Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar Keluarga
a. Pengertian Keluarga
1). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,
1998).
2). Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Bailon & Maglaya, 1989).
3). Keluarga adalah sekumpulan orang yang dikumpulkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan
dan mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental dan emosional serta sosial individu-individu yang didalamnya
dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum (Duval,
1972).
4). Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan dengan ikatanikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

b. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1987) mengungkapkan bahwa ada lima fungsi keluarga
yaitu :
1). Fungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran
yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh kasih sayang.
2). Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan melaksanakan sosialisasi dimana
anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya, perilaku melalui
interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu maupun keluarga
berperan di dalam kelurga.
3). Fungsi Reproduksi
Yaitu untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4). Fungsi Ekonomi
Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makana, pakaian,
perumahan dll.
5). Fungsi Perawatan Keluarga
Yaitu kelompok menyediakan makana, pakaian, perlindungan dan
asuhan kesehatan atau keperawatan atau pemeliharaan kesehatan
keluarga dan individu (Zaidin Ali, 1999).
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga antara lain adalah :
1. Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimana
yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat pengetahuannya (Nasrul
Effendy, 1998).

c. Tipe Keluarga
Menurut Friedman (1987) terdapat 8 tipe keluarga antara lain :
1). Nuclear Family
Yaitu terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya
dan tinggal dalam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
2). Extended Family (Keluarga Besar)
Yaitu satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang
tinngal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
3). Single Parent Family
Yaitu satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup
bersama dengan anak-anak yang masih bergantung padanya.
4). Nuclear Dyadic
Yaitu satu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.
5). Recontituened atau Blended Family
Yaitu satu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan yang
masing-masing pernah menikah dan masing-masing membawa anak
hasil perkawinan terdahulu.
6). Three Generetion Family
Yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,
ibu dan anak dalam sutu rumah.
7). Single Adult Living Alone
Yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari seseorang dewasa yang
hidup dalam rumahnya.
8). Middle Age atau Ederly Couple
Yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan
(Zaidin Ali, 1999).

d. Tingkat Perkmbangan Keluarga

Delapan tahap siklus kehidupan keluarga yaitu :


1). Tahap I
Keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap
pernikahan).
Tugasnya :
a). Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b). Menghubungkan jalinan persaudaraan secara harmonis
c). Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang
tua)
2). Tahap II
Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur
30 bulan).
Tugasnya :
a). Membentuk

keluarga

muda

sebagai

unit

yang

mantap

(mengintegrasi bayi baru kedalam keluarga)


b). Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dengan
kebutuhan anggota keluarga
c). Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d). Mempertahankan persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek
3). Tahap III
Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2 sampai 6
tahun).
Tugasnya :
a). Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, bermain dan
sebagainya
b). Mensosialisasikan anak
c). Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak lain

d). Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan


perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan di luar keluarga
(keluarga besar dan komunitas)
4). Tahap IV
Keluarga dengan usia sekolah (anak tertua berumur 6 sampai 13 tahun)
Tugasnya :
a). Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sehat
b). Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c). Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
5). Tahap V
Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 sampai 20 tahun)
Tugasnya :
a). Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
b). Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
c). Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
6). Tahap VI
Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
Tugasnya :
a). Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
b). Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
c). Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dri suami maupun
istri
7). Tahap VII
Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan dan pensiunan).

Tugasnya :
a). Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b). Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak
c). Memperkokoh hubungan perkawinan
8). Tahap VIII
Keluarga dalam masa pensiunan dan lansia (juga menunjuk anggota
keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga pasangan sudah
meninggal).
Tugasnya :
a). Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b). Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c). Mempertahankan hubungan perkawinan
d). Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e). Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f). Meneruskan untuk memahami existensi mereka (penelahaan dan
integrasi hidup). (Friedman, 1998).
d. Lima Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (1981) tugas keluarga dalam bidang kesehatan antara
lain :
1). Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
2). Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3). Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya
yang terlalu muda
4). Mempertahankan suasana di runah yang menguntungkan kesehatan
perkembangan kepribadian anggota keluarga

5). Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembagalembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada (Nasrul Effendy, 1998).
2. Konsep Dasar Kurang Energi Protein (KEP)
a. Pengertian
1). Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
(Depkes RI, 2000).
2). Kurang Energi Protein (KEP) adalah penyakit defisiensi gizi yang
diakibatkan masukan (intake) energi dan protein yang sangat kurang
dalam waktu yang cukup lama (Suhardjo, 2004).
3). Kurang Energi Protein (KEP) adalah kurang gizi yang disebabkan oleh
karena tubuh kekurangan zat protein dan kalori dalam makanan seharisehari yang umumnya dialami oleh anak-anak (Depkes, 1998).
4). Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu bentuk kekurangan gizi
berat/akut (http://perpustakaan .bappenas.go.id).
Klasifikasi KEP berdasarkan penimbangan BB anak dibandingkan dengan
umur :
1). KEP ringan bila berdasarkan hasil penimbangan BB pada KMS terletak
pada pita kuning.
2). KEP sedang bila hasil penimbangan BB pada KMS teletak di Bawah
Garis Merah (BGM).
3). KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan hamper sama dengan KEP
sedang (BGM) hanya saja biasa disertai dengan anemia dan defisiensi
gizi. Gizi buruk dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu :
a). Kwashiorkor
b). Marasmus
c). Marasmik-Kwashiorkor (Depkes RI, 2000).

b. Patofisiologi
Keadaan Kurang Gizi Protein (KEP) disebabkan oleh masukan (intake)
energi dan protein yang sangat kurang dalam waktu yang cukup lama.
Keadaan ini akan lebih cepat terjadi apabila anak yang mengalami diare atau
infeksi penyakit lainnya. Keadaan ekonomi yang rendah juga mempunyai
hubungan yang erat dengan timbulnya kondisi KEP. Tanda-tanda yang
paling utama dari KEP adalah pertumbuhan fisik yang kurang normal. Hal
ini dapat dilihat atau diperiksa dari catatan pada kartu kurva pertumbuhan
BB. Beberapa minggu atau bulan sebelum timbul tanda-tanda klinis yang
jelek, anak yang mengalami KEP pertumbuhan berat badannya sangat
lambat atau bahkan berhenti. Sejak bayi berusia beberapa bulan pertama dari
kehidupan, umumnya bayi tumbuh normal (baik) asalkan memperoleh Air
Susu Ibu (ASI) yang cukup. Biasanya bulan keempat dan kelima atau lebih
awal lagi, pertambahan berat badan anak yang mendapatkan ASI mulai
menurun dan ini akan tampak dari catatan berat badan pada kartu kurva
pertumbuhan bayi. Saat ini, bayi perlu diberikan makanan pendamping ASI.
Apabila makanan sapihan belum mulai diberikan atau bayi terkena infeksi,
berat badan bayi tidak dapat naik dan akan menimbulkan gejala-gejala lain.
Tanda-tanda klinis dari KEP adalah badan kurus. Jaringan lemak mulai
terasa lunak dan otot-otot daging tidak kencang dan ini biasanya tampak bila
paha bagian dalam diraba. Penyusunan otot (wasted) mudah terlihat pada
bagian lengan atas dan bahu bagian belakang. Biasanya KEP disertai
keadaan perut yang buncit. Anak menjadi kurang renponsif mengarah
kepada apatis. Keadaan KEP yang ringan apibila tidak ditanggulangi maka
dapat menyebabkan jatuhnya anak ke status gizi yang buruk (marasmus,
kwashiorkor atau kombinasi dari keduanya yang disebut marasmikkwashiorkor). Keadaan KEP yang sampai pada taraf marasmus biasanya
diderita oleh anak umur kurang dari satu tahun. Biasanya lapisan lemak
dibawah kulit sangat sedikit bahkan umumnya tidak terdapat sama sekali,
sehingga kulit itu mudah diangkat. Anak biasanya seperti orang tua (monkey

face). Otot daging tampak menyusut(wasted), lembek dan ini dapat dilihat
pada paha dan lengan atas dimana seharusnya tebal dan kencang. Tanda
oedema dan perubahan warna rambut biasanya tidak dijumpai. Pada anak
kwashiorkor umumnya berumur antara satu sampai tiga tahun. Anak yang
mengalami kwashiorkor pertumbuhannya terhambat, otot dagingnya
menyusut dan lembek, namun masih terdapat lapisan lemak dibawah kulit
tidak seperti pada anak yang marasmus. Biasanya terjadi pembengkakan
(oedema) terutama pada kaki bagian bawah. Selain itu mukanya
menampakkan bentuk seprti bulan (moon face). Anak kelihatannya gemuk
karena ada oedema. Warna rambut biasanya berubah menjadi coklat
kemerah-merahan (pirang) atau abu-abu dan mudah sekali lepas.
Anak yang rambut keriting karena menderita kwashiorkor dapat menjadi
lurus. Warna kulit menjadi pucat dan biasanya anak menjadi murung dan
apatis, tidak mempunyai nafsu makan dan sulit untuk diberi makan.
Sedangkan pada kombinasi marasmik-kwashiorkor tanda-tanda gabungan
kedua keadaan itu biasanya dijumpai. (Suhardjo, 2004).
c. Pemeriksaan Fisik
1). Tinggi Badan Menurut Umur
Untuk di Indonesia, anak normal bila tinggi badan menurut umur 90%
standar Harvard 70 90% (kurang gizi sedang), 70% (kurung gizi
berat).
2). Berat Badan Menurut Tinggi Badan
Dengan tabel pengukuran berat dan tinggi badan standar dapat diketahui
apakah anak berada dalam selang ukuran normal atau luar ukuran
normal.
3). Pada tahun pertama lingkar lengan atas anak sehat bertambah dengan
cepat, relatif konstan pada kira-kira 17 cm sampai umur 5 tahun. Kalau

anak kurang gizi otot mengecil, lemak menghilang dan lingkar lengan
atas berkurang (Suhardjo, 2004).
d. Penatalaksanaan
1). KEP Ringan
Dengan mengubah menu makanan sehari-hari harus dapat : 2 3 gram
protein dan 100 150 kkal untuk tiap kg berat badan.
2). KEP Berat
a). Amati anak dan telusuri latar belakang, periksa apa ada
xerophthalmia.
b). Periksa tingkat dehidrasi dengan para perawatannya
c). Beri injeksi intramuscular vitamin A 100.000 IU atau secara oral
dengan dosis 200.000 IU vitamin A. Anak umur satu tahun ke bawah
beri setengah dosis
d). Apabila hemoglobin dibawah 3 gram per 100 ml beri transfuse
daerah
e). Tingkatkan jumlah makanan dengan energi 150 200 kalori/kg
BB/hari untuk mengejar pertumbuhan
f). Beri suplemen vitamin dan mineral
3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan diartikan sebagai pengumpulan informasi
secara terus menerus terhadap arti yang melekat pada informasi yang sedang
dikumpulkan dengan cara sistematis diklasifikasikan dan dianalisa artinya
(Friedman, 1998).
Pengkajian

adalah

suatu

tahapan

ketika

seorang

perawat

mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang pelaksanaan asuhan


keperawatan keluarga (Suprajitno, 2004).

1). Pengumpulan Data


Pengumpulan

data

dapat

dilakukan

dengan

wawancara,

pengamatan/observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.


Adapun data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah :
a). Data Umum
(1). Identitas kepala keluarga
(2). Komposisi keluarga
(3). Genogram
(4). Tipe keluarga
(5). Latar belakang budaya
(6). Agama
(7). Status sosial ekonomi keluarga
(8). Aktivitas rekreasi keluarga
b). Tahap dan Riwayat Perkembangan Keluarga
(1). Tahap perkembangan keluarga saat ini
(2). Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
(3). Riwayat keluarga sebelumnya
c). Data Lingkungan
(1). Karakteristik rumah
(2). Karakteristik lingkungan dan komunitas
(3). Mobilitas geografis keluarga
(4). Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
(5). Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga
d). Struktur keluarga
(1). Pola komunikasi
(2). Struktur kekuasaan
(3). Struktur peran
(4). Nilai dan norma keluarga
e). Fungsi keluarga
(1). Fungsi afektif

(2). Fungsi sosialisasi


(3). Fungsi perawatan kesehatan
f). Pemeriksaan Fisik
g). Koping keluarga
(1). Stressor jangka pendek dan jangka panjang
(2). Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau
stressor
(3). Penggunaan strategi koping
(4). Strategi adaptasi disfunsgsional
2). Analisa Data
Dalam menganalisa data ada tiga norma yang perlu diperhatikan melihat
perkembangan kesehatan yaitu :
a). Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
b). Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
c). Karakteristik keluarga
3). Rumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan keluarga. Perumusan masalah keperawatan yang diambil
didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat
dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan
tentang masalah keperawatan keluarga (Nasrul Effendy, 1998).

4). Skoring
Untuk menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga perlu
disusun skala prioritas (Nasrul Effendy, 1998).
TABEL 1
SKORING MASALAH KEPERAWATAN
NO
1

KRITERIA

NILAI

BOBOT

Sifat masalah
Skala :

a. Aktual

b. Risiko

c. Potensial
Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala :

a. Dengan mudah

b. Hanya sebagian

c. Tidak dapat
Potensi masalah yang dicegah

Skala :

a. Tinggi

b. Cukup

c. Rendah
Menonjolkan masalah

Skala :
a. Masalah berat harus ditangani

b. Masalah yang tidak perlu segera

ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
0
Total
5
Berdasarkan kriteria diatas maka dapat memprioritaskan suatu masalah
masing-masing

masalah

keperawatan

diskoring

terlebih

dahulu

kemudian dari hasil scoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun


rumus untuk mendapatkan skoring tersebut adalah :
Skor

x Bobot
Nilai tertinggi

5). Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Carpenito, 2001 &
Friedman, 1998) adalah :
a). Manajemen kesehatan dapat diubah
b). Perilaku mencari hidup sehat
c). Kekurangan pengetahuan
d). Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
e). Konflik keputusan
f). Berduka diantisipasi
g). Berduka disfungsional
h). Konflik peran orang tua
i). Isolasi sosial
j). Perubahan dalam proses keluarga
k). Potensi perubahan dalam menjadi orang tua
l). Potensial terhadap kekerasan
m). Perubahan penampilan peran
n). Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
o). Penatalaksanaan program terapeutik tidak aktif
b. Perencanaan
Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah menyusun rencana
keperawatan kesehatan dan keperawatan keluarga. Rencana keperawatan
keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan, dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan yang

telah diidentifikasi. Adapun tahap-tahap dalam menyusun perencanaan


adalah :
1). Prioritas diagnosa, didasarkan atas nilai skor yang teringgi.
2). Rencana keperawatan
Dalam menyusun rencana keperawatan terdiri dari tujuan jangka
panjang yang mengacu pada masalah yang disusun berdasarkan
diagnosa NANDA. Tujuan jangka pendek yang mengacu pada lima
tugas keluarga dalam bidang kesehatan, kriteria yang menggambarkan
tentang faktor-faktor yang tdak tetap yang dapat memberikan petunjuk
bahwa tujuan dapat dicapai, standar yang menunjukkan tingkat
pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang
sebenarnya (Nasrul Effendy, 1998).
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
adalah sumber daya keluarga (keuangan), tingkat pendidikan keluarga, adat
istiadat yang berlaku, sarana dan prasarana yang ada pada keluarga (Nasrul
Effendy, 1998).
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
upaya menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik dan
apakah tindakan berhasil dengan baik atau belum. Apabila proses tidak
sesuai dengan rencana maka proses tersebut ditinjau kembali dan lakukan
perbaikan. Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan
diulang kembali dengan beberapa perbaikan. Proses evaluasi dibagi menjadi
empat dimensi, yaitu :

1). Dimensi keberhasilan yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan


tindakan keperawatan.
2). Dimensi ketergantungan yaitu evaluasi yang dikaitan dengan sumber
daya (uang, tenaga, bahan dan waktu).
3). Dimensi kecocokan yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocockan
kemampuan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
4). Dimensi kecukupan yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan
perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan (Zaidin Ali, 1999).

Anda mungkin juga menyukai