Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat


risiko bahaya. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu
upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan
akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu
K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa
kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan

.Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama


yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang artinya ketiga
unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang
efektif dan efisien.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja


maka di setiap perusahaan yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang
dan memiliki risiko besar terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja
wajib menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(Permenaker No. 5 Tahun 1996).

Menurut ILO, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah


menjaga dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial seluruh
para pekerja dan pada semua sektor pekerjaan, mencegah pekerja
terjangkit penyakit yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi
pekerja dari risiko yang berdampak buruk pada kesehatan, menempatkan
dan menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai dengan kondisi
fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta
pekerja dengan pekerjaannya (Markkanen, P.K, 2004).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Hazard dan risiko?

2. Apa saja upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap pengkajian
asuhan keperawatan ?

3. Apa saja upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap di


perencanaan asuhan Keperawatan ?

4. Apa saja upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap implementasi
dalam asuhan keperawatan ?

5. Apa saja upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap evaluasi
asuhan keperawatan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari hazard dan risiko.

2. Untuk mengetahui upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap


proses keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Risiko Dan Hazard

Hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang


berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat
kerja berdasarkan OHSAS 18001:2007).

Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari


kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah
atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu
bahaya (OHSAS 18001:2007).

Keselamatan kerja adalah adalah upaya untuk mencegah dan


mengurangi kecelakaan, kebakaran, bahaya peladakan, penyakit akibat
kerja, pencemaran lingkungan yang pada umumnya menimbulkan
kerugian nyawa, waktu dan harta benda bagi pekerja dan masyarakat yang
berada di lingkunganya. (UU No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan).

Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas


yang optimal meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan. Pada hakikatnya merupakan penyerasian
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang wajib
diselenggaraan oleh setiap tempat kerja. (UU Kesehatan No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan, Pasal 23).

3
B. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada
Tahap Pengkajian Asuhan Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang


bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.
Pengkajian yang sistematis (effendi, 1996)

C. Contoh Hazard Dan Risiko Bagi Perawat Saat Melakukan Pengkajian

1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.

2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.

3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan
perawat.

4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat


pemeriksaan fisik.

5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan


keluarganya.

Contoh Kasus:

Pada tanggal 27 maret 2016 di rumah sakit singapur terjadi kasus


nyata kekerasan fisik dan verbal pada saat perawat sedang melakukan
pengkajian.perawat tersebut pada saat melakukan pengkajian kepada
pasien,mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal dari pasien yang ia
kaji. Seperti yang dikutip dalam suatu artikel di media online:

“Ketika perawat Nur, 31 tahun melakukan pendekatan untuk


mengumpulkan data, salah satu pasiennya ngamuk, berteriak dan memukul
mukul kepalanya ke dinding. Dia mencoba menghentikan dan
menenangkannya tapi pasien nya secara emosinal malah menendang

4
dadanya membuat dia terluka dan kejadian kekerasan fisik maupun verbal
dalam kasus tersebut tidak disebut berasal dari kesalahan perawat sendiri
ataukan karena memang sang pasien memiliki emosinal yang tidak dapat
dikontrol. Dalam proses pengkajian sendiri, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh perawat. Mulai dari pemahaman akanpengertian
pengkajian, tahap-tahapan pengkajian, sehingga metode yang digunakan
melakukan pengkajian. Dalam pengkajian pasien, perawat pun harus
menyadari akanadanya hazard dan resiko yang mungkin mereka dapatkan.

Beberapa macam upaya perlu di lakukan sebagai tindakan


pencegahan upaya-upaya tersebut dapat dilakukan baik dari pihak pasien,
perawat itu sendiri maupun dari pihak manajemen rumah sakit.berikut
beberapa upaya yang perlu di lakukan untuk mencegah terjadinya
kekerasan fisik dan verbalpada perawat saat melakukan pengkajian:

1) Perawat harus melakukan setiap adanya tindakan kekerasan dalam


bentuk apapun kepada pihak rumah sakit.

2) Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesame


manusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.

3) Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi


pendengar yang baiksalah satu teknik pengumpulan data pada
pengkajian adalah wawancarta.saat melakukan wawancaraperawat
harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik
mungkin.

4) Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang

cara menghindari tindakann kekerasan verbal dan fisik.

5) Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan

susah untuk di dekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada


keluarga pasien terlebih dahulu.

