Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEEHATAN REPRODUKSI

“Peran Sektor Terkait Kesehatan Reproduksi”

Oleh:
Kelompok 3
Nabeela Qurratu Aini 1811213010
Foreqah Khuliev 1811213020
Melly Wulandari 1811213004
Rahmatullah Adelia 1811213016
Dena Iswara 1811216009
Yesa Melam Sari 1811216010
Dwi Utari Helmi 1811213018
Novri Wahyudi 1611216037
Arief Ramdhoni 1811216011
Gina Dwi Attar 1711216009
Miftahussa'adah 1811216012
Okta Pernanda Putri 1611212023
Boinias Abugau 1811219001
Sherly 1811219002
Gian Gio G.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2019
1 KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi
karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Perak
Sektor terkait Kesehatan Reproduksi” dalam rangka memenuhi salah satu tugas
perkuliahan Dasar Kesehatan Reproduksi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tentunya mendapat banyak
bimbingan ataupun saran dan koreksian. Untuk itu,terimakasih penulis ucapkan
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah bekerja sama dalam
kelompok belajar. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
penulis dan juga pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 10 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 5

2.1 Peran Sektor terkait Kespro ...................................................................... 5

2.1.1 Peran DPRD Provinsi/Kabupaten Kota ............................................ 5

2.1.2 LSM / Lembaga Non Pemerintah ..................................................... 6

2.1.3 Tenaga Profesi, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi ............... 9

2.2 Penyelenggara ........................................................................................ 10

BAB III : PENUTUP ............................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13

3.2 Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mencantumkan tentang
Kesehatan Reproduksi pada Bagian Keenam pasal 71 sampai dengan pasal 77. Pada
pasal 71 ayat 3 mengamanatkan bahwa kesehatan reproduksi dilaksanakan melalui
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Setiap orang (termasuk
remaja) berhak memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan
reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan (pasal 72). Oleh sebab itu
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan
kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk
keluarga berencana (pasal 73). Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan/atau rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan
bantuan dilakukan secara aman dan sehat dengan memperhatikan aspek-aspek yang
khas, khususnya reproduksi perempuan (pasal 74). Setiap orang dilarang
melakukan aborsi kecuali yang memenuhi syarat tertentu (pasal 75 dan 76).
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan (pasal 77).
Proses perumusan SDGs tidak lepas dari inspirasi dari pemerintah daerah
melalui asosiasi kota dan pemerintah daerah di tingkat global, pemerintah daerah
telah sangat aktif ikut andil falam perumusan dan pengesahan SDGs, maka peran
pemerintah daerah dalam pencapaian SDGs sangat lah penting hal ini dikarenakan
beberapa alasan diantaranya
Indonesia sebagai salah satu negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan
global tersebut telah menindak lanjuti dengan mengadakan lokakarya Nasional
kesehatan reproduksi pada bulan Mei 1996 di Jakarta yang melibatkan seluruh
sector terkait, LSM termasuk organisasi wanita, Organisasi Profesi, Universitas,
dan NGO serta lembaga donor. Peran lintas sector ini diatur sesuai dengan mandat
dari institusi masing masing.
Pemerintah kabupaten kota merupakan pelaksana terdepan dari program
kesehatan reproduksi dan hak hak reproduksi. Pemerintah kebupaten/ kota harus

3
memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan
rakyatnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peran lintas sector terhadap terkait (DPRD provinsi, kab/kota),
LSM, tenaga profesi, organisasi profesi, dan perguruan tinggi?
1.3 Tujuan Penulisan
- Mengetahui peran DPRD Provinsi, kab/kota dalam bidang kesehatan
reproduksi.
- Mengetahui peran LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) terkait dengan
kesehatan reproduksi.
- Mengetahui peran tenaga profesi dalam bidang kesehatan reproduksi.
- Mengetahui peran organisasi profesi dalam kesehatan reproduksi.
- Mengetahui peran perguruan tinggi dalam kesehatan reproduksi.

