Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Cedera kepala adalah adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan, perlambatan (accelerasi – decelarasi)
yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh
otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma
kepala ,yang dapat melibatkan setiap komponen yang ada, mulai dari kulit kepala ,tulang dan
jaringan otak atau kombinasinya. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan
kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah, disamping penanganan pertama
yang belum benar - benar , serta rujukan yang terlambat (Price dan Wilson, 2005).
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan para dokter
mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan pertama pada penderita.Tindakan
pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi
otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang
sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita. Sebagai tindakan selanjutnya yang
penting setelah primary survey adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan
pembedahan, dan yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan kepala (Iskandar, 2004).
Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% -5%yang memerlukan
tindakan operasi dan sisanya dirawat secara konservatif.Prognosis pasien cedera kepala akan
lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat (Priguna, 2009).
2.2 PENYEBAB CEDERA KEPALA
Jenis cedera yang dapat meneybabkan kerusakan kepala dan jaringan otak sangat bervariasi dari
tekanan yang paling ringan sampai kecelakaan lalu lintas.Pada anak kurang dari 4 tahun cedera
kepala sering disebabkam oleh jatuh dari meja, kursi, tangga, tempat tidur dan lain-
lain.Sedangkan pada anak yang lebih besar sering disebabkan oleh mengendarai sepeda atau
karena kecelakaan lalu lintas (McLaurin RL and Towbin R, 1990).
2.3 PATOFISOLOGI
Kulit kepala, rambut, tulang tengkorak dan tulang muka melindungi otak dari cedera.Bila cedera
dengan tekanan sedang dapat terjadi fraktur linear, tetapi bila dengan kekuatan yang tinggi dapat
menyebabkan suatu fraktur depresi.Otak dan tengkorak memberi respon yang berbeda terhadap
kekuatan akselerasi dan deselerasi yang disebabkan oleh pukulan. Pergerakan otak pada
permukaan tengkorak bagian dalam yang ireguler dan tajam (seperti permukaan orbita, pada
fossa frontalis, sphenoid ridge, falx dantentorium) dapat menyebabkan terjadinya leserasi dan
kontusio pada otak, vena serebral yang berhubungan dengan sinus venosus dapat robek sehingga
darah akan masuk ke ruang subdural.
Fraktur juga dapat menyebabkan putusnya arteri meningeal dan sinus venosus yang besar
menyebabkan perdarahan pada ruang epidural. Setelah cedera otak, cerebral blood flow dapat
menurun oleh karena vaso spasme, sedangkan pada daerah yang lain dapat terjadi dilatasi arteriol
akibat hilangnya mekanisme pengaturan yang otomatis. Akibat daripada vasodilatasi pembuluh
darah disertai dengan edem serebri dan adanya hematoma dapat meninggikan tekanan
intrakranial (Russel & Patterson, 1975).
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial,
perubahan tekanan vaskuler dan udem paru.
Cedera kepala menurut patofisiologi adalah sebagai berikut :
A. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (accelerasi-decelarasi rotasi )yang
menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
1. Gagar kepala ringan
2. Memar otak
3. Laserasi
B. Cedera kepala sekunder
Pada gejala cedera kepala sekunder dapat terjadi :
1. Hipotensi sistemik
2. Hipoksia
3. Hiperkapnea
4. Udema otak
5. Komplikasi pernafasan