5
6) Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang
menyingung pasien dan keluarga.

7) Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta


persetujuan dari pasien terlebih dahulu.

8) Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan


diri untuk menghadapi hazard dan resiko.

9) Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap


laporan-laporan kekerasan fisikmaupun verbal terhadap perawat

10) Memodifikasi lingkungan yang nyaman dirumah sakit mulai dari poli,
ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif
untuk menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.

D. Upaya Meminimalkan Risiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap


Pengkajian Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja

1. Batasi akses ketempat isolasi.

2. Menggunakan APD dengan benar.

3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak
tertutup APD.

4. Petugas tidak boleh menyembunyikan wajahnya sendiri.

5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien.

6. Cuci tangan dengan air dan sabun.

7. Bersihkan kaki dengan di semprot ketika meninggalkan ruangan


tempat melepas APD.

8. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja.

9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

6
E. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Risiko dan Hazard Pada Tahap
Perencanaan Asuhan Keperawatan

Rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar


tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran
yang jelas dan dapat diukur.Perencanaan K3 di rumah sakit dapat mengacu
pada standar sistem manajemen K3RS diantaranya self assesment
akreditasi K3 rumah sakit dan SMK3

1. Perencanaan meliputi:

a. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko.


Rumah sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya,
penilaian serta pengendalian faktor resiko.

b. Identifikasi sumber bahaya. Dapat dilakukan dengan


mempertimbangkan:

 Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya

 Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi

2. Penilaian faktor resiko

Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan


melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Pengendalian faktor risiko

Dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko yaitu


menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada
(engneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).

7
4. Membuat peraturan

Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan


standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan,
perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP
ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta
disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.

5. Tujuan dan sasaran

Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-


undangan, bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur,
satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu
pencapaian (SMART)

6. Indikator kinerja

Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3


yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian SMK3 rumah sakit.

7. Program kerja

Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3


rumah sakit, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi
dan dicatat serta dilaporkan.

8. Pengorganisasian

Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa


tanggung jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban
masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung
jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola
pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua
organisasi/satuan pelaksana K3 rumah sakit secara spesifik harus

8
mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat
kerja, meruuskan permasalahan serta menganalisis penyebab
timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan
pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja,
sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.

Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program,


untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil.
Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi
penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

 Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit (1)

1) Tugas pokok

a. Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur


rumah sakit mengenai masalah-masalah yang berkaitan
dengan K3.

b. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk


pelaksanaan dan prosedur

c. Membuat program K3 rumah sakit

2) Fungsi

a. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi


serta permasalahan yang berhubungan dengan K3.

b. Membantu direktur rumah sakit mengadakan dan


meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian
K3 di rumah sakit

c. Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3

d. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan


tindakan korektif

9
e. Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3
rumah sakit

f. Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja,


kontrol bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif
pencegahan

g. Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan


merekomendasikan sesuai kegiatannya

h. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan


baru, pembangunan gedung dan proses

 Struktur organisasi K3 di rumah sakit(1)

Organisasi K3 berada satu tingkat di bawah direktur dan


bukan merupakan kerja rangkap.

Model 1:

Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada


direktur rumah sakit. Bentuk organisasi K3 di rumah sakit merupakan organisasi
struktural yang terintegrasi ke dalam komite yang ada di rumah sakit dan
disesuaikan dengan kondisi/kelas masing-masing rumah sakit, misalnya komite
medis/nosocomial

Model 2:

Merupakan unit organisasi fungsional (non struktural), bertanggung jawab


langsung ke direktur rumah sakit.Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3
RS, yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di rumah
sakit.

10
Keanggotaan:

a. Organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit beranggotakan unsur-unsur dari


petugas dan jajaran direksi rumah sakit.

Organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit terdiri dari sekurang-kurangnya


ketua, sekretaris, dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3 dipimpin oleh
ketua

b. Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta
anggota

1) Ketua organisasi/unit pelalsana K3 RS sebaiknya adalah salah satu


manajemen tertinggi di rumah sakit atau sekurang-kurangnya
manajemen dibawah langsung direktur rumah sakit.

2) Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit adalah


seorang tenaga profesional K3 rumah sakit, yaitu manajer K3 rumah
sakit atau ahli K3.

c. Mekanisme kerja

Ketua organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit memimpin dan


mengkoordinasikan kegiatan organisasi/unit pelaksana K3 rumah
sakit.Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit memimpin dan
mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan
keputusan organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit.

