Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem perncernaan adalah salah satu sistem yang sangat mempunyai peranan
penting dalam tubuh manusia. Tanpa adanya sisitem ini, metabolism dalam tubuh
tidak akan berjalan baik. Tetapi tak jarang juga terjadii beberapa gangguan dalam
sistem pencernaan ini. Kita sebagai perawat wajib mengetahui asuhan
keperaawatan yang dapat kita berikan dalam menangani kasus gangguan pada
sistem pencernaan. Didalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan, kita sebagai perawat wajib mengetahui bagaimana
cara melakukan pengkajian dan apa saja yang perlu dikaji pada klien , selain itu
kita juga dapat mengumpulkan data dari pemeriksaan-pemeriksaan penunjang
pada klien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pencernaan

Sistem perncernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses

makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika

maupun secara kimia. System pencernaan ini terdiri dari saluran pencernaan

(alimentar), yaitu tuba muscular panjang yang memrentang dari mulut sampai anus,

dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu

dan pancreas.Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diafragma disebut

saluran grastrointestinal.Sedangkan pengertian dari fisiologi pencernaan itu sendiri

adalah mempelajari fungsi atau kerja system pencernaan dalam keadaannormal

B. Fungsi Sistem Pencernaan

Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan

elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan

berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:

1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.

2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.

Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan(menelan).

3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan

makanan tertelan melalui saluran pencernaan.

2
4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil

sehingga absorpsi dapat berlangsung.

5. Absorpsi adalah penggerakan produk akhir penccernaan dari lumen saluran

pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh

tubuh.

6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri,

dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.

C. Gangguan Pada Sistem Pencernaan

Adapun gangguan yang ditimbulkan oleh system pencernaan adalah sebagai

berikut:

1. Diare : feces encer karena adanya gangguan absorbsi air

2. Sembelit (konstipasi) feces menjadi lebih padat dan sukar keluar sehingga

nmenimbulkan rasa sakit pada perut .

3. Peritonitis : rasa sakit pada saluran pencernaan kaerena terjadi peradangan selaput

perut (peritonium).

4. Apendisitas : terjadinya peradangan appendiks (umbai cacing)

5. Kolik : timbulnya perasaan nyeri karena salah cerna

6. Ulkus : lukanya dinding lambung akibat produksi HCL yang berlebih sehingga bila

kena gesekan menimbulkan rasa nyeri.

3
D. PENGKAJIAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN
Data Subjektif
1. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Informasi yang harus dikumpulkan dari pasien adalah tentang sejarah penyakit-
penyakit atau masalah-masalah yang berkaitan dengan fungsi Gasrointestinal (GI),
seperti nyeri perut, gastritis, mual dan muntah, diare dan sembelit, hepatitis, radang
usus besar, bisul perut, distensi abdomen, ikterus, anemia, hiatus hernia, penyakit
kandung empedu, disfagia, mulas, dispepsia, perubahan nafsu makan, hematemesis,
intoleransi makanan, gangguan pencernaan, gas yang berlebihan, kembung, melena,
wasir, hernia, atau anus berdarah.
Pasien harus ditanya tentang sejarah berat badan. Setiap penurunan berat
badan yang tidak diterangkan atau tidak direncanakan atau berat badan dalam
12 bulan terakhir harus dikaji secara rinci. Sejarah diet kronis dan penurunan
berat badan berulang harus didokumentasikan.

2. Obat-obatan
Riwayat kesehatan termasuk pengkajian mengenai penggunaan obat-
obatan di masa lalu dan penggunaan saat ini. Nama obat, frekuensi dan
durasi penggunaan sangat penting untuk dikaji khususnya informasi tentang
resep obat yang berhubungan dengan masalah hati. Banyak bahan-bahan
kimia yang potensial bersifat hepatotoxic. Perawat harung menanyakan
apakah pasien menggunakan laksativ atau antasid, termasuk jenis dan
frekuensinya. Penggunaan resep obat yang dapat menekan nafsu makan juga
harus dicatat.

