Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PRATIKUM ILMU KEPERAWATAN DASAR


PEMBERIAN OBAT PARENTAL : IM,IV,IC,SC

NAMA : FIKRATUL AFDILA

NIM : 2011311009

KELAS : 3A

KELOMPOK : PRATIKUM A

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAMUSKULER(IM)
Pengertian pemberian obat secara IM

Pemberian obat secara intramuscular adalah pemberian obat/cairan dengan cara


dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf. Misalnya
pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas.

Jaringan intramuscular : terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak


vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah
tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikan.

Tujuan pemberian obat secara intramuscular

Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat diabsorbsi tubuh dengan
cepat. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk
depot obat.

Indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular

Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberika obat secara oral, bebas
dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.
Pemeberian obat secara intramuskular harus dilakukan atas perintah dokter.

Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular

Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.

Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara intramuskular

1. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang
dengan lutut sedikit fleksi.

2. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang
dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling
banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah
dan saraf besar.
3. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut
diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan
di depan tungkai bawah.

4. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi.

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular

1. Tempat injeksi

2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan

3. Kondisi atau penyakit klien

4. Obat yang tepat dan benar

5. Dosis yang diberikan harus tepat

6. Pasien yang tepat

7. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar

Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular

1. Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat

2. Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya)

3. Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk orang dewasa panjangnnya 2,5-3 cm
dan untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.

4. Kapas alkohol

5. Cairan pelarut/aquabidest steril

6. Bak instrument/ bak injeksi

7. Gergaji ampul (bila diperlukan)

8. Nierbekken

9. Handscoon 1 pasang
Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular

1. Mencuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan
dalam bak injeksi.

4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan)

5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.

6. Lakukan penyuntikan:

a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi.

b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau
telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini
paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat
pembuluh darah dan saraf besar.

c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan
lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan
diletakkan di depan tungkai bawah.

d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi.

7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.

8. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit
maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara berlahan-lahanhingga habis.

9. Setelsh selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan dengan kapas alcohol,
kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.

10. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian

11. Cuci tangan

Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM dan Penyuluhan Pasien


Penyuluhan pasien,memungkinkan pasien untuk minum obat dengan aman dan efektif.

1. Tahap PraInteraksi

a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan obat dengan benar

d. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar

2. Tahap Orientasi

a. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien

c. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

3. Tahap Kerja

4. Tahap Terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan

b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

c. Membereskan alat-alat

d. Berpamitan engan klien

e. Mencuci tangan

f. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Macam-macam obat IM dan pemberian obat IM

 MATOLAC

Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang sampai dengan berat.
Dosis: 10-30 mg tiap 4-6 jam. Maksimal 90 mg, lama teapi maksimal (pemberian IM/IV) tidak
boleh dari 5 hari. Km: 5 amp 10 mg.

 FENTANYL

Untuk depresi pernafasan, cedera kepala, alkhoholisme akut, serangan asma akut, intolerensi
hamil, laktasi.

Dosis: pramedikasi, 100 mcg ser IM 30-60 sebelum operasi.

 DOLGESIK

Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca operasi.

Dosis: dosis tunggal untuk dewasa dan anak-anak > 12 thn : 1 amp (100mg) IM disuntikan
perlahan-lahan. Maksimal 4 amp, anak-anak : 1 thn : 1-2 mg/kg.

 DURALGIN

Untuk analgesik seperti: nyeri setelah operasi, neuralgia

Dosis:

dewasa 25 -100 mg. Maksimal sehari 300 mg dalam dosis.

Bagi anak 6 thn: sehari maksimal 100 mg i.m

Dosis bagi anak-anak 6-12 thn: sehari maksimal 20000 mg.

 BCG

 Perlindungan penyakit: TBC / tuberkulosis

 Penyebab : bakteri bacillus calmette guerrin

 Kandungan : bacillus calmette guerrin yang dilemahkan

 Waktu pemberian : umur / usia 2 bulan


 DPT/DT

 Perlindungan penyakit : difteri (infeksi tenggorokan), pertusis (batuk rejan) dan tetanus
(kaku rahang)

 Penyebab : bakteri difteri, pertusis dan tetanus

 Waktu pemberian: usia 3 bulan, usia 4 bulan, usia 5 bulan, usia 1 tahun 6 bulan, usia 5
tahun, usia 10 tahun

 Hepatitis B

Perlindungan penyakit: infeksi hati / kanker hati mematikan

Waktu pemberian:

1. ketika baru lahir tidak lama setelahnya

2. tergantung situasi dan kondisi I

3. tergantung situasi dan kondisi II

4. tergantung situasi dan kondisi II

5. Hepatitis A

Perlindungan penyakit: hepatitis A (penyakit hati)

Penyebab : virus hepatitis A

Waktu pemberian:

1. Tergantung situasi dan kondisi I

2. Tergantung situasi dan kondisi II

Pemberian obat melalui injeksi intra muskuler ini harus tepat dengan 6 B

1. Benar obat

2. Benar dosis benar waktu


3. Benar pasien

4. Benar cara

5. Benar rute

6. Benar dokumentasi

PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRAVENA(IV)

Pengertian pemberian obat injeksi intravena

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung. ( Joyce, K & Everlyn, R.H. 1996 )

Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan
efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke
seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk
mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak
untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran
darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 )

Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah
dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam
sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar
bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu
pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70
detik lamanya. ( Potter, Perry. 2006 )

Tujuan pemberian obat dengan injeksi intravena

Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk :


 Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang sedang
gawat darurat.
 Menghindari kerusakan jaringan.
 Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar.

Lokasi yang bisa dilakukan injeksi intravena

1. Pada lengan

-Vena mediana cubiti/ vena sefalika

- Vena basilica

2. Pada tungkai

- Vena saphenous

3. Pada leher

- Vena jugularis

4. Pada kepala

- Vena frontalis

- Vena temporalis

5. Pada mata kaki

- Vena dorsal pedis

Macam-macam pemberian obat melalui injeksi intravena

1. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Langsung)

Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti /
cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis /
temporalis ( kepala ), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh
darah.

2. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Tidak Langsung)


Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam
media (wadah atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

Efek samping dari pemberian injeksi intravena

a. Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll)
b. Pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekroseatau hematoma
c. Dapatmenimbulkankelumpuhan

Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat melalui intravena - Indikasi

1. Pada seseorang dengan penyakit berat

Pemberian obat melalui intravena langsung masuk kedalam jalur peredaran darah.
Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan
keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun
pemberian antibiotic aintravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit
memberikan antibiotika jenis initanpa melihat derajat infeksi.

Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakkan pasien dirawat di RS
dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan
dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.

2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik).
Misalnya antibiotica golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan
sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai
masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan kedalam pembuluh darah langsung.

3. Pasien tidak dapat minum karena muntah atau memang tidak dapat menelan obat (ada
sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangan pemberian
melalui jalur lain seperti rectal (usus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit),
dan intramuscular (disuntikkan di otot).

4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat masuk ke pernapasan),
sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

5. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi
bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam
darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam
nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian
antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavailabilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk
membunuh bakteri.

- Kontraindikasi

· Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi injeksi intravena.

· Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, kerana lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri – vena (A – V shunt) pada tindakan hemodaliasis (cuci darah).

· Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai dan kaki).

- Contoh obat :

1. Ranitidin :Mengurangi keasaman lambung pada persalinan beresiko tinggi.

2. Petidin Hidroklorida : Untuk nyeri sedang sampai berat, analgesia obstetri.

3. Eritromisin : Digunakan pada klien yang sensitif terhadap penisilin,


organismeyang resistan terhadap penisilin, sifilis, klamidia, gonorea,
infeksi pernapasan, pengobatan infeksi yang sensitif terhadap
eritromisin, profilaksis dalam penatalaksanaan pecah ketuban saat
kurang bulan. Juga untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin yang
membutuhkan antibiotik guna mengobati penyakit jantung dan katup
jantung.

4. ProtaminSulfat : Untuk melawan kerja heparin.

5. Fitomenadion( Vit K ): Mencegah dan mengobati hemoragi.

Prosedur kerja injeksi intravena

1. Pemberian Obat Melalui Intravena ( Secara Langsung )

- Persiapan alat :
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat

2. Kapas alkohol

3. Sarung tangan

4. Obat yang sesuai

5. Spuit 2ml – 5 ml

6. Bak spuit

7. Baki obat

8. Plester

9. Perlak pengalas

10. Karet pembendung ( tourniquet )

11. Kasa steril ( bila perlu )

- Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan prinsip enam benar
3. Indentifikasi klien
4. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5. Atur klien pada posisi yang nyaman
6. Pasang perlak pengalas
7. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8. Letakkan karet pembendung ( torniquet )
9. Pilih área penususkan yang bebas dari tangdakekakuan, peradangan atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorpsi obata taucidera dan nyeri yang berlebihan
10. Pakaisarung tangan
11. Bersihkan área penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler
dari arah dalah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode roni
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme
12. Pegang kapas alkohol dengan jari – jari tengah pada tangan non dominan
13. Buka tutup jarum
14. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah área penususkan dengan tangan

non dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.

15. Pegang jarum pada posisi 300sejajar vena yang akan ditusuk perlahan pasti
16. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
17. Lakukan aspirasi dengan tangan nono dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
18. Observasi adanya darah dalam spuit
19. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan – lahan
20. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (300), sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada área penusukan
21. Tutup área penusukkandengan menggunakan kassa steril yang diberibetadin
22. Kembalikan posisi klien
23. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
24. Buka sarung tangan
25. Cuci tangan
26. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

2. Pemberian Obat Melalui Infus ( Secara Tidak Langsung )

Dengan pelantaraan Infus Intravena, maka cairan atau darah dapat dimasukaan kedalam
pembulu vena. Cairan yang di masukkandengan cara demikian ini harus di alirkan perlahan –
lahan masuk kedalam pembuluh vena bersangkutan.

Pasien yang terpasang infus mendapat order obat yang dimasukkan secara intravena. Maka
perawat tidakperlu membuat tusukan baru tetapi memasukan obat melaui karet pada pipa infus
yang di ranacang untuk memasukan obat atau melalui botol infus. Dalam tindakan ini, perawat
harus memperhatikan teknik aseptik yaitu dengan mengusap tempat yang akan di tusuk dengan
kapasantiseptik. Kleminfus di matikan selama obat di masukan dan apabila sudah selesai,
kecepatan tetesan di atur kembali.

Pemberian Obat Melalui infus( secara tidak langsung ) ada dua cara, yaitu :

1. Pemberian obat melalui wadah intravena


Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena. Tujuannya :untuk
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.

- PersiapanAlat dan Bahan :

1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran

2. Obat dalam tempatnya

3. Wadah cairan( kantong atau botol )

4. Kapas alkohol.

- Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan kedalam spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukkan obat berlahan – lahan kedalam kantong atau wadah cairan.

7. Setelah selesai, Tarik spuit dan campur larutan dengan membalikan kantong cairan secara
perlahan – lahan dari satu ujung ke ujung lain.

8. Periksa kecepatan infus

9. Cuci tangan

10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.

B. Pemberian obat melalui selang intravena


- Persiapan Alat dan Bahan :

1. Spuit dan jarum yang sesui dengan ukuran

2. Obat dalam tempatnya

3. Selang intra vena

4. Kapas alkohol

- Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakukan.

3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan kedalam spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan setopaliran.

6. Lakukan penyuntikan denagn memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukan obat secara perlahan – lahan kedalam selang intravena.