Anggota organisasi/unit pelaksana K3 RS mengikuti rapat


organisasi/unit pelaksana K3 RS dan melakukan pembahasan atas
persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan organisasi.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,


organisasi/unit pelaksana K3 RS mengumpulkan data dan informasi
mengenai pelaksanaan K3 di rumah sakit. Sumber data antara lain dari
bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan,

11
angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan rumah sakit
khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang
lain bisa dari tempat pengobatan rumah sakit sendiri antara lain jumlah
kunjungan, P3K dan tindakan medik karena kecelakaan, rujukan ke rumah
sakit bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan serta lama
berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan
dan biaya perbaikan.Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring
tempat kerja dan lingkungan kerja rumah sakit terutama yang berkaitan
dengan sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya
maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan
pelaksanaan K3 dan analisisnya.

Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3


rumah sakit untuk menemukan penyebab masalah dan merumuskan
tindakan korektif maupun tindakan preventif.Hasil rumusan disampaikan
dalam bentuk rekomendasi kepada direktur rumah sakit.Rekomendasi
berisi saran tindak lanjut dari organisasi/unit pelaksana K3 RS serta
alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/ konsekuensi setiap
pilihan.

Organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit membantu melakukan


upaya promosi di lingkungan rumah sakit baik pada petugas, pasien,
maupun pengunjung yaitu mengenai segala upaya pencegahan KAK dan
PAK di rumah sakit.Juga bisa diadakan lomba pelaksanaan K3 antar
bagian atau unit kerja yang ada di lingkungan kerja rumah sakit, dan yang
terbaik atau terbagus adalah pelaksanaan dan penerapan K3 nya mendapat
reward dari direktur rumah sakit.

12
F. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada
Tahap Implementasi Asuhan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan (Gordon, 1994, dalam
potter dan perry, 1997 )

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan


yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi


Keperawatan:

1. membantu dalam aktifitas sehari-hari

2. konseling

3. Memberikan asuhan keperawatan langsung.

4. Kompensasi untun reaksi yang merugikan.

5. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien


utnuk prosedur.

6. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari


anggota staf lain.

 Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :

1) Mempertahankan keamanan klien

2) Memberikan asuhan yang efektif

3) Memberikan asuhan yang seefisien mungkin

13
 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Sama Secara Umum

1) Upaya pencegahan keccelakaan kerja melalui pengendalian bahaya


yang di tempat kerja pemantauan dan pengendalian kondisi tidak
aman di tempat kerja.

2) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan


pengawasan pelatihan dan pendidikan, konseling dan konsultasi,
pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja
tentang penerapan k3.

3) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen


prosedur dan aturan k3, penyediaan sarana dan prasarana k3 dan
pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap penerapan k3 di
tempat kerja.

Terdapat Juga Beberapa Upaya Pencegahan Lain, Antara lain:

Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna, terdiri


dari pelayanan promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitative yang di
laksanakan dalam suau system yang terpadu.

Contoh Kasus

“Seorang perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri”

Seorang perawat di RSUD Gunung Jati di Kota Cirebon, diketahui positf


difteri pasca menangani pasien yang menderita penyakit yangsama.

CIREBON – seorang perawat di RSUD Gunung Jati di Kota Cirebon,


diketahui positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan
informasi, perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan
melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri tersebut, perawat
terkena diffteri berinisal Ru dan bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat

14
(IGD) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui merupakan perawat pertama
difteri yang masuk rumah sakit tersebut.

Analisa Kasus 1

Hazard yang ada di kasus:

Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.

Upaya pencegahan kasus 1

1. Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja

a. RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan


scout dll.

Alasan: meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit / infeksi


yang dapat terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan
sebagai perlindungan diri dengan kasus di atas dapat di hindari jika
perawat menggunakan APD lengkap mengingat carapenularan difteri
melalui terpaparnya cairan ke pasien.

b. Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk


perawat.

Alasan: cuci tangan merupakan carapenanganan awal jika kita sudah


terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau
tidak menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awalawal
sebelum ke pasien maupun setelah ke pasien.

c. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.

Alasan: bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola
dengan baik akanmenimbulkan penyebaran penyakit.

15
d. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.

