PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film merupakan media visual yang dapat digunakan untuk media pembelajaran dalam
dunia pendidikan. Terutama pendidikan karakter yang saat ini sedang gencar-gencarnya
disosialisasikan pemerintah untuk semua lapisan masyarakat. Film yang membawa makna
khusus untuk menanamkan nilai-nilai yang bermoral dapat membentuk suatu kepribadian
seseorang., terutama remaja pada era yang sangat modern saat ini sangat rentan terhadap
tindakan yang negatif akibat arus globalisasi. Oleh sebab itu film yang bertemakan
pendidikan berkarakter haruslah diperhatikan penggunaannya sebagai media pembelajaran
yang nantinya menjadi suatu sarana serta prasana pembentuk kepribadian bangsa.
Dalam hal ini Turner berpendapat bahwa film yang hadir dan dihadirkan haruslah
memiliki moral yang baik untuk mata serta batin kita. Hal tersebut merupakan bagian dari
1
suatu tafsir, imajinasi, candraan ataupun produk kepentingan tertentu karena ia sudah tentu
bukanlah medium yang netral dan bebas nilai. Melalui film kita mampu membaca tampilan
apa saja yang dihadirkan dalam film tersebut. Melalui film kita mampu membaca karakter
bangsa kita, melalui fil kita mampu mendeteksi sejauh mana kemampuan kita menanggapi isi
film tersebut. Mengingat bahwa film merupakan media pembelajaran yang ampuh, dalam
menghasilkan serta menghadirkan film yang berkualitas harus mengutamakan isi pesan moral
dari film tersebut. Dalam menghadirkan film seseorang harus menanamkan nilai inspirasi
yang merupakan dambaan besar penikmatnya sekaligus tantangan yang senantiasa seru bagi
para sineas negeri ini.
Dalam dunia perfilman tentu saja antara satu film dengan film yang lainnya memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Tak terkecuali dengan karakteristik film pendidikan yang
meliputi:
1. Menyiratkan suatu pesan moral yang boleh ditiru serta tidak ditiru
2. Mengikuti norma serta adat istiadat
3. Membentuk karakter disemua lapisan masyarakat
4. Memiliki tujuan yang jelas
5. Merupakan perantara untuk mendapatkan ilmu
6. Memiliki durasi yang terbatas
7. Konflik yang ditampilkan relatif datar
8. Membentuk mental bangsa yang berkualitas
B. Rumusan Masalah
1. Aps yang dimaksud dengan Pendidikan Karakter melalui Film?
2. Masalah apa yang ditimbulkan oleh Karakter?
3. Apa Masalah yang diakibatkan dampak positif dan negatif ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan karakter merupakan usaha menjadikan diri manusia agar berperilaku baik
atau berkeutamaan. Oleh karena itu, pendidikan karakter diharapkan dapat membangun
kinerja budaya dan religius dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang didalamnya
bernaung insan-insan yang berakhlak mulia, mengembangkan kecerdasan intelektual,
emosional dan spiritual. Esensi tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah
mengembangkan karakter dan kepribadian, namun realitas penyelenggaraan pendidikan kita
masih cenderung pragmatis-formalistis, dan berorientasi ”kekinian”, kepuasan sesaat dan
kurang memperhatikan pembentukan karakter dan pengembangan kepribadian peserta didik
secara utuh. Karena keberhasilan Pendidikan Karakter tergantung banyak pihak,
diantaranya; komitmen pemerintah dan masyarakat, restrukturisasi kurikulum dan peran mass
media, termasuk industri perfilman Indonesia, maka saya berharap film ” Dalam Mihrab
Cinta” dapat menjadi salah satu media pendidikan karakter.
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang
dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian
yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh
Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu
usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
3
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun negara.
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas
tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta
merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan
merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
(2) sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya.
Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah
menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya.
Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang
terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dn penilaiannya.
(3) pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum
menyeluruh. Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program
yang sangat besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada
semua guru dengan baik sehingga mereka belum memahaminya.
(4) guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran
4
juga terdapat nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai
karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan
dalam proses pembelajaran.
(5) Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-
niai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan,
sementara pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan
mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.
(6) guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya.
Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam
mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata
pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.
Dampak Positif
- mengetahui bagaimana perilaku yang benar
- membuat seorang menjadi lebih dewasa
- menjadikan seseorang bertanggung jawab/disiplin
- membuat seseorang memiliki sifat dan watak yang baik
Dampak Negatif
- menjadikan sedikit manja
- membuat diri selalu merasa bergantung pada orang lain
- menjadikan seseorang terlalu tegas
- dan mungkin menjadikan seseorang merasa was was untuk melakukan sesuatu
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
(2) sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya.
Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah
menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya.
Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang
terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dn penilaiannya.
6
DAFTAR PUSTAKA
Muin, Facthul. 2011. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik . Yogyakarta:
Ars-ruzz Media. Goble, G. Frank. 1991.
Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yagyakarta: Kanisius. Ananua,
Pramoedya Toer. 2006. Anak Semua Bangsa. Jakarta: Lentera Dipantara.
Drs. Kusuma, Darma, M.Pd. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik disekolah.
Bandung: Rosda.
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter Solusi untuk Membangun Bangsa
12