7. Setelah selesai, Tarik spuit.

8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat

9. Cuci tangan

10. Catat obat yang telah di berikan dan dosisnya.

Kelebihan dan kekurangan pemberian injeksi intravena

1. Kekurangan Injeksi Intravena

- Dapat terjadi emboli

- Dapat terjadi infeksi karena jarum yang tidak steril

- Pembuluh darah dapat pecah


- Terjadi ematoma

- Dapat terjadi alergi

- Obat tidak dapat di tarik kembali

- Membutuhkan keahlian khusus

2. Kelebihan Injeksi Intravena

- Dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar

- Obat dapat terabsorbsi dengan sempurna

- Obat dapat bekerja cepat

- Tidak dapat mengiritasi lambung

Hal – hal yang perlu diperhatikan selama pemberian obat

 Obat-obat suntikan yang diberikan harus sesuai dengan program pengobatan.


 Sebelum menyiapkan obat suntikan bacalah dengan teliti petunjuk pengobatan yang ada
dalam catatan medik atau status pasien, yaitu nama obat, dosis, waktu dan cara
pemberiannya.
 Pada waktu menyiapkan obat, bacalah dengan teliti label dari tiap-tiap obat.
 Perhatikan teknik septic dan antiseptiknya.
 Spuit dan jarum suntik tidak boleh digunakan untuk menyuntik pasien yang lain sebelum
disterilkan.
 Spuit yang retak atau bocor dan jarum suntik yang sudah tumpul, berkarat, atau ujungnya
bengkok tidak boleh dipakai lagi.
 Memotong ampul-ampul harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melikai tangan dan
pecahannya tidak masuk ke dalam obat.
 Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa waktu sebab ada
kemungkinan timbul reaksi alergi.

PEMBERIAN OBAT SECARA INTRACUTAN (IC)

A. DEFINISI
 Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra
dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis"
yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya
penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat
dibandingkan. Karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap
mikroorganisme.

 Injeksi intracutan (IC) adalah pemberian obat kedalam lapisan dermal kulit tepat
dibawah epidermis. Biasanya hanya sejumlah kecil larutan yang digunakan(contoh 0,1
ml).Metode pemberian ini sering kali digunakan untuk uji alergi dan penapisan
tuberkulosis.

B. TUJUAN INJEKSI INTRAKUTAN / IC

Dibawah ini merupakan tujuan dilakukannya pemberian suntikan / injeksi intrakutan :

1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.

2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).

4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test).

5. Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu.

6. Pemberian vaksinasi.

C. LOKASI INJEKSI INTRAKUTAN / IC

Lokasi injeksi intracutan biasanya pada :

1. lengan bawah bagian dalam

2. dada atas
3. punggung dibawah skapula

4. Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisan TBC

5. lengan kanan digunakan untuk semua pemeriksaan lain.

6. Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah daerah muskulus
deltoideus.

7. Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah.

D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI INJEKSI INTRAKUTAN / IC

1. Indikasi Injeksi IC

a. Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes).

b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi.

c. Menegakkan diagnosa penyakit.

d. Sebelum memasukkan obat.

2. Kontraindikasi Injeksi IC:

a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.

b. Pasien dengan kulit terluka.

c. Pasien yang sudah dilakukan skin tes.

E. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INJEKSI INTRAKUTAN / IC

1. Keuntungan Injeksi IC

a. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat.

b. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.


c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian
obat.

2. Kerugian Injeksi IC

a. Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini
berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik
maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.

b. Tuntutan sterilitas sangat ketat.

c. Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.

d. Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.

F. HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberikan obat melalui jaringan intrakutan yaitu:

1. Tempat injeksi

2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan

3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi

4. Kondisi atau penyakit klien

5. Pasien yang benar

6. Obat yang benar

7. Dosis yang benar

8. Cara atau rute pemberian obat yang benar

9. Waktu yang benar

10. Kontraindikasi pemberian


G. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Injeksi ke otot yang tegang,dapat menimbulkan rasa sakit.

2. Visualisasi yang baik membantu penentuan lokasi injeksi yang tepat. Penentuan lokasi
yang benar menghindari kerusakan jaringan otot.

3. Udara dalam tabung akan mendorong obat keluar dari jarum suntik dan membantu
memeperangkap obat dalam jaringan otot.

4. Pathogen dalam kulit bisa terdorongjarum suntik masuk jaringan.

5. Jika diatur secara vertikal, posisi alat dorong suntik bisa bergeser, sehinnga sebagian obat
akan tumpah.

6. Suntikan cepat mengurangi rasa sakit. Gerak menghujam mempercepat tusukan jarum.
Menekan kulit area suntik membantu tercapainya jaringan otot.

H. CONTOH OBAT INJEKSI INTRAKUTAN / IC

Contoh obat yang diberikan melalui injeksi intrakutan / ic adalah :

1. Vaksin Bacillus Calmette Guerrin (BCG) 0,05 ml

2. 0,1 ATS atau ADS + 0,9 NaCl untuk menetralisir endotoksin dari kuman tetanus atau
difteri.

3. Adrenalin 1%.

4. 0,1 ml vaksin sel diploid manusia (pasteur mariex) untuk vaksin rabies.

5. Ekstrak allergen.

I. ENAM (6) PRINSIP PEMBERIAN OBAT AMAN

Pemberian Obat yang Aman Berpedoman kepada “6 T“:

1. Tepat pasien.
2. Tepat diagnosa keperawatan.

3. Tepat indikasi.

4. Tepat obat.

5. Tepat regimen obat (dosis dan frekuensi,cara pakai, BSO, lama terapi, waktu pakai).

6. Tepat evaluasi dan tindak lanjut.

J. PRINSIP PEMBERIAN OBAT INTRAKUTAN / IC

1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian
keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar
tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat
yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.

2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari
saat penyuntikan obat.

3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.

4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada
suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga
tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun
keluarga yang bertanggung jawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian
penolakan terapi.

5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan
dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam
spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien
hanya 0,1cc.

6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam spuit,
untuk langsung disuntikan pada pasien.

K. SOP INJEKSI INTRAKUTAN / IC


Standar Operasional Prosedur /SOP Injeksi Intrakutan / IC

1. Persiapan alat

a. Sarung tangan

b. Spuit seteril dengan obat injeksi pada tempatnya yang sudah disiapkan

c. Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)

d. Perlak dan pengalas

e. Bengkok

f. Alat tulis/ bolpoint

g. MAR atau cetakan computer dengan instruksi pengobatan yang diresepkan.

2. Persiapan Pasien

a. Memberikan salam pada pasien. R/ sebagai pendekatan terapeutik

b. Cek perencanaan Keperawatan klien (dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan,
tempat injeksi). R/ memastikan klien mendapat pengobatan yang tepat.

c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/ pasien. R/ agar pasien
tahu tindakan yang akan dilakukan dan mengurangi kegelisahan klien.

d. Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan. R/


memastikan klien menerima atau menolak tindakan yang akan dilakukan.

3. Persiapan Lingkungan

a. Tutup pintu, jendela atau pasang sketsel. R/ menjaga privacy klien.

b. Memberi penerangan yang cukup. R/ meminimalkan terjadinya kesalahan pada


saat injeksi.

c. Mengatur posisi pasien, minta klien mengekstensikan siku dan menyangganya


dan lengan bawah pada permukaan rata. R/ menstabilkan lokasi injeksi untuk
akses yang paling mudah.
4. Tindakan

a. Periksa MAR atau cetakan computer dengan intruksi pengobatan yang


diresepkan. Periksa nama klien dan nama obat, dosis, jalur dan waktu pemberian.
Salin atau cetak kembali bagian MAR yang sulit dibaca. R/ lembaran intruksi
merupakan sumber yang paling terpercaya dan satu-satunya rekaman pengobtan
klien yang sah. Pastikan klien menerima obat yang tepat. MAR yang tidak dapat
terbaca merupakan sumber kesalahan pengobatan.

b. Periksa riwayat medis dan pengobatan klien. R/ memperlihatkan kebutuhan akan


pengobatan.

