PENDAHULUAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.4 Patofisiologi
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan DIC derajat rendah dan sering pada
organ khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa 10-15%
DIC derajat rendah dapat berkembang menjadi DIC fulminan. Abortus yang diinduksi dengan
garam hipertonik juga sering disertai DIC derajat rendah, sampai abortus komplet,namun
kadang dapt menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga
terjadi DIC. Akibat hemolisis, sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP)
atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun
secara bersamaan dan menyebabkan DIC. Pada septikimia DIC terjasi akibat endotoksin atau
mantel polisakarida bakteri memulai koagulasi dengan cara mengaktifkan factor F XII
menjadi FXII, menginduksi pelepasan reaksi trombosit,menyebabkan endotel terkelupas yang
dilanjutkan aktivasi F XII men F X-Xia,dan pelepasan materi prokoagulan dari granulosit dan
semuanya ini dapat mencetuskan DIC. Terakhir dilaporkan bahwa organism gram positif
dapat menyebabkan DIC dengan mekanisme seperti endotoksin, yaitu mantel bakteri yang
terdiri dari mukopolisakarida menginduksi DIC.
Beberapa mekanisme yang terjadi secara terus menerus pada DIC, penyebab utama
terjadinya deposisi fibrin adalah
1. Ekstremitas ganggren
2. Syok
3. Hipoksia
4. Sindrom disfungsi multi-organ
2.7 Penatalaksanaan
A. Pengkajian
Pengkajian dengan KID, meliputi :
1. Identitas
Terjadi 50% lebih pada ibu hamil. Namun DIC juga dapat terjadi pada orang yang tidak
hamil.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan KID meminta pertolongan dari tim
kesehatan, yaitu : Perdarahan
6. Pemeriksaan Fisik
TTV : Tanda-Tanda Vital
- Suhu : Meningkat, >380 C
- TD : Hipotensi
- Nadi : Nadi menurun. Nadi perifer melemah bahkan tak teraba
- RR : meningkat
B1 (Breathing)
- Takipnea
- Dispnea
- Sputum mengadung darah
B2 (Blood)
- Petekie
- Peningkatan suhu tubuh
- Ekimosis
- Hemoptisis
- Sianosis
B3 (Brain)
- Kesadaran : koma
B4 (Bladder)
- Oliguria
B5 (Bowel)
- Distensi abdomen
B6 (Bone)
- Lemah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemia perifer.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan difusi O2& CO2.
3. Hipertermi tubuh berhubungan dengan proses inflamasi.
4. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan penurunan suplai O2dan nutrisi.
C. Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan yang b/d iskemia perifer
Tujuan :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x30 menit, perfusi jaringan dapat adekuat.
Kriteria Hasil :
- Warna kulit : tidak cyanosis, tidak ada ptekie
- Suhu : 36,5 – 37,50C
- Nadi : 60-100 x/menit
- Frekwensi nafas 16-24 x/menit
- Aritmia (-)
- CRT <2 detik
- TD : 120/80 mmHg
- Akral HKM
Intervensi Rasional
1. Pantau Hasil pemeriksaan koagulasi, 1. Untuk mengidentifikasi indikasi
tanda-tanda vital dan perdarahan kemajuan atau penyimpangan dari hasil
baru. yang diharapkan.
2. Waspadai perdarahan. 2. Untuk meminimalkan potensial
perdarahan lanjut.
3. Jelaskan tentang semua tindakan yang 3. Pengetahuan tentang apa yang
diprogramkan dan pemeriksaan yang diharapkan membantu mengurangi
akan dilakukan ansietas.
4. Lakukan pendekatan secara tenang 4. Pemecahan masalah sulit untuk orang
dan beri dorongan untuk bertanya yang cemas, karena ansietas merusak
serta berikan informasi yang belajar dan persepsi. Penjelasan yang
dibutuhkan dengan bahasa yang jelas. jelas dan sederhana paling baik untuk
dipahami. Istilah medis dan
keperawatan dapat membingungkan
klien dan meningkatkan ansietas.
5. Kolaborasi pemberian 5. Bila penyakit primer diatasi, tujuan
Terapi heparin : perhatikan tindakan tambahan adalah untuk
pembentukan tanda-tanda antibodi mengontrol perdarahan dan
antitrombosit oleh penurunan tiba- memperbaiki kadar faktor pembekuan
tiba dari jumlah trombosit yang normal. Transfusi darah mungkin
Berikan transfusi darah sesuai dengan diperlukan untuk menggantikan faktor-
prosedur dan evaluasi dengan ketat faktor pembekuan dan memperbaiki
terhadap menifestasi reaksi transfusi. anemia yang dapat terjadi pada
Hentikan transfusi bila terjadi reaksi. kehilangan darah berlebihan.
3.2 Saran
Kepada para calon perawat sebaiknya kita lebih memahami dan mempelajari tentang
kasus kasus yang terjadi pada klien kita nanntinya ketika di rumah sakit. Agar kita nantinya
dapat menangani klien kita dengan asuhan keperawatan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatn pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jagakarsa, Jakarta: Salemba Medika.
Kurniawan, Ricky. 2012. Alur Pembekuan Darah dan Faktor Pembekuan Darah. http://ricky-
kurniawan-20-12-1993.blogspot.com/2012/06/alur-pembekuan-darah-dan-faktor.html .
Diakses tanggal 206November 2014 Pukul 12.17 WIB