PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Cedera kepala adalah adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan, perlambatan (accelerasi – decelarasi)
yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh
otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma
kepala ,yang dapat melibatkan setiap komponen yang ada, mulai dari kulit kepala ,tulang dan
jaringan otak atau kombinasinya. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan
kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah, disamping penanganan pertama
yang belum benar - benar , serta rujukan yang terlambat (Price dan Wilson, 2005).
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan para dokter
mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan pertama pada penderita.Tindakan
pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi
otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang
sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita. Sebagai tindakan selanjutnya yang
penting setelah primary survey adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan
pembedahan, dan yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan kepala (Iskandar, 2004).
Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% -5%yang memerlukan
tindakan operasi dan sisanya dirawat secara konservatif.Prognosis pasien cedera kepala akan
lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat (Priguna, 2009).
2.2 PENYEBAB CEDERA KEPALA
Jenis cedera yang dapat meneybabkan kerusakan kepala dan jaringan otak sangat bervariasi dari
tekanan yang paling ringan sampai kecelakaan lalu lintas.Pada anak kurang dari 4 tahun cedera
kepala sering disebabkam oleh jatuh dari meja, kursi, tangga, tempat tidur dan lain-
lain.Sedangkan pada anak yang lebih besar sering disebabkan oleh mengendarai sepeda atau
karena kecelakaan lalu lintas (McLaurin RL and Towbin R, 1990).
2.3 PATOFISOLOGI
Kulit kepala, rambut, tulang tengkorak dan tulang muka melindungi otak dari cedera.Bila cedera
dengan tekanan sedang dapat terjadi fraktur linear, tetapi bila dengan kekuatan yang tinggi dapat
menyebabkan suatu fraktur depresi.Otak dan tengkorak memberi respon yang berbeda terhadap
kekuatan akselerasi dan deselerasi yang disebabkan oleh pukulan. Pergerakan otak pada
permukaan tengkorak bagian dalam yang ireguler dan tajam (seperti permukaan orbita, pada
fossa frontalis, sphenoid ridge, falx dantentorium) dapat menyebabkan terjadinya leserasi dan
kontusio pada otak, vena serebral yang berhubungan dengan sinus venosus dapat robek sehingga
darah akan masuk ke ruang subdural.
Fraktur juga dapat menyebabkan putusnya arteri meningeal dan sinus venosus yang besar
menyebabkan perdarahan pada ruang epidural. Setelah cedera otak, cerebral blood flow dapat
menurun oleh karena vaso spasme, sedangkan pada daerah yang lain dapat terjadi dilatasi arteriol
akibat hilangnya mekanisme pengaturan yang otomatis. Akibat daripada vasodilatasi pembuluh
darah disertai dengan edem serebri dan adanya hematoma dapat meninggikan tekanan
intrakranial (Russel & Patterson, 1975).
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial,
perubahan tekanan vaskuler dan udem paru.
Cedera kepala menurut patofisiologi adalah sebagai berikut :
A. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (accelerasi-decelarasi rotasi )yang
menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
1. Gagar kepala ringan
2. Memar otak
3. Laserasi
B. Cedera kepala sekunder
Pada gejala cedera kepala sekunder dapat terjadi :
1. Hipotensi sistemik
2. Hipoksia
3. Hiperkapnea
4. Udema otak
5. Komplikasi pernafasan
2.4 KLASIFIKASI
Akibat cedera kepala dapat terjadi beberapa bentuk kelainan seperti:
1. Kulit kepala
a. Luka tertutup
b. Luka terbuka
2. Fraktur tulang tengkorak, yang terdiri atas:
a. Fracture linear
b. Fracture diastetik
c. Fracture basis
d. Fracture depresi
e. Fracture gabungan
f. Growing fracture
3. Cedera otak
a. Concussion
b. Contusio
c. Laserasi
4. Intrakranial hematoma
a. Ekstradural hematoma
b. Subdural hematoma
c. Subdural hygroma
d. Intraserebral hematoma (Gilroy JB, 1982; Menkes JH, 1980)
2.5 KOMPLIKASI
epidural hemtoma
terdapat penhgumpulan darah di antara tulang tengkorakdan duramater akibat pecahnya
pembuluh darah / abang cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater. Pembuluh
darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahay. Dapat terjadi beberapa jam
sampai 1-2 hari .lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parientalis.