c. Periksa riwayat alergi klien: ketahui subtansi penyebab alergi dan reaksi alergi
normal. Beberapa subtansi memiliki komposisi yang hampir sama; jangan berikan
substansi yang telah diketahui menimbulkan reaksi alergi pada klien. R/
memungkinkan identifikasi dini resiko klien. Dapat membutuhkan resep obat
yang berbeda.

d. Identifikasi dengan setidaknya dua alat pengenal. Bandaingkan nama klien


dengan pengenal lainnya (contohnya nomor identifikasi rumah sakit) pada MAR,
cetakan computer, atau layar computer dengan informasi pada gelang identifikasi
klien. Minta klien menyebutkan namanya jika mungkin sebagai pengenal ketiga.
R/ sesuai dengan syarat TJC (2008) dan meningkatkan keamanan pengobatan.
Pada sebagian besar lingkungan pelayanan akut, nama dan nomor identifikasi
klien pada gelang dan MAR digunakan untuk mengidentifikasi klien. Gelang
identifikasi dibuat saat klien masuk kerumah sakit dan merupakan sumber
identifikasi yang paling terpercaya. Nama dan nomor klien bukan pengenal yang
baik.

e. Bandingkan label medikasi dengan MAR di sisi tempat tidur. R/ pemeriksaan


terakhir pada label obat dengan MAR di sisi klien akan mengurangi kesalahan
pemberian obat.

f. Periksa tanggal kadaluarsa obat. R/ manfaat obat meningkat atau menurun jika
telah kadaluarsa.

g. Perhatikan respon verbal dan nonverbal sebelum menerima injeksi. R/ injeksi


menimbulkan nyeri. Beberapa klien merasa gelisah, yang akan meningkatkan rasa
nyeri.

h. Periksa kontraindikasi. R/ meminimalkan terjadinya hal yang tidak diharapkan.


i. Siapkan obat secara asepsis dari ampul atau vial. Periksa label obat dengan MAR
dua kali saat mempersiapkan obat. R/ memastikan obat tetep steril. Teknik
persiapan berbeda untuk ampul dan vial. Memastikan obat yang tepat disiapkan
untuk obat yang tepat.

j. Berikan obat pada klien pada saat yang tepat dan lakukan hygiene tangan. R/
memastikan klien memperoleh efek obat pada waktu yang tepat dan mengurangi
transfer organisme.

k. Kenakan sarung tangan bersih. R/ mengurangi transfer mikroorganisme.

l. Buka gaun hanya pada bagian yang membutuhakan pajanan. R/ menghormati


klien.

m. Amati lesi atau perubahan warna di lengan bawah. Pilih lokasi tiga atau empat jari
di bawah antecubiti dan selebar tangan di atas pergelangan tangan. Jika anda tidak
dapat menggunakan lengan bawah, inspeksi punggung bagian atas. Jika perlu,
gunakan lokasi injeksi subkutan. R/ lokasi IC harus bersih agar anda dapat
melihat hasil tes kulit dan menginterpretasikannya dengan benar.

n. Relokasi lokasi penanda anatomis. R/ injeksi anatomis yang tepat akan mencegah
cidera syaraf, tulang, dan pembuluh darah.

o. Bersihkan lokasi dengan antiseptic. Letakkan kapas ditengah lokasi dan rotasikan
keluar dengan arah melingkar sekitar 5cm. R/ aksi mekanis usapan kapas akan
melingkar sekresi yang mengandung mikroorganisme.

p. Pegang kapas di antara jari ketiga dank e empat tangan non-dominan. R/ kapas
akan tetap dapat diakses saat spuit ditarik.

q. Lepaskan tutup spuit dengan dengan menariknya secara lurus. R/ mencegah spuit
menyentuh tangan bagian samping penutup akan mencegah kontaminasi.

r. Pegang dengan bevel menghadap ke atas. R/ dengan bevel menghadap ke atas,


kemungkinan obat terdeposit ke jaringan di bawah dermis menjadi lebih kecil.

s. Lakukan injeksi :

1. Dengan tangan dominan, renggangkan kulit lokasi dengan telunjuk atau


ibu jari. R/ spuit lebih mudah menembus kulit yang kencang.
2. Masukkan spuit perlahan dengan bevel menghadap ke atas pada sudut 5
sampai 15 derajat sampai terasa asanya tahanan. Lalu tusukan spuit
melalui epidermis sampai sekitar 3mm di bawah permukaan kulit. Anda
akan melihat ujung spuit melalui kulit. R/ memastiakan ujung spuit berada
dalam dermis.