4
2 BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Peran Sektor terkait Kespro


2.1.1 Peran DPRD Provinsi/Kabupaten Kota
Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, perlu
diwujudkan lembaga permusyawaratan rakyat dan lembaga perwakilan rakyat
daerah yang mampu memperjuangkan nilai-nilai demokrasi serta dapat menyerap
dan memperjuangkan aspirasi rakyat, termasuk kepentingan daerah, agar sesuai
dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penyerahan sebagian besar kewenangan pemerintahan kepada DPRD telah
menempatkan DPRD sebagai ujung tombak pembangunan nasional dalam rangka
menciptakan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Dalam kaitan ini peran
dan dukungan DPRD dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan
sangat strategis, khususnya dalam membuat peraturan daerah (Perda) dan peraturan
daerah lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
tentang Kesehatan Reproduksi
DPRD diberi hak-hak yang cukup luas dan diarahkan untuk menyerap
serta menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembuatan suatu kebijakan daerah
dan pengawasan pelaksanaan kebijakan. DPRD sebagai badan legislatif,
anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum (Pemilu). Sebagai
legislatif daerah, DPRD mempunyai fungsi sebagaimana tercantum dalam
penjelasan umum pasal 149 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan
bahwa: DPRD memiliki :
a. Peranan Legislasi
Fungsi legislasi merupakan salah satu fungsi DPRD dalam hal pembentukan
produk hukum daerah dan merupakan suatu proses untuk mengakomodasi berbagai
kepentingan para pihak (stakeholders), untuk menetapkan bagaimana
pembangunan didaerah akan dilaksanakan. Fungsi legislasi bermakna penting
dalam beberapa hal yaitu menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di
daerah,. Peranan DPRD dalam membuat peraturan daerah yaitu menyusun

5
pembentukan rancangan peraturan daerah, membahas rancangan paturan daerah,
dan menetapkan rancangan peraturan daerah menjadi PERDA.
b. Peranan Anggaran
Anggaran ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
pengelolaan pemerintahan dan perwujudan dalam bentuk pembahasan untuk
persetujuan bersama terhadap Rancangan Perda Kabupaten tentang APBD
Kabupaten yang diajukan oleh bupati (Eksekutif). Alasannya karena dengan adanya
fungsi anggaran anggota DPRD maka akan mempengaruhi kinerja dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Dalam proses penyusunan dan penetapan
anggaran, DPRD mempunyai peranan yang sangat besar. DPRD harus bertindak
secara aktif, proaktif dan selektif, karena DPRD menjadi legitimator Rencana
Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah yang kemudian disebut dengan RAPBD
yang diajukan oleh pemerintah daerah supaya menjadi APBD yang sah.
c. Peranan Pengawasan
Untuk menjalankan pengawasan sesuai dalam rangka pelayanan publik
demi kesejahteraan masyarakat maka dewan perwakilan rakyat daerah
melaksanakan tugasnya sesuai dengan mekanisme yang telah diatur dalam hal
pengawasan terhadap pelaksanaan terkait kesehatan reproduksi.

2.1.2 LSM / Lembaga Non Pemerintah


Lembaga swadaya masyarakat (LSM) merupakan pengembangan dari
sebuah organisasi non pemerintah (omop) atau juga disebut sebagai lembaga non
government organization (NGO). Jadi, sebuah Lembaga swadaya masyarakat
merupakan sebuah organisasi di luar pemerintah, di luar birokrasi, tujuannya bisa
membantu kinerja pemerintah bahkan justru ikut mengawasi jalannya pemerintahan
agar tidak menjadi penyebab terjadinya penyalahgunaan kewenangan. Secara
umum pengertian lembaga swadaya masyarakat (LSM) merupakan semua
organisasi yang tidak terikat dengan pemerintah dan birokrasi

Berikut ini adalah beberapa fungsi lembaga swadaya masyarakat (LSM) di


Indonesia:

6
1. Sebagai wadah organisasi yang menampung, memproses, mengelola dan
melaksanakan semua aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan
terutama pada bagian yang kerap kali tidak diperhatikan oleh pemerintah.
2. Senantiasa ikut menumbuhkembangkan jiwa dan semangat serta
memberdayakan masyarakat dalam bidang pembangunan, ini merupakan
salah satu fungsi utama dari pembentukan lembaga swadaya masyarakat itu
sendiri.
3. Ikut melaksanakan, mengawasi, memotivasi dan merancang proses dan
hasil pembangunan secara berkesinambungan tidak hanya pada saat itu
juga. Dalam hal ini LSM harus memberikan penyuluhan langsung kepada
masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan.
4. LSM juga harus ikut aktif dalam memelihara dan menciptakan suasana yang
kondusif di dalam kehidupan masyarakat bukan sebaliknya justru membuat
keadaan menjadi semakin kacau dengan adanya isu-isu palsu yang
meresahkan masyarakat.
5. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah penyalur aspirasi atas hak dan
kewajiban warga negara dan kegiatan dari masyarakat sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan oleh masing-masing Lembaga swadaya masyarakat.
6. Lembaga swadaya masyarakat juga harus ikut menggali dan
mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggotanya sehingga
dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam hal ini
sangatlah penting karena jika anggota dalam lembaga swadaya masyarakat
tidak memiliki potensi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan akan
menjadikan LSM seperti halnya mayat hidup, yang ada keberadaannya
namun tidak memiliki nyawa di dalamnya.
7. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah yang ikut aktif dalam
perannya mensukseskan pembangunan bangsa dan negara. Serta dalam hal
ini ikut menjaga kedaulatan negara serta menjaga ketertiban sosial.
8. Sebagai salah satu cara bagi masyarakat untuk memberikan asiprasinya,
kemudian aspirasi ini ditampung oleh lembaga swadaya masyarakat sesuai
dengan tujuan LSM itu sendiri dan kemudian akan disalurkan kepada
lembaga politik yang bersangkutan guna mencapai keseimbangan

7
komunikasi yang baik antara masyarakat dan pemerintahan seperti politik
luar negeri Indonesia.

Saat ini di Indonesia ada beberapa bidang yang dinaungi oleh LSM, contohnya
dapat dilihat berikut ini:
1. Lembaga swadaya masyarakat perlindungan anak dan perempuan, LSM ini
bertujuan untuk melindungi anak dan kaum perempuan yang mengalami
penganiayaan dan kekerasan serta bentuk tindakan pidana lainnya. hal ini
sangat penting karena wanita di Indonesia masih banyak terampas haknya
sehingga kemungkinan mereka melaporkan ke polisi mungkin masih
sedikit. Jadi, LSM ini akan terus memberi penyuluhan kepada masyarakat
untuk melaporkan segala jenis tindakan pidana kepada LSM tersebut dan
LSM tersebut akan menyampaikannya kepada pihak yang berwenang.
2. Lembaga swadaya pelindungan TKI dan TKW, hak-hak para pekerja
migran memang kerap kali diabaikan oleh pemerintah oleh karena itu saat
ini bermunculan LSM yang bertujuan untuk melindungi para TKI dan TKW
yang mendapatkan perlakukan tidak pantas di luar negeri terutama bagi
mereka yang menjadi pekerja buruh migrant.

Lembaga swadaya masyarakat berhak untuk :


 Menyusun rencana kegiatan serta mengadakan berbagai kegiatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama antara anggota LSM
 Menunjang dan mempertahankan nama baiknya saat menyelenggarakan
program kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat dan para anggotanya.
 Lembaga swadaya masyarakat berhak untuk melakukan hal atas hak-hak
yang telah dimilikinya.
 Mempertahankan hak keberlangsungan lembaga swadaya masyarakat
tersebut sesuai dengan tujuan LSM tersebut.
 Melakukan koordinasi dengan para anggota LSM untuk menjalankan tujuan
dan mempertahankan keberlangsungan hidup LSM tersebut

8
2.1.3 Tenaga Profesi, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi
Secara umum Organisasi profesi memiliki berbagai ciri-ciri seperti, menjadi
wadah bagi para anggota yang berasal dari profesi yang sama; Organisasi profesi
pun merumuskan Kode Etik profesi (code of professional ethics), merumuskan
kompetensi profesi serta memperjuangkan tegaknya kebebasan profesi bagi para
anggota.
Suatu organisasi profesi dapat mengembangkan dan memajukan profesi;
memantau dan memperluas bidang gerak profesi, menghimpun dan memberikan
kesempatan kepada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif dalam
mengembangkan dan memajukan profesi. Dewasa ini, seiring dengan
perkembangan globalisasi, para profesional pun harus mampu menjalin interaksi
dengan para professional lain dari berbagai negara. Melalui organisasi profesi,
interaksi itu tentu akan semakin terwujud.
Peran Perguruan Tinggi sebagai mitra dalam Kesehatan Reproduksi yaitu :
1. Penelitian limiah sebagai dasar penyusunan program dan kebijakan
2. Moitoring dan evaluasi program-program kesehatan dan hak-hak
reproduksi / Keehatan perempuan
3. Pendidikan dan pengajaran untuk menyiapkan SDM intelektual
muda yang berkualitas
4. Mengabdi kepada masyarakat melalui penyadaran dan
pendampingan sebagai aksiologi perguruan tinggi
Perguruan tinggi, dalam mengelola pengetahuan menjadi sebuah kebijakan
publik terkait dengan penanggulangan HIV dan AIDS dalam kerangka sistem
kesehatan. Perguruan tinggi mempunyai potensi dan peran strategis sebagai
lembaga yang memiliki legitimasi untuk menerjemahkan hasil penelitian menjadi
kebijakan publik yang didukung bukti ilmiah.
Beberapa rekomendasi peran perguruan tinggi yang dapat berkontribusi
dalam menterjemahkan hasil-hasil produksi pengetahuan menjadi sebuah kebijakan
publik dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS, sebagai berikut:
1. Perguruan Tinggi perlu mengembangkan networking dengan pengelola
program baik dari sektor pemerintah dan non pemerintah (e.g. Kemenkes,
KPAN, rumah sakit, dan lembaga swadaya masyarakat) baik di tingkat

9
pusat maupun daerah melalui kegiatan yang telah berjalan dan membangun
kesepakatan bersama untuk mengembangkan
advokasisecaraefektifkepadapihakterkait.
2. Melakukan penelitian-penelitian operasional dalam upaya penaggulangan
HIV dan AIDS (e.g. pencegahan, perawatan, pengobatan dan dukungan bagi
ODHA, pengurangan dampak) berdasarkan konsultasi dengan pengelola
program dan pengembangan kebijakan untuk meningkatkan efektifitas
program.
3. Membangun pusat data penelitian (research inventory) terkait upaya
penanggulangan HIV dan AIDS pada tingkat lokal yang dapat diakses oleh
berbagai pemangku kepentingan, baik pengambil kebijakan dan pelaksana
seperti Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi/Kota, Dinas Kesehatan,
pemerintah daerah, akademisi dan masyarakat umum yang dapat digunakan
sebagai basis untuk pengambilan kebijakan.
4. Mengembangkan kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian terkait upaya
penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat lokal atau nasional dalam bentuk
pertemuan, penyusunan policy brief atau publikasi hasil riset HIV dan AIDS
sebagai bentuk agenda setting bagi pengembangan kebijakan atau
perubahan-perubahan kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS.
5. Perguruan Tinggi turut serta dalam penyiapan pengembangan kapasitas dan
kompetensi teknis dan manajerial Sumber Daya Manusia yang bekerja
dalam upaya penanggulangan AIDS. Salah satu contoh adalah
pengembangan kompetensi dalam pencegahan, perawatan, dukungan dan
pengobatan bagi SDM yang tersedia untuk program HIV/AIDS agar mampu
meningkatkan cakupan, aksesibilitas, kualitas, pemerataan dan
keberlanjutan program.

2.2 Penyelenggara
Umum
Pasal 9
(1) Arah kebijakan, strategi dan program reproduksi dan hak-hak reproduksi
dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dilakukan upaya terpadu antara

10
berbagai sektor pemerintah (provinsi, kabupaten/kota, kecamatan), DPRD
provinsi dan kabupaten/kota, LSM, dan lembaga non pemerintah, sektor
swasta dan dunia usaha, tenaga profesional dan organisasi profesi,
perguruan tinggi dan masyarakat.
(2) Keterpaduan dari lintas sektor dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
reproduksi komprehensif khususnya SKPD dilaksanakan secara koordinatif
sesuai dengan Tugas pokok dan fungsinya

Bagian Kesatu Peran Pemerintah Provinsi


Pasal 10
(1) Menentukan kebijakan umum dan strategi program Kesehatan Reproduksi
yang cocok dan realistis untuk dilaksanakan di provinsi.
(2) Melaksanakan Monitoring dan evaluasi program Kesehatan Reproduksi .
(3) Melaksanakan koordinasi Program Kesehatan Reproduksi antara unsur
pemerintah, LSM, organisasi profesi dan pihak swasta melalui Forum
Komisi Kesehatan Reproduksi.
(4) Mengupayakan anggaran yang memadai dalam rencana strategis daerah
untuk mensukseskan Program Kesehatan Reproduksi khususnya untuk
pelaksanaan program, penyediaan sarana dan prasarana, pendidikan,
pelatihan dan penelitian.

