Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PERILAKU KEKERASAN

OLEH:
ADELLIA MEIDITA DARMASARI
2020.04.001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
I. Masalah Utama
Perilaku kekerasan

II. Proses Terjadi Masalah


A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sudeen, 1998). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
2007; 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Dep Kes, RI, 2000 ; 147).
Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti& Iskandar (2012.95) Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayahkan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon
terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.
Berdasarkan beberapa pengertian Perilaku Kekerasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Perilaku Kekerasan yaitu suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran frustasi, benci atau marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan.

B. Etiologi
Menurut Direja (2011,132), ada beberapa faktor penyebab perilaku
kekerasan seperti :
1. Faktor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut di alami oleh individu :
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau sanksi
penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement
Yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Teori psikoanalitik
Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan membuat konsep diri
yang rendah. Agresi dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti
dalam hidupnya.
2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
injuri fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut:
a. Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal maupun eksternal.

C. Tanda dan gejala


Menurut Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI,2016) tanda
gejala sebagai berikut:
1. Tanda dan gejala mayor
a. Subjektif
- Mengancam
- Mengumpat dengan kata-kata kasar
- Suara keras
- Bicara ketus
b. Objektif
- Menyerang orang lain
- Melukai diri sendiri/orang lain
- Merusak lingkungan
- Perilaku agresif/amuk
2. Tanda dan gejala minor
a. Subjektif
(tidak tersedia)
b. Objektif
- Mata melotot dan pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup
- Wajah memerah
- Postur tubuh kaku

D. Masalah keperawatan yang muncul


1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan / amuk
3. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

E. Rentang respon
Adaptif Maladaptive

Asertif Frutasi Pasif Agresif Kekerasan


Gambar 2.1.Rentang respon perilaku kekerasan menurut keliet, 1999 dalam Direja
(2011)
Keterangan:
1. Respon adaptif.
a. Asertion adalah dimana individu mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau
menyakiti orang lain.
b. Frustasi adalah individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan
tidak menemukan alternative.
2. Respon maladaptif
a. Pasif adalah indivudu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien
tampak pemalu, pendiam sulit diajak bicara karena rendah diri dan
merasa kurang mampu.
b. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku
yang tampak berupa : muka kusam, bicara kasar, menuntut, kasar di
sertai kekerasan.
c. Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan
kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.

F. Mekanisme koping
Menurut Eko Prabowo (2014) mekanisme koping yang dipakai pada
pasien perilaku kekerasan untuk melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara
normal.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar.
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan
melebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan nya
sebagai rintangan.
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada objek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan
emosi.
III. Pohon Masalah

Affect Resiko mencederai diri sendiri


orang lain dan lingkungan

Core problem Perilaku kekerasan

Causa Gangguan konsep:


Harga diri rendah

IV. Data Yang Perlu Dikaji


1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
a. Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk
a. Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
b. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

V. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
VI. Penatalaksanaan NCP (Nursing Care Planing)
No.D Diagnosa keperawatan Perencanaan
x
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Perilaku kekerasan TUM: Klien dan keluarga Klien menunjukan tanda- Bina hubungan saling Kepercayan dari
Mampu mengatasi atau tanda kepada perawat percaya dengan klien merupakan
memberikan resiko melalui : mengemukakan hal yang akan
perilaku kekerasan 1. Ekspresi wajah cerah, prinsip komunikasi memudahkan
tersenyum terapeutik: perawat dalam
TUK 1: 2. Mau berkenalan 1. Mengucapkan melakukan
Klien dapat membina 3. Ada kontak mata salam terapeutik, pendekatan
hubungan saling percaya 4. Bersedia sapa klien dengan keperawatan atau
menceritakan ramah, baik, verbal intervensi
perasaannya maupun nonverbal selanjutnya
5. Bersedia 2. Berjabatan tangan terhadap klien
mengungkapkan dengan klien
masalah 3. Perkenalkan diri
dengan sopan
4. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang di sukai klien
5. Jelaskan tujuan
pertemuan
6. Membuat kontrak
topik, waktu dan
tempat setiap kali
bertemu klien
7. Tunjukan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya
8. Beri perhatian
kebutuhan dasar
klien
TUK 2: 1. Menceritakan perilaku Bantu klien
Klien dapat kekerasan yang mengungkapkan
mengidentifikasi penyebab dilakukannya perasaan marahnya :
perilaku kekerasan yang 2. Menceritakan perasaan 1. Diskusikan
dilakukannya jengkel/kesal, baik dari bersama klien
diri sendiri maupun menceritan
lingkungan penyebab rasa
kesal atau rasa
jengkel
2. Dengarkan
penjelasan klien
tanpa menyela atau
memberi penilaian
pada setiap
ungkapan perasaan
klien
TUK 3: 1. Fisik : Membantu klien Deteksi dini dapat
Klien dapat a. Mata merah mengungkapkan mencegah
mengidentifikasi tanda- b. Tangan mengepal tanda-tanda kekerasan tindakana yang
tanda perilaku kekerasan c. Ekspresi tenang dan yang dialaminya : bisa
lain-lain diskusi dan motivasi membahayakan
2. Emosional : klien untuk klien dan
a. Perasaan marah menceritakan kondisi lingkungan sekitar
b. Jengkel fisik saat perilaku
c. Bicara kasar kekerasan terjadi.
3. Sosial : 1. Diskusikan dan
a. Bermusuhan yang motivasi klien
dialami saat terjadi untuk menceritakan
perilaku kekerasan kondisi fisik saat
perilaku kekerasan
terjadi
2. Diskusi dan
motivasi klien
untuk menceritakan
kondisi emosi nya
saat terjadi perilaku
kekerasan
3. Diskusikan dan
motivasi klien
uintuk
menceritakan
kondisi
psikologfios saat
terjadi
perilakukekerasan
4. Diskusikan dan
motivasi klien
untuk kondisi
hubungan dengan
orang lain saat
terjadi perilaku
kekerasan.
TUK 4: 1. Jenis-jenis ekspresi Diskusikan dengan Melihat
Klien dapat kemerahan yang klien seputar perilaku mekanisme koping
mengidentifikasi jenis selama ini dilakukan kekerasan yang klien dalam
perilaku kekerasan yang 2. Perasaan saat dilakukan selama ini : menyelesaikan
pernah dilakukan melakukan kekerasan 1. Diskusikan dengan masalah yang di
3. Aktifitas cara yang klien seputar hadapinya
dipakai dalam perilaku kekersan
menyelesaikan masalah yang dilakukan
selama ini
2. Motivasi klien
menceritakan
jenis-jenis tindakan
kekkerasan yang
selama ini pernah
dilakukannya
3. diskusikan apakah
dsengan kekerasan
yang dilakukan nya
masalah yang
dialami.
TUK 5: 1. Diri sendiri dilukai, Diskusikan dengan Membantu klien
Klien dapat dijauhi, teman, dan klien akibat negatif melihat dampak
mengidentifikasi akibat lingkungan atau kerugian dari yang ditimbulkan
dari perilaku kekerasan 2. Orang lain/keluarga cara atau tindakan akibat perilaku
luka, tersinggung, kekerasan yang kekerasan yang
ketakutan dilakukan pada: dilakukan
3. Benda-benda dirumah - Diri sendiri
- Orang
lain/keluarga
- Lingkungan
TUK 6: 1. Dapat menjelaskan Diskusikan dengan Menurunkan
Klien dapat cara-cara sehat dalam klien seputar : perilaku yang yang
mengidentifikasi cara mengungkapkan - Apakah klien mau deskruktif yang
kontruktif atau cara-cara marah. mempelajari cara berpotensi
sehat dalam baru mencederai klien
mengungkapkan mengungkapkan dan lingkungan
kemarahan cara marah yang sekitar
sehat
- Jelaskan berbagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
kemarahan selain
perilaku kekerasan
yang diketahui
- Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
kemarahn :
- Cara fisik : Napas
dalam ,pukul
kasur, olahraga
1. Verbal
Mengungkapkan
bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang
lain
2. Sosial
Latihan asertif dengan
orang lain
3. Spritual :
Sembah yang,
meditasi, sesuai
dengan keyakinan
agama nya masing-
masing.
TUK 7: 1.Fisik 1. Diskusi cara yang 1. Keinginan
Klien dapat Tarik napas dalam, mungkin dipilih marahnya tidak
mendemonstrasikan cara memukul bantal serta anjurkan klien bisa diprediksi
mengontrol perilaku 2. Verbal memilih cara yang waktunya serta
kekerasan Mengunkapkan mungkin siapa yang
perasaan rasa diterapkan untuk memicunya
kesal/jengkel kepada mengungkapkan 2. Meningkatkan
orang lain tanpa kemarahannya kepercayaan diri
menyakiti. 2. Latih klien klien serta
3. Spritual memperagakan asertif
Doa, meditasi sesuai cara yang dipilih (ketegasan) saat
agamanya dengan mareah atau
melaksanakan cara jengkel
yang dipilihnya
3. Jelaskan cara
manfaat tersebut
4. Anjurkan klien
menirukan
peragaan yang
sudah dilakukan
5. Beri penguatan
pada pasien
TUK 8: 1. Dapat menjelaskan 1. Diskusikan Keluarga
Klien mendapat dukungan cara merawat klien pentingnya peran merupakan sistem
keluarga untuk mengontrol dengan perilaku serta keluarga pendukung utama
risiko perilaku kekerasan kekerasan sebagai bagi klien dan
pendukung klien merupakan bagian
dalam mengatasi penting dari
risiko perilaku rehabilitas klien
kekerasan
2. Diskusikan
potensi keluarga
untuk membantu
klien mengatasi
perilaku
kekerasan
3. Jelaskan
pengertian
penyebab, akibat
dan cara merawat
klien risiko
perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan oleh
keluarga
4. Peragakan cara
merawat klien
menangani PK
5. Beri kesempatan
untuk
memperagakan
ulang cara
perawatan
terhadap klien
6. Beri pujian
terhadap keluarga
setelah peragaan
7. Tanya perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan.
TUK 9: 1. Kerugian tidak minum 1. Jelaskan manfaat Membantu
Klien menggunakan obat obat menggunakan obat penyembuhan
sesuai program yang telah 2. Nama obatbentuk dan secara teratur dan klien mengontrol
ditetapkan warna obat kerugian jika tidak kegiatan klien
3. Dosis yang diberikan tidak minum obat dan
kepadanya menggunakan obat mencegah klien
4. Waktu pemakain 2. Jelaskan kepada putus obat
5. Efek disamping klien
6. Klien menggunakan 3. Jenis obat, nama,
obat sesuai program warna, dan bentuk
4. Dosis yang tepat
untuk klien
5. Waktu pemakain
6. Cara pemakaian
7. Efek yang akan
dirasakan klien
8. Anjurkan klien
untuk minta obat
tepat waktu
9. Lapor perawat atau
dokter jika
mengalami efek
yang tidak biasa
10. Beri pujian
terhadap
kedisplinan klien
menggunakan
obat
VII. Strategi Pelaksanaan
Perilaku kekerasan
SP 1 Pasien SP 1 Keluarga
1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang
antara perawat dan klien rasakan keluarga dalam merawat
2. Mengidentifikasi penyebab pasien.
perilaku kekerasan 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
3. Mengidentifikasi perilaku gejala perilaku kekerasan yang
kekerasan dialami pasien beserta proses
4. Mengidentifikasi akibat perilaku terjadinya perilaku kekerasan
kekerasan
5. Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan
6. Membantu pasien mempraktekan
latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik 1 : latihan
napas dalam
7. Menganjurkan pasien memasukan
dalam kegiatan harian
SP 2 Pasien SP 2 Keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1.Melatih keluarga mempraktekan
harian pasien cara merawat pasien dengan
2. Melatih pasien mengontrol perilaku perilaku kekersan
kekerasan dengan cara fisik 2 : 2.Melatih keluarga melakukan cara
pukul kasue dan bantal merawat langsung pada pasien
3. Menganjurkan pasien memasukan perilaku kekerasan
ke dalam kegiatan harian
SP 3 Pasien SP 3 Keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1.
harian pasien jadwal aktifitas dirumah termasuk
2. Melatih pasien mengontrol minum obat (perencanaan pulang)
perilaku kekerasan dengan cara 2.
sosial atau verbal pasien setelah pulang
3. Menganjurkan pasien memasukan
ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spritual
3. Mengajurkan pasien memasukan
ke dalam kegiatan harian
SP 5 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukan
kedalam kegiatan harian

VIII. Terapi Aktivitas Kelompok


Mencegah perilaku kekerasan dengan sosial verbal

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan
Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai