Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa karena atas
karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai Budaya Ngada untuk sekolah menengah atas ini.

Makalah ini merupakan makalh teks matapelajaran mulok untuk siswa SMA kelas
xi.Makalah ini disusun berdasarkan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Materi
dalam makalah ini disusun dalam bahasa yang sederhana, sistematis,
komunikatif,dan terpadu sehingga pemakai dapat memahami isi makalh secara
mudah. Setiap materi yang dibahas dalam makalah ini bertujuan memberikan semua
pengetahuan mengenai pendidikan karakter bangsa yang berbasis nilai budaya.
Dengan makalh ini pemakai diberikan pendidikan yang berguna bagi dirinya dan
orang sekitar.

Kami menyadari bahwa makalh ini tidaklah sempurna, namun kami memberanikan
diri untuk menulis makalah ini dengan alasan agar semua materi yang tertulis dapat
dibaca oleh berbagai kalangan baik anak-anak, remaja,orang dewasa, maupun para
lansia agar memahami keberadaan mereka sebagai orang Ngada.Kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan makalah.

Daftar isi

Kata pengantar

Bab1 Pendahuluan

A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Rumusan masalah

Bab2 Pembahasan

A. Pengertian karakter
B. Pengertian pendidikan karakter
C. Pentingnya pendidikan karakter bagi remaja
D. Pendidikan karakter bangsa berbasis budaya Ngada

Bab3 Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan sesungguhnya adalah transformasi budaya, sehingga persoalan

budaya dan karakter bangsa yang kurang baik akan menjadi sorotan tajam

masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan.

Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan


membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat

preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda

bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab

berbagai masalah budaya dan karakter bangsa, karena akhir-akhir ini karakter

budaya Indonesia sudah mulai luntur dari kalangan anak bangsa. Memang diakui

bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang cukup lama,

tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat dalam waktu yang

relatif lama sehingga membangun pendidikan sesungguhnya investasi jangka

panjang.

B. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk mengetahui penyebab mulai

lunturnya karakter budaya Indonesia serta untuk menumbuhkan kembali karakter

anak bangsa yang berbasis budaya Indonesia.

C. Rumusan masalah

· Mengapa karakter bangsa yang berbudaya Indonesia bisa luntur?

· Usaha-usaha apa yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan kembali karakter

bangsa yang berbasis budaya?

· Siapa yang paling tepat untuk membentuk karakter anak bangsa yang berbasis

budaya?

· Dimana karakter yang berbudaya itu bisa ditanamkan?

· Kapan waktu yang paling tepat untuk menanamkan karakter berbasis budaya

tersebut?

· Bagaimana peran masyarakat dalam hal pengembalian karakter bangsa agar

berbudaya?
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang arti dalam bahasa Inggrisnya adalah
“to mark” yaitu menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak
jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia.

B. Pengertian pendidikan karakter


Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan

aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut

Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan

efektif, dan pelaksanaannya juga harus dilakukan secara sistematis dan

berkelanjutan.

Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta

didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik

berperilaku sebagai insan kamil. Pada pendidikan karakter, yang mau dibangun

adalah karakter-budaya yang menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual

curiosity) sebagai modal untuk mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang

dijiwai dengan nilai kejujuran dan dibingkai dengan kesopanan dan kesantunan.

c. Pentingnya pendidikan karakter bagi remaja

Remaja mengalami gejolak emosi karena perubahan berat dan tinggi badan yang

berpengaruh juga terhadap perkembangan psikisnya. Pada masa gejolak itu

merupakan masa sulit sehingga remaja memerlukan pengendalian diri yang kuat
ketika berada di sekolah, di rumah, di lingkungan masyarakat. Dalam keadaan

seperti ini, remaja membutuhkan orang dewasa untuk mengarahkan dirinya. Untuk

itu, agar tidak terjurumus pada hal-hal negatif, remaja harus mempunyai pendidikan

karakter. Pendidikan karakter sangat penting diberikan kepada remaja karena masa

remaja adalah masa-masa dimana seorang anak mudah sekali menerima pengaruh

dari luar baik itu pengaruh baik maupun pengaruh buruk. Jika pengaruh baik itu tidak

ada masalah tetapi bagaimana dengan pengaruh buruk? Untuk itulah dengan

adanya pendidikan karakter dapat menekan pengaruh yang tidak baik terhadap

remaja yang datang dari luar lingkungan.

Dasar pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Jika seorang anak

mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan

berkarakter baik selanjutnya. Namun, banyak orang tua yang lebih mementingkan

aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Banyak orang tua gagal

dalam mendidik karakter anak-anaknya karena kesibukan atau justru karena lebih

mementingkan aspek kognitif saja.

Untuk itulah perlunya pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan

pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan

belum lama ini pentingnya pendidikan karakter menjadi perbincangan pusat di dalam

dunia pendidikan. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia

dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya,

sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum

pelajaran di sekolah. Akibatnya, sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan

merasa bodoh karena kesulitan dalam menyesuaikan dengan kurikulum yang ada.

Ditambah dengan adanya sistem rangking yang telah mengecap anak-anak yang

tidak masuk dalam peringkat 10 besar sebagai anak yang kurang pandai. Sistem
seperti ini tentunya dapat membunuh rasa percaya diri seorang anak yang akan

berdampak tidak baik terhadap perkembangan karakter anak.

Rasa percaya diri yang muncul pada anak akan membuat anak mengalami stress

yang berkelanjutan. Pada usia remaja, biasanya keadaan ini akan mendorong untuk

berperilaku negative. Maka, tidak heran kita lihat perilaku remaja kita yang senang

tawuran, terlibat kriminalitas, membolos, putus sekolah yang kemudian itu semua

telah membuat menurunnya mutu lulusan SMP dan SMA. Jadi, pendidikan karakter

atau budi pekerti lebih adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan. Kalau kita

peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP, dan SMA, maka tanpa

pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia.

C. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar Remaja

Pasti kita bertanya-tanya apa sih pengaruhnya pendidikan karakter terhadap


keberhasilan belajar remaja? Kita pasti berpikiran apa mungkin pendidikan
karakter dapat menjadikan pelajar atau remaja menjadi berprestasi dalam
sekolahannya? Berbagai penelitian pun muncul untuk membuktikan dugaan
tersebut dan merangkumnya dalam satu ringkasan yang di terbitkan oleh
sebuah bulletin, character Educator, yang di terbitkan oleh Character Education
Partnership. Dalam bulletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin
Berkowitz dari University of Missouri-St. Louis, menunjukkan peningkatan
motivasi peserta didik sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-
sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara
komperhensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan
drastis pada perilaku negative peserta didik yang dapat menghambat
keberhasilan akademik. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti
plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak
akan berjalan efektif selain harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seseorang akan memiliki
kecerdasan emosi. Dengan memiliki kecerdasan emosi seorang anak akan
dapat menyongsong masa depan, dengan pendidikan karakter seseorang akan
mampu menghadapi segala macam tantangan yang dihadapinya. Termasuk
juga dalam hal mencapai keberhasilan akademis yang akan berdampak bagi
kelanjutan kehidupannya demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Kecerdasan emosional di dalamnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat
dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan belajar. Berikut ini ada
beberapa faktor yang mendorong keberhasilan pendidikan karakter agar
mencapai keberhasilan dalam belajar, dalam buku (Wiyani, Novan Ardy; 2012).
1. Rasa percaya diri
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sebaiknya seorang remaja di
bangun agar mempunyai rasa percaya diri yang baik dan kuat. Rasa percaya
diri ini dapat membuat anak dapat mengembangkan potensi/bakat yang
dimilikinya secara optimal.seperti kita ketahui, setiap orang di dunia ini diberikan
anugrah oleh Tuhan memiliki kelebihan masing-masing. Kelebihan tersebut
hendaknya kita kembangkan agar nantinya kelebihan yang dimiliki oleh remaja
dapat bermanfaat bagi orang lain. Disinilah seharusnya seorang guru jeli untuk
membuat peserta didik atau remaja agar memiliki rasa percaya diri agar dapat
memunculkan potensi dan bakat yang ada dalam diri peserta didik tersebut.
2. Kemampuan bekerja sama
Salah satu jalan untuk membangun karakter pada remaja adalah dengan cara
memunculkan kemampuan kerja sama diantara mereka. Dengan mempunyai
sikap kerja sama seorang remaja dapat mencapai keberhasilan dalam belajar,
baim di sekolah ataupun nantinya setelah lulus. Menjalin kemampuan kerja
sama antara remaja dan orang lain ini dapat di terapkan oleh guru melalui
proses pembelajaran yang di dalamnya membentuk sebuah kelompok diskusi,
kelompok belajar dan lain sebagainya.
3. Kemampuan bergaul
Seorang remaja harus di bangun karakternya agar mempunyai kemampuan
dalam bergaul yang baik di dalam lingkungannya. Kemampuan bergaul adalah
kepandaian seseorang dalam menjalin hubungan sosial dengan siapa saja.
Kemampuan bergaul ini berhubungan dengan sikap ramah terhadap orang lain
dan memperlakukan orang lain sebaik mungkin.
4. Kemampuan berempati
Kemampuan berempati sangat perlu dimiki oleh seorang pelajar atau remaja
agar memiliki kedekatan terhadap orang lain. Kedekatan tersebut terjalin karena
adanya sikap tenggang rasa, ringan dalam mempberikan bantuan terhadap
orang lain dan saling membantu antar sesama. Kemampuan berepati dapat di
bangun atas dasar memahami kesedihan orang lain yang terkena musibah.
Misalnya saja seorang pelajar atau remaja diajak untuk menjenguk orang yang
sakit, orang yang terkkena bencana dan diajak untuk memberikan bantuan yang
dapat berupa tenaga, bantuan dan uang.
5. Kemampuan berkomunikasi
Manusia termasuk makhluk sosial, sebagai makhluk sosial kita harus memiliki
kemampuan dalam berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi digunakan
untuk menjalin kedekatan dengan orang lain dan untuk berinteraksi secara baik
dengan orang lain. Namun, pada kenyataannya masih banyak orang yang
belum mampu berkkomunikasi dengan baik, sehingga banyak terjadi konflik
dalam berhubungan dengan orang lain. Konflik tersebut berupa terjadinya
percekcokkan antar individu, bahkan perkelahian antar warga masyarakat hanya
gara-gara tidak memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang baik. Bahkan
dalam dunia remaja, banyak terjadi tawuran antar pelajar akibat omongan-
omongan yang sifatnya menyinggung perasaan di antara mereka.
Satu hal dasar yang harus dipahami dalam melatih kemampuan berkomunikasi
adalah bisa mendengar dengan baik. Inilah kemampuan dasar yang harus
terlebih dahulu di kuasai sebelum kita melatih kemampuan peserta didik daalam
menyampaikan sesuatu, baik melalui bahasa isyarat, suara atau mulut, maupun
lewat tulisan. Sebab, sepandai apapun seseorang berkomunikasi jika tanpa di
dasari memiliki kemampuan mendengar yang baik terhadap lawan jenisnya,
sesungguhnya orang tersebut telah gagal dalam memahami orang lain.

Pendidikan karakter ini dapat membentuk remaja menjadi berprestasi. Di dalam


pendidikan, mereka diajarkan nilai religius yang menguraikan kebaikan agar remaja
tumbuh sebagai manusia yang peka terhadap lingkungan sosial. Di samping itu,
mereka diajarkan juga nilai toleransi dan nilai cinta damai atau nilai-nilai
kemanusiaan yang membentuk remaja mempunyai sifat pengasih, berbudi pekerti,
dan cinta damai. Dalam pendidikan karakter itu mereka diajarkan juga nilai suka
bekerja keras, kreatif, mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang
dapat menjadikan remaja sebagai orang yang berprestasi. Nilai positif dalam
pendidikan karakter dapat membentuk remaja yang unggul. Remaja yang memiliki
karakter kuat akan tumbuh sebagai remaja yang unggul dan dibanggakan karena
sehat secara fisik, stabil dalam emosi, dan intelektualnya yang berkembang baik.