3. Pembedahan atau pengobatan lain


Informasi yang harus diperoleh adalah mengenai pengobatan di RS
yang terkait dengan sistem GI. Kaji data yang terkait dengan pembedahan

4
perut atau dubur, termasuk tahun, alasan untuk pembedahan, pascaoperasi,
dan kemungkinan transfusi darah.

4. Persepsi kesehatan - Pola manajemen kesehatan


Perawat harus mengkaji latihan kesehatan pasien yang berhubungan
dengan sistem GI, seperti pemeliharaan berat badan normal, perawatan gigi,
nutrisi yang adekuat, dan kebiasaan eliminasi. Pasien harus ditanya tentang
pemaparan bahan kimia hepatotoxic seperti arsenik, fosfor, dan merkuri,
tentang perjalanan ke luar negeri yang mungkin dapat terkena hepatitis,
infeksi parasit atau gangguan bakteri.
Identifikasi kebiasaan-kebiasaan tertentu yang memiliki efek langsung pada
fungsi GI, seperti konsumsi alkohol dalam jumlah besar memiliki efek
merugikan pada mukosa lambung dan juga meningkatkan sekresi asam
klorida dan pepsinogen. Paparan alkohol menyebabkan infiltrasi lemak pada
hati, merokok berhubungan dengan berbagai GI (khususnya kanker mulut
dan kerongkongan), esophagjtis, dan ulcer. Merokok juga dapat menunda
penyembuhan ulkus.

5. Nutrisi-pola metabolisme
Penilaian gizi yang menyeluruh sangat penting. Perawat harus
menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang akan memungkinkan
pasien untuk mengekspresikan keyakinan dan perasaan tentang diet.
Perawat harus mengkaji asupan makanan termasuk asupan pagi dan malam
hari. Perawat harus mencari tahu tentang asupan makanan ringan, cairan,
dan suplemen vitamin.
Perawat harus mengkaji penggunaan gula dan garam pengganti, kafein,
dan jumlah cairan dan asupan serat. Kaji adanya perubahan perubahan
dalam nafsu makan, toleransi terhadap makanan, dan berat badan Anorexia
dan penurunan berat badan dapat mengindikasikan karsinoma. Kaji adanya
alergi terhadap makanan dan periksa gejala GI seperti respon dari alergi.
5
6. Pola eliminasi
Kaji pola eleminasi pasien (frekuensi, waktu, dan konsistensi dari tinja
biasa harus dicatat). Penggunaan pencahar dan enema, termasuk jenis,
frekuensi, dan hasil, harus didokumentasikan. Setiap perubahan terbaru
dalam pola usus harus diselidiki.
Kaji asupan dan keluaran cairan. Masalah kulit dapat dikaitkan dengan
masalah GI. Alergi makanan dapat menyebabkan lesi, pruritus, dan edema.
Diare dapat menyebabkan kemerahan, iritasi, dan rasa sakit di daerah
perianal. Sistem drainase eksternal seperti ileostomi atau saluran ileum dapat
menyebabkan iritasi kulit lokal. Kaji hubungan masalah kulit dan masalah
GI.

7. Kegiatan-pola latihan.
Kaji status ambulatory untuk menentukan apakah pasien mampu
mengamankan dan menyiapkan makanan. Batasan kemampuan pasien untuk
makan sendiri secara independen harus dicatat. Kaji adanya kesulitan dalam
mengakses lingkungan yang aman untuk eliminasi. Kaji kegiatan dan latihan
yang dapat mempengaruhi motilitan GI.

8. Pola tidur-istirahat.
Kaji masalah-masalah tidur yang berhubungan dengan gangguan sistem
pencernaan, seperti mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, kembung,
dan kelaparan. Kaji ritual tidur yang melibatkan penggunaan suatu makanan
atau minuman tertentu. Susu hangat dapat menyebabkan tidur melalui efek
dari serotonin prekursor L-triptofan. Teh herbal dan melatonin sering dapat
membantu untuk tidur. Kaji Rutinitas individu yang mungkin dapat
menghindari tidu seperti: Lapar dapat mencegah tidur sehingga harus
dikurangi dengan makanan yang ringan dan mudah di cerna.

