidentifikasi kelompok dan waktu pengujian sebagai
31
faktor-faktor yang bisa membantu menjelaskan hasil-hasil perkembangan. Menurut
Schaie, perbedaan usia antar kelomok menggambarkan faktor-faktor kematangan,
sementara perbedaan yang disebabkan oleh waktu pengujian menggambarkan efek-
efek lingkungan, serta perbedaan kelompok menggambarkan efek-efek lingkungan,
keturunan, serta interaksi antara keduanya.
Schaie juga mengusulkan dua model alternatif bagi penelitian perkembangan, yaitu
Longitudinal Sequential Design dan Cross-sectional Sequential Design guna
menghindarkan kemungkinan terjadinya confounding ketika usia dan variabel-
variabel lainnya saling mendominasi.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ikhtisar Isi Buku


Buku yang berjudul “Pengantar dan Ide-Ide Penting Perkembangan Manusia”
ini memuat konsep tentang hakikat manusia, perkembangan manusia, potensi, serta

32
teknik-teknik meneliti perkembangan manusia itu sendiri. Selain itu, buku ini juga
membahas mengenai pengaruh perkembangan manusia terhadap pola perilaku dan
kemampuan intelijensinya. Mengacu dengan hal tersebut, telah diketahui bahwa
manusia merupakan makhluk sosial yang dianugerahi akal pikiran sehingga mampu
untuk menggunakan nalar untuk menyelesaikan berbagai kasus, baik dalam segi
cakupan materi maupun immateri (Sirojudin & Ashoumi, 2020). Dengan demikian,
bukanlah suatu hal yang mustahil bagi manusia untuk mempelajari dan mengenali
dirinya sendiri melalui berbagai studi ilmiah yang dapat dilakukan.
Pada bab-bab awal, buku ini membahas mengenai studi perkembangan
manusia beserta hakikat perkembangannya. Hal ini juga didukung oleh pendapat para
ahli yang menyimpulkan bahwa perkembangan merupakan perubahan individu
menuju arah yang lebih sempurna dan merupakan suatu proses pembentukan
individu menjadi lebih kompleks hingga akhir hayat dimana hal ini berlangsung
secara terus menerus (Wahyuni, 2021).
Diulas pula keterkaitan ilmu pengetahuan dengan model-model penelitian
ilmiah yang dapat membantu peneliti dalam melakukan studi yang berkaitan dengan
perkembangan manusia. Dalam hal ini, Muhammad Hatta mendefinisikan bahwa
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan
hukum umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik
dilihat dari kedudukannya maupun hubungannya (Syafnidawati, 2021). Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu alat sekaligus
sarana yang mendukung perkembangan peradaban manusia. Hal ini merupakan suatu
fondasi yang ideal sebelum menelisik lebih jauh terkait pembagian cabang
ilmu, khususnya ilmu yang digunakan dalam studi manusia dan perkembangan
potensinya.
Selanjutnya, buku ini membahas mengenai teori-teori perkembangan manusia
dengan menjabarkan hakikat teori sebagai basis pemahaman. Dimana dalam hal ini
Kerlinger mengemukakan bahwa teori mencakup variabel, konstruk, dan hipotesis
(Freddy, 2021).
Salkind mengemukakan bahwa teori perkembangan manusia merupakan ilmu
yang dapat dieksplorasi secara lebih lanjut melalui pola-pola tertentu. Dalam hal ini,
33
penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pola perkembangan manusia dapat
ditentukan oleh berbagai faktor, di mana dalam hal ini faktor internal merupakan
variabel dominan dalam proses pembentukan potensi manusia. Selain itu, terdapat
pula faktor eksternal yang turut andil dalam membentuk manusia, baik dari segi fisik
maupun mentalnya. Berbicara tentang faktor eksternal, pola asuh individu sejak usia
dini serta interaksinya dengan lingkungan juga mengambil porsi penentu
perkembangan yang relatif besar, sehingga pola-pola tertentu yang ditemuinya akan
melekat dan menjadi ciri perkembangan individu tersebut (Masni, 2017).
Secara lebih lanjut, buku ini membahas tentang model-model perkembangan
manusia yang dilandasi oleh berbagai teori oleh para pakar pada bidangnya. Model-
model tersebut yaitu: (1) maturasional dan biologis; (2) psikodinamika; (3)
behavioral; dan (4) kognitif-developmental. Pembahasan ini sangat membantu bagi
akademisi yang ingin menyelidiki lebih jauh tentang perbedaan perkembangan yang
terjadi pada individu atau kelompok idividu tertentu. Dalam hal ini, model yang
dianggap paling sering digunakan oleh peneliti dan memiliki kaitan relatif besar
terhadap penjelasan perkembangan manusia adalah model behavioral, dimana pola
perkembangan manusia dapat terjadi karena pembelajaran yang dilakukan secara
terus-menerus, serta adanya faktor eksternal yang mendorong pertumbuhan dan
perkembangan individu untuk terus berkembang (Salkind, 2021).
Kemudian, pada bab-bab selanjutnya, buku ini membahas tentang tahapan
perkembangan manusia yang mengarah pada kompleksitas, pengelompokan ragam
perkembangan, serta proses-proses yang mengarahkan perkembangan manusia
secara menyeluruh. Hal ini menjadikan buku yang ditulis oleh Neil J Salkind ini
memiliki keunggulan dalam memaparkan teori sehingga lebih mudah untuk
diaplikasikan dalam studi lapangan bagi akademisi yang berkecipung dalam dunia
penelitian perkembangan manusia beserta potensinya. Di samping itu, buku ini
menjelaskan secara gamblang tentang periode-periode yang dialami oleh setiap
individu ketika melewati masa perkembangannya dengan menitikberatkan periode
kritis sebagai penentu keberhasilan tugas perkembangan pada periode selanjutnya.
Tak hanya sampai sana, Salkind juga menjabarkan tentang perbedaan individu