3. Suntikan obat secara perlahan. Normalnya, anda akan merasakan tahanan.


Jaka tidak, berarti spuit terlalu dalam; lepaskan dan ulangi lagi. Tangan
nondominan dapat menstabilkan spuit selama injeksi. R/ injeksi perlahan
akan meminimalkan rasa tidak nyaman. Lapisan dermis bersifat kencang
dan tidak mudah meluas saat larudan diinjeksikan. Stabilisasi spuit akan
mencegah gerakan yang tidak perlu dan mengurangi rasa tidak nyaman.

4. Saat menginjeksikan obat, akan tampak gelembung kecil (bleb)


berdiameter sekitar 6mm (seperti gigitan nyamuk) pada permukaan kulit.
Beritahukan pada klien bahwa ini merupakan hal yang normal. R/
gelembung menandakan obat telah berada dalam dermis.

t. Tekan perlahan. Jangan memijat lokasi penyuntikan. Berikan plester jika perluR/
pijatan dapat merusak jaringan. Pijatan pada lokasi IC akan mendepresikan obat
kelapisan jaringan di bawahnya dan mengubah hsil pemeriksaan.

u. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman.R/ memberikan rasa nyaman bagi
klien.

v. Buang spuit yang tidak tertutup atau yang telah tertupup dan tabung suntiknya ke
tempat pembuangan yang anti kebocoran.R/ mencegah cidera terhadap klien dan
personil kesehatan. Menutup spuit meningkatkan resiko cidera akibat jarum
(OSHA 2006).

w. Tetaplah bersama klien dan amati adanya reaksi alergi.R/ dispnea, mengi, dan
kolaps sirkulatorik merupakan tanda reaksi anfilatik berat dan mengancam jiwa.

x. Minta klien untuk menjelaskan tujuan dan efek obat.R/ mengevaluasi pemahaman
klien tentang informasi yang diberikan.

y. Untuk injeksi IC, gunakan pensil kulit dan gambarlah lingkaran di sekitar injeksi.
Baca lokasi dalam beberapa waktu kemudian sesuai dengan jenis obat atau tes
kulit yang dilakukan.R/ tanda tersebut mempermudah penemuan lokasi. Hasil tes
klit dibaca pada berbagai waktu, tergantung jenis obat atau jenis tes kulit.
Sesuaikan dengan arahan pabrik untuk menentukan waktu pembacaan hasil tes.
z. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.R/ klien mengetahui tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya.

aa. Membereskan alat-alat.R/ mencegah jarum melukai klien.

bb. Berpamitan dengan klien.R/ menjalin hubungan terapeutik.

cc. Cuci tangan.R/ mencegah transfer mikroorganisme.

L. DOKUMENTASI

 Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/
respon klien terhadap obat, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.

 Cara perdokumentasian pemberian obat

 Jika hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatan maka
perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan
kesehatan pada klien dan keluarganya. Pada saat klien telah diberikan informasi tentang
manfaat/ fungsi dari pemberian obat yang dilakukan, maka perawat segera membuat surat
persetujuan tindakan medik (informed content) sebagai aspek legilitas dalam
perlindungan hukum bagi perawat. Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya,
jumlahnya maupun dosisnya, sebagai pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada
pihak Rumah Sakit. Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian
obat. Catat kapan pemberian obat dan obat apa yang telah diberikan serta catat perubahan
yang dirasakan oleh pasien setelah pemberian obat tersebut. Dokumentasi harus segera
dilakukan pada setiap pelaksanaan pemberian obat. Pastikan kebenaran akan setiap
pencatatan yang dilakukan. Mencatat nama perawat yang melakukan penyuntuikan serta
tanda tangan.

