FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
MENCUCI TANGAN MENURUT WHO
Menurut WHO, mencuci tangan agar bersih menghabiskan waktu sekitar 20-30 detik. Ikuti 7 langkah
mencuci tangan yang benar menurut WHO untuk mencegah infeksi virus, kuman, dan bakteri.
1. Basahi tangan dan tuangkan atau oleskan produk sabun di telapan tangan.
2. Tangkupkan kedua telapak tangan dan gosokkan produk sabun yang telah dituangkan.
3. Letakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari yang terjalin dan ulangi untuk
sebaliknya.
4. Letakkan telapak tangan kanan ke telapak tangan kiri dengan jari saling terkait.
5. Tangan kanan dan kiri saling menggenggam dan jari bertautan agar sabun mengenai kuku dan pangkal
jari.
6. Gosok ibu jari kiri dengan menggunakan tangan kanan dan sebaliknya.
7. Gosokkan jari-jari tangan kanan yang tergenggam di telapak tangan kiri dan sebaliknya.
8. Bilas dan keringkan. Setelah kering, tangan Anda sudah aman dari bakteri dan kotoran.
PEMASANGAN HANDSCOON
Sangat penting bahwa sarung tangan yang akan Anda pakai berukuran sesuai dengan tangan
Anda. Bila sarung tangan terlalu kecil maka terlalu ketat sehingga tidak nyaman (sakit) dan
potensi sarung tangan mudah robek. Bila terlalu longgar sarung tangan beresiko terlepas dan
mengurangi ketangkasan dalam bekerja.
Bisa jadi Ukuran sarung tangan berbeda-beda untuk setiap produsen. Pastikan dulu ukurannya
sebelum membeli sarung tangan.
Cincin, gelang dan jam tangan bisa merobek sarung tangan, lepaskan semua. Gambar 1
Kenakan sarung tangan pada tangan yang sering Anda pakai untuk menulis (orang indonesia
pada umumnya tangan kanan), Tangan yang tidak dominan memegang sarung tangan bagian
dalam (bagian dalam sarung tangan adalah yang seharusnya menempel kulit Anda, arahkan
sarung tangan kebawah agar lebih mudah, dan masukkan tangan dominan kedalam sarung
tangan. tarik bagian dalam sarung tangan ke pangkal tangan. Gambar 3
Dengan Cara yang sama kenakan sarung tangan pada tangan yang lain, tarik perlahan ke pangkal
tangan, namun sarung tangan yang dipegang dan ditarik adalah sarung tangan bagian bagian
luar. hal ini akan membiasakan bahwa sarung tangan bagian luar tidak boleh tersentuh oleh
kulit. Gambar 4
Atur sedemikan rupa sarung tangan hingga nyaman ditangan, pastikan tidak sobek, bila sobek
ulangi kembali no 2 dan seterusnya.
Prinsipnya permukaan kulit tidak boleh menyentuh sarung tangan bagian luar
Bagaimana dengan melepas sarung tangan ?, Saat melepas sarung tangan justru harus lebih
berhati hati, asumsinya adalah karena sarung tangan tadi sudah memegang benda (zat) mungkin
berbahaya sehingga jangan sampai zat itu mengenai tangan kita.
PRINSIP STERILISASI
Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan cara
membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme yang tumbuh pada produk
pangan biasanya dapat mencemari produk pangan dan membuat makanan lebih cepat basi.
Mikroorganisme pembusuk tersebut bisa berupa bakteri, khamir (yeast) dan kapang (jamur).
2.1.1 Sterilisasi Secara Fisik Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan &
pemijaran.
1. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L dan lain-lain.
2. Sterilisasi panas kering : sterilisasi dengan oven umumnya pada suhu 160-1700C selama 1-2
jam. Sterilisasi panas kering cocok untuk sterilisasi serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, alat
yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain. Sterilisasi uap panas:
konsep ini mirip dengan mengukus. Sterilisasi dengan 5 menggunakan uap panas dibawah
tekanan dengan menggunakan autoklaf. Pada sterilisasi ini umumnya dilakukan dalam uap jenuh
dalam waktu 15 menit dengan suhu 1210C.
2.1.2 Sterilisasi Kimia Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan
antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti
halnya alkohol. Proses sterilisasi antiseptik kimia ini biasanya dilakukan dengan cara langsung
memberikan pada alat atau media yang akan disterilisasi. Pemilihan antiseptik terutama
tergantung pada kebutuhan dari tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki.
