Anda di halaman 1dari 31

HIPERTENSI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Trend Disease Semester Ganjil
Koordinnator Mata Kuliah : Suharjiman S.Kp.,M.Kep.

Oleh:
Kelompok 2
Acep Agung Hidayat 213219020
Carla Kania Norman 213219031
Dewi Anggraeni 213219036
Melani Sukma P 213219015
Muhamad Agung V 213219008
Muhamad Rizal Ginanto 213219025
Olipha Natalaia G 213219044
Rega Nugraha Y 213219043

Program Studi Ilmu Keperawatan S1-Non Reguler


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Achmad Yani Cimahi
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT,Pencipta dan Pemelihara alam semesta, shalawat
serta salam semoga terlimpah bagi Muhammad SAW., keluarga dan para pengikutnya
yang setia hingga akhir masa.Atas rahmat Allah SWT., akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu, yang berjudul “Hipertensi”

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terselesaikannya makalah ini
tidak lepas dari bantuan Achmad Setya R, S.Kp.,MPH selaku dosen. Maka melalui
kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada beliau.
Semoga Allah SWT semua bantuan dan keikhlasan beliau yang telah membantu kami
dalam menyusun tugas makalah ini.

Cimahi , 17 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii

BAB I ....................................................................................................................................... .... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................................................. 3

BAB II .......................................................................................................................................... 4

TINJAUAN TEORI ..................................................................................................................... 4

A. Pengertian Hipertensi ...................................................................................................... 4

B. Etiologi Hipertensi .......................................................................................................... 5

C. Klasifikasi Hipertensi ...................................................................................................... 8

D. Patofisilogi Hipertensi ................................................................................................... 12

E. Manifestasi Klinik Hipertensi ....................................................................................... 13

F. Penatalaksanaan Medis ................................................................................................. 14

G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................ 15

H. Manajemen Pengendalian Hipertensi ............................................................................ 15

I. Upaya Pencegahan Hipertensi ........................................................................................ 16

J. Pencegahan Pengendalian Hipertensi ............................................................................. 16

BAB III ....................................................................................................................................... 22

PEMBAHASAN……………. ............................................................................................ .22

PENUTUPAN ............................................................................................................................ 23

A. Simpulan .............................................................................................................................. 25

B. Saran ..................................................................................................................................... 26

iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberikan
gejala lanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan/ left
ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang
berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa
kematian yang tinggi. (Bustan, 2008)
Hipertensi juga dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit
pembuluh lain dan penyakit lainnya (Syahrini ., 2012). Umumnya penyakit
hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun.Penyakit ini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan,
2012).Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006),
hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh
penderitanya.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600
juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008
(WHO, 2013).Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada
peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah
menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung setiap tahunnya (Corwin,
2007).
Menurut laporan CDC, masalah dan beban hipertensi di Amerika Serikat
digambarkan sebagai berikut :
1. Seorang dari 3 orang dewasa mempunyai hipertensi yang menjadi sumber
penyebab meningkatnya penyakit jantung dan stroke yang merupakan
penyebab pertama dan ketiga kematian.
2. Lebih dari 348.000 meninggal sehubungan dengan HT.
3. Hipertensi memberi konstribusi terbesar terhadap kematian sebanyak
326.000 di tahun 2006.
4. Sekitar.60.%.penderita.diabetes.mempunyai.HT.