6
9. Kognitif-pola perseptual.
Penurunan sensoris dapat mengakibatkan permasalahan yang terkait
dengan kemampuan mempersiapkan, dan mengkonsumsi makanan.
Perubahan dalam rasa atau aroma dapat mempengaruhi nafsu makan.
Sensitivitas panas atau dingin bisa membuat makanan tertentu menyakitkan
untuk makan. Mengkaji pasien dalam pola ini untuk menilai efek
kekurangan asupan gizi yang adekuat. Jika pasien telah didiagnosis memiliki
gangguan GI, perawat harus mengajukan pertanyaan untuk menentukan
pemahaman pasien tentang penyakit dan pengobatannya. Nyeri di area lain
memerlukan pengkajian yang hati-hati berkaitan dengan efeknya pada sistem
GI dan gizi. Kaji efek yang mungkin ada dari obat penghilang rasa sakit yang
berkaitan dengan sembelit, sedasi, dan pengurangan nafsu makan.

10. Persepsi diri – Pola konsep diri


Kelebihan dan kekurangan berat badan sering menjadi masalah terkait
dengan harga diri dan citra tubuh. Cara seseorang menceritakan sejarah berat
badannya merupakan tanda akan kemungkinan terjadi masalah di daerah
ini. Area masalah potensial lain adalah kebutuhan terhadap perangkat
eksternal untuk mengatur eliminasi, seperti kolostomi atau ileostomi.
Kesediaan pasien untuk terlibat dalam perawatan diri dan mendiskusikan
mengenai situasi ini menuntut perawat untuk menyediakan informasi berharga
yang berkaitan dengan citra tubuh dan harga diri.
Penyakit kuning dan asites menyebabkan perubahan fisik yang signifikan.
Sikap pasien terhadap perubahan-perubahan ini harus dikaji.

11. Peran-pola hubungan.


Masalah yang terkait dengan sistem GI seperti sirosis, alkoholisme,
hepatitis, ostomies, obesitas, dan karsinoma dapat berdampak besar pada
kemampuan pasien untuk mempertahankan peran dan hubungannya. Penyakit
kronis dapat menyebabkan pasien meninggalkan tugasnya atau mengurangi
7
jumlah jam kerja. Perubahan dalam citra tubuh dan harga diri dapat
mempengaruhi hubungan. Hal ini penting perawat harus menyadari yang
mungkin terjadi kehadiran mereka.

12. Pola reproduksi - Seksualitas.


Perubahan yang terkait dengan seksualitas dan status reproduksi dapat
disebabkan oleh masalah sistem GI, sepeti obesitas, sakit kuning, anoreksia,
dan asites, dapat menurunkan potensi penerimaan pasangan seksual.
Penggunaan ostomy dapat mempengaruhi kepercayaan diri pasien yang
berkaitan dengan aktivitas seksual. Pertanyaan yang sensitif dari perawat
dapat menentukan adanya potensi masalah.
Anorexia dapat mempengaruhi status reproduksi kewanitaan. Peminum
alkohol dapat mempengaruhi status reproduksi laki-laki dan perempuan.
Asupan gizi yang buruk sebelum dan selama kehamilan dapat mengakibatkan
rendah berat lahir bayi. Perawat harus menentukan keinginan pasien
mengenai reproduksi dan kaji langsung berdasarkan respon pasien.

13. Koping - Pola toleransi stress.


Kaji koping terhadap stress. Gejala gangguan pencernaan seperti nyeri
epigastrik, mual, dan diare menyebabkan seseorang berespon terhadap stress
atau situasi emosional. Beberapa masalah sistem pencernaan seperti tukak
lambung dapat diperburuk oleh stres.

14. Nilai-pola keyakinan.


Kaji keyakinan spiritual dan budaya pasien tentang makanan dan
persiapan makanan, kesukaan pasien ini harus dihormati oleh para penyedia
layanan kesehatan.

Data Objektif

8
Data objektif yang terkait dengan penilaian gizi harus dikumpulkan sepeti
pengukuran Anthropometnc (tinggi, berat, ketebalan lipatan kulit) dan penelitian
darah seperti serum protein, albumin, dan hemoglobin adalah contoh data objektif
penting yang terkait dengan sistem GI. Pemeriksaan fisik juga menambahkan
informasi bernilai.