Gejala gejala yang terjadi :
1. Penurunan tingkat kesadaran
2. Myeri kepala
3. Muntah
4. Hemiparesis
5. Dilatasi pupil ipsilateral
6. Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irregular
7. Penurunan nadi
8. Peningkatan suhu
Subdural hematoma
Terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjaid
akibat pecahnya pembuluh darah vena ( jembatan vena biasanya terdapatdiantara durameter,
pendarahan lambat dan sedikit . periode akut terjadi dalam 48 jam – 2 hari atau 2 minggu dan
kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau bebersapa bulan.
Tanda tanda dan gejala yang terjadi :
1. Nyeri kepala
2. Bingung
3. Mengantuk
4. Menarik diri
5. Berfikir lambat
6. Kejang
7. Udem pupil
Pendarahan intracebral
Adalah pendarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah.
Gejala nya antara lain :
1. Nyeri kepala
2. Penurunan kesadaran
3. Komplikasi pernapasan
4. Hemiplegia kontra lateral
5. Dilatasi pupil
6. Perubahan TTV
Pendarahan subarachnoid
Akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak.Hampir selalu ada pada cedera kepala
yang hebat.
Gejalanya antara lain :
1. Penurunan kesadaran
2. Nyeri kepala
3. Hampiparese
4. Dilatasi pupil ipsilateral
5. Kaku kuduk
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
3. Riwayat tidak sadar atau anamnesis setelah cedera kepala menunjukan derajat kerusakan
yang berarti,dimana perubahan selanjutnya dapat menunjukan pemulihan atau terjadinya
kerusakan otak sekunder.
4. Komplikasi
Edema serebral dan herniasi
Deficit neurologis
Infeksi sistemik (pneumonia,ISK,septikemia)
Infeksi bedah neuro (infeksi luka, osteomeilitis, meningitis, ventrikulitis, abses otak)
Osifikasi heterotrofik ( nyeri tulang pada sendi-sendi yang menunjang berat badan)
5. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum
Pada keadaan cedera kepala biasanya mengalami penurunan kesadaran (cedera kepala
ringan,GCS: 13-15; cedera kepala sedang GCS: 9-12; cedera kepala berat GCS: kurang
atau sama dengan 8) dan terjadi juga perubahan tanda-tanda vital.
6. Breathing (B1)
Perubahan system persyarafan tergantung gradasi dari perubahan serebral akibat trauma
kepala.
Inspeksi : klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu
nafas, dan peningkatan frekuensi nafas. Terdapat retraksi klafikula/dada, pengembangan
paru tidak simetris. Ekspansi dada tidak penuh dan tidak simetris.
Palpasi: fremitus menurun disbanding dengan sisi yang lain akan didapatkan jika
melibatkan trauma pada rongga otak.
Perkusi: adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma pada
thorak/hematoraks.
Auskultasi: bunyi nafas tambahan,stridor,ronchi pada klien yang dengan peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk menurun terutama pada status kesadaran koma.
7. Blood (B2)
Sering ditemukan syok hipovelemik pada cedera kepala sedang dan berat. Tekanan darah
normal atau berubah, nadi bradikardi, takikardi dan aritmia. Frekuansi nadi cepat dan
lemah Karen homeostatis tubuh untuk menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer.
Nadi bradikardi sebagai tanda perubahan perfusi jaringan otak
Kulit pucat karena penurunan kadar hemoglobin dalam darah
Hipotensi menandakan adanya perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari syok
Terjadi retensi atau pengeluaran garam dan air oleh tubulus sehingga elektrolit
meningkat.
8. Brain (B3)
Pengkajian tingkat kesadaran : letargi,stupor,semikomatosa sampai Koma
Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian saraf cranial
9. Bladder (B4)
Kaji keadaan urine meliputi warna,jumlah, dan karakteristik urine termasuk berat jenis
urine
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya
perfudsi pada ginjal
Setelah cedera kepala,klien terjadi inkotinensia urine
10. Bowel (B5)
· Terjadi kesulitan menelan,nafsu makan menurun,mual dan muntah pada fase akut.