1
2

5. Biaya pelayanan dan pengobatan HT tahun 2010 sebanyak $ 76,6 juta.

Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia


tetapi hanya 4% yang mampu mengendalikan HT (controlled hypertension).
Yang dimaksud dengan hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita
hipertensi dan menyadari bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang berobat
sehingga terkendali dari kemungkinan serangan kenaikan tekanan darah yang
berlebih.
Untuk pengendalian HT diperlukan pengetahuan dan kesadaran akan
keberadaan dan resiko HT. Masalahnya, HT disebut juga “silent killer” karena
tidak mempunyai atau disadari akan keberadaanya. Karena itu diperlukan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur. (Bustan, 2008)
Gambaran umum beban masalah hipertensi ini adalah :
1. Tingkat prevalensi sebesar 6 – 15 % pada orang dewasa. Sebagai suatu
proses degeneratif, hipertensi tentu hanya ditemukan pada golongan
dewasa. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi
menurut peningkatan usia.
2. Sebesar 50 % penderita tidak menyadari diri sebagai penderita HT,
karena itu mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat
karena penderita tidak berupaya mengubah dan menghindari faktor
resiko.
3. Sebanyak 70 % adalah HT ringan, karen aitu hipertensi banyak
diacuhkan atau terabaikan sampai saat menjadi ganas (hipertensi
maligna).
4. Sejumlah 90 % HT esenil, mereka dengan HT yang tidak diketahui seluk
beluk penyebabnya. Artinya, karena penyebabnya tidak jelas maka sulit
untuk mencari bentuk intervensi dan pengobatan yang sesuai.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari
total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang
menderita hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Riskesdas menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi
hipertensi yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan
3

Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas,
2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan
tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi”.

C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep teori Hipertensi mengenai:
1. Pengertian Hipertensi
2. Etiologi Hipertensi
3. Klasifikasi Hipertensi
4. Patofisiologi Hipertensi
5. Manifestasi Klinik Hipertensi
6. Penatalaksanaan
7. Pemeriksaan Penunjang
BAB II
TINJUAN TEORI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan
darah pada saat periode kontraksi dalam siklus jantung dan atau periode relaksasi
dalam siklus jantung yang tidak normal. Dan diukur paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia sehingga
setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesitfik usia. Namun, secara umum
seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi
dari pada 140 mmHg sistosik sedangkan diastoliknya mencapai lebih 90 mmHg
(sehingga ditulis 140/90 mmHg). Menurut WHO (World Health Organization)
dan ISHC (International Society of Hypertension) 1999 yaitu menetapkan
batas hipertensi bila tekanan darah istirahat menetap > 140/90 mmHg.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika
tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih
besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan
80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih ti
nggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya
terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan
tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

4
5

B. Etiologi
Tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan
TPR. Oleh karena itu peningkatan salah satu dari ke tiga variabel yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung
Dapat terjadi akibat rangsangan abnormal/saraf atau hormon pada nodus
SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering
menyertai keadaan Hipertiroidisme. Namun peningkatan kecepatan denyut
jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR,
sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
a. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
Terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan akibat gangguan penanganan garam dan air oleh
ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume
plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik-akhir
sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
b. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
Dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon
pada arteriol atau resvonsifitas yang berlebihan dari arteriol terhadap
rangsangan normal. Kedua hal tersebut dapat akan menyebabkan
penyempitan pembuluh pada peningkatan TPR, jantung harus
memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan
tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melintasi
pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan
dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan
tekanan diastolik.
Penyebab hipertensi yang disebutkan di atas dapat terjadi akibat
peningkatan aktifitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak orang,
peningkatan rangsangan saraf simpatis atau mungkin responsivitas
berlebihan dari tubuh terhadap rangsangan simpatis normal, dapat
ikut berperan menyebabkan hipertensi. Bagi sebagian, hal ini dapat
terjadi pada stress jangka panjang yang diketahui melibatkan
pengaktivitasan sistem simpatis atau mungkin akibat kelebihan
genetik resepteor nosepinetrin di jantung atao otot polos vaskuler.
6

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari


90% diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana
tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami
kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi
sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
a. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat
dari adanya penyakit lain.Hipertensi primer kemungkinan memiliki
banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder.
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor


pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:


a. Penyakit Ginjal
b. Kelainan Hormonal
c. Obat-obatan
d. Penyebab Lainnya
1) Koartasio aorta
2) Preeklamsi pada kehamilan
3) Porfiria intermiten akut
4) Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
7