Pemeriksaan Fisik
1. Mulut
a. Inspeksi.
Inspeksi simetri, warna, dan ukuran bibir. Kelainan seperti pucat atau
sianosis, cracking, borok, atau retakan pada bibir. Lidah bagian dorsum
(atas) harus memiliki lapisan putih tipis, sedangkan permukaan di bawah
harus halus. Observasi adanya periksa mukosa buccal dengan tongue blade,
dan catat warna, setiap area pigmentasi, dan setiap lesi. Orang berkulit gelap
biasanya memiliki setengah area pigmentasi. Kaji adanya karies gigi, bentuk
normal dan posisi gigi dan adanya pembengkakan, perdarahan, perubahan
warna, atau peradangan pada gusi. Kaji adanya bau nafas, inspeksi paring
dengan memiringkan tongue blade tonsil, uvulo, saft palate dan pilar
anterior dan posterior harus diobservasi. Uvula dan soft palate harus
naik dan tetap di garis tengah.

b. Palpasi.
Perawat harus meraba daerah yang mencurigakan di mulut.Ulcer, nodul,
indurasi, dan area yang sensitif juga harus di palpasi. Mulut dewasa tua
memerlukan pengkajian yang lebih hati-hati. Berikan perhatian khusus
terhadap gigi palsu (misalnya, kecocokan, kondisi), kemampuan untuk
menelan, dan lesi. Melepaskan gigi palsu saat pemeriksaan akanmembantu
untuk mendapatkan visualisasi yang baik pada palpasi area tersebut.

9
2. Perut.
Ada dua sistem yang digunakan untuk menggambarkan anatomi
permukaan abdomen. Satu sistem membagi abdomen menjadi empat kuadran
oleh garis tegak lurus dari sternum ke tulang kemaluan dan garis horizontal di
perut pada umbilikus. Sistem lainnya membagi abdomen menjadi 9 daerah
tetapi hanya epigastric, umbilical, suprapublic atau daerah hipogastrik yang
umumnya dipakai.
Untuk pemeriksaan abdominal, pencahayaan yang baok harus menyinari
sepanjang abdomen. Pasien harus dalam posisi supine dan senyaman mungkin
untuk membantu agar otot-otot abdomen relaks. Pasien harus agak menenkuk
lututnya dan posisi kepala naik. Psien harus mengosongkan andung kemihnya.
Tangan pemeriksa harus hangat ketika melakukan pemerikasaan abdominal
untuk menghindari agar pasien tidak menahan ototnya. Pasien diminta untuk
bernapas perlahan melalui mulut.
a. Inspeksi.
Perawat harus mengkaji perubahan kulit abdomen (warna, tekstur,
goresan, bekas luka, dilatasi vena, ruam, dan lesi), umbilicus (lokasi dan
bentuk), simetris, bentuk (datar), bulatannya (cembung), kecekungan,
observasi massa (hernia atau masa lain), dan pergerakan (denyutan dan
peristaltik). Denyutan aorta normal mungkit terlihat di area epigastrik.
Perawat harus melihat sepanjang garis abdomen untuk melihat peristaltic.
Peristaltik normalnya tidak tampak atau terlihat pada orang dewasa tapi
mungkin saja terlihat pada orang yang kurus
b. Auskultasi.
Selama pemeriksaan abdomen, auskultasi dilakukan sebelum perkusi dan
palpasi Karen prosedur ini mungkin mengubah suara usus. Auskultasi
abdomen termasuk mendengar peningkatan atau pengurangan suara usus
dan suara vascular. Diagram stetoskop digunakan untuk auskultasi suara
usus karena stetoskop suaranya relative tinggi. Bel stetoskop digunakan
untuk mendetekasi suara yang lebih rendah . suara usus normal sekitar 5-
10
35 kali per menit dan suaranya seperti high pitch clicks. Sebelum
auskultasi, menghangatkan stetoskop di tangan dapat membantu
mencegah kontraksi otot abdomen. Perawat harus mendengar di daerah
epigastrum dan semua yang ada di kuadran empat. Perawat harus
mendengar suara usus besar selama 2-5 menit. Suara usus besar tidak
dapat dikatakan hilang sampai benar-benar tidak ada suara yang
terdengar selama lima menit (di masing-masing kuadran). Frekuensi dan
intesitas usus besar bervariasi tergantung pada fase digesti. Normalnya
terdengar agak tinggi dan gurgling. Gurgel yang keras mengindikasikan
hiper[eristaltis borborygmi (stomach growling). Suara usus besar akan
lebih tingggi ketika usus halus berada dibawah tegangan, seperti
kerusakan usus halus. Perawat harus mendengar suara yang timbul,
hilang, meningkat, berkurang, high pitch, tinkling, gurgling, dan rushing.
Normalnya tidak ada bruit aortic yang terdengar. Bruit dapat terdengar
dengan baik dengan bel stetoskop. Suara desiran atau dengungan
mengindikasikan aliran darah turbulen.
c. Perkusi.
Tujuan dari perkusi abdomen adalah untuk memeriksa adeanya distensi
dan massa. Gelombang suara berbeda-beda berdasarkan densitas jaringan
dasar, adanya produksi udara dengan suara tinggi, suara bergaung seperti
timpani. Perawat harus melakukan perkusi pada semua kuadran empat
dan mengkaji distribusi timpani dan ketumpilannya. Timpani merupakan
perkusi utama dari suara abdomen. Untuk memperkusi hati, perawat
harus, memulai di bawah umbilicus dikanan garis midclavicular dan
memperkusi kea rah atas sampai suara tumpul terdengar, kemudia periksa
batas bawah suara tumpul hati. Setelah itu perawat harus memulai pada
garis sekitar putting sus di sebelah kanan garis midclavicular, kemudian
perkusi kea rah bawah antara tulang iga sampai area suara tumpul
terdengar dibawah batas hati. Daerah puncak atau daerah vertikal antara
dua area harus diperiksa untuk mengetahui ukuran hati. Jarak normal
11
puncak liver dengan garis midclavicular kanan adalh 2,4-5 inchi (6-12
cm).

d. Palpasi.
Cahaya pada palpasi digunakan untuk mendeteksi kelembutan liver dan
hipersensitif cutaneous, resisten otot, masa, dan bengkak. Hal ini juga
dapat membantu relaksasi untuk palpasi yang lebih dalam. Perawat harus
merapatkan jari dan palpasi lembut dengan ujung jari, tekan dinding
abdomen sekitar 0,4 inchi (1 cm). palpasi semua kudran dengan palpasi
yang lembut. Palpasi yang dalam digunakan untuk menggambarkan
organ abdomen dan massa. Gunakan telapak tangan dan jari untuk
penekanan yang lebih dalam. Palpasi semua kuadran. Ketika mempalpasi
massa, perawat harus mencatat lokasi, ukuran, bentuk, dan
keempukannya. Ekspresi wajah pasien diobservasi selama melakukan
palpasi ini karea hal itu merupakan isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan atau nyeri.. metode alternative untuk mempalpasi
abdomen yang lebih dalam adalah dengan metode dua tangan. Satu
tangan diletakkan di atas tangan yang lain, jari-jari tangan atas menekan
jari-jari didasar tangan untuk merasakan organ dan massa. Perawat harus
menggunakan kedua metode palpasi ini untuk melihat mana yang lebih
efektif. Area abdomen yang bermasalah dapat di periksa pada sekitar
keempukan dengan menekan dengan lembut dan kuat diatas bagian yang
nyeri. Karena pengkajian di sekitar daerah yang lembut dapat
menyebabkan nyeri dan beberapa otot kejag, sehingga hanya dilakukan
oleh praktisi yang berpengalaman.