2.4 KLASIFIKASI
Akibat cedera kepala dapat terjadi beberapa bentuk kelainan seperti:
1. Kulit kepala
a. Luka tertutup
b. Luka terbuka
2. Fraktur tulang tengkorak, yang terdiri atas:
a. Fracture linear
b. Fracture diastetik
c. Fracture basis
d. Fracture depresi
e. Fracture gabungan
f. Growing fracture
3. Cedera otak
a. Concussion
b. Contusio
c. Laserasi
4. Intrakranial hematoma
a. Ekstradural hematoma
b. Subdural hematoma
c. Subdural hygroma
d. Intraserebral hematoma (Gilroy JB, 1982; Menkes JH, 1980)
2.5 KOMPLIKASI
epidural hemtoma
terdapat penhgumpulan darah di antara tulang tengkorakdan duramater akibat pecahnya
pembuluh darah / abang cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater. Pembuluh
darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahay. Dapat terjadi beberapa jam
sampai 1-2 hari .lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parientalis.
Gejala gejala yang terjadi :
1. Penurunan tingkat kesadaran
2. Myeri kepala
3. Muntah
4. Hemiparesis
5. Dilatasi pupil ipsilateral
6. Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irregular
7. Penurunan nadi
8. Peningkatan suhu

Subdural hematoma
Terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjaid
akibat pecahnya pembuluh darah vena ( jembatan vena biasanya terdapatdiantara durameter,
pendarahan lambat dan sedikit . periode akut terjadi dalam 48 jam – 2 hari atau 2 minggu dan
kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau bebersapa bulan.
Tanda tanda dan gejala yang terjadi :
1. Nyeri kepala
2. Bingung
3. Mengantuk
4. Menarik diri
5. Berfikir lambat
6. Kejang
7. Udem pupil

Pendarahan intracebral
Adalah pendarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah.
Gejala nya antara lain :
1. Nyeri kepala
2. Penurunan kesadaran
3. Komplikasi pernapasan
4. Hemiplegia kontra lateral
5. Dilatasi pupil
6. Perubahan TTV

Pendarahan subarachnoid
Akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak.Hampir selalu ada pada cedera kepala
yang hebat.
Gejalanya antara lain :
1. Penurunan kesadaran
2. Nyeri kepala
3. Hampiparese
4. Dilatasi pupil ipsilateral
5. Kaku kuduk

Penatalaksanaan cedera kepala pada anak


1. Anamnesa
Anamnesa yang terperinci mengenai cedera perlu dilakukan sehingga dapat diketahui
lokalisasi dan cara terjadinya cedera kepala
2. Pemeriksaan umum Beberapa hal yang perlu di observasi, adalah:
• Fungsi vital
Tekanan darah yang meninggi disertai dengan bradikardi dan pernapasan
yang tidak teratur (trias Cushing) menandakan adanya tekanan tinggi intrakranial.
Nadi yang cepat disertai hipotensi dan pernapasan yang ireguler mungkin
disebabkan gangguan fungsi batang otak misalnya pada fracture oksipital
 Mata
Perlu diperiksa besar danreaksi dari pupil. Perdarahan retina sering terlihat
pada perdarahan subarakhnoid atau perdarahan subdural
• Kepala
Diperiksa apakah terdapat luka, hematoma, fracture. Bila terdapat nyeri
atau kekakuan pada leher atau perdarahan subarakhnoid
• Telinga dan hidung
Diperiksa apakah terdapat perdarahan atau keluar cairan serebrospinal dari
hidung/telinga. Perdarahan telinga disertai akimosis di daerah mastoid (Battle’s
sign) mungkin akibat fracture basis kranil
• Abdomen
Abdomen juga harus diperiksa terhadap kemungkinan adanya perdarahan
intra abdominal.
3. Pemeriksaan neurologik
Derajat kesadaran merupakan indikator beratnya kerusakan otak.Derajat kesadaran harus
dinyatakan dalam bentuk respons mata, verbal dan motorik.
Pada anak dipergunakan dalam Children Coma Scale. (Raimondi AJ, 1986)

Respons mata:score maksimal 4


• Gerakan mata pursuit Score 4
• Otot ekstra intak, pupil reaktif Score 3
• Fixed pupil atau gangguan otot ekstra okuler Score 2
• Fixed pupil dan paralise otot ekstra okuler Score 1