Alasan: agar petugas/perawat menjaga konsisten dan tingkat kinerja


petugas/perawat atau timdalam organisasi atau unit kerja, sebagai
acuan (chek list) dalam pelaksanaan kegiaan tertentu bagi sesama
pekerja. Supervisor dan lain-lain dan SOP merupakan salah satucara
atau parameter dalam meningkatkan mutu pelayanan.

2. Upaya pecegahan pada perawat :

a. Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic


seperti mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan alat
kesehatan dalam keadaan steril.

Alasan: agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani
meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP
RS.

b. Perawat mematuhi standar Operatinal Prosedure yang sudah ada RS


dan berhati-hati atau jangan berburu-buru dalam melakukan tindakan.

c. Alasan: meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS,


perawat sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam
melakukan tindakan ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga
keselamatan tempat kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar
dari tertularnya penyakit dari pasien dan pasien juga merasa aman.

G. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada


Tahap Evaluasi Asuhan Keperawatan

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah


salah satu fungsi manajemen K3 rumah sakit yang berupa suatu langkah
yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses
kegiatan K3 rumah sakit itu berjalan dan mempertanyakan efektivitas dan

16
efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 rumah sakit dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan.

Pemantauan dan evaluasi meliputi:

1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS


(SPRS).

2. Inspeksi dan pengujian

Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3


secara umum dan tidak terlalu mendalam.Inspeksi K3 di rumah sakit
dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 rumah sakit sehingga
kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain
adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap
pekerja berisiko seperti biological monitoring (pemantauan secara
biologis).

3. Melaksanakan audit K3

Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan


pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan
dan prosedur, pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi
dan pengendalian. Tujuan audit K3:

a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.

b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai


ketentuan.

c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta


pengembangan mutu.

17
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak.

Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara


berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektivan dalam pencapaian
kebijakan dan tujuan K3.

Contoh Kasus Yang Berkesinambungan Dalam Upaya Mencegah Dan


Meminimalkan Hazard Dan Risiko Dalam Asuhan Keperawatan.

1. Pengkajian : Sebagian perawat saat akanmelakukan melakukan tindakan


tidak melakukan cuci tangan dengan benar atau tidak sesuai dengan SOP.

2. Perencanaan: Akan dilakukan penyuluhan tentang pentingnya dancara cuci


tangan yang benar.

3. Implementasi : Terpasangnya poster SOP cuci tangan disetiap washtaffle

4. Evaluasi : Para perawat sudah mulai melakukan tindakan cuci tangan


sesuai SOP

BAB III

18
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cidera pada


manusia/kerusakan pada alat/lingkungan.Risk (resiko) didefinisikan sebagai
peluang terpaparnya seseorang/alat pada suatu hazard (bahaya). Pengkajian adalah
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental,
social, dan lingkungan. Pengkajian yang sistematis (effendi, 1996).

Upaya mencegah dan meminimalkan resiko dan hazard pada tahapan


implementasi: Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil
yang di harapkan (Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997). Implementasi
keperawatan: membantu dalam aktifitas sehari-hari, konseling, memberikan
asuhan keperawatan langsung. Kompensasi untuk reaksi yang merugikan, Teknik
tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk prosedur,
Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari anggota staf
lain. Upaya mencegah dan meminimalkan resiko dan hazard pada tahapan
evaluasi meliputi: Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem
pelaporan RS (SPRS), Inspeksi dan pengujian, Melaksanakan audit K3.

B. Saran

Sebaiknya tenaga kesehatan harus lebih bisa menjaga keamanan diri


dengan selalu memakai APD dan memenuhi SOP saat melakukan tindakan dan
menambah pengetahuan tentang upaya pencegahan resiko dan hazard agar mampu
menerapkannya dalam ruang lingkup keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatn Pasien Rumah Sakit (patient
safety), 2 edn, Bakti Husada: Jakarta.

Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop


Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Klinis. PERSI: KKP -RS

Ginting, Daniel. 2019. Kebijakan Penunjang Medis Rumah Sakit. Budi Utama:
Yogyakarta.
https://ansharbonassifa.wordpress.com/2013/09/03identifikasi-resiko-
keselamatan-pasin-patient-safety-di-rumah-sakit/amp/

https://www.scribd.com/mobile/doc/312057056/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-
Pengkajian

https://www.scribd.com/mobile/doc/312534347/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-
Implementasi

20

Anda mungkin juga menyukai