Untuk mempalpasi hati, tangan kiri perawat diletakkan di samping pasien


untuk menyokong iga ke 11 dan 12. perawat harus meletakkan tangan
kiri dan meletakkan tangan kanan di sebelah kanan lateral abdomen
pasien sampai otot rectus. Ujung jari diletakkan bawah perbatasan bawah
12
daerah tumpul hati dan kearah pinggir costal. Perawat harus menekan
kedalan dank ke atas dengan hati-hati. Pasien harus mengambil nafas
dalam sehingga hati turun dan ini merupakan posisi yang baik untuk
palpasi. Perawat harus merasakan tepi hati dengan jari-jari tangan. Tepi
hati harus kuat, tajam, dan lembut. Permukaan garis luar dan kelembutan
lainnya seharusnya dapat dirasakan..
Untuk palpasi limpa, perawat harus bergeser ke sisi kiri pasien. Perawat
meletakkan tangan kirinya dibawah pasien kemudian sokong dan tekan
iga kiri bawah dan teruskan kedepan. Tangan kanan diletakkan dibawah
pinggir kiri costal dan tekan kea rah limpa. Perawat meminta pasien
untuk mengambil nafas dalam. Ujung atau tepi limpa yang besar
mungkin dapat dirasakan jari tangan. Limpa normalnya tidak jelas teraba,
karena jika jelas teraba, perawat jangan melanjutkan palpasi karena
penekanan secara manual pembesaran limpadapat menyebabkan limpa
pecah.

Standar pendekatan untuk pemeriksaan abdomen dapat digunakan pada


dewasa tua. Palpasi sangat penting untuk mendeteksi tumor. Jika pasien
mempunyai penyakit obstruksi paru kronik, paru-paru yang besar, atau
diafragma yang rendah, hati dapat dipalpasi 0,4-0,8 inchi (1-2 cm)
dibawah pinggir kanan costal.

3. Rectum dan anus.


Area perianal dan anal harus diperiksa warna, tekstur, bengkak, kemerahan,
bekas luka, eritem, celah, dan hemorrhoid eksternal. Pada beberapa daerah
yang bengkak atau daerah lain yang tidak biasa harus di palpasi dengan
menggunakan sarung tangan.
Untuk pemeriksaan rectum digital, indeks lumbrikan jari diletakkan
berlawanan dengan anus ketika pasien tegang (valsavas’s maneuver),
kemudian ketika spincter ralaksasi, jari dimasukkan dan di arahkan ke
13
umbilicus. Perawat harus mebuat pasien relaks. Jari dimasukkan ke dalam
rectum sejauh mungin dan semua permukaan harus terpalpasi. Nodul,
kelembutan atau ketidakteraturan lainnya hatus di kaji. Contoh feses dapat
diambil dengan sarung tangan dan harus diperiksa ada atau tidaknya darah.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem cerna, kita
sebagai perawat harus mengumpulkan data subyektif dan obyektif klien . Data
subyektif adalah data yang kita dapatkan langsung dari pernyataan klien. Biasanya
disini kita akan menanyakan riwayat kesehatan masa lalu klien, riwayat kesehatan
sekarang, serta pengobatan yang telah dijalani klien. Selain itu perawat juga harus
mengkaji latihan kesehatan pasien yang berhubungan dengan sistem GI, seperti
pemeliharaan berat badan normal, perawatan gigi, nutrisi yang adekuat, dan
kebiasaan eliminasi. Pasien harus ditanya tentang pemaparan bahan kimia
hepatotoxic seperti arsenik, fosfor, dan merkuri, tentang perjalanan ke luar negeri
yang mungkin dapat terkena hepatitis, Data objektif yang terkait dengan penilaian
gizi harus dikumpulkan sepeti pengukuran Anthropometnc (tinggi, berat, ketebalan
lipatan kulit) dan penelitian darah seperti serum protein, albumin, dan hemoglobin
adalah contoh data objektif penting yang terkait dengan sistem GI. Pemeriksaan fisik
juga menambahkan informasi bernilai.

B. SARAN
Setelah mempelajari pengkajian pada system pencernaan diharapkan mampu
melakukan pemeriksaan pada pasien yang mengalami gangguan system
pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C, dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. Edisi 8. Jakarta.

15
Doenges, Marilynn E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

Tjokonegoro, dkk. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. FKUI. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai