Anda di halaman 1dari 16

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

PENULARAN HIV/AIDS DARI SUAMI KE ISTRI

DISUSUN OLEH :

Rina Novitasari. (010117A084)

Rizky Erwin. (010117A092)

Umi septiany (010117A110)

Shadilla putri (010117A106)

Mela anggraeni (010117A056)


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN 2018/2019

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

PENULARAN HIV/AIDS DARI SUAMI KE ISTRI

Judul : Penularan HIV/AIDS dari suami ke istri

Pokok Bahasan : a.) Pengertian HIV/AIDS

: b.) Penyebab HIV/AIDS

: c.) Penularan HIV/AIDS

: d.) Tanda dan Gejala HIV/AIDS

: e.) Pencegahan HIV/AIDS

: f.) Penatalaksanaan

Topik : Cara Penularan HIV/AIDS Pada Suami ke Istri

Sasaran : Remaja Terutama Suami Istri

Tempat : Desa Pandu Senjaya,kec.Pangkalan lada,kab.Kota


Waringin Barat

Hari/Tanggal : Sabtu 22 November, 2018

Penyuluh : Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo Ungaran


A. Latar Belakang
Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh
Retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh.
Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi
mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal, yang dikenal
dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS pertamakali ditemukan oleh
Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan virusnya ditemukan oleh
Luc Montagnier pada tahun 1983. Penyakit AIDS dewasa ini telah
terjangkit dihampir setiap negara didunia (pandemi), termasuk diantaranya
Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat sebanyak
8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta orang dewasa dan 1,7
juta anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari
Direktorat Jenderal P2M dan PLP Departemen Kesehatan RI sampai
dengan 1 Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang yang
dilaporkan oleh 23 propinsi di Indonesia. Data jumlah penderita
HIV/AIDS di Indonesia pada dasarnya bukanlah merupakan gambaran
jumlah penderita yang sebenarnya.Pada penyakit ini berlaku teori “
Gunung Es“ dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari
yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa dibalik 1
penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita
HIV yang belum diketahui. Penyakit AIDS telah menjadi masalahin
ternasional karena dalam waktu singkat terjadi peningkatan jumlah
penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa
epidemic yang terjadi tidak saja mengenai penyakit (AIDS ), virus (HIV)
tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai bidang seperti kesehatan,
sosial, ekonomi politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan
tantangan yang harus dihadapi baik oleh negara maju maupun negara
berkembang. Sampai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat
membantu memecahkan masalah penanggulangan HIV/AIDS belum
ditemukan. Salah satu alternatif dalam upaya menanggulangi problematik
jumlah penderita yang terus meningkat adalah upaya pencegahan yang
dilakukan semua pihak yang mengharuskan kita untuk tidak terlibat dalam
lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV. Dengan
pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar,
sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus
bangsa, merasa perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami
membahasnya dalam penyuluhan ini dan mengangkat judul “Penularan
HIV/AIDS Dari Suami Ke Istri”.

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan tentang HIV-AIDS selama 30 menit,
diharapkan masyarakat dan ibu rumah tangga di wilayah Mlonggo
mengetahui perjalanan penularan HIV-AIDS dari Suami Ke Istri.

B. Tujuan Instruksional Khusus


a. Mengetahui Definisi dari HIV/AIDS
b. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
c. Mengetahui cara penularan HIV/AIDS
d. Mengetahui faktor resiko penularan HIV /AIDS dari suami ke istri
e. Mengetahui pencegahan penularan HIV/AIDS dari suami ke istri
f. Penatalaksanaan

C. Pokok Bahasan
Pentingnya mengetahui penyakit HIV/AIDS dan gejala serta
pencegahannya.
D. Sub Pokok Bahasan
a. Definisi dari HIV/AIDS
b. Tanda dan gejala HIV/AIDS
c. Cara penularan HIV/AIDS dari suami ke istri
d. Faktor resiko penularan HIV/AIDS dari suami ke istri
e. Pencegahan penularan HIV/AIDS dari suami ke istri
f. Penatalaksanaan

E. Materi
Terlampir

F. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi

G. Media
a. Leaflet
b. Lembar Balik

H. Setting Tempat
I. Kegiatan
No. Tahap Waktu Kegiatan
Kegiatan Penyuluh Audiens
1. Pembukaan 3 a. Mengucapkan Salam a. Menjawab
menit kepada peserta b. Menjawab
b. Mengucapkan c. Mendengarkan
terimakasih atas
kedatangan peserta
c. Memperkenalkan
diri dan
mengucapkan tujuan
dari penyuluhan
2. Penyampaian 15 a. Menggali a. Mengemukakan
Materi (Isi) menit pengetahuan peserta pendapat
tentang HIV/AIDS b. Mendengarkan
b. Menjelaskan tentang c. Mendengarkan
definisi HIV/AIDS d. Mendengarkan
c. Menjelaskan tanda e. Mendengarkan
dan gejala f. Mendengarkan
HIV/AIDS g. Mendengarkan
d. Menjelaskan cara
penularan
HIV/AIDS dari
suami ke istri
e. Menjelaskan faktor
resiko penularan
HIV/AIDS dari
suami ke istri
f. Menjelaskan
pencegahan
penularan
HIV/AIDS dari
suami ke istri
g. Penatalaksanaan
3. Tanya Jawab 10 a. Memberikan waktu a. Mengemukakan
menit terhadap peserta jika pendapat atau
ingin menanyakan pertanyaan yang
hal yang belum ingin ditanyakan
dipahami b. Mendengarkan
b. Menjawab
pertanyaan
4. Penutup 2 a. Menyimpulkan hasil a. Ikut menyimpulkan
menit penyuluhan b. Mendengarkan
b. Mengucapkan c. Menjawab salam
evaluasi
c. Mengucapkan
terimakasih atas
perhatian, meminta
maaf apabila ada
kesalahan dan
mengucapkan salam

J. Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan berikan pertanyaan kepada remaja terkait
dengan materi yang sudah dijelaskan :
a. Apa Definisi HIV/AIDS ?
b. Bagaimana tanda dan gejala HIV/AIDS ?
c. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS dari suami ke istri?
d. Bagaimana faktor resiko penularan HIV/AIDS dari suami ke istri?
e. Bagaimana pencegahan penularan HIV/AIDS dari suami ke istri?
f. Bagaimana Penatalaksanaan?
LAMPIRAN

A. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas menangkal infeksi.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai
kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus,
dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh
ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain.
B. Tanda dan gejala HIV/AIDS
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam
yang menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya
berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula,
berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli
klinik telah membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :
1. Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan
memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
2. Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal,
keringat pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa
penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut.
3. AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan
sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat
dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukkan
gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu
tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua.
4. Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat
rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu.
Sering terjadi radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes
yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan
pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya.
Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal
sebelum waktunya.
C. Cara penularan HIV/AIDS
Proses penularan virus HIV melalui beberapa cara yaitu secara horizontal melalui
hubungan seksual dan melalui darah yang terinfeksi atau secara vertical penularan
dari ibunya ke bayi yang dikandungnya. AIDS dikelompokkan dalam infeksi
menular seksual (IMS) karena paling banyak ditularkan melalui hubungan
seksual. Menurut (Murtiastutik, 2008) terdapat empat cara penyebaran virus
HIV/AIDS, yaitu
a. Melalui hubungan seksual yang tidak terlindung dengan orang yang terinfeksi
HIV dan AIDS. Hubungan seksual ini bisa homoseksual (sesama jenis) ataupun
heteroseksual (berlainan jenis). Virus dapat masuk ke tubuh melalui
lapisan/selaput vagina, vulva, penis, rektum atau mulut.
b. Melalui transfuse darah dan transplantasi organ yang terinfeksi/tercemar HIV
dan langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah dari si
penerima.
c. Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) yang
terinfeksi/tercemar HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara bersama-
sama oleh pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV di antara mereka, bila
salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.
d. Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.
Penularan dapat terjadi selama kehamilan, atau persalinan atau selama menyusui.

D. Faktor resiko penularan HIV/AIDS


Indonesia termasuk salah satu Negara di Asia yang pertumbuhan kasus HIV &
AIDS relative cepat, hal ini diungkapkan oleh UNAIDS dalam laporannya.
Kementrian Kesehatan RI melaporkan, dalam kurun waktu 13 tahun, jumlah
kasus AIDS sebesar 30.430 kasus dengan kasus kematian 5.484 kasus yang
dilaporkan secara kumulatif antara 1 Januari sampai dengan 31 Maret 2012.
Kasus AIDS yang dilaporkan tahun 2006 oleh Kementrian Kesehatan RI yang
telah diagregasikan berdasarkan jenis kelamin, 6.604 kasus pada laki-laki dan
1.529 pada perempuan. Data tersebut apabila dibandingkan dengan data
jumlah kasus AIDS yang dilaporkan periode 31 Maret 2012 berdasarkan jenis
kelamin, 20.665 kasus pada laki-laki dan 8.339 kasus pada perempuan. Dari
data ini jelas tergambar prevalansi penularan HIV pada perempuan mengalami
kenaikkan yang sangat signifikan dalam periode 6 tahun terkahir. (Http/
DIRJEN PP&PL KEMENKES RI data kasus 2011).
Menurut Dalimuntae Akhlasiah (2012:137-139) ibu rumahtangga terinfeksi
HIV/AIDS disebabkan oleh berbagai factor diantaranya,
1.Perempuan sangat tergantung secara ekonomi kepada pasangan. Kondisi
timpang seperti ini membuka kemungkinan terjadinya kekerasan dari pihak yang
lebih tinggi daya tawarnya atau menganggap diri dapat menguasai yang lain.
2.Stigma dan diskriminasi. Perempuan mengalami stigma ganda, yaitu sebagai
perempuan makhluk kelas dua yang cenderung disalahkan atas apa yang terjadi
terhadap dirinya sendiri. Masyarakat menganggap semestinya perempuan dapat
menjaga diri, suami, dan keluarganya sehingga tidak terinfeksi HIV/AIDS.Stigma
kedua adalah sebagai ODHA (orang dengan HIV/AIDS), yaitu orang yang
dianggap tidak baik perilakunya dan tidak bermoral, sehingga bisa terinfeksi
penyakit menular dan harus dijauhi. Faktor ini menyebabkan perempuan segan
memeriksakan diri dan mengetahui status HIV-nya, ia pun mengabaikan
kemungkinan dirinya terinfeksi dari pasangan.

3. Secara biologis, mereka lebih mudah tertular penyakit-penyakit melalui


hubungan seksual dibanding laki-laki. Perempuan memiliki permukaan (mukosa)
alat kelamin yang lebih luas sehingga cairan sperma mudah terpapar ketika
hubungan seksual. Selain itu, sperma yang terinfeksi HIV mempunyai konsentrasi
virus yang lebih tinggi dibanding konsentrasi HIV pada cairan vagina. Hal lain
yang berkaitan dengan faktorbiologis adalah kecenderungan perempuan untuk
tidak mengalami gejala pada waktu menderita sebuah penyakit menularseksual.
Penyakit menular seksual diketahui selain menjadi indikatorperilaku berisiko, juga
bisa menjadi pintu bagi HIV, terutama bagi penyakit yang menyebabkan luka atau
ulcer.
1. Akses informasi dan pendidikan perempuan jauh lebih rendah sehingga
mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan
reproduksi, termasuk persoalan seputar HIV/AIDSdan pelayanan
kesehatan yang menjadi hak mereka. Tak bisa dilupakan,hal ini juga
terjadi karena perempuan disosialisasikan sedemikian rupa untuk
menomorduakan kebutuhan kesehatannya sesudah anggota keluarganya.
Bahkan ada stereotip bahwa penyakit-penyakit yangberkaitan dengan
reproduksi dianggap suatu hal yang memalukan dankotor jika terjadi pada
perempuan.

E. Pencegahan penularan HIV/AIDS


Pencegahan Infeksi HIV Melaui Hubungan Seksual HIV terdapat pada semua
cairan tubuh penderita tetapi yang terbuktiberperan dalam penularan AIDS adalah
mani, cairan vagina dan darah. HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual
pria ke wanita, dari wanita ke pria dan dari pria ke pria. Setelah mengetahui cara
penyebaran HIV melaui hubungan seksual maka upaya pencegahan adalah dengan
cara :
•Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun
tidak mungkin dilaksanakan sebas seks merupakan kebutuhan biologis.
•Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan
tidak terinfeksi HIV (homogami)
•Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
•Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
•Tidak melakukan hubungan anogenital.
•Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan
kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.

Bagaimana caranya memastikan agar pasangan


terhindar dari penularan HIV?
1. Bicarakan segala aktivitas seks yang pernah Anda lakukan

Penting untuk Anda berdua untuk menceritakan satu sama lain tentang sejarah
seksual Anda.Anda harus jujur kepada pasangan apabila Anda memiliki HIV. Hal
ini membantu Anda berdua memiliki hubungan seksual yang aman.

Selain itu, Anda juga harus memastikan pasangan Anda tidak pernah berhubungan
seks dengan orang lain yang memiliki HIV. Anda dapat menanyakan hasil
pemeriksaan terbarunya jika Anda tidak yakin benar pasangan Anda memiliki
HIV.

2. Lakukan pemeriksaan rutin bersama

Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu Anda berdua tetap aman.


Melindungi satu sama lain jika Anda berisiko atau terlibat dalam sebuah
hubungan baru adalah hal yang baik untuk dilakukan pasangan seksual. Karena
beberapa pasangan dapat menutup-nutupi hasil tes mereka, cara teraman adalah
untuk melakukan tes bersamaan.

3. Selalu gunakan kondom

Hanya lakukan hubungan seks tanpa kondom apabila Anda berdua memiliki
hubungan monogami di mana Anda berdua bebas dari HIV atau penyakit seksual
lainnya. Melakukan seks aman dan penggunaan kondom adalah hal terpenting
dalam pencegahan HIV. Seks yang aman dapat melindungi Anda dan pasangan
apabila salah satu dari Anda memiliki infeksi HIV. Tentu, mudah untuk
mengatakan “kali ini saja” untuk melewatkan pengaman, namun yang terpenting
adalah: carilah pilihan teraman dan selalu gunakan pengaman, seperti:

 Kondom untuk pria


 Kondom untuk wanita
 Dental dam (dapat digunakan untuk hubungan seks oral untuk wanita-wanita,
pria-wanita dan pria-pria)

4. Gunakan pelumas
Pelumas seks dapat sangat membantu walaupun tidak dapat mencegah HIV.
Apabila Anda menggunakan kondom, ada risiko kondom bisa sobek. Cara terbaik
untuk mencegahnya adalah dengan mengurangi tekanan gesekan pada kondom
dengan pelumas. Selalu gunakan pelumas berbahan dasar air, karena pelumas
lainnya dapat mengikis lateks pada kondom dan menyebabkan peningkatan risiko
kondom rusak.

Pelumas juga terutama sangat penting untuk seks anal. Tidak hanya melindungi
tubuh Anda dari lecet, namun pelumas juga melindungi kondom, karena seks anal
lebih mudahmenyebabkan gesekan kasar pada kondom daripada seks vagina.

5. Gunakan kondom dengan benar

Kondom mungkin terlihat rumit, namun sebenarnya cukup mudah untuk


digunakan jika Anda tahu caranya yang tepat. Penggunaan kondom yang tepat
penting untuk mencegah infeksi HIV, karena kondom yang robek atau tidak
terpasang dengan benar hampir sama dengan tidak menggunakan kondom.
Simpan kondom dengan benar: jauhkan dari sinar matahari, dan simpan di tempat
yang sejuk dan kering. Jangan lupa tanggal kedaluwarsa kondom (“MFG” berarti
tanggal pembuatan). Buka kemasan secara hati-hati dengan tangan dan bukan
gigi. Jangan pula menyimpan kondom di dompet.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klinis infeksi HIV/AIDS dikonsentrasikan pada terapi
umum dan terapi khusus serta pencegahan penularan yang meliputi penderita
dianjurkan untuk berisitirahat dan meminimalkan tingkat kelelahan akibat
infeksi kronis, dukungan nutrisi yang adekuat berbasis makronutrien dan
mikronutrien, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial,
motivasi dan pengawasan dalam pemberian antiretroviral therapy (ARV),
membiasakan gaya hidup sehat antara lain dengan berolahraga yang ringan dan
teratur, mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau
orang yang mempunyai banyak pasangan.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Mandal,Dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga Medical Series
Departemen Kesehatan RI, 2009. Pusat Promosi Kesehatan (Sehat Dan Positif
Untuk ODHA . Jakarta
Nasronudin. 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis &
Sosial. Surabaya : Airlangga University Press
Nursalam, Kurniawati, D, N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf

Anda mungkin juga menyukai