Respons verbal: score maksimal 3


• Menagis Score 3
• Napas spontan Score 2
• Apnoe Score 1 Respon motorik: score maksimal 4
• Fleksi dan ekstensi Score 4
• Dengan rangsangan nyeri terjadi gerakan withdrawn Score 3
• Hipertonik Score 2
• Flaksid Score 1
Menurut North B and Reilly P., jumlah score yang normal :
• Bayi baru lahir sampai umur 6 bulan , jumlah score 9
• Umur 6 bulan sampai 12 bulan, jumlah score 11
• Umur 12 bulan sampai umur 2 tahun, jumlah score 12
• Umur 2 tahun sampai umur 5 tahun, jumlah score 13
• Umur 5 tahun atau lebih, jumlah score 14 Selanjutnya diperiksa saraf otak lainnya
(bentuk pupil, refleks cahaya, refleks kornea, refleks okulosefalik), refleks fisiologis serta
refleks patologis.
4. Pemeriksaan penunjang
• Foto kepala
Foto kepala dibuat apabila didapat riwayat kehilangan kesadaran, pernah kraniotomi,
pemeriksaan klinik didapat cekungan tengkorak, keluar darah atau cairan palpebra/kedua
mata, terdapat korpus alienum dalam luka, dalam keadaan stupor atau koma, terdapat
gejala neurologik fokal
• Fungsi lumbal
Pada pasen dengan sk,cairan serebrospinal menunjukkan warnasantokrom. Pada komsio
serebri dan hematoma epidural cairan serebrospinal berwarna jernih sedangkan pada
kontusio serebri cairan serebrospinal bercampur darah
• EKG
EKG abnormal sering ditemukan segera setelah terjadi trauma dan cendrung membaik
setelah terjadi penyembuhan.
• Angiografi
Pemeriksaan ini cukup berbahaya dan hanya dilakukan pada pasen yang mengalami
perburukan secara progresif atau adanya tanda fokal seperti hemiparese dengan
kecurigaan adanya hematoma. Bila ada kelainan didalam otak akan tampak adanya
pergeseran lokasi pembuluh darah. Pemeriksaan ini bermanfaat bila alat OTOT-OTOT
Scan tidak ada.
• Burr holes
Tindakan ini digunakan untuk mendiagnosa sekaligus merupakan tindakan operasi pada
kasus subdural dan epidural hematoma
• Air encephalography
Tindakan ini mempunyai resiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tindakan
angiografi oleh karena dapat menekan otak
Computed Tomography
Dengan computed tomography dapat diketahui adanya kerusakan otak. Dengan alat ini
dpat ditentukan adanya kerusakan di dalam maupun di luar otak
• Ultrasonography
Pada umumnya ultrasonography digunakan pada bayi dengan trauma intrakranial serta
untuk mengikuti perjalanan dari suatu khronik subdural hematoma
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menciptakan keadaan yang optimal serta mencegah
komplikasi.
1. Pernapasan
Pada pasien cedera kepala dengan kesadaran menurun tidak dapat dipertahankan
jalan napas adekuat.Mulut dan farings dapat tersumbat oleh sekresi sisa muntah dan
bekuan darah.Lesi di batang otak dapat pula mengganggu pusat pernapasan sehingga
pernapasan menjadi tidak adekuat.Oleh karena itu menjaga jalan napas serta ventilasi
yang efektif sangat penting pada pasen dengan cedera kepala.
2. Mempertahankan perfusi otak
Tekanan perfusi otak dipengaruhi oleh tekanan darah arterial dan tekanan intrakranial
(tekanan perfusi serebral tekanan darah arterial-tekanan intrakranial).Oleh karena itu
pada cedera kepala tekanandarah dicegah jangan sampai menurun.Jika terdapat syok
dan perdarahan harus segera diatasi.Dan bila didapat tekanan intrakranial yang
meningkat harus dicegah.
3. Edema otak
Bila terdapat tanda-tanda edema otak, maka harus diberikan obat untuk mengurangi
edema otak tersebut.
4. Cairan dan elektrolit
Pasien dengan kesadaran menurun atau pasen dengan muntah, pemberian cairan dan
elektrolit melalui infus merupakan hal yang penting. Harus diukur input dan output
cairan, sebab hidrasi yang berlebihan dapat memperburuk edema. Keadaan dehidrasi
harus dikoreksi
5. Nutrisi
Pada pasien dengan cedera kepala kebutuhan kalori dapat meningkat karena terdapat
keadan katabolik. Bila perlu diberi makanan melalui sonde lambung