2.1.3 Sterilisasi Mekanik (Filtrasi) Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu
saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan
pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya
larutan serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel dan lain-lain.
PEMAKAIAN APRON DAN MASKER
A. Pemakaian Apron
1. Pastikan apron dalam keadaan baik
2. Tentukan jenis/tipe apron yang sesuai dengan kondisi ruang penyinaran, contoh: bila
ruang penyinarandengan kuantitas waktu yang lama dianjurkan memakai tipe apron yang
sekaligus menutupi kelenjer tyroid.
3. Pastikan bahwa pada saat memasuki ruangan penyinaran telah memakai apron, bila
penyinaran akan dimulai.
4. Hadapkan bagian badan yang terlindungi apron ke arah sumber sinar-x.
5. Hindari posisi membalikkan badan bila akan meninggalkan ruangan pemeriksaan,
sedangkan penyinaran masih berlangsung. Jika tetap meninggalkan ruangan lakukan
dengan berjalan mundur.
6. Bila selesai memakai apron, tempatkan apron dengan posisi digantung yang benar atau
simpan pada tempatnya.
B. Pemakaian Masker
Lalu bagaimana cara pemakaian masker yang benar? Ikuti langkah-langkah berikut:
1. Biasakan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan masker, boleh
menggunakan air mengalir dengan sabun, boleh juga menggunakan cairan antiseptik berbahan
dasar alkohol.
2. Pastikan hidung, mulut, dan dagu tertutup seluruhnya, bagian berwarna berada di depan,
dan bagian berwarna putih yang menempel di wajah.
3. Tekan bagian atas masker yang ada kawatnya agar sesuai bentuk hidung.
Selanjutnya bagaimana cara membuka dan membuang masker yang benar? Ikuti langkah-
langkah berikut:
https://tirto.id/cara-cuci-tangan-dengan-7-langkah-menurut-who-untuk-cegah-corona-eLyQ
https://rubriktangerang.id/kesehatan/cara-mengenakan-dan-melepas-sarung-tangan-yang-
benar/2020/
https://otodidakblend.blogspot.com/2019/09/spo-pemakaian-apron.html
http://eprints.undip.ac.id/58579/6/Bab_II.pdf
https://covid19.kemkes.go.id/warta-infem/beginilah-cara-memakai-dan-melepaskan-masker-
yang-benar/#.X2GbcJgzY2w
SAFE PATIENT HANDLING
PENGERTIAN PATIENT SAFETY
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di
rumah sakit menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
3. TUJUAN PATIENT SAFETY
Tujuan “Patient safety” adalah
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD.
https://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-rumah-
sakit/
Dalam buku "Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of
Care" disebutkan upaya upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah
sakit, yaitu:
https://mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/19-headline/532
Apa itu TTV?
Pemeriksaan tanda-tanda vital atau TTV adalah prosedur pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui tanda vital seseorang. Hal ini bertujuan untuk
mendeteksi gangguan, kelainan, atau perubahan pada fungsi organ tubuh.
Ada empat komponen tanda vital utama yang harus dipantau secara rutin
oleh tenaga kesehatan yaitu tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan
suhu tubuh. Pemeriksaan tanda vital dilakukan pada saat pertama kali Anda
datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan medis.
Tekanan darah dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistolik dan diastolik.
2. Denyut nadi
Denyut nadi merupakan frekuensi pemompaan jantung pada
arteri.Pengukuran denyut nadi bermanfaat untuk menentukan irama dan
kekuatan nadi.
3. Pernafasan
Teknik : Operator berdiri di belakang dan tanpa sepengetahuan pasien kemudian dilakukan
observasi sangkar dada. dihitung jumlah gerakan sangkar dada (siklus fase inspirasi dan ekspirasi)
dalam 1 menit.
Intepretasi : kecepatan respirasi normal
4. Suhu Tubuh
Teknik : menggunakan berbagai alat tera suhu tubuh , disesuaikan alat tera yang digunakan
Intepretasi :
https://www.honestdocs.id/tanda-tanda-vital-ttv-pemeriksaan-nilai-normal#:~:text=Pemeriksaan
%20tanda%2Dtanda%20vital%20atau,perubahan%20pada%20fungsi%20organ%20tubuh.
https://ibmm.fkg.ugm.ac.id/2017/11/03/vital-sign-tekanan-darah-dan-nadi/
PENGERTIAN NYERI
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International
Association for Study of Plain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Respon nyeri sangat subyektif tergantung dari ambang nyeri dari setiap klien, koping klien,
pengalaman nyeri, ansietas, budaya dari klien serta dipengaruhi oleh gender dan usia. Oleh
karena itu, untuk mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan observasi respon dan perubahan
perilaku klien diantaranya menurut Zborowski (1969) ada lima kelompok umum respon klien
terhadap nyeri.
1. Motor responses (twisting, wriggling, movement of body or its parts, walking, jumping,
clencing teeth).
2. Vocal responses (moaning, groaning, crying, screaming).
3. Verbal responses (complaining, cursing, talking about plain, asking for help).
4. Social responses (withdrawl from people, changes in communication patterns, changes
in social manners or personal appearance)
5. The absence of manifest behavior (hiding of plain or suppressing external sign of pain).
Respon seseorang terhadap nyeri bisa kombinasi antara beberapa respon diatas.
Rasa Nyeri
(Sumber : health.ghiboo.com)
FISIOLOGI NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh
yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak
bermielien dari syaraf perifer.
TIPE NYERI
Beberapa tipe nyeri antara lain :
1. Somatic pain
2. Neurophatic pain
3. Surgery Pain
4. Chemotherapeutik drugs
5. After rediation theraphy
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur
atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan
bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan
nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak
mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan
substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu,
terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat
melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan masukan yang dominan berasal dari
serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan.
Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung
klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsian sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri
dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri.
Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh
nyeri alami yang berasal dari tubuh.
MANAJEMEN NYERI
Dalam manajemen nyeri, terdapat empat teknik yang bisa digunakan, antara lain :
Stimulas kutaneus
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan melakukan stimulasi pada kulit untuk menghilangkan
nyeri. Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
Kompres dingin
Analgetic ointments
Counteriritan, seperti plester hangat
Contralateral stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area
nyeri
Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain sehingga
kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan diantaranya dengan
cara :
Nafas dalam lambat dan berirama
Massage and slow, rhythmic breating
Rhythmic singing and tapping
Active listening
Guided imagery (kekuatan imajinasi klien bisa dengan mendengarkan musik yang
lembut)
Anticipatory Guidance
Merupakan teknik reduksi yang dilakukan oleh perawat dengan cara memberikan informasi yang
dapat mencegah terjadinya misinterpretasi dari kejadian yang dapat menimbulkan nyeri dan
membantu pemahaman apa yang diharapkan. Informasi yang diberikan kepada klien
diantaranya :
Penyebab nyeri
Proses terjadinya nyeri
Lama dan kualitas nyeri
Berat-ringannya nyeri
Lokasi nyeri
Informasi tentang keamanan yang akan diberikan kepada klien
Metode yang digunakan perawat pada klien untuk mengurangi nyeri
Hal-hal yang diharapkan klien selama prosedur
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan,
antara lain :
Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres.
Menurunkan nyeri
Menolong individu untuk melupakan nyeri
Meningkatkan periode istirahat dan tidur
Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara lain sebagai berikut :
Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan
betapa nyaman hal tersebut
Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan - lahan, pada saat ini
biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan pikiran
pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
Ulangi langkah diatas dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan
kelompok otot-otot yang lain.
Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi
hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
http://www.galeripustaka.com/2013/03/manajemen-nyeri.html
Buka mata
Respons Motorik
Respons Verbal
Kata-kata yang tidak tepat 3 Mengulang kata-kata yang tidak tepat secara acak
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/07/makalah-tentang-pengkajian-tingkat.html
https://www.alodokter.com/seberapa-sadarkah-anda-cek-dengan-gcs
1. Compos mentis adalah kondisi sadar sepenuhnya. Pada kondisi ini, respon pasien
terhadap diri sendiri dan lingkungan sangat baik. Pasien juga dapat menjawab
pertanyaan penanya dengan baik. Nilai GCS untuk compos mentis adalah 15-14.
2. Apatis adalah kondisi di mana seseorang tidak peduli atau merasa segan terhadap
lingkungan sekitarnya. Nilai GCS untuk apatis adalah 13-12.
3. Delirium adalah kondisi menurunnya tingkat kesadaran yang disertai dengan
kekacauan motorik. Pada kondisi ini pasien mengalami gangguan siklus tidur, merasa
gelisah, mengalami disorientasi, merasa kacau, hingga meronta-ronta. Nilai GCS adalah
11-10.
4. Somnolen adalah kondisi mengantuk yang cukup dalam namun masih bisa
dibangunkan dengan menggunakan rangsangan. Ketika rangsangan tersebut berhenti,
maka pasien akan langsung tertidur kembali. Nilai GCS untuk somnolen adalah 9-7.
5. Sopor adalah kondisi mengantuk yang lebih dalam dan hanya dapat dibangunkan
melalui rangsangan yang kuat seperti rangsangan nyeri. Meskipun begitu pasien tidak
dapat bangun dengan sempurna dan tidak mampu memberikan respons verbal dengan
baik. Nilai GCS adalah 6-5.
6. Semi-koma atau koma ringan adalah kondisi penurunan kesadaran di mana pasien
tidak dapat memberikan respons pada rangsangan verbal dan bahkan tidak dapat
dibangunkan sama sekali. Tetapi jika diperiksa melalui mata maka masih akan terlihat
refleks kornea dan pupil yang baik. Pada kondisi ini respons terhadap rangsangan nyeri
tidak cukup terlihat atau hanya sedikit. Nilai GCS untuk semi-koma adalah 4.
7. Koma adalah kondisi penurunan tingkat kesadaran yang sangat dalam. Dalam kondisi
ini tidak ditemukan adanya gerakan spontan dan tidak muncul juga respons terhadap
rangsangan nyeri. Nilai GCS untuk koma adalah 3.
Cara mengukur nilai GCS pada orang dewasa tentunya berbeda dengan cara
mengukur nilai GCS pada anak-anak. Pada anak-anak di bawah usia 2 tahun dapat
diberikan berbagai jenis GCS. Penilaian tingkat kesadaran ini disebut Children’s Coma
Scale (CCS).
CCS digunakan untuk anak yang belum bisa berbicara atau bergerak sebaik orang
dewasa. Metode ini akan menentukan seberapa baik anak membuka matanya sendiri,
mengoceh, dan menangis.
Berikut adalah nilai GCS berdasarkan respons yang diberikan pasien dewasa
maupun bayi atau anak-anak.
1. Mata
2. Respons verbal
Nilai (5) untuk mampu berbicara normal dan sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
Nilai (4) untuk cara bicara yang tidak jelas atau diulang-ulang, serta mengalami
disorientasi atau tidak mengenali lingkungannya.
Nilai (3) untuk mampu berbicara tapi tidak dapat berkomunikasi
Nilai (2) untuk bersuara namun tidak berkata-kata atau hanya mengerang saja.
Nilai (1) untuk tidak bersuara sama sekali.
3. Gerakan tubuh
1. Mata
3. Gerakan tubuh
Nilai (6) untuk dapat mengikuti semua perintah yang diinstruksikan atau dapat bergerak
spontan.
Nilai (5) untuk dapat menjangkau atau menjauhkan stimulus ketika diberikan
rangsangan sentuh.
Nilai (4) untuk dapat menghindari atau menarik tubuh menjauhi stimulus ketika diberi
rangsangan nyeri.
Nilai (3) untuk satu atau kedua tangan menekuk (abnormal flexion) ketika diberikan
rangsangan nyeri.
Nilai (2) untuk satu atau kedua tangan lurus (abnormal extension) ketika diberikan rasa
nyeri.
Nilai (1) untuk tidak ada respons sama sekali.
Nilai dari ketiga aspek pemeriksaan di atas kemudian digabungkan untuk mendapatkan
nilai GCS. Contohnya jika pada pemeriksaan mata pasien mendapatkan nilai 4,
pemeriksaan respons verbal mendapatkan nilai 5, dan pemeriksaan gerak tubuh
mendapatkan nilai 6, maka totalnya adalah 15, itu artinya pasien berada dalam kondisi
compos mentis atau tingkat kesadaran tertinggi.
Sedangkan jika pada pemeriksaan mata pasien mendapat nilai 1, pada pemeriksaan
respons verbal mendapatkan nilai 1, dan pada pemeriksaan gerak tubuh mendapat nilai
1, maka totalnya adalah 3. Nilai GCS mewakili kondisi tingkat kesadaran terendah yang
artinya pasien sedang mengalami koma.
1. Pemberian Obat
Obat diberikan untuk mencegah kerusakan pada organ otak setelah terjadi
kecelakaan. Obat yang diberikan dapat berupa:
Obat Diuretik
2. Operasi
Operasi darurat mungkin dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan
tambahan pada jaringan otak.
3. Rehabilitasi
Kebanyakan orang yang mengalami kecelakaan otak mungkin akan
membutuhkan rehabilitasi. Pasien perlu belajar kembali hal-hal dasar seperti
berjalan dan berbicara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melakukan aktifitas harian.
https://www.honestdocs.id/penilaian-tingkat-kesadaran-berdasarkan-nilai-gcs