Defekai terjadi kontipasi akibat penurunan peristaltic usus
· Pemeriksaan rongga mulut terdapat mulut dan dehidrasi
· Bising usus menurun atau hilang. Motiitas usus menurun
11. Bone (B6)
Disfungsi motorik yaitu : kelemahan pada seluruh ekstrimitas. Kaji warna kulit ,suhu
kelembabpan dan turgor kulit,warna kebiruan. Pucat pada wajah dan membrane mukosa
karena rendahnya kadar hemoglobin atau syok.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan
perubahan membrane alveolar-kapiler.
Ditandai dengan:
DS: klien mengatakan sulit bernafas dan sesak nafas
DO:
a) Gangguan visual
b) Penurunan karbon dioksida
c) Takikardia
d) Tidak dapatistirahat
e) Somnolen
f) Irritabilitas
g) Hipoksia
h) Bingung
i) Dispnea
j) Perubahan warna kulit (pucat,sianosis)
k) Hipoksia atau hiperkabia
l) Frekuensi dan irama pernafasan abnormal
m) Sakit kepala saat bangun tidur
n) Diaphoresis
o) pH darah arteri abnormal
p) mengorok
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Ditandai dengan:
DS : klien/keluarga mengatakan adanya kejang
DO :
a) Perubahan tingkat kesadaran
b) Gangguan atau kehilangan memori
c) Deficit sensori
d) Perubahan tanda vital
e) Perubahan pola istirahat
f) Retensi urine
g) g)Gangguan berkemih
h) Nyari akut atau kronik
i) Demam
j) Mual
k) Muntah
l) Bradikardi
m) Perubahan pupil (ukuran)
n) Pernafasan Cheyne-Stokes Kussmaul
4. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan akibat sekunder dari penurunan tingkat kesadaran.
Ditandai dengan:
DS: keluarga mengatakan klien tidak sadar
DO:
a) Klien menunjukan ketidakadekuatan nutrisi
b) Terjadi penurunan BB 20 % atau lebih dari berat badan ideal
c) Konjungtiva anemis
d) Hemoglobin abnormal
e) Penurunan tingkat kesadaran
6. Resiko mencederai diri sendiri : trauma jatuh berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran
Ditandai dengan:
DS: keluarga mengatakan klien gelisah
DO:
a) Disorentasi waktu
b) Gelisah
c) Letargi
d) Stupor
e) CT-scan kepala menunjukan adanya kerusakan
RENCANA TINDAKAN
Diagnosa Tujuan
NO Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Istirahatkan Posisi semifowler
gas yang berhubungan intervensi selama 1 klien dalam membantu dalam ekpansi
dengan x 24 jam,gangguan posisi otot-otot pernafasan
ketidakseimbangan pertukaran gas semifowler dengan pengaruh
perfusi ventilasi dan teratasi. graviatasi.
perubahan membrane
alveolar-kapiler. kriteria hasil: 2. Pertahankan Oksigen sangat penting
Ditandai dengan: 1. klien akan oksigenasi sekali dalam memelihara
DS: klien mengatakan merasa suplai ATP. Kekurangan
sulit bernafas dan nyaman oksigen pada jaringan
sesak nafas 2. klien akan menyebabkan
DO: mengatakan lintasan metabolism yang
a. Gangguan visual sesak normal dengan akibat
b. Penurunan karbon berkurang dan terbentuknya asam laktat
dioksida dapat (asidosis metabolik) ini
c. Takikardia membandingka bersama dengan asidosis
d. Tidak dapat n dengan respiratorik akan
istirahat keadaan sesak menghentikan
e. Somnolen pada saat metabolisme. Regenerasi
f. Irritabilitas serangan ATP akan berhenti
g. Hipoksia (onset) yang sehingga tidakada lagi
h. Bingung berbeda waktu. sumber energi yang terisi
i. Dispnea 3. TD dalam dan terjadi kematian.
j. Perubahan warna batas normal
kulit 90/60 mmhg 3. Observasi Normalnya TD akan
(pucat,sianosis) 3-6th: 110/70 tanda vital sama pada berbagai
k. Hipoksia atau mmhg tiap jam atau posisi.
hiperkabia 7-10th: 120/80 sesuai Nadi menandakan
l. Frekuensi dan mmhg respon klien tekanan dinding arteri
irama pernafasan 11-17th: 130/80 Suhu tubuh abnormal
abnormal mmhg disebabkan oleh
m. Sakit kepala saat 18-44th: 140/90 mekanisme pertahanan
bangun tidur mmhg tubuh yang menandakan
n. Diaphoresis 45-64th: 150/95 tubuh kehilangan daya
o. pH darah arteri mmhg tahan atau mekanisme
abnormal >65 th: 160/95 pengaturan suhu tubuh
p. mengorok mmhg yang buruk.
(Campbell,1978) 4. Kolaborasi Sesak nafas merupakan
pemeriksaan tanda bahwa tubuh
Nadi dalam batas AGD memiliki mekanisme
normal: kompensasi sedang
Janin: bekerja guna mencoba
120-160x/mnt membawa oksigen lebih
Bayi: 80-180x/mnt banyak ke jaringan.
Anak: Sesak nafas pada
70-140x/mnt penyakit paru dan
Remaja: 50- jantung
110x/mnt mengkhawatirkan karena
Dewasa; dapat timbul hipoksia.
70-82x/mnt
4. AGD dalam
batas normal
pH: 7,35-7,45
CO2: 20-26 mEq
(bayi) 26-28
mEq (dewasa)
PO2 (PaO2):80-
110 mmhg
PCO2 (PaCO2):3
5-45mmhg
SaO2: 95-97%
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Ubah posisi Klien dengan paraplegia
perfusi jaringan intervensi klien secara berisko mengalami luka
serebralyang keparawatan, klien bertahap tekan (dekubitus).
berhubungan dengan tidak menunjukan
peningkatan tekanan peningkatan TIK . 2. Jaga Suasana nyaman akan
intracranial suasana memberikan rasa nyaman
Ditandai dengan: tenang pada klien dan
DS : klien/keluarga Kriteia hasil: mengurangi ketegangan.
mengatakan adanya Klien akan
kejang mengatakan 3. Atur posisi Bedrest bertujuan
DO : tidak sakit pasien mengurangi kerja
a. Perubahan tingkat kepala dan bedrest fisik,beban kerja
kesadaran merasa nyaman jantung.
b. Gangguan atau Mencegah
kehilangan cedera 4. Kurangi Cahaya merupakan
memori GCS dalam cahaya rangsangan yang beriko
c. Deficit sensori batas normal ruangan meningkatkan TIK
d. Perubahan tanda Peningkatan
vital pengetahuan
e. Perubahan pola pupil membaik 5. Tinggikan Membantu drainase vena
istirahat 5. Tanda vital kepala untuk mengurangi
f. Retensi urine dalam batas kongesti serebrovaskuler
g. Gangguan normal
berkemih 6. Hindari Rangsangan oral resiko
h. Nyari akut atau rangsangan terjadi peningkatan TIK
kronik oral
i. Demam
j. Mual 7. Angkat Tindakan yang kasar
k. Muntah kepala beresiko terhadap
l. Bradikardi dengan peningkata TIK
m. Perubahan pupil hati-hati
(ukuran)
n. Pernafasan 8. Awasi Mencegah resiko ketidak
Cheyne-Stokes kecepatan seimbangan cairan
Kussmaul tetesan
cairan
infuse
9. Berikan Mencegah
makanan ketidakseimbangan
personde nutrisi kurang dari
susuai kebutuhan dan
jadwal mempercepat proses
penyembuhan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak dengan gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik karena trauma tumpul maupun trauma tajam. Deficit
neurologis terjadi karena robeknya subtansi alba,iskemia,dan pengaruh massa karena
hemoragik,serta edema serebral disekitar disekitar jaringan otak. Berdasarkan GCS cedera
kepala/otak dapat terbagi menjadi 3:
1. Cedera kepala ringan,bila GCS 13-15
2. Cedera kepala sedang,bila GCS 9-12
3. Cedera kepala berat bila GCS kurang atau sama dengan 8.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar.J.SpBS.2004.Cedera Kepala.Jakarta:BIP