M. HASIL TES

 Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area
penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau
diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif
jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya
pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
 Bacalah tes tuberculin setelah 2-3 hari. Indurasi (area keras, padat, dan terelevasi) pada
kulit di sekitar injeksi menandakan reaksi positif, yaitu sebagai berikut:

1. 15 mm atau lebih pada klien tanpa factor resiko tuberkolosis yang diketahui.

2. 10 mm atau lebih pada klien yang merupakan imigran baru; pengguna obat
injeksi; pekerja pada lingkungan resiko tinggi; personel laboratorium
mikrobakteriologi; klien dengan kondisi klinis yang menempatkan pada resiko
tinggi; anak usia di bawah 4 tahun; dan anak usia infantile, anak, dan remaja yang
terpajan pda dewasa resiko tinggi.

3. 5 mm atau lebih pada klien yang positif HIV, memiliki gambaran fibrotic yang
konsisten pada foto dada dengan riwayat infeksi TB sebelumnya, pernah
melakukan transplantasi organ, atau yang mengalami imunosupresi.

 Hasil yang tidak diarapkan:

a. Terbentuk elevasi dan indurasi pada area yang keras di sekitar lokasi tes IC

1. Beritahukan penyelenggara kesehatan klien.

2. Dokumentasikan sensitivitas terhadap allergen yang diinjeksikan atau tes


positif jika tes tuberculin telah selesai.

b. Klien mengalami tanda dan gejala alergi atau efek samping:

1. Ikuti kebijakan atau pedoman institusi mengenai respons yang tepat


terhadap reaksi obat yang diinginkan.

2. Beritahukan penyelenggara kesehatan klien segera.

3. Tambahkan informasi alergi kepada rekam medis klien.

PEMBERIAN OBAT PARENTAL SUBCUTAN (SC)

1. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang dapat dilakukan
pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian dairi bahu, paha sebelah luar,
daerah dada dan sekitar umbilicus (abdomen).

2. Tujuan

Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin
terdapat 2 tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan

 Tempat injeksi

 Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan

 Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi

 Kondisi atau penyakit klien

 Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat

 Obat yang akan diberikan harus benar

 Dosisb yang akan diberikan harus benar

 Cara atau rute pemberian yang benar

 Waktu yang tepat dan benar

4. Indikasi dan kontra indikasi


 Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama,
karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang
larut dalam air.
 Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air
atau minyak.

5. Alat dan bahan

 Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat

 Obat dalam tempatnya

 Spuit insulin

 Kapas alcohol dalam tempatnya

 Cairan pelarut

 Bak injeksi

 Bengkok perlak dan alasnya

6. Prosedur kerja

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3) Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila
menggunakan pakaian, maka buka pakaian dan di keataskan.

4) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah itu tempatkan
pada bak injeksi.
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol.

6) Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).

7) Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat
dari permukaan kulit.

8) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-lahan hingga habis.

9) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan ke
dalam bengkok.

10) Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis obat.

11) Cuci tangan.

7. Daerah Penyuntikan :
 Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian
dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
 Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
 Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)

DAFTAR PUSTAKA

 https://teknonatura.wordpress.com/2019/04/21/obat-yang-diberikan-secara-
intramuskular/
 http://azizahfifi1.blogspot.com/2015/12/pemberian-obat-intravena-iv.html

 Ariyani, Ratna. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Trans Info Media

 Aziz, Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta: Salemba


Medika.
 Berman, Audrey dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta :
EGC

 Lynn, Pamela. 2010. Atlas Foto Pemberian Obat Lippincott. Jakarta : Erlangga

 Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7. Jakarta:


Salemba Medika.

 Tim Penulis Poltekkes Kemenkes Maluku.2011.Penuntun Praktikum Ketrampilan Kritis I


untuk Mahasiswa D3 Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

 Widyatun, Dian.2012.Pemberian Obat Melalui Intracutan.

 https://materigizidandietsemester2.wordpress.com/2015/05/22/pemberian-obat-
parenteral-injeksi/

Anda mungkin juga menyukai