Fisiologi yang menyebabkan hipertensi pada lansia adalah:


a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
e. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
f. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
g. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukjan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah faktor
keturunan.
2. Faktor resiko hipertensi
Faktor – faktor yang dapat dimasukan sebagai faktor risiko hipertensi adalah
:
a. Umur : tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai dari sejak umur
40 tahun.
b. Ras/ suku : orang kulit hitam (black) lebih banyak dari pada kulit putih
(white), sementara itu ditemukan variasi antar suku di Indonesia
ternedah di lembah Baliem Jaya, Papua (0,6%), dan tertinggi di
Sukabumi (suku sunda), Jabar (28,6%). HT juga prevalen di kalangan
suku Minangkabau/ Padang Sumatra Barat.
c. Urban / rural : kota lebih banyak dari desa.
d. Geografis : pantai lebih banyak ditemukan HT dibandingkan daerah
pegunungan.
e. Seks : wanita > lelaki.
f. Obesitas : gemuk > kurus.
g. Stres.
h. Personality type A: tipe A > tipe B.
i. Diet : tinggi garam.
j. Diabetes mellitus.
k. Komposisi air :
 Sodium (natrium): tidakjelas (inkonsisten).
8

 Cadmium : ada bukti dari beberapa studi.


 Lead (Plumbum) : kemungkinan ada hubungan.
l. Alkohol (minuman keras) :
 Meninggi bila minum > 3x/hari.
 Konsumsi alkohol sedang (moderate) diperkirakan punya efek
protektif.
m. Rokok : hubungan tidk bermakna.
n. Kopi : belum ditemukan.
o. Pil KB : Risiko meninggi dengan lamanya pakai, yakni meninggi 5 kali
dibandingkan 1 tahun.
Sedangkan bisa memliki satu atau lebih faktor risiko. Jika memiliki lebih
dari satu faktor risiko maka besarnya risiko menderita HT akan meningkat
bahkan bisa berlipat ganda.

C. Klasifikasi Hipertensi
Dikenal sebagai pengelompokan hipertensi :
a. Menurut kausanya
a. Hipertensi esensil (hipertensi primer); hipertensi yang tidak jelas
penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder: hipertensi kausa tertentu.
b. Menurut gangguan tekanan darah
a. Hipertensi sistolik; peninggian tekanan darah sistolik saja.
b. Hipertensi diastolik; peninggian tekanan diastolik.
c. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi ringan.
b. Hipertensi sedang.
c. Hipertensi berat.
Dikenal berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk dapat
disebut hipertensi. Batasan baku yang diipakai WHO adalah : HT jika
TDS > 160 mm Hg TDD > 95 mm Hg.

Klasifikasi HT menurut WHO adalah :

a. HT ringan : TDD 90-110.


b. HT sedang : TDD 110-130.
c. HT berat : > 130.
9

Disini tampak bahwa WHO memakai tekanan diastolik sebagai


bagian tekanan yang dipakai dalam kriteria diagnosis dan klasifikasi.
Tekanan darah manusia meliputi tekanan darah diastolik, tekanan darah
waktu jantung menguncup, dan tekanan darah diastolik yakni tekanan
darah waktu jantung istirahat. Selain untuk diagnosis dan klasifikasi,
dalam hal patofisiologi, pengobatan dan prognosis maka tekanan
diastolik memang lebih penting dari pada sistolik.

Pentingnya perhatian terhadap diastolik dalam manajemen hipertensi


berkaitan dengan :

 Lebih tingginya prevalensi hipertensi diastolik.


 Sangat penting ditegakan dalam diagnosis.
 Menjadi ukuran evaluasi keberhasilan pengobatan hipertensi.
 Menjadi pegangan dalam menentukan prognosis. ‘menjadi pedoman
monitoring dan evaluasi pengobatan.
Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting karena perubahan
tingginya hipertensi sangat mempengaruhi perhitungan prevalensinya
dalamm populasi. Sebagai contoh, perubahan prevalensi hipertensi akibat
perubahan batasan hipertensi pada penduduk lelaki kulit putih Amerika
Serikat usia 65 – 74 tahun berikut ini.
Tabel 6.1
Definisi tekanan darah dan persentase populasi
Tekanan darah Persentasi
(TDS/TTD) Populasi

>140/90 53

>160/95 24

>170/95 17

Keadaan ini juga berkaitan dengan pentingnya penentuan definisi


operasional dalam penelitian, yakni berkaitan dengan titik potong (cut-off
point) dari pengelompokan hipertensi. Dalam contoh diatas, jika batasan
hipertensi sangat ekstrem (>170/95) maka prevalensi hipertensi hanya 17
%. Sedangkan dengan definisi > 140/90 maka prevalensi mencapai 53 %.
10

Kode dan klasifikasi hipertensi


1. Kode hipertensi : ICD X : 110-115 hypertensive diseases. Kelima
macam hipertensi ini mempunyai kode dalam ICD-X :
110 Essential (Primary) hipertension
111 Hypertensive heart disease
112 Hypertensive renal disease
113 Hypertensive heart and renal disease
115 secondary hypertensioan
115.0 Renovascular hypertension
115.1 Hypertension secondary to other renal disorders
115.2 Hypertension secondary to endocrine disorders
115.8 Other secondary hypertension
115.9 Secondary hypertension, unspecified
2. Kalsifikasi tekanan darah dapat juga dilihat dari segi maluainya
berisiko.
Tabel 6.2
Klasifikasi tekanan darah menurut resiko
Status risiko Tekanan darah

Normal Sistolis < 120 mmHg


Diastolik < 80 mmHg

Berisiko/prahipertensi Sistolis 120 – 139 mmHg


Diastolik 80 – 89 mmHg

Hipertensi Sistolis > = 140


Diastolis > = 90

3. Menurut World Health Organization (WHO, 2009)


a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-
149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
11

c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar


atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95mmHg. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang
terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi
dua:
1) Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang
segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya
kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau
progresif. Kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai
kerusakan organ target yang progresif dan diperlukan
tindakan penurunan tekanan darahyang segera dalam kurun
waktu menit/jam.
2) Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang
berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan
darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan
tekanan darah harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48
jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih
lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

D. Patofisiologi
Hipertensi merupakan proses degeneratif sistem sirkulasi yang dimulai
dengan atherosklerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer
yang berlanjut dengan kakuan pembuluh darah/ arteri. Kekakuan pembuluh darah
disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang
menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi
dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang berdampak pada
peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi,
Dengan demikian proses patalogis HT ditandai dengan peningkatan
tahanan perifer yang berkelanjutan sehingga secara kronik dikompensasi oleh
jantung dalam bentuk HT.
12

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.

E. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
13

1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebutensefalopatihipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

F. Penatalaksanaan Medis Umum


Didasarkan pada program perawatan bertahap (Rodman, 1991)
1. Langkah I. Tindakan-tindakan konservatif :
a. Modifikasi diet
 Pembatasan natrium
 Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh
 Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan
 Menurunkan masukan minuman beralkohol
b. Menghentikan merokok
c. Penatalaksanaan stress
d. Program latihan regular untuk menurunkan berat badan
2. Langkah II. Farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal
untuk mengontrol TD sercara adekuat. Salah satu dari berikut ini dapat
digunakan.
 diuretik
 penyekat beta adrenergik
 penyekat saluran kalsium
 penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)
3. Langkah III Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang
berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang
berbeda.
4. Langkah IV. Obat ketiga dapat ditambah atau obat kedua digantikan yang
lain dari kelas yang berbeda.
14

5. Langkah V. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atamu keempat


dapat ditambahkan masing-masing dari kelas yang berbeda

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya dari pemeriksaan urinalisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (K, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol, HDI) dapat
dilakukan pemeriksaan lain seperti Klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam
urat, kolesterol LDL, TSH dan EKG.

H. Manajemen pengendalian hipertensi


Manajemen pengendalian hipertensi menurut level upaya pencegahan dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6.3
Manajeman pengendalian hipertensi
Menurut level upaya pencegahan
Tingkat Level Perjalanan Intervensi
Patogenesis Pencegahan Hipertensi Pencegahan

Pre-patogenesis Level I :
 Primordial  Sehat /  Meningkatkan
normal. derajat
kesehatan
dengan gizi dan
perilaku hidup
sehat.
 Pertahankan
keseimbanagn
 Interaksi trias
 Promotif epidemiologi
trias
epidemiologi.
.
 Turunkan atau
hindari risiko,

 Protrksi  Belum ada


spesifik gejala
Patogenensis Level II : HT ringan  Pemeriksaan
 Diagnose awal HT sedang periodik
 Pengobatan HT berat tekanan darah
yang tepat  Hidari
lingkungan
yang stres
15

 Jaga kualitas
hidup optimum
Post – Level III : Komplikasi  Jaga kualitas
patogenesis Rehabilitasi Kronik hidup optimum
Meninggal

I. Upaya pencegahan komprehensif


Upaya pencegahan HT perlu di lakukan secara komprehensif, mulai dari upaya
primordial hingga rehabilitasi.
1. Pencegahan primordial.
2. Promosi kesehatan,
3. Proteksi spesifik : kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko.
4. Diagnosis dini : skreening, pemeriksaan check-up.
5. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komprehensif fan
kausal awal keluhan.
6. Rehabilitasi upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bias
diobati

J. Perencanaan Pengendalian Hipertensi


Hipertensi adalah masalah yang relative terselebung (silent) tapi
mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi
adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan
yang lebih berat. Bagaimana perencanaan pelayanan kesehatan terhadap upaya
pencegahan dan manajemen hipertensi dalam komuniti dapat dilihat dalam table
berikut ini.

Tabel 6.4
Perencanaan Pelayanan Kesehatan Masalah Hipertensi
Aspek Perencanaan Model Perencanaan

1. Besar masalah 1. Servei populasitekanan darah dan control


hipertensi
2. Etiologi 2. Penelitian ekologi (garam dan tekanan
darah), Penelitian observasuonal (berat
badan dan tek. Darah), penelitian
ekperimental ( penurunan berat badan),
Randomized controlled trials.
16

3. Efektivitas 3. Evaluation program screening.


Studi kepatuhan (compliance).

4. Efisiensi 4. Penelitian cost-effectiveness.


5. Implementasi 5. Pengendalian pelaksanaanya di lapangan.
6. Monitoring 6. Program kontrol nasional tekanan darah
populasi.
7. Reassessment 7. Assessment personal dan peralatan, Efek
kualitas, Pengukuran kembali tingkat.

Kepatuhan (compliance), terkait dengan berbagai factor penyebab, mungkin


karena :
a. Jenuh, harus tiap hari makan obat dan terus-menerus.
b. Kesulitan makan obat banyak (misalnya makan obat 3 kali sehari) dan
banyak setiap hari (dipecahkan dengan memberikan obat lasting drug, cukup
mkan sekali sehari).
c. Alasan efek samping (hiccup/batuk).
d. Alasan Kesulitan membawa obat keluar rumah atau dalam perjalanan.
e. Biaya, Ketidakmampuan menebus obat.
1. Olahraga untuk HT
Olahraga dan hidup aktif diperlukan sebagai upaya pencegahan hipertensi.
Ketika sudah masuk ke hipertensi, olahraga atau latihan fisik bias dilakukan
untuk mengendalikan tinggi tekanan darah.
Peresepan latihan fisik untuk pengendalian olahraga hendaknya memperhatikan
:
a. Factor umur dan berat badan.
b. Setatus HT atau tingginya statis hipertensi.
c. Keberadaan atau status hipertensi.
Prinsip latihan fisik (exercise) bagi klien HT adalah :
1) Latihan aerobic derajat ringan-sedang, bersifat memberi sentakan
ringan (low impact), dan tanpa tambahan beban (non-weight bearing),
misalnya naik tangga, jalan biasadan renang.
2) Intensitas latihan serendah mungkin, antara 40%-65% VO2 max (Rate
Perceived Exertion).
3) Lama latihan antara 20-30 menit.
17

4) Frekuensi latihan 4-7 kali seminggu.


Latihan fisik yang dilakukan oleh seorang klien HT hendaknya dibawah
konsultasi dokter dan pengawasan latihan oleh instruktur olahraga.
2. Diet Untuk HT
Salah satu bentuk diet untuk HT yang terkenal adalah DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension) yang utama berisi komponen gizi berserat
tinggi (sayur dan buah).
Komponen yang tercantum dalam DASH meliputi :
a. Grain (beras/gandum) dan produksi tepung/gandum.
Table 6.5
Resep Pogram Olahraga Jalan Untuk Hipertensi
Frekuensi per Jarak Durasi (Menit)
Minggu Kecepatan
minggu (mil)

3 0.75 20 15
1

3 1 20 20
2

3 1,25 20 25
3

4 1,25 20 25
4

4 1,5 20 25
5

4 1,75 20 30
6

5 1,75 20 35
7

5 2 20 40
8

5 2,25 20 45
9

5 2,25 20 45
10

Sumber : Divine
- Sayur-sayuran
- Buah-buahan
- Makanan rendah atau tanpa lemak
- Biji-bijian/kacang-kacangan
18

- Lemak dan minyak


- Manisan

Pada dasarnya komponennya sama dengan makanan sehat lainnya hanya


saja DASH ditandai dengan proporsi yang tinggi sayur dan buah-buahan,
lemak yang rendah, protein tanpa lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan
berat badan, jika obesitas akan dikurangi kalorinya.

Selain itu dianjurkan juga penurunan masukan kadar/sodium. Penurunan


rata asupan sodium masyarakat dari 3,300 mg ke 2,300 mg/day dapat
mengurangi kasus HT sebanyak 11 juta dan menghemat 18 miliar dollar
biaya pelayanan HT.

3. Pengobatan HT
Pengobatan hipertensi yang ideal diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti :
a. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman
b. Mampu menurunkan darah secara multifaktoral.
c. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.
d. Melindungi organ-organ vital.
e. Mendukung pengobatan penyakit penyerta eq. DM.
f. Mengurangi factor risiko PKJ dalam hal memperbaiki LVH (Left Ventrikel
Hyprtophy) dan mencegah pembentukan atheroskleosis.
g. Mengurangi frekuensi dan bertanya serangan angina
h. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.
i. Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa
lelah, mual dan muka efisien.
j. Dapat membuat jantung terhadap risiko infark.
k. Melindungi menganggu gaya dan kualitas hidup penderita misalnya
ngantuk dan batuk.
Secara obat anti hipertensi diharapkan pula:
1) Mempunyai bioavailabilitasyang tinggi dan konsisten sehigga
efektivitasnya da[at diperkirakan (predictable). Jika tekanan darah
diturunkan diharapkan obat-obat anti-hipertensi itu dapat diperkirakan
sejauh mana penurunannya. Penurunan yang berlebihan dan tak dapat
diperkirakan tentu tidak diinginkan.
19

2) Mempunyai waktu paruh (plasma elimination half-life) yang panjang


sehingga diharapkan mempunyai efek pengen-dalian tekanan darah
yang panjang sepanjang hari. Dan 24 jam ini efek tekanan darah ini
diharapkan juga efek yang tidak mendadak dan tanpa akumulasi obat.
Proteksi 24 jam penuh ini diharapkan juga dapat menghindari
kemungkinan efek mendadak pada masa sirkandian.
3) Smooth onset of action dengan kadar puncat plasma setelah 6-12 jam
untuk mengurangi kemungkinan efek mendadak seperti takikardi.
4) Dapat dipakai untuk jangka panjang
5) Mampu meningkatkan sensitivitas jaringan jaringan terhadap insulin.
6) Turut memeperbaiki profil lemak, misalnya menurunkan LDH.
7) Meningkatkan survival dengan menurunkan risiko gagal jantung dan
mengurangi recurrent (serangan balik) infark miokard.
Jenis – Jenis obat Hipertensi dapat berupa:
a) Anti hipertensi nonfarmakologik
Tindakan pengobatan sesuai anjuran Joint National Committee on
Detenction, Evaluation and Tratment of High Blood Pressure:
a. Turunkan BB pada Obesitas
b. Pembatasan konsumsi garam dapur.
c. Kurang alcohol
d. Mengehentikan Rokok
e. Olahraga teratur
f. Diet rendah lemak jenuh.
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).
b) Obat antihipertensi :
(1) Dieuretika : Pelancar kencing yang diharapkan mengurangi
volume input. Pemberian dieuretik sudah tidak terlalu di anjurkan
sebgai langkah pertama dalam manajemen hipertensi
(2) Penyekat Beta (Beta-blocker)
(3) Antagonis Kalsium.
(4) Inhibitor ACE (anto Converting Enzyme), Misalnya Inhibace.
(5) Obat anti hipertensi sentral (simpatokolitika)
(6) Obat penyekat Alpha (alpha-blocked)
(7) Vasodilitator ( Pengendor pembuluh darah).
20

4. Evaluasi Keberhasilan Pengobatan Hipertensi


Untuk menentukan keberhasilan pengobatan hipertensi maka tidak hanya
melihat adanya penurunan tekanan darah tetapi ada tiga factor yang penting
dievaluasi :
a. Tekanan darah menurun, terutama diastolic.
b. Lipid menurun, dimana LDL menurun, dan HDL meningkat.
c. Sensitivitas terhadap insulin meningkat.

Ketiga hal ini berhubungan dengan masa depan yang baik untuk jantung,
terhindar dari Left Ventricular Hypertrophy (LVH) khusunya dan morbiditas
kardiovaskuler lainnya.

Selain itu, hanya menilai efek samping sering tidak menandai. Karena itu
selama memberikan pengobatan, seorang penderita hendaknya mendapatkan
perhatian dalam hal gangguan seperti :

 Interaksi social semakin berkurang.


 Kemampuan kongnitif berkurang
 Emosi Terganggu
 Merasa tidak semakin sehat
 Rasa sejahtera berkurang

5. Prognosis Hipetensi
Tanpa pengobatan makan hipertensi akan berakibat Lnjut sesuai dengan target
organ yang diserangnya. Factor-faktor yang mempengaruhi prognosis penderita
hipertensi adalah :
a. Etiologi hipertensi : Hipertensi sekunder yang ditemukan pada tahap dini
akan lebih baik prognosisnya.
b. Umur : usia muda mempeunyai prognosis yang kurang baik disbanding
dengan usia lebih tua.
c. Jenis kelamin : umunya wanita lebih bias mentolerir lebih baik terhaddp
kenaikan tekanan dibanding dengan pria.
d. Suku/rasa : orang kulit hitam di Amerika mempunyai prognosis lebih jelek
disbanding orang kulit putih.
e. Sifat hipertensi : tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang
baik prognosisnya.
f. Komplikasi : adanya komplikasi memperberat prognosis.
21

Komplikasi HT dapat berupa :


1) Aorta : hipertensi aorta, ruput aorta.
2) Jantung : hipertensi HVS
3) Ginjal : Hipertensi hemorhagik
4) Pembuluh darah jantung : infark miokard (AMI)
g. Banyaknya factor resiko lain : ada tidaknya factor risiko lain seperti DM
atau kolesteromia bias memperburuk hipertensi.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kebijakan pemerintah terhadap hipertensi

Untuk mengendalikan Hipertensi, Pemerintah melaksanakan Program


Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas). Harapannya, seluruh komponen bangsa dengan sadar mau
membudayakan perilaku hidup sehat dimulai dari keluarga. Germas dilakukan
dengan melakukan aktifitas fisik, menerapkan perilaku hidup sehat, konsumsi
pangan sehat dan bergizi, melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit,
meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih baik, dan meningkatkan edukasi
hidup sehat.

Kementerian Kesehatan mengimbau seluruh masyarakat agar melakukan


deteksi dini hipertensi secara teratur. Selain itu juga menerapkan pola hidup seha
tdengan perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok,
Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola
stres). Pada saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah
kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya
penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah
teratasi muncul kembali. Pada era 1990, penyakit menular seperti ISPA, Tuber
kulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan.
Namun, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salahsatu penyebab terjadinya
pergeseran pola penyakit (transisiepidemiologi). Tahun 2015, PTM seperti
Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker dan Diabetes justru menduduki
peringkat tertinggi. Era jaminan kesehatan nasional (JKN), anggaran banyak
terserap untuk membiayai penyakit kata stropik, yaitu: PJK, Gagal Ginjal Kronik,
Kanker, dan Stroke. Selain itu, pelayanan kesehatan peserta JKN juga didominasi
pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar.
Fakta ini perlu ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa
terhadap keuangan negara. Meningkatnya PTM dapat menurunkan produktivitas
sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. Hal ini berdampak pula
pada besarnya beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya
yang besar. Pada akhirnya, kesehatan akan sangat mempengaruhi pembangunan
social dan ekonomi. Penduduk usia produktif dengan jumlah besar yang

22
23

seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru akan terancam


apabila kesehatannya terganggu oleh PTM dan perilaku yang tidak sehat.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan


masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat
(GERMAS) guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan cerdas.
Mengenai Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana
yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena
keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik,


Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol,
Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan
jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus
pada tiga kegiatan, yaitu:

1. Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari,


2. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
3. Meningkatkan pemeriksaan kesehatan secara rutin
Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan
saat ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar, tutur Menkes.
GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden
RI yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan
upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam
memasyarakatkan para digmasehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bias
hanya mengandalkan peran sector kesehatan saja. Peran Kementerian dan
lembaga di sector lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta
seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk
berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam
menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya.
24

Salah satu dukungan nyata lintas sector untuk suksesnya GERMAS,


diantaranya Program Infra struktur Berbasis Masyarakat (IBM) Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berfokus pada pembangunan
akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang merupakan
infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal keamanan pangan. Dalam
kehidupan sehari-hari, praktik hidup sehat merupakan salahsatu wujud Revolusi
Mental. GERMAS mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup sehat, agar
mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat. Untuk itu,
Pemerintah RI diwakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan RI, Puan Maharani, mencanangkan GERMAS pada 15 November
2016 di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Tidak hanya di Bantul, GERMAS
juga dicanangkan di Sembilan wilayah lainnya, yaitu: Kabupaten Bogor (Jawa
Barat), Kabupaten Pandeglang (Banten), Kota Batam (Kepulauan Riau), Kota
Jambi (Jambi), Surabaya (JawaTimur), Madiun (JawaTimur), Pare-pare
(Sulawesi Selatan), Kabupaten Purbalingga (Jawa Tengah), Kabupaten Padang
Pariaman (Sumatera Barat).

B. Saran atas kebijakan


Dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
tentunya mempunyai beberapa masalah yang akan muncul, salah satu nya dari
kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat. Hal ini
menjadi sebuah sebuah tantang terhadap petugas kesehatan di tingkat primer
yaitu pelayanan puskesmas. Puskemas sebagai fasilitias pelayanan kesehatan
perlu melakukan pencegahan primer, melalui promosi kesehatan seperti diet yang
sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garamdan lemak, serta rajin
melakukan aktifitas dan tidak merokok. Puskesmas juga perlu melakukan
pencegahan sekunder bilamana terjadi kasus terjadi bisa diatasi sejak dini. Maka
dari semua kebijakan yang telah di terapkan harus di jalankan dengan sebaik
mungkin, agar dari semua kebijakan tersebut bisa diterima oleh masyarakat
seluruhnya untuk itu peran dari fasilitas kesehatan di tingkat primer sangat
berperan penting terhadap berjalannya kebijakaan ini . petugas kesehatan yang
berada pada pelayanan di tingkat ini harus mempunyai kompentensi dan etos
kerja yang tinggi. Sehingga dalam hal ini pemerintah harus memberikan
dukungan penuh baik saran prasana dan pengembanagn sumber daya manusia.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama), dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg.
2. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
a. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
b. Hipertensisekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak
penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
3. Klasifikasi hipertensi
a. Menurut kausanya
1. Hipertensi esensil (hipertensi primer); hipertensi yang tidak jelas
penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder: hipertensi kausa tertentu.
b. Menurut gangguan tekanan darah
1. Hipertensi sistolik; peninggian tekanan darah sistolik saja.
2. Hipertensi diastolik; peninggian tekanan diastolik.
c. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
1. Hipertensi ringan.
2. Hipertensi sedang.
3. Hipertensi berat.
4. Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

25
26

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi
pembaca dan penulis mengenai pengertian dari hipertensi (tekanan darah tinggi).
Penyebab dari darah tinggi, tanda dan gejala yang muncul, pentalaksanaan medis
ataupun penanganan bila sudah di tetapkan bahwa seseorang telah mempunyai
hipertensi, agar penyakit hipertensi yang telah ada dapat terkontrol bila mana pasien
mengalami hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Ainun, Syahri MS. 2012. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada
Mahasiswa di Lingkup Kesehatan Universitas Hasanuddin. [Skripsi Ilmiah].
Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Bustan. (2008). Penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media Aesculapius

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 19 Oktober 2014, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf.
Ridwan, Muhamad. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer
“HIPERTENSI”. Semarang :Pustaka Wudyamara.

Smeltzer C Suzanne dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Ed-8 Vol-2. Jakarta : EGC.

Yogiantoro, M., 2009. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, A.W., et al eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam 5th ed. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, 1079-1085

27

Anda mungkin juga menyukai