Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas antara pembahasan antara terori dan kasus nyata dengan
pengkajian kasus nyata dan teori pada pasien kanker endometrium, maka penulis akan
membahas tentang masalah yang timbul pada gangguan tersebut dan kesenjangan antara kasus
nyata dan teori pada pengkajian yang ada pada pasien dengan kanker endometrium, diagnosa
yang muncul, intervensi yang direncanakan, implementasi yang diberikan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian Keperawatan

Pada kasus nyata, karakteristik atau gejala klinis utama yang dikeluhkan pada Ny. M adalah
adanya keluhan nyeri pada area perut bagian bawah, skala nyeri 3, dan saat dilakukan
pemeriksaan TTV didapatkan TD : 120/90 mmHg, Nadi : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, dan
Suhu : 366 oC. Pada pengkajian secara teori keluhan utama yang biasanya muncul adalah nyeri
daerah abdomen. Keluhan lainnya adalah lemas dan pusing (NIC – NOC , 20015). Penjabaran
karakteristik diatas dapat dilihat bahwa keluhan utama pada kasus nyata dan teori menunjukkan
kesamaan. Pada kasus nyata tidak ditemukan pasien mengeluh lemas, haus, dan mual karena
tidak semua pasien dengan kanker endometrium mengeluh hal tersebut, tergantung dari daya
tahan tubuh pasien sendiri.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada kasus Nn. Y diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu : 1) Nyeri kronis b.d nekrosis
jaringan akibat kanker endometrium, 2) Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakitnya. Sedangkan menurut (Manuaba, 2008) diagnosa keperawatan
yang muncul pada kanker endometrium adalah teori pre penanganan operasi, radiasi, kemoterapi
adalah nyeri kronis b.d nekrosis jaringan akibat kanker endometrium, pk anemia, gangguan citra
tubuh b.d perubahan penampilan akibat proses penyakit, disfungsi seksual b.d koitus yang nyeri
akibat nekrosis jaringan akibat kanker endometrium. Diagnosa keperawatan yang muncul pada
post penanganan operasi, radiasi, kemoterapi adalah mual b.d iritasi gastrointestinal akibat
kemoterapi, gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan sekunder akibat kemoterapi, pk

34
anemia, dan ketidakefektifan kinerja peran b,d kehilangan fungsi peran sebagai wanita akibat
tindakan operatif pengangkatan rahim. Antara teori dan kasus nyata terdapat kesenjangan dimana
pada teori terdapat diagnosa disfungsi seksual sedangkan di kasus nyata tidak muncul karena
pasien tidak mengalami disfungsi seksual dan pasien setelah mengetahui penyakit yang
dialaminya pasien dan suami tidak pernah berhubungan seksual. Gangguan citra tubuh tidak
muncul karena pasien tidak mengalami perubahan pada tubuhnya seperti pasien mengalami
rambut rontok dan botak, sedangkan pada kasus nyata muncul masalah gangguan rasa nyaman
(nyeri) karena pasien merasa nyeri di sekitar abdomen sehingga pasien tidak dapat bergerak
bebas.
4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang direncanakan dalam perawatan pada pasien Ny. M difokuskan dalam
mengatasi dua masalah yang muncul dan prioritas. Pada masalah gangguan rasa nyaman (nyeri),
tujuan yang ditetapkan adalah nyeri berkurang. Adapun intervensi yang direncanakan adalah
jelaskan penyebab nyeri, berikan tindakan kenyamanan dasar (ubah posisi pasien dari sisi yang
sakit) dan berikan gosokan punggung atau anjurkan teknik nafas dalam, ajarkan atau anjurkan
teknik relaksasi, observasi TTV, dan observasi perhatian atau perubahan perilaku pasien, dan
kolaborasi berikan obat analgesik. Hal ini didukung oleh Wilkonson (2011) mengenai intervensi
yang dilakukan dalam mengatasi nyeri adalah dengan tahap pengkajian lalu dilakukan
penyuluhan kesehatan, aktivitas kolaboratif seperti pemberian obat analgesik, serta tindakan
keperawatan seperti managemen nyeri lewat pendekatan keperawatan seperti teknik relaksasi dan
distraksi. Dalam perencanaan intervensi terhadap masalah nyeri, penulis melakukan intervensi
kolaboratif yaitu pemberian obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

Pada masalah kecemasan (ansietas), tujuan yang ditetapkan adalah pengetahuan pasien
bertambah. Intervensi yang direncanakan yaitu yakinkan informasi pasien tentang diagnosa,
harapan dari terapi pembedahan dan terapi selanjutnya, jelaskan tujuan dari setiap tindakan yang
akan dilakukan; berikan lingkungan, perhatian, keterlibatan dan penerimaan juga privasi untuk
pasien dan orang terdekat; dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan rasa
takutnya; dan jelaskan tersedianya dukungan pada pasien. Menurut NIC – NOC (2015)
intervensi yang dilakukan pada masalah kecemasan (ansietas) yaitu jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama prosedur; dengarkan dengan penuh perhatian; temani pasien untuk

35
memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut. Jadi antara teori dan kasus nyata terdapat
kesamaan. Antara teori dan kasus nyata terdapat kesamaan.

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi kepada Ny. M dengan masalah gangguan rasa nyaman (nyeri) yaitu
menjelaskan kepada pasien tentang kondisi dan menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan yaitu mengatasi nyeri pada pasien; mengobservasi skala nyeri pasien; mengajarkan
pasien melakukan teknik relaksasi dengan mengambil nafas dalam lewat hidung tahan 3 detik
lalu menghembuskan perlahan lewat mulut, menganjurkan pasien melakukan teknik relaksasi;
dan mengobservasi tanda-tanda vital pasien. Pada masalah kecemasan (ansietas) yaitu memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan kecemasannya; mengobservasi sistem
pendukung yang tersedia untuk pasien (orang tua pasien), memberi lingkungan yang kondusif
dan tenang, dan mengobservasi tanda-tanda vital pasien. Implementasi secara teori merupakan
kategori dan perilaku keperawatan dimana tindakan keperawatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan
dan proses keperawatan (Potter&Perry, 2006). Tindakan keperawatan secara teori adalah
tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif (Tarwoto dan Wartonah, 2015). Jadi pada bagian ini
penulis melihat bahwa implementasi secara teori dan kasus nyata harus disesuaikan dengan
kondisi pasien, sehingga masalah yang muncul dapat teratasi dengan baik.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dari kasus nyata, diagnosa gangguan rasa nyaman (nyeri) dapat teratasi pada tanggal
20/04/2019, dimana pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri, pasien tampak berhati-hati
dalam bergerak, pasien tampak segar dan hasil dari TTV TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit,
2o
RR : 18 x/menit, dan Suhu : 36 C. Pada diagnosa kecemasan (ansietas) dapat teratasi pada
tanggal 19/04/2019 dimana tidak gelisah, pasien rileks, wajah pasien tenang dan hasil TTV TD :
120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, dan Suhu : 36 o C. Pada teori evaluasi
keperawatan yang dinilai dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan meliputi pasien
melaporkan adanya penurunan rasa nyeri, mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis
yang dimiliki, dan mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.

36
Pada diagnosa kecemasan (ansietas) meliputi pasien merasa nyaman dalam menjalani perawatan,
tidak tampak gejala marah atau agresif dan pasien dapat memulai percakapan.

37

Anda mungkin juga menyukai