D. Pendidikan Karakter Bangsa berbasis budaya Ngada


Istilah karakter merujuk pada ciri khas, perilaku khas seseorang atau kelompok,
kekuatan moral, atau reputasi. Dengan demikian, karakter adalah evaluasi
terhadap kualitas moral individu atau berbagai atribut, termasuk keberadaan
kurangnya kebajikan seperti keberanian, ketabahan, kejujuran dan kesetiaan,
atau perilaku atau kebiasaan yang baik. Ketika seseorang memiliki karakter
moral, hal inilah yang membedakan kualitas individu yang satu dibandingkan
dari yang lain.

Karakter juga dipahami sebagai seperangkat ciri perilaku yang melekat pada

diri seseorang yang menggambarkan tentang keberadaan dirinya kepada orang lain.

Penggambaran itu tercermin dalam prilaku ketika melaksanakan berbagai aktivitas

apakah secara efektif melaksanakan dengan jujur atau sebaliknya, apakah dapat

mematuhi hukum yang berlaku atau tidak. Walaupun prilaku sering dihubungkan

dengan kebribadian, tetapi kedua kata ini mengandung makna yang berbeda.

Kepribadian pada dasarnya merupakan sifat bawaan, sedangkan karakter terdiri

atas prilaku-prilaku yang diperoleh dari hasil belajar.

Ada beberapa faktor yang dianggap dapat menyebabkan lunturnya karakter

berbudaya Indonesia, yang pertama yaitu karena pengaruh lingkungan pergaulan.

Seseorang yang terbiasa bergaul di lingkungan yang modern cenderung akan

melupakan budaya lokal, ia justru akan mengikuti mode yang sedang berlaku. Yang
kedua yaitu faktor pandidikan yang kurang menekankan nilai kebudayaan. Banyak

sekolah yang hanya mementingkan prestasi akademiknya. Yang ketiga adalah

adanya sikap acuh tak acuh terhadap kebudayaan lokal. Banyak anak muda

sekarang ini yang tidak mengetahui kebudayaan apa saja yang ada di daerahnya,

seperti lagu daerah, rumah adat, tarian adat, pakaian adat, dan lain-lain. Faktor yang

keempat yaitu pemanfaatan teknologi yang kurang tepat. Seperti fenomena saat ini,

banyak orang, terutama anak-anak muda yang justru mengunduh file-file yang berisi

tentang kebudayaan luar, misal lagu let mis love you atau goyang gangganam style.

Faktor kelima yaitu adanya perasaan malu saat menggunakan budaya lokal, misal

dalam berbahasa, banyak orang ngada yang malu menggunakan bahasa ngada

karena takut jika dianggap kampungan. Dan faktor yang terakhir yaitu faktor

pengaruh budaya luar. Anak-anak lebih tertarik pada budaya luar daripada budaya

lokal. Hal ini dapat terlihat berbagai aspek salah satunya dari aspek cara bergaul.

Sekarang ini dalam bergaul seperti tidak ada batasan antara pria dan wanita, misal

adanya budaya “cipika-cipiki” atau cium pipi kanan cium pipi kiri.

Dari masalah-masalah di atas, yaitu masalah mengenai mulai lunturnya

karakter berbudaya dapat diatasi dengan berbagai cara. Cara yang pertama yaitu

cara preventif. Cara preventif merupakan suatu usaha pencegahan terhadap tingkah

laku yang menyimpang dari budaya Indonesia. Cara ini dilakukan sebelum suatu

peristiwa terjadi yang bertujuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan

perilaku menyimpang sedini mungkin. Cara preventif ini bisa dilakukan melalui

pendidikan informal di lingkungan keluarga dan masyarakat, maupun melalui

pendidikan formal, yaitu sekolah. Dalam lingkungan informal dan formal akan

ditanamkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia, seperti sopan santun dalam hal

bertutur kata, berpakaian, dan lain sebagainya.


Cara yang kedua, yaitu cara represif. Cara represif merupakan cara yang

dilakukan setelah sebuah peristiwa penyimpangan terjadi yang bertujuan untuk

mengembalikan keserasian yang terganggu akibat adanya perilaku yang

menyimpang. Misal niken keo berlaku tidak sopan pada gurunya, ia memukul

gurunya yang sedang menasehatinya, maka pihak sekolah akan memberikah

hukuman kepadanya.

Selain cara preventif dan represif, untuk menangani masalah mulai lunturnya

karakter berbudaya juga bisa dilakukan dengan cara sosialisasi. Semua masyarakat

terutama badan-badan yang bertanggung jawab atas pendidikan warga Negara

hendakny aturut serta dalam pensosialisasian kebudayaan Indonesia dalam rangka

pembentukan karakter bangsa yang berbudaya Indonesia. Betapa hebatnya anak-

anak bangsa jika mereka mampu menerapkan budaya sebagai dasar berpikir,

bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota

masyarakat, dan warga negara Indonesia.

Semua warga negara wajib ikut serta dalam hal pembentukan karakter

berbudaya Indonesia ini. Baik kaum muda maupun yang sudah tua hendaknya

bekerja sama dalam menjaga, melestarikan, dan mengembangkan budaya lokal

Indonesia. Generasi terdahulu dituntut untuk mengajarkan atau memperkenalkan

serta menanamkan sedini mungkin budaya lokal kepada generasi muda agar

karakter kaum muda yang kelak akan menonjol adalah karakter yang berbudaya.

Bagi generasi muda hendaknya mengetahui, mempelajari, dan memahami budaya-

budaya yang ada di Indonesia yang sebenarnya bisa dijadikan landasan perperilaku

dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya yaitu Ngada dengan budaya tata

kramanya yang terkenal sangat baik. Apabila orang muda ingin berbicara pada

orang yang lebih tua atau kepada orang yang dihormati maka hendaknya ia
menggunakan bahasa yang supan dan santun.. Bahasa yang digunakan merupakan

bahasa daerah ngada dalam dalam tata bahasa Ngada merupakan bahasa yang

harus diketahui. Namun karena pengaruh globalisasi budaya tersebut kini sudah

mulai luntur. Saat ini banyak orang ngada yang tidak bisa berbahasa ngada

sehingga jika mereka berbicara pada orang yang lebih tua atau pada orang yang

dihormati mereka hanya menggunakan bahasa biasa atau bahasa yang biasa

digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya. Hal ini dianggap kurang sopan

karena seakan-akan tidak ada bedanya antara orang yang dihormati dengan teman

sebayanya.

Karakter berbasis budaya bisa ditanamkan maupun dikembangkan dimana

saja. Baik di lingkungan pendidikan formal maupun informal. Dilingkungan formal

misalnya di sekolah. Sebuah sekolah bisa dikatakan baik dan berkualitas jika ditinjau

dari sisi prestasi serta etikanya baik. Sekolah yang baik tentunya tidak hanya akan

menekankan pada prestasinya tapi juga dalam hal tata kelakuan atau etika para

siswanya. Dengan adanya pelajaran Seni Budaya dan mulok diharapkan para

peserta didik bisa mengetahui budaya-budaya lokal Indonesia. Begitu juga dengan

adanya mata pelajaran Bahasa daerah, dalam mata pelajaran ini akan dipelajari

tentang budaya-budaya Ngada seperti tata krama dalam berbahasa dengan orang

yang lebih tua dan orang-orang yang dihormati.

Sedangkan yang di lingkungan informal misalnya dalam keluarga serta

lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat tentu akan

diajarkan budaya sopan santun baik sopan santun dalam berbicara maupun

berperilaku. Sebagai contoh yang di lingkungan keluarga yaitu ketika makan kita

diharuskan sambil duduk, menggunakkan tangan kanan, tidak boleh bergurau saat

makan, dsb.
Peran masyarakat dalam hal mengembalikan atau penanaman kembali

karakter budaya Indonesia sangatlah penting. Masyarakat terdahulu berperan dalam

penyebaran atau pengenalan budaya lokal pada generasi sekarang. Sedangkan

generasi sekarang berperan sebagai pelestari serta penerus budaya-budaya lokal

agar kelak budaya-budaya tersebut tidak hilang. Kita sebagai generasi muda jaman

sekarang hendaknya turut serta melestarikan budaya lokal Indonesia. Jangan terlalu

meniru budaya orang lain, apalagi jika budaya tersebut kurang baik sebagai patokan

berperilaku. Sebagai contoh budaya orang-orang Barat yang kurang baik tapi

banyak ditiru masyarakat Indoesia yaitu pola hidup yang konsumtif serta cara

berpakaian. Cara berpakaian orang Barat yang terkenal minim sebenarnya tidak

baik untuk diterapkan di Indonesia terutama bagi masyarakat Ngada

Sebagai generasi penerus bangsa, tentu kita tidak ingin jika anak cucu kita

kelak hidup dengan keadaan tidak mengetahui jati dirinya atau kebudayaannya

sendiri, tapi justru hidup dengan kebudayaan orang lain yang mungkin lebih buruk

dari kebudayaan kita sekarang ini. Maka dari itu, marilah mulai dari sekarang kita

pelajari, kita pahami, dan kita lestarikan budaya lokal Indonesia dengan harapan

kelak kubudayaan tersebut bisa kita turunkan pada generasi masa mendatang

sebagai patokan dalam berperilaku serta sebagai pembentuk karakter bangsa

Indonesia mendatang. Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan maka

jangan sampai budaya tersebut kemudian hilang seiring kemajuan zaman karena

sebaik-baiknya budaya lain budaya ibu tetap yang terbaik.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan karakter bangsa berbasis budaya Ngada adalah pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai budaya dalam pendidikan karakter pada diri peserta didik
sehingga menjadi dasar bagi mereka dalam berpikir, bersikap, bertindak dalam
mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, dan warganegara.
Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dimiliki peserta didik tersebut
menjadikan mereka sebagai warganegara Indonesia yang memiliki kekhasan
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Menciptakan manusia yang bermoral,
berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi semangat nasionalisme yang akhir-akhir
ini mulai hilang dari kalangan remaja Indonesia. Oleh karena itu sekolah sebagai
agen pendidikan formal maupun masyarakat serta keluarga sebagai lembaga
informal harus mampu menanamkan membentuk karakter berbudaya pada anak
sedini mungkin.

B. Saran
Agar karakter bangsa Indonesia bisa sesuai dengan kebudayaan lokal maka
harus dikembangkan dengan pendidikan karakter bangsa dan budaya agar tujuan
dalam pendidikan tercapai, tidak hanya tujuan dalam prestasi semata tapi juga
dalam pembentukan etika yang baik serta etika yang menjunjung budaya lokal.
Dalam membangun karakter yang baik itu berasal dari lingkungan sekolah yang
positif, sehingga lingkungn sekolah pun harus menjadi pusat perhatian guru.
Kemudian selain itu, kurikulum harus dipadukan dengan nilai – nilai budaya yang
ada dimasyarakat untuk menciptakan karakter anak yang baik.
MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI BUDAYA

NGADA

SMA NEGERI 1 BAJAWA

KELAS XI IPA 2
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3 :

 Paulina Bewu Lele


 Nafa Ulfa Abubekar
 Yohanes Berchmans Naga
 Maria Elisabeth Bupu
 Maria Yeliana Mite
 Kasilda Rapo
 Maria Oktaviani Rawi Keo

Anda mungkin juga menyukai