34
sebagai bentuk keragaman yang membuat manusia menjadi unik dengan pola-pola
tertentu dalam beberapa studi sosial yang telah dilakukan.
Pada akhir bab, Salkind juga menegaskan bahwa manusia sebagai makhluk
yang berakal pikiran akan semakin memiliki karakter yang kompleks dengan adanya
pendidikan, dimana hal ini merupakan kunci penting dalam penentuan tugas dan arah
perkembangan manusia beserta potensinya. Hal ini disebabkan karena pendidikan
memiliki fungsi sebagai katalis dalam perkembangan manusia untuk menuju sosok
yang lebih normatif dan bertanggung jawab (Burga, 2019; Nuryana, 2017).
Sejalan dengan perkembangan manusia yang dijabarkan dalam buku berjudul
“Pengantar dan Ide-Ide Penting Perkembangan Manusia” yang telah dibedah oleh
penyusun, maka konten yang disajikan dalam buku ini memiliki kaitan dengan
hakikat manusia, dimana dalam hal ini pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
membentuk manusia; memanusiakan manusia. Dalam hal ini, wujud sifat hakikat
manusia dibagi menjadi delapan aspek, yaitu: (1) kemampuan menyadari diri; (2)
kemampuan bereksistensi; (3) memiliki kata hati; (4) memiliki moral; (5)
kemampuan untuk bertanggung jawab; (6) memiliki rasa kebebasan; (7) kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari haknya; dan (8) kemampuan dalam
menghayati kebahagiaan (Syafril & Zen, 2017). Dengan kata lain, manusia
merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki kelebihan berupa pikiran
dan juga hati nurani. Sehingga dalam setiap aktivitas yang dilakukannya harus
kembali pada landasan dimensinya (individual, sosial, susila, dan spiritual).
Mengacu pada makna hakikat manusia, maka keberlangsungan hidup
manusia tersebut tidak terlepas dari potensi yang melekat pada dirinya. Potensi
tersebut yaitu: (1) berpikir; (2) emosi; (3) fisik; (4) sosial; (5) intelektual; (6)
spiritual; (7) daya juang. Mengacu pada fakta tersebut, maka pemahaman terkait
penentuan sikap serta pengetahuan tentang manusia sangatlah bersifat vital, dimana
dalam hal ini posisi pendidikan sangatlah dibutuhkan. Dapat dikatakan bahwa
manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan pendidikan
yang memadai karena fungsi utama dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan
seluruh potensi manusia yang ada ke arah lebih baik (Nuryana, 2017).

35
3.2 Kelebihan Buku
Setelah membaca buku ini penyusun menemukan beberapa kelebihan, adapun
kelebihan dari buku yang penyusun pilih ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan secara terperinci mengenai manusia dan perkembangannya.
2. Setiap topik yang dibahas menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan
ringkas.
3. Pada beberapa pembahasan yang menjadi core issue dilengkapi contoh-contoh
studi kasus dengan teknik penyelesaian masalah yang runtut.
4. Setiap pembahasan yangbterkait dengan teori dilengkapi dengan contoh, sehingga
pembaca paham dengan teori yang dijelaskan.
5. Setiap subbab pembahasan disertai website yang berkaitan dengan topik
pembahasan sehingga semakin menambah penguatan teori.

Selain kelebihan yang telah diutarakan di atas, buku ini memiliki kelebihan
dari segi gaya bahasanya yang mudah dicerna dibandingkan dengan buku yang
membahas tentang hakikat dan potensi manusia lainnya yang telah penyusun baca
sebelumnya. Meski tidak banyak memiliki perbedaan, buku ini memiliki cover buku
yang menarik sehingga akan menambah minat pembaca/konsumen untuk
memilikinya.

36
37

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi buku “Pengantar dan Ide-Ide Penting Perkembangan
Manusia” yang telah ditelaah dan dibahas oleh penyusun, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa buku ini memiliki gaya bahasa yang unik dan mudah untuk
dipahami dalam pembahasan konsep-konsep perkembangan secara terperinci dengan
contoh yang menarik dari kehidupan sehari-hari manusia. Konten pada buku ini juga
sangat mendukung dalam menambah wawasan dan pemahaman tentang hakikat
manusia beserta pengembangan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, buku
ini patut dibaca dan dijadikan sebagai referensi oleh mahasiswa maupun akademis
lainnya yang ingin mempelajari perkembangan manusia beserta potensinya, sehingga
pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki akan semakin mumpuni dan dapat
disalurkan bagi dunia pendidikan.

4.2 Saran
Setelah penyusun membahas dan merangkum seluruh isi buku ini dalam
bentuk book report, maka saran yang ingin penyusun sampaikan adalah:
1. Diharapkan kepada para akademisi yang akan meneliti serta mendalami tentang
perkembangan manusia agar lebih memahami dan mempelajari kembali berbagai
teori dan riset terkait manusia dan perkembangannya.
2. Diharapkan agar para akademisi mampu menggunakan kemampuan dan potensi
yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada tanah air sebagai bentuk rasa
nasionalisme kepada bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Burga, M. A. (2019). Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Pedagogik. Al-Musannif,


1(1), 19-31.
Freddy. (2021, September 12). Konsep Teori Konstruk. [Halaman web]. Diakses dari
https://www.komunikasilogi.my.id/2013/10/konsep-konstruk-variabel.html?
m=1
Masni, H. (2017). Peran Pola Asuh Demokratis Orangtua Terhadap Pengembangan
Potensi Diri Dan Kreativitas Siswa. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 6(1), 58-74.
Nuryana, Z. (2017). Kajian Potensi Manusia Sesuai Dengan Hakikatnya Dalam
Pendidikan Holistik. The 5th Urecol Proceeding. UAD Yogyakarta.
Salkind, N. J. (2021). Pandangan Kognitif-Developmental dalam Perkembangan
Manusia. Jakarta: Nusamedia.
Salkind, N. J. (2021). Pengantar dan Ide-Ide Penting Perkembangan Manusia.
Jakarta: Nusamedia.
Sirojudin, D., & Ashoumi, H. (2020). Aksiologi Ilmu Pengetahuan Manajemen
Pendidikan Islam. Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, 4(2),
182-195.
Syafnidawati. (2021, September 12). Ilmu Pengetahuan. [Halaman web]. Diakses
dari https://raharja.ac.id/2020/11/19/ilmu-pengetahuan/
Syafril, M. P., & Zen, Z. (2017). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Prenada Media.
Wahyuni, N. (2021, September 12). Definisi Perkembangan. [Halaman web].
Diakses dari
https://www.kompasiana.com/nani_wahyuni/55003a00a333111e735100f8/defi
nisi-perkembangan

38

Anda mungkin juga menyukai