Epidural Hematoma
Kelompok 1
1. Luka ringan
3. Bengkak
4. Pendarahan
5. Dislokasi
04 05
Kekerasan fisik atau Shaken baby syndrome, atau
penganiayaan sindrom yang terjadi saat
bayi diguncang
Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan
Cedera kepala ringan
dapat menyebabkan gangguan sementara pada fungsi otak karena tekanan
atau kejatuhan yang di tandai denngan GCS 13-15. Penderita dapat merasa
mual, pusing, linglung, atau kesulitan mengingat untuk beberapa saat.
• Sulit berbicara.
• Memar dan bengkak di sekitar kedua mata atau di sekitar telinga.
• Gangguan pada pancaindra, seperti kehilangan pendengaran atau
mengalami penglihatan ganda
• Muntah terus-menerus dan menyebur.
• Keluar darah atau cairan bening dari telinga atau hidung.
• Disorientasi atau tidak dapat mengenali waktu, tempat, dan
orang
• Kejang
• Kehilangan kesadaran
• Amnesia
Epidural Hematoma
1. ABC yaitu periksa jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi jantung
(circulation) pada orang tersebut. Bila perlu, lakukan bantuan napas dan resusitasi (CPR).
Age: 25
2.
3. Jika orang tersebut masih bernapas dan denyut jantungnya normal, tetapi tidak sadarkan diri,
stabilkan posisi kepala dan leher dengan tangan atau collar neck (bila ada). Pastikan kepala dan
leher tetap lurus dan sebisa mungkin hindari menggerakkan kepala dan leher.
4. Bila ada perdarahan, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan kuat menggunakan
kain bersih. Pastikan tidak menggerakkan kepala orang yeng mengalami cedera kepala tersebut.
Jika darah merembes pada kain yang ditutupkan tersebut, jangan melepaskan kain tersebut, tetapi
langsung merangkapnya dengan kain yang lain.
5. Jika dicuriga ada fraktur tengkorak, jangan menekan luka dan jangan mencoba membersihkan
luka, tetapi langsung tutup luka dengan pembalut luka steril
6. Jika orang dengan cedera kepala muntah, miringkan posisinya agar tidak tersedak
oleh muntahannya. Pastikan posisi kepala dan leher tetap lurus.
8. Jangan mencoba mencabut benda apapun yang tertancap di kepala. Langsung bawa
ke unit gawat darurat terdekat.
Penanganan lanjut pasien yang datang dengan cedera kepala berat:
• Pasang collar brace
• Ada tanda-tanda TIK meningkat dan tidak ada hipotensi atau gagal ginjal dan atau gagal
jantung, diberikan manitol 20% 5 ml/kgBB, dilanjutkan 2 ml/ kgBB dalam 20 menit setiap
6 jam, jaga osmolalitas darah < 320 mOsm.
• Bila kejang : Diazepam 10 mg iv pelan, dapat ditambah hingga kejang berhenti. Awasi
depresi nafas, dilanjutkan phenitoin bolus15-20 mg/kgBB encerkan dengan aqua steril
100 ml NaCl 0,9% iv pelan, dilanjutkan 8 mg/kgBB
• Infus cairan isotonis (NaCl 0,9 %) 1,5 ml/kgBB/jam pertahankan euvolume,pemasangan
CVP atas indikasi.
• Pemeriksaan lab DL, BGA, GDA, cross match
• Obat simptomatik IV atau supp dan antibiotika sesuai indikasi
• Pasang kateter, catat keadaan dan produksi urine
• Pemeriksaan radiologis lain atas indikasi
INDIKASI
Indikasi Operasi di lakukan bila terdapat :
1. Volume hamatom > 30 ml
2. Keadaan pasien memburuk
3. Pendorongan garis tengah > 5 mm
4. Fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depres dengan
kedalaman >1 cm
5. EDH dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis tengah
dengan GCS 8 atau kurang
6. Tanda-tanda lokal dan peningkatan TIK > 25 mmHg
Peran Fisioterapi
1. Supportive seating and standing
Mempertahankan postur tegak membantu mencegah
osteopenia, kehilangan massa otot dan kardiovaskular
yang normal. Membantu duduk dan berdiri juga akan
meningkatkan tonus postural, proprioseptif dan
mempertahankan jangkauan dan keselarasan sendi.
2. Inhibisi spastik
Inhibisi disini menggunakan Reflex Inhibiting Pattern (RIP) yang bertujuan untuk menurunkan dan
menghambat aktivitas refleks yang abnormal dan reaksi asosiasi serta timbulnya tonus otot yang
abnormal.
3. Alat bantu
Penggunaan alat bantu orthotic seperti ankle-foot orthotic
atau hand splints dapat membantu beberapa orang untuk
menjaga postur normal dan stabilitas selama pengunaan
sesuai fungsi.
4. Recovery
Memulihkan mobilitas adalah tujuan penting bagi orang-
orang yang bergerak setelah cedera kepala, dan
merupakan faktor kunci dalam mendapatkan kembali
kemandirian fungsional.
Ketika merencanakan sebuah program untuk
meningkatkan kontrol motorik dan kebugaran umum,
berikut harus dipertimbangkan :