Anda di halaman 1dari 14

GIZI BURUK DAN CAMPAK MENJADI KEJADIAN LUAR BIASA

DI KABUPATEN ASMAT, PAPUA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengorganisasian dan Perkembangan Masyarakat

Dosen Pengampu : Wahyuningsih, SKM, M.Kes


Kelas : 5 A Pagi
Disusun Oleh:
1. Asriani Devi (0617012681)
2. Ana Fatma Shinvia (0617011691)
3. Firda Kurnia Sari (0617012401)
4. Riko Risqiawan (0617012521)
5. Umi Ilmiyah (0617012561)
6. Marfuatun (0617012461)

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Nama Asmatsudahdikenalduniasejaktahun 1904. Tercatatpadatahun 1770
sebuahkapal yang dinahkodai James Cook mendarat di sebuahteluk di
daerahAsmat. SukuAsmatsebagianbesarmenetap di KabupatenAsmat,
bagianselatanProvinsi Papua, antaraMeraukedanKabupatenMimika.
Merekadiperkirakanjumlah 70.000 warga yang menempati 120 desa yang
meliputi 20.200 km 2 ( Rollings, 2010: 17 ). Kabupateninimerupakanlahanrawa
20.200 km 2 ( Rollings, 2010: 17 ). Kabupateninimerupakanlahanrawa 20.200
km 2 ( Rollings, 2010: 17 ). Kabupateninimerupakanlahanrawa 20.200 km 2
( Rollings, 2010: 17 ). Kabupateninimerupakanlahanrawa (80%) danlahankering
(20%). Tanah di daerahiniterus-
menerusbasahsepanjangtahundandidominasiolehgenangan air 50 cm
selamatigabulanselamamusimhujan( Prasetya, 2013: 24 ). Secaraumum,
wargabulanselamamusimhujan( Prasetya, 2013: 24 ). Secaraumum,
wargabulanselamamusimhujan( Prasetya, 2013: 24 ). Secaraumum,
wargaAsmathidupdengansungai-sungai yang semuamengalirkeLautArafuru.
Padasaatpasang, ketika air lautnaikkesungai,
sukuAsmatdapatmelintasisungaihinggapedalamansekitar 50 km.
KeadaangeografisKabupatenAsmatterletakantara 40 – 70 Lintang Selatan
dan 1370 – 1400 BujurTimur.
KabupatenAsmatmerupakansalahsatukabupatendariProvinsi Papua yang
terletakdibagianselatan Papua, KabupatenAsmatmemilikiluas 23,746 km2 atau
7,44% dariProvinsi Papua.Padabagianutara,
KabupatenAsmatberbatasandenganKabupatenNdugadanKabupatenYahukimo,
sedangkandibagianselatanberbatasandenganlautArafurudanKabupatenMappi.
SebelahbaratberbatasandenganlautArafurudanKabupatenMimika,
dansebelahtimurberbatasandenganKabupatenBovenDigoeldanKabupatenMappi.
Letak yang demikianmenempatkanKabupatenAsmatpadaposisigeografis yang
sangatstrategiskarenaberada di kawasan rim Pasifikselatan (Australia dan New
Zelandsertanegara – negarasikumPasifik).
Perkembanganpelayanankesehatan di KabupatenAsmat yang
ditunjukkandenganjumlahprasarana di
bidangkesehatankurangmenunjukkanpeningkatan yang
berartisampaidengantahun 2003 KabupatenAsmatbelummemilikiRumahSakit,
hanyamemilikiPuskesmasperawatansebanyak 5
buahdanPuskesmaspembantusebanyak 21 buahdanjumlahpolidessebanyak 15
buahkemudianpelayanankesehatan di daerah-
daerahperairansungaiditunjangdenganpuskesmaskeliling. Tenaga
medisuntukmemberikanpelayanankesehatankepadamasyarakatsampaidengantahu
n 2003 berjumlah 6 orang tenagadokterumum.
Sedangkanjumlahparamedissebanyak 95 bidandan 129 perawat.
Jumlahparamedismasihberadadibawah rata-rata tingkatkebutuhanmasyarakat.
Pembangunan kesejahteraansosialmenunjukkanhasil – hasil yang
positifberupapembinaanmasyarakatterasingataukomunitasadatterpencil,
utamanyadidaerahpedalamandanterpencildantertanganinyarehabilkitasi korban
bencanaalam. Namuntingkatpelayanan yang
diberikanpemerintahmasihsangatterbataskarenakesulitandidalamberbagaihal,
antaralain :jangkauanwilayah yang terlaluluas,
terlaluluasterbatasnyaprasaranapendukung, dan d\terbatasnyabiayaoperasional.
Pembangunan Pendidikanbelummenunjukkankemajuan yang
berartiditandaidenganangkaPartisipasiMurniSekolahDasar (SD) sebesar 32,68%
padatahun 2003. AngkaPartisipasiMurniSekolahLanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) sebesar 15,98% padatahun 2003. SedangkanSekolahLanjutan Tingkat
Atas (SLTA) sebesar 1,78% padatahun 2003.
Sedangkankemajuanpembangunanprasaranapendidikantelahmemberikangambara
ntentangkondisikependidikan di KabupatenAsmat yang semakinmembaik,
dimanapadatahun 2003 jumlah SD dan SLTP yang merupakanpendidikandasar 9
tahun, yang telahdibangunmencapai 105 SD dan 8 SLTP sertajumlah SMU
hanya 1 SMU. Angkarasioantara murid dengan guru, murid
dansekolahmenunjukkanangkaperbandingan yang cukupbesar,
sehinggaterlihatkekuranganpelayananpendidikankhususnyadalamjumlah guru
dansekolah.

1.2 TUJUAN
Mengetahui Keadaan Kejadian Luar Biasa (KLB) Yang Terjadi Di Kabupaten
Asmat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GIZI BURUK DAN CAMPAK SUKU ASMAT


Suku Asmat merupakan suatu suku yang terkenal di berbagai dunia
karena keahlian ukir kayunya, tetapi sekarang dikenal dengan banyaknya kasus
campak dan malnutrisi (gizi buruk) yang tergolong kedalam Kejadian Luar Biasa
(KLB). Masalah gizi buruk dan campak telah terjadi sejak 2015 di Papua
(International Coalition for West Papua (ICP), 2017) dan baru menjadi wabah
Pada bulan September 2017. Wabah ini terjadi dengan pola yang sama dan
berulang setiap tahun sebagai berikut (Papua Lawyers Club, 31 Januari 2018).
Kejadian ini umumnya terjadi di daerah terpencil seperti Nduga, Deyai,
Yahukimo, dan Asmat. Ironisnya, mereka yang melaporkan pertama tidak dari
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau pemerintah daerah, tetapi dengan
gereja-gereja atau lembaga swadaya masyarakat. Ini menunjukkan bahwa
koordinasi pemerintah belum bekerja secara optimal di Papua.
Prevalensi gizi buruk dan campak tepatnya di RSUD Agats Kabupaten
Asmat mengalami peningkatan pada September 2017 dan melanda 19 desa di
Kabupaten Asmat. Hingga akhir Januari 2018, tercatat 647 kasus campak, 25
suspek campak, dan 66 orang meninggal akibat penyakit campak. (Paparan
Rapat Konsultasi DPR RI, 2018 dalam penelitian Yuningsih, 2018)1. Menurut
Kemenkes RI gizi buruk merupakan kondisi dimana seseorang kekurangan
maupun kelebihan asupan nutrisi2. Campak sendiri ialah suatu virus yang
menyebar melalui udara dengan tetesan hasil pernafasan yag dihasilkan dari
batuk atau bersin, Campak juga merupakan penyakit infeksi yang endemis di
Papua.
Dilaporkan dari media online Kompas.com Kematian massal anak-anak
di bawah usia lima tahun di daerah ini. Sebanyak 71 anak di bawah usia lima
tahun meninggal karena campak dan malnutrisi. Sejak saat itu suku asmat yang
merupakan salah satu suku di Papua yang dulu dikenal karena kemampuan seni
ukirnya, sekarang dikenal dengan suku rentan keberlanjutan, serta penyakit
campak dan gizi buruk Balita merupakan permasalahan yang relatif menetap dan
sulit diberantas tuntas sejak bertahun-tahun lalu (Kompas, 23 Januari 2018;
Suara Papua.Com, 22 Januari 2018)
The Antara News Agency melaporkan sebelumnya bahwa pada bulan
September 2017, campak dan malnutrisi meninggalkan 68 anak di bawah usia
lima tahun meninggal di daerah ini. Namun pemerintah belum serius
menanggapinya karena belum banyak dilaporkan. Pada bulan Januari 2018 The
Antara News Agency melaporkan kembali bahwa terdapat 393 orang di bawah
usia lima tahun mendapatkan pengobatan rawat jalan dan 175 pasien dirawat
inap, membuat kasus ini menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) bagi Pemerintah
Pusat.

2.2 PENYEBABNYA
Menurut penuturan Pastor John Jonga, salah satu imam di Wamena
dalam acara Papua Lawyers Club (31 Januari 2018) bahwa kasus wabah Asmat
mencerminkan tidak adanya negara dalam penderitaan orang