Bagian Kedua Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Pasal 11
(1) Menempatkan Kesehatan Reproduksi sebagai prioritas dalam pembangunan
provinsi
(2) Menetapkan peraturan yang terkait dengan pelayanan kesehatan reproduksi
(3) Menetapkan alokasi anggaran yang memadai untuk program kesehatan
reproduksi di tingkat provinsi.
Bagian Ketiga Peran Masyarakat, LSM, dan Sektor Swasta
Pasal 12
(1) Melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi dalam program
kesehatan reproduksi dengan meningkatkan akses dan mutu pelayanan. (2)

11
Membantu pemerintah dalam hal penyediaan sumber daya (sarana
prasarana pendukung) yang diperlukan untuk menyukseskan program.
(2) Melaksanakan kegiatan inovatif yang dapat mempercepat pencapaian dan
meningkatkan kualitas program.
(3) Membantu program dalam upaya advokasi, KIE, pendidikan dan pelatihan.
(4) Mengenal masalah kesehatan reproduksi dan mengambil tindakan yang
diperlukan dengan bantuan teknis dari petugas kesehatan.

Bagian Keempat Peran Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi


Pasal 13
(1) Menentukan, memonitor dan mengevaluasi standar profesional dari
berbagai prosedur dilihat dari pendekatan teknis program.
(2) Menentukan jenis teknologi yang digunakan dan berdaya guna.
(3) Melakukan penelitian dan pengembangan inovasi baru untuk menunjang
program.
(4) Membantu dalam berbagai jenis pendidikan, pelatihan dan penambahan
pengetahuan dan keterampilan bagi petugas pelaksana program.

12
3 BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Peran DPRD Propinsi/ Kabupaten kota, sebagai legislative daerah, DPRD
mempunyai fungsi sebagaimana tercantum dalam penjelasan umum pasal
149 Undang-undangNomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa: DPRD
memiliki peranan:
a. Legislasi
b. Anggaran
c. Pengawasan
2. LSM / Lembaga Non Pemerintah yang memiliki fungsi:
a. Sebagai wadah organisasi yang menampung, memproses, mengelola
dan melaksanakan semua aspirasi masyarakat
b. Ikut melaksanakan, mengawasi, memotivasi dan merancang proses
dan hasil pembangunan secara berkesinambungan
c. LSM juga harus ikut aktif dalam memelihara dan menciptakan
suasana yang kondusif di dalam kehidupan masyarakat.
d. Lembaga swadaya masyarakat juga harus ikut menggali dan
mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggotanya
sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama.
e. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah yang ikut aktif dalam
perannya mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.
3. Tenaga Profesi, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi, peran Perguruan
Tinggi sebagai mitra dalam Kesehatan Reproduksi yaitu :
5. Penelitian limiah sebagai dasar penyusunan program dan kebijakan
6. Moitoring dan evaluasi program-program kesehatan dan hak-hak
reproduksi / Keehatan perempuan
7. Pendidikan dan pengajaran untuk menyiapkan SDM intelektual
muda yang berkualitas
8. Mengabdi kepada masyarakat melalui penyadaran dan
pendampingan sebagai aksiologi perguruan tinggi

13
3.2 Saran
Perguruan tinggi dapat berkontribusi dalam menterjemahkan hasil-hasil
produksi pengetahuan menjadi sebuah kebijakan publik dalam upaya
penanggulangan HIV dan AIDS di masyarakat terutama dalam kalangan
mahasiswa/pelajar. Demikian makalah ini kami buat, kami sadar di dalam makalah
ini masih begitu banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah yang selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://guruppkn.com/fungsi-lembaga-swadaya-masyarakat . (Diakses tanggal 8


Mei 2019)
Zainal Fatoni, dkk. 2015. Implementasi Kebijakan Kesehatan Reproduksi
Indonesia. 65-74
http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda/37-policy-brief/tata-kelola-dan-
kelembagaan-governance/872-peran-perguruan-tinggi-dalam-menerjemahkan-
hasil-penelitian-hiv-aids-menjadi-kebijakan-publik. (Diakses tanggal 8 Mei 2019)
Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Dprd) Dalam Program Kesejahteraan
Masyarakat (Studi Kasus Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pengembangan Daerah
Di Kabupaten Bulukumba).

15

Anda mungkin juga menyukai