Anda di halaman 1dari 26

CEDERA KEPALA

Epidural Hematoma
Kelompok 1

Annas Diah Lisaninda P3.73.26.1.19.006


Dinda Biolawatika P3.73.26.1.19.015
Navita Sekarsari P3.73.26.1.19.033
Ratna Sari P3.73.26.1.17.040
Rossa Anggita P3.73.26.1.19.040
Zahra Athiyya P3.73.26.1.19.049
Yola Ajeng Priyanto P3.73.26.1.19.048
Ilustrasi Kasus
Seorang pasien Laki-Laki usia 34 tahum masuk ke rumah
sakit dengan keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 5 hari
yang lalu akibat kecelakaan ketika di Barru.

Dia sedang memperbaiki bangunan tiba-tiba


terpelosok dan jatuh dari ketinggian 3 meter dan menurut
saksi korban jatuh bagian kepala kiri jatuh dahulu.

Nyeri dirasakan terus menerus, dengan sifat nyeri


dirasakan hanya di kepala bagian kiri dan bersifat
menekan.Riwayat penurunan kesadaran ada selama
setengah jam setelah terjatuh.
Riwayat mual dan muntah ada setiap malam, muntah tidak menyemprot.
Riwayat kejang tidak ada. Riwayat keluar darah dari telinga kiri ada.
Sebelumnya pasien dirawat di Rumah Sakit Barru dan dirujuk ke
RSWS. Pasien sempat bermalam 1 malam di rumah sebelum ke RSWS.

Pernafasan 26x/menitTekanan darah:110/80 mmhg, Nadi


80x/menit,kuat angkat.reguler ,Glasgow coma scale 15 (E4M6V5)
,pupil isokor 2,5mm/2,5mm,Suhu 36,70C Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keluar darah dari telinga kiri dengan halo test (-) .
Pada pemeriksaan Laboratorium lengkap didapatkan kesan
leukositosis. Pada pemeriksaan CT-Scan tanggal didapatkan
hasil seperti berikut Epidural hematom region
temporoparietal sinistra dengan herniasi subfalcine dan
fraktur Os temporal sisistra disertai subgaleal hematom
region regiom tersebut.
Cedera Kepala
Kondisi dimana struktur kepala mengalami benturan dari luar dan berpotensi menimbulkan gangguan
pada fungsi otak.

Beberapa kondisi pada cedera kepala meliputi :

1. Luka ringan

2. Memar di kulit kepala

3. Bengkak

4. Pendarahan

5. Dislokasi

6. Patah tulang tengkorak dan gegar otak


Penyebab
01 02 03
Jatuh dari ketinggian atau Kecelakaan lalu lintas
atau tempat kerja Cedera saat
terpeleset di permukaan
yang keras berolahraga

04 05
Kekerasan fisik atau Shaken baby syndrome, atau
penganiayaan sindrom yang terjadi saat
bayi diguncang
Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan
Cedera kepala ringan
dapat menyebabkan gangguan sementara pada fungsi otak karena tekanan
atau kejatuhan yang di tandai denngan GCS 13-15. Penderita dapat merasa
mual, pusing, linglung, atau kesulitan mengingat untuk beberapa saat.

Cedera kepala sedang


dapat mengalami kondisi yang sama, namun dalam waktu yang lebih lama

Cedera kepala berat


potensi komplikasi jangka panjang hingga kematian dapat terjadi jika tidak
ditangani dengan tepat. Perubahan perilaku dan kelumpuhan adalah beberapa
efek yang dapat dialami penderita dikarenakan otak mengalami kerusakan,
baik fungsi fisiologisnya maupun struktur anatomisnya.
Tanda dan Gejala
A. Cedera Kepala Ringan

Gejala fisik : 5. Mual atau muntah


1. Pingsan selama beberapa detik 6. Lelah
sampai menit 7. Sulit tidur
2. Terkadang kehilangan kesadaran tapi 8. Tidur lebih lama
mungkin merasa linglung, 9. Pusing atau kehilangan
kebingungan atau disorientasi keseimbangan
3. Sakit kepala 10. Kejang-kejang
Gejala indra :
• Gangguan indra, misalnya penglihatan buram,
telinga berdenging, mulut terasa buruk atau
perubahan pada kemampuan untuk mencium
• Sensitivitas terhadap cahaya atau suara
• Kadang mungkin memiliki gangguan kognitif
atau kejiwaan setelah cedera kepala ringan,
seperti kurang memperhatikan/
berkonsentrasi, suasana hati terus berubah,
dan merasa tertekan atau cemas.
B. Cedera Kepala Berat

• Sulit berbicara.
• Memar dan bengkak di sekitar kedua mata atau di sekitar telinga.
• Gangguan pada pancaindra, seperti kehilangan pendengaran atau
mengalami penglihatan ganda
• Muntah terus-menerus dan menyebur.
• Keluar darah atau cairan bening dari telinga atau hidung.
• Disorientasi atau tidak dapat mengenali waktu, tempat, dan
orang
• Kejang
• Kehilangan kesadaran
• Amnesia
Epidural Hematoma

Epidural hematoma terjadi pada 1% trauma kepala,


Insiden tertinggi terjadi pada usia 20-30 tahun, jarang
terjadi pada usia dibawah 2 tahun atau lebih dari 60
tahun, (disebabkan dura yang melekat erat pada tabula
interna skull). Fraktur terjadi pada 85% pasien dewasa.
Kecelakaan lalulintas merupakan penyebab terbanyak
(30-70%), penyebab lain akibat terjatuh dan korban
kekerasan. Lokasi tersering pada daerah temporal,
kemudian frontal, occipital dan fossa posterior. 2-5%
terjadi bilateral
Anatomi
Epidural
Hematoma
Anatomi Epidural Blood

• Berada di bagian tengah meningeal


artery yang mengarah ke
os.temporal
• Jika os. temporal fractur dengan
pendarahan di wajah, middle
meningeal akan robek
• Jika itu terjadi maka, terjadi
pendarahan pada arteri ke celah
epidural.
Gejala Klinis :
1. Penurunan kesadaran terjadi pada 22-56% pasien.
2. Tanda herniasi : dilatasi pupil ipsilateral, hemiparesis kontralateral
3. Penurunan kesadaran , bisa sampai koma
4. Bingung
5. Penglihatan kabur
6. Susah bicara
7. Nyeri kepala yang hebat
8. Keluar cairan dari hidung dan telinga
9. Mual
10. Pusing
11. Berkeringat
Penanganan
Hubungi layanan darurat nomor telepon 118 atau 119. Pastikan memberikan
lokasi spesifik sehingga ambulans bisa menjemput sambil menunggu ambulans

Pertolongan pertama cedera kepada dapat dilakukan


hal-hal berikut:

1. ABC yaitu periksa jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi jantung
(circulation) pada orang tersebut. Bila perlu, lakukan bantuan napas dan resusitasi (CPR).
Age: 25
2.
3. Jika orang tersebut masih bernapas dan denyut jantungnya normal, tetapi tidak sadarkan diri,
stabilkan posisi kepala dan leher dengan tangan atau collar neck (bila ada). Pastikan kepala dan
leher tetap lurus dan sebisa mungkin hindari menggerakkan kepala dan leher.

4. Bila ada perdarahan, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan kuat menggunakan
kain bersih. Pastikan tidak menggerakkan kepala orang yeng mengalami cedera kepala tersebut.
Jika darah merembes pada kain yang ditutupkan tersebut, jangan melepaskan kain tersebut, tetapi
langsung merangkapnya dengan kain yang lain.

5. Jika dicuriga ada fraktur tengkorak, jangan menekan luka dan jangan mencoba membersihkan
luka, tetapi langsung tutup luka dengan pembalut luka steril
6. Jika orang dengan cedera kepala muntah, miringkan posisinya agar tidak tersedak
oleh muntahannya. Pastikan posisi kepala dan leher tetap lurus.

7. Boleh juga dilakukan kompres dingin pada area yang bengkak.

8. Jangan mencoba mencabut benda apapun yang tertancap di kepala. Langsung bawa
ke unit gawat darurat terdekat.
Penanganan lanjut pasien yang datang dengan cedera kepala berat:
• Pasang collar brace
• Ada tanda-tanda TIK meningkat dan tidak ada hipotensi atau gagal ginjal dan atau gagal
jantung, diberikan manitol 20% 5 ml/kgBB, dilanjutkan 2 ml/ kgBB dalam 20 menit setiap
6 jam, jaga osmolalitas darah < 320 mOsm.
• Bila kejang : Diazepam 10 mg iv pelan, dapat ditambah hingga kejang berhenti. Awasi
depresi nafas, dilanjutkan phenitoin bolus15-20 mg/kgBB encerkan dengan aqua steril
100 ml NaCl 0,9% iv pelan, dilanjutkan 8 mg/kgBB
• Infus cairan isotonis (NaCl 0,9 %) 1,5 ml/kgBB/jam pertahankan euvolume,pemasangan
CVP atas indikasi.
• Pemeriksaan lab DL, BGA, GDA, cross match
• Obat simptomatik IV atau supp dan antibiotika sesuai indikasi
• Pasang kateter, catat keadaan dan produksi urine
• Pemeriksaan radiologis lain atas indikasi
INDIKASI
Indikasi Operasi di lakukan bila terdapat :
1. Volume hamatom > 30 ml
2. Keadaan pasien memburuk
3. Pendorongan garis tengah > 5 mm
4. Fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depres dengan
kedalaman >1 cm
5. EDH dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis tengah
dengan GCS 8 atau kurang
6. Tanda-tanda lokal dan peningkatan TIK > 25 mmHg
Peran Fisioterapi
1. Supportive seating and standing
Mempertahankan postur tegak membantu mencegah
osteopenia, kehilangan massa otot dan kardiovaskular
yang normal. Membantu duduk dan berdiri juga akan
meningkatkan tonus postural, proprioseptif dan
mempertahankan jangkauan dan keselarasan sendi.

2. Inhibisi spastik
Inhibisi disini menggunakan Reflex Inhibiting Pattern (RIP) yang bertujuan untuk menurunkan dan
menghambat aktivitas refleks yang abnormal dan reaksi asosiasi serta timbulnya tonus otot yang
abnormal.
3. Alat bantu
Penggunaan alat bantu orthotic seperti ankle-foot orthotic
atau hand splints dapat membantu beberapa orang untuk
menjaga postur normal dan stabilitas selama pengunaan
sesuai fungsi.

4. Recovery
Memulihkan mobilitas adalah tujuan penting bagi orang-
orang yang bergerak setelah cedera kepala, dan
merupakan faktor kunci dalam mendapatkan kembali
kemandirian fungsional.
Ketika merencanakan sebuah program untuk
meningkatkan kontrol motorik dan kebugaran umum,
berikut harus dipertimbangkan :

1. Latihan berjalan dengan dukungan berat badan parsial sebagai


tambahan untuk terapi konvensional
2. Latihan kekuatan untuk meningkatkan kontrol motoric pada kelompok
otot yang ditargetkan
3. Re-education gait untuk meningkatkan kemampuan berjalan
4. Latihan olahraga untuk kebugaran kardiorespirasi fitness.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai