PENYULUHAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN DIARE
PADA ANAK BALITA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Koordinator : Sri Wulandari N, M. Kep., Ns. Sp. Kep. An.
Dosen Pembimbing : Sri Wulandari N, M. Kep., Ns. Sp. Kep. An.
Kelompok II
Rega Nugraha Yusa Putra
Lifia Ramadhanty
Tian Yohanes
Eva Santika
Nanda Putri Pertiwi
Alicia Safanah Afifah
Ressy Khalvia Frahmie
A. Latar Belakang
Salah satu penyebab kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah
diare di seluruh dunia yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita.
Virus, bakteri, dan protozoa merupakan penyebab terjadinya diare (Carvajal et al.,
2016). Kejadian diare yaitu 1,7 miliar per tahun 760.000 balita meninggal akibat
diare (Sharif, Noorian, Sharif, & Taghavi, 2017). Diare merupakan penyakit endemis dan
menjadi dapat menyebabkan kematian. Di Indonesia, khususnya Provinsi Sumbar diare
menjadi urutan ke 11 dengan 140.300 kasus dari 34 provinsi (Kemenkes, 2017).
Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih
lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare
disertai muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus selalu
diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan
kematian (Cahyono, 2010). Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
diare pada balita yaitu : 1). kesadaran dan pengetahuan ibu, 2). ketersedian sumber air
bersih dan ketersediaan jamban keluarga, 3). Faktor hygine, lingkungan, kesadaran orang
tua balita untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian ASI menjadi faktor
yang penting dalam menurunkan angka kesakitan diare pada balita (Kemenkes RI, 2011).
Diare dapat merugikan kesehatan balita. Banyak dampak akibat diare diantaranya
adalah terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam dan basa, hipoglikemia, hipokalemia,
masalah status gizi, dan masalah sirkulasi (Adane, Mengistie, Kloos, Medhin, & Mulat,
2017). Proses homeostasis akan terjadi akibat dari dehidrasi sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, sasaran diharapkan mampu
mengetahui dan menerapkan Pendidikan kesehatan tentang pendidikan kesehatan
tentang penanganan Diare pada anak balita dirumah tangga
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit sasaran mampu:
a. Memahami pengertian diare
b. Memahami penyebab diare
c. Memahami tanda dan gejala diare
d. Memahami Derajat dehidrasi pada Diare
e. Memahami bagaimana penularan diare
f. Memahami bentuk pencegahan dari diare
g. Memahami bentuk penanganan diare dirumah dengan pemberian cairan tambahan
untuk mencegah dehidrasi pada anak diare
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat memberikan informasi pada calon tenaga pelayanan kesehatan (mahasiswa
Keperawatan) tentang pendidikan kesehatan tentang penanganan Diare pada anak balita
dirumah tangga
2. Bagi Audients
Keluarga pasien lebih mengetahui pendidikan kesehatan tentang pendidikan kesehatan
tentang penanganan Diare pada anak balita dirumah tangga
D. Materi (Terlampir)
E. Kegiatan Penyuluhan
1. Topik Kegiatan : Pendidikan kesehatan tentang pendidikan kesehatan tentang
penanganan Diare pada anak balita dirumah tangga
2. Sasaran : Balita umur (2 bulan – 5 tahun )
3. Metode : Ceramah, Tanya Jawab dan Demonstrasi
4. Media dan Alat : PPT, leaflet
5. Tempat : Di rumah Pasien
6. Waktu : 09.10-09.25 WIB
7. Setting Tempat :
Keterangan :
: Mahasiswa
8. Pengorganisasian
1) Presenter : Ressy Khalvia
2) Moderator : Rega Nugraha S
3) Observer : Nanda, Alicia, Lifia
4) Fasilitator : Tian, Eva
F. Pembagian Tugas
1. Peran Moderator
a. Membuka dan menutup acara
b. Memperkenalkan diri dan anggota kelompok
c. Menata tertibkan acara penyuluhan
d. Menjaga kelancaran acara
e. Memimpin diskusi
f. Kontrak waktu dan bahasa
g. Menyimpulkan hasil penyuluhan bersama keluarga pasien
2. Peran Presenter
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitaror menjalin kerja sama dalam penyuluhan
c. Menjawab pertanyaan
3. Peran Observer
a. Mengamati jalannya acara
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta penyuluhan
4. Peran Fasilitator
a. Memotivasi peserta penyuluhan
b. Menjadi contoh dalam kegiatan
c. Menjawab pertanyaan audien
d. Membagikan leaflet
e. Menjalankan absensi penyuluhan
f. Mengambil dan mengumpulkan absensi
g. Menyediakan perlengkapan alat dan media penyuluhan
h. Mengatur setting tempat penyuluhan
G. Kegiatan Penyuluhan
Pokok Kegiatan
No Waktu
kegiatan Penyuluh Audiens
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri, nama b. Memperhatikan
kelompok dan pembimbing
c. Menjelaskan kontrak waktu c. Menyetujui kontrak
dan kontrak bahasa waktu 5 menit
d. Menjelaskan topik d. Mendengarkan dan
memperhatikan
e. Menjelaskan tujuan e. Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. Penyampai a. Menggali pengetahuan a. Menjawab
an materi pasien tentang pengertian
diare
b. Memberikan reinforcement b. Mendengarkan
positif 20
c. Menjelaskan pengertian c. Mendengar dan menit
diare memperhatikan
d. Menggali pengetahuan d. Menjawab
pasien tentang penyebab
diare
e. Memberikan reinforcement e. Mendengarkan
positif
f. Menjelaskan penyebab diare f. Mendengar dan
g. Menggali pengetahuan memperhatikan
pasien tentang tanda dan g. Menjawab
gejala diare
h. Memberi reinforcement h. Mendengarkan
positif
i. Menjelaskan tentang tanda i. Mendengar dan
dan gejala diare memperhatikan
j. Menggali pengetahuan j. Menjawab
pasien tentang derajat
dehidrasi pada diare
k. Memberi reimforcement k. Mendengarkan
positif
l. Menjelaskan tentang derajat l. Mendengarkan dan
dehidrasi pada diare memperhatikan
m. Men m. Menjawab
ggali pengetahuan pasien
tentang cara penularan diare
n. Memberi reimforcement n. Mendengarkan
positif
o. Menjelaskan tentang cara o. Mendengarkan dan
penularan diare memperhatikan.
p. Menggali pengetahuan p. Menjawab
pasien tentang bentuk
penegahan diare
q. Memberi reimforcement
positif q. Mendengarkan
r. Menjelaskan tentang bentuk
pencegahan diare r. Mendengarkan dan
s. Menggali pengetahuan memperhatikan
pasien pasien tentang cara
merawat dirumah s. Menjawab
t. Memberi reimforcement t. Mendengarkan
positif
u. Menjelaskan tentang cara u. Mendengarkan dan
merawat dirumah dengan memperhatikan
anak diare
5. Penutup a. Mengevaluasi kepada pasien a. Mendengar,
dan keluarga pasien terkait memperhatikan dan
materi penyuluhan mengemukakan
pendapat
b. Memberikan reinforcement b. Mendengarkan
positif
5 menit
c. Bersama keluarga pasien c. Mendengarkan dan
menyimpulkan meteri memperhatikan
penyuluhan
d. Menutup penyuluhan dan d. Menjawab salam
memberi salam
H. Evaluasi
a. Struktur
1. Diharapkan 70% pasien yang diundang menghadiri penyuluhan
2. Diharapkan pengorganisasian sesuai dengan peran dan tugasnya
3. Diharapkan setting tempat sesuai dengan perencanaan
b. Evaluasi Proses
1. Diharapkan acara di mulai sesuai yang direncanakan
2. Diharapkan materi diberikan sesuai dengan rencana kegiatan
3. Diharapkan 70% keluarga berpartisipasi dalam bertanya ataupun menjawab
pertanyaan
4. Diharapkan 70% keluarga pasien tidak meninggalkan ruangan penyuluhan selama
penyuluhan berlangsung
Lampiran Materi
A. PENGERTIAN DIARE
Diare adalah keadaan buang air besar lebuh dari 3x dalam sehari dengan konsistensi
cair atau lunak (Nanda, 2015). Berdasarkan definisi dari WHO (World Health
Organization) DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2. Diare kronis/persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
B. PENYEBAB
1. Adanya infeksi bakteri & virus pada saluran cerna meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2. Makanan dan Minuman yang tidak sehat
a. Makanan Contoh: Makanan yang tidak dicuci bersih, makanan yang
terkontaminasi oleh debu, lalat, kecoa Makanan yang sudah basi atau
beracun.
b. Minuman Contoh: Mengonsumsi air minum yang dimasak tidak terlalu lama,
menggunakan air minum yang tercemar, menggunakan botol susu yang kurang
bersih
3. Lingkungan yang kumuh atau kotor.
4. Perilaku, contoh : tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudan buang air besar atau kecil, tidak membuang tinja disembarang
tempat.
2. Finger (jari)
Sudah bukan hal aneh lagi jika anak-anak kecil sangat suka memasukkan jarinya ke dalam
mulut. Pada saat itulah kemungkinan besar virus, kuman, bakteri, parasit, dan micro–
organisme yang menempel pada jari anak masuk ke dalam tubuh.
3. Fly (lalat)
Lalat banyak hinggap di tempat-tempat kotor seperti tumpukan sampah. Setelah
hinggap di tumpukan sampah, lalat juga senang hinggap pada makanan. Makanan yang
tidak ditutup dan dihinggapi oleh lalat dapat memicu terjadinya perpindahan sumber
penyakit dari sampah ke makanan.
4. Food (makanan)
Makanan atau susu yang sudah terlalu lama terkena udara sudah tercemar dengan parasit
yang tidak terlihat mata. Begitu pula dengan makanan yang dimasak kurang matang dan
makanan yang disimpan dalam wadah yang tidak higienis menjadi penyebab diare
pada anak kecil.
F. PENCEGAHAN DIARE
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
a. Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah
6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan
pendamping ASI, yaitu:
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air
tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko
terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan,mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
7. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah
agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering
disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah
diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9
bulan.
b. Penyehatan lingkungan
1. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui
air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti
bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena
itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit
tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap
hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau
oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat
dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
Umur sampai < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
TENTUKAN DAN SEJUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA
Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (kg) X 75 ml Digunakan umur
hanya bila berat badan anak tidak diketahui
a. Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman
diatas
b. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan
juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
Depkes RI. 2019. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta. Depkes RI
KemenKes RI. 2011. Panduan Sosialisasi tatalaksana diare balita. Jakarta. KemenKes RI