6. Pasien yang gelisah
Pada pasien yang gelisah dapat diberi obat penenang misalnya haloperidol.Untuk
nyeri kepala dapat diberi analgetik. Pemberian sedatif dapat mengganggu penilaian
tingkat kesadaran
7. Hiperpireksia
Suhu tubuh pasen harus dijaga jangan sampai terjadi hiperpireksia.Biasanya
hiperpireksia terjadi segera setelah trauma kemungkinan disebabkan oleh gangguan
hipotalamus.
8. Bangkitan kejang
Bila terjadi bangkitan kejang dapat diatasi dengan pemberian diazepam intravena
dengan dosis 0.3 mg/koagulan BB dengan maksimal 5 mg untuk anak kurang 5 tahun
dan 10 mg untuk anak yang lebih besar
9. Operasi
Pada sebagian kecil pasen dibutuhkan tindakan operasi, misalnya pada hematoma
subdural dan hematoma epidural.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1.      Identitas klien
2.      Riwayat kesehatan
3.      Riwayat tidak sadar atau anamnesis setelah cedera kepala menunjukan derajat kerusakan
yang berarti,dimana perubahan selanjutnya dapat menunjukan pemulihan atau terjadinya
kerusakan otak sekunder.
4.      Komplikasi
 Edema serebral dan herniasi
 Deficit neurologis
 Infeksi sistemik (pneumonia,ISK,septikemia)
 Infeksi bedah neuro (infeksi luka, osteomeilitis, meningitis, ventrikulitis, abses otak)
 Osifikasi heterotrofik ( nyeri tulang pada sendi-sendi yang menunjang berat badan)
5.      Pemeriksaan fisik:
 Keadaan umum
 Pada keadaan cedera kepala biasanya mengalami penurunan kesadaran (cedera kepala
ringan,GCS: 13-15; cedera kepala sedang GCS: 9-12; cedera kepala berat GCS: kurang
atau sama dengan 8) dan terjadi juga perubahan tanda-tanda vital.
6.      Breathing (B1)
Perubahan system persyarafan tergantung gradasi dari perubahan serebral akibat trauma
kepala.
 Inspeksi : klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu
nafas, dan peningkatan frekuensi nafas. Terdapat retraksi klafikula/dada, pengembangan
paru tidak simetris. Ekspansi dada tidak penuh dan tidak simetris.
 Palpasi: fremitus menurun disbanding dengan sisi yang lain akan didapatkan jika
melibatkan trauma pada rongga otak.
 Perkusi: adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma pada
thorak/hematoraks.
 Auskultasi: bunyi nafas tambahan,stridor,ronchi pada klien yang dengan peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk menurun terutama pada status kesadaran koma.
7.      Blood (B2)
 Sering ditemukan syok hipovelemik pada cedera kepala sedang dan berat. Tekanan darah
normal atau berubah, nadi bradikardi, takikardi  dan aritmia. Frekuansi nadi cepat dan
lemah Karen homeostatis tubuh untuk menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer.
 Nadi bradikardi sebagai tanda perubahan perfusi jaringan otak
 Kulit pucat karena penurunan kadar hemoglobin dalam darah
 Hipotensi menandakan adanya perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari syok
 Terjadi retensi atau pengeluaran garam dan air oleh tubulus sehingga elektrolit
meningkat.
8.      Brain (B3)
 Pengkajian tingkat kesadaran : letargi,stupor,semikomatosa sampai Koma
 Pengkajian fungsi serebral
 Pengkajian saraf cranial
9.      Bladder (B4)
 Kaji keadaan urine meliputi warna,jumlah, dan karakteristik urine termasuk berat jenis
urine
 Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya
perfudsi pada ginjal
 Setelah cedera kepala,klien terjadi inkotinensia urine
10.  Bowel (B5)
· Terjadi kesulitan menelan,nafsu makan menurun,mual dan muntah pada fase akut.
Defekai terjadi kontipasi akibat penurunan peristaltic usus
· Pemeriksaan rongga mulut terdapat mulut dan dehidrasi
· Bising usus menurun atau hilang. Motiitas usus menurun
11.  Bone (B6)
Disfungsi motorik yaitu : kelemahan pada seluruh ekstrimitas. Kaji warna kulit ,suhu
kelembabpan dan turgor kulit,warna kebiruan. Pucat pada wajah dan membrane mukosa
karena rendahnya kadar hemoglobin atau syok. 

B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan
perubahan membrane alveolar-kapiler.
Ditandai dengan:
DS: klien mengatakan sulit bernafas dan sesak nafas
DO:
a) Gangguan visual
b) Penurunan karbon dioksida
c) Takikardia
d) Tidak dapatistirahat
e) Somnolen
f) Irritabilitas
g) Hipoksia
h) Bingung
i) Dispnea
j) Perubahan warna kulit (pucat,sianosis)
k) Hipoksia atau hiperkabia
l) Frekuensi dan irama pernafasan abnormal
m) Sakit kepala saat bangun tidur
n) Diaphoresis
o) pH darah arteri abnormal
p) mengorok

2.   Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Ditandai dengan:
DS : klien/keluarga mengatakan adanya kejang
DO :
a) Perubahan tingkat kesadaran
b) Gangguan atau kehilangan memori
c) Deficit sensori
d) Perubahan tanda vital
e) Perubahan pola istirahat
f) Retensi urine
g) g)Gangguan berkemih
h) Nyari akut atau kronik
i) Demam
j) Mual
k) Muntah
l) Bradikardi
m) Perubahan pupil (ukuran)
n) Pernafasan Cheyne-Stokes Kussmaul

3.   Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovascular


Ditandai dengan:
DS: klien mengatakan kesulitan untuk bergerak dan memerlukan bantuan untuk bergarak
DO :
a) Kelemahan
b) Parestesia
c) Paralisis
d) Ketidakmampuan
e) Kerusakan koordinasi
f) Keterbatasan rentang gerak
g) Penurunan kekuatan otot

4.   Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan akibat sekunder dari  penurunan tingkat kesadaran.
Ditandai dengan:
DS: keluarga mengatakan klien tidak sadar
DO:
a) Klien menunjukan ketidakadekuatan nutrisi
b) Terjadi penurunan BB 20 % atau lebih dari berat badan ideal
c) Konjungtiva anemis
d) Hemoglobin abnormal
e) Penurunan tingkat kesadaran

5.   Resiko aspirasi yang berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran


Ditandai dengan:
DS; klien / keluarga mengatakan klien sulit menelan
DO:
a) Batuk saat menelan
b) Dispnea
c) Delirium
d) Soporakoma
e) Koma
f) Penurunan PaCO2

6.   Resiko mencederai diri sendiri : trauma jatuh berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran
Ditandai dengan:
DS: keluarga mengatakan klien gelisah
DO:
a) Disorentasi waktu
b) Gelisah
c) Letargi
d) Stupor
e) CT-scan kepala menunjukan adanya kerusakan

RENCANA TINDAKAN

Diagnosa Tujuan
NO Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Istirahatkan Posisi semifowler
gas yang berhubungan intervensi selama 1 klien dalam membantu dalam ekpansi
dengan x 24 jam,gangguan posisi otot-otot pernafasan
ketidakseimbangan pertukaran gas semifowler dengan pengaruh
perfusi ventilasi dan teratasi. graviatasi.
perubahan membrane
alveolar-kapiler. kriteria hasil: 2. Pertahankan Oksigen sangat penting
Ditandai dengan: 1. klien akan oksigenasi sekali dalam memelihara
DS: klien mengatakan merasa suplai ATP. Kekurangan
sulit bernafas dan nyaman oksigen pada jaringan
sesak nafas 2. klien akan menyebabkan
DO: mengatakan lintasan metabolism yang
a. Gangguan visual sesak normal dengan akibat
b. Penurunan karbon berkurang dan terbentuknya asam laktat
dioksida dapat (asidosis metabolik) ini
c. Takikardia membandingka bersama dengan asidosis
d. Tidak dapat n dengan respiratorik akan
istirahat keadaan sesak menghentikan
e. Somnolen pada saat metabolisme. Regenerasi
f. Irritabilitas serangan ATP akan berhenti
g. Hipoksia (onset) yang sehingga tidakada lagi
h. Bingung berbeda waktu. sumber energi yang terisi
i. Dispnea 3. TD dalam dan terjadi kematian.
j. Perubahan warna batas normal
kulit 90/60 mmhg 3. Observasi Normalnya TD akan
(pucat,sianosis)  3-6th: 110/70 tanda vital sama pada berbagai
k. Hipoksia atau mmhg tiap jam atau posisi.
hiperkabia  7-10th: 120/80 sesuai Nadi menandakan
l. Frekuensi dan mmhg respon klien tekanan dinding arteri
irama pernafasan  11-17th: 130/80 Suhu tubuh abnormal
abnormal mmhg disebabkan oleh
m. Sakit kepala saat  18-44th: 140/90 mekanisme pertahanan
bangun tidur mmhg tubuh yang menandakan
n. Diaphoresis  45-64th: 150/95 tubuh kehilangan daya
o. pH darah arteri mmhg tahan atau mekanisme
abnormal  >65 th:  160/95 pengaturan suhu tubuh
p. mengorok mmhg yang buruk.
(Campbell,1978) 4. Kolaborasi Sesak nafas merupakan
pemeriksaan tanda bahwa tubuh
Nadi dalam batas AGD memiliki mekanisme
normal: kompensasi sedang
Janin: bekerja guna mencoba
120-160x/mnt membawa oksigen lebih
Bayi: 80-180x/mnt banyak ke jaringan.
Anak: Sesak nafas pada
70-140x/mnt penyakit paru dan
Remaja: 50- jantung
110x/mnt mengkhawatirkan karena
Dewasa; dapat timbul hipoksia.
70-82x/mnt

4. AGD dalam
batas normal
 pH: 7,35-7,45
 CO2: 20-26 mEq
(bayi) 26-28
mEq (dewasa)
 PO2 (PaO2):80-
110 mmhg
 PCO2 (PaCO2):3
5-45mmhg
 SaO2: 95-97%
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Ubah posisi Klien dengan paraplegia
perfusi jaringan intervensi klien secara berisko mengalami luka
serebralyang keparawatan, klien bertahap tekan (dekubitus).
berhubungan dengan tidak menunjukan
peningkatan tekanan peningkatan TIK . 2. Jaga Suasana nyaman akan
intracranial suasana memberikan rasa nyaman
Ditandai dengan: tenang pada klien dan
DS : klien/keluarga Kriteia hasil: mengurangi ketegangan.
mengatakan adanya  Klien akan
kejang mengatakan 3. Atur posisi Bedrest bertujuan
DO : tidak sakit pasien mengurangi kerja
a. Perubahan tingkat kepala dan bedrest fisik,beban  kerja
kesadaran merasa nyaman jantung.
b. Gangguan atau  Mencegah
kehilangan cedera 4. Kurangi Cahaya merupakan
memori  GCS dalam cahaya rangsangan yang beriko
c. Deficit sensori batas normal ruangan meningkatkan TIK
d. Perubahan tanda  Peningkatan
vital pengetahuan
e. Perubahan pola pupil membaik 5. Tinggikan Membantu drainase vena
istirahat  5.      Tanda vital kepala untuk mengurangi
f. Retensi urine dalam batas kongesti serebrovaskuler
g. Gangguan normal
berkemih 6. Hindari Rangsangan oral resiko
h. Nyari akut atau rangsangan terjadi peningkatan TIK
kronik oral
i. Demam
j.  Mual 7. Angkat Tindakan yang kasar
k.  Muntah kepala beresiko terhadap
l. Bradikardi dengan peningkata TIK
m. Perubahan pupil hati-hati
(ukuran)
n. Pernafasan 8. Awasi Mencegah resiko ketidak
Cheyne-Stokes kecepatan seimbangan cairan
Kussmaul tetesan
cairan
infuse

9. Berikan Mencegah
makanan ketidakseimbangan
personde nutrisi kurang dari
susuai kebutuhan dan
jadwal mempercepat proses
penyembuhan

10. Pasang Mencegah resiko cedera


pagar jatuh akibat tidak sadar
tempat
tidur

11. Pantau Fungsi kortikal dapat


tanda dikaji dengan
gejala TIK mengevaluasi pembukaan
mata dan respons
motorik. Tidak ada
respon menunjukan
kerusakan masenfalon.

12. Kaji respon Perubahan pupil


pupil menunjukan tekanan
pada saraf okulomotorius
atau optikus

13. Kaji tanda Tanda vital menunjukan


vital peningkatan TIK

3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Pantau Kerusakan otak dapat


fisik yang intervensi keseimbang menghasilkan disfungsi
berhubungan dengan keperawatan an cairan hormonal dan metabolic
gangguan selama 3 x 24 jam
neurovascular kebutuhan hidrasi 2. Pantau Memeriksa keadaan
Ditandai dengan: terpenuhi. tanda-tanda umum
vital
DS: klien mengatakan kriteria hasil:
kesulitan untuk  Turgor kulit 3. Pemeriksaa Hal ini dapat
bergerak dan baik n serial dihubungkan dengan
memerlukan bantuan  Tanda vital elektrolit gangguan regulasi
untuk bergarak dalam batas darah atau natrium. Retensi natrium
normal urine dan dapat terjadi beberapa
DO :  Nilai elektrolit osmolalitas hari,diikuti dengan
a. Kelemahan serum dalam diuresis natrium.
b. Parestesia batas normal Peningkatan
c. Paralisis  4.      Berat badan letargi,konfusi,dan
d. Ketidakmampuan dalam batas kejang akibat
e. Kerusakan normal. ketidakseimbangan
koordinasi elektrolit.
f. Keterbatasan
rentang gerak 4. Evaluasi Fungsi elektrolit
g. Penurunan elektrolit dievaluasi dengan
kekuatan otot memantau
elektrolit,glukosa
serum,serta intake dan
output.

5.      Lakukan Urine diuji secarater atur


uji urine untuk mengetahui
kandungan aseton.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak dengan gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik karena trauma tumpul maupun trauma tajam. Deficit
neurologis terjadi karena robeknya subtansi alba,iskemia,dan pengaruh massa karena
hemoragik,serta edema serebral disekitar disekitar jaringan otak. Berdasarkan GCS cedera
kepala/otak dapat terbagi menjadi 3:
1.      Cedera kepala ringan,bila GCS 13-15
2.      Cedera kepala sedang,bila GCS 9-12
3.      Cedera kepala berat bila GCS kurang atau sama dengan 8.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar.J.SpBS.2004.Cedera Kepala.Jakarta:BIP

Batticaca,Fransisca B.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Jakarta:Salemba Medika

Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Jakarta:Salemba Medika

Judha Mohamad dan Hamdani Rahil Nazwar.2011.Sistem Persarafan Dalam Asuhan


Keperawatan.Yogyakarta:Gosyen Publishing

Musliha,S.Kep.,Ns.2010.Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Nuha Medika

Syaifuddin.2009.Anatomi Tubuh Manusia E/2.Jakarta.Salemba Medika

Syaifuddin.2009.Fisiologi Tubuh Manusia E/2.Jakarta.Salemba Medika


Brunner & suddarth.1997.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah E/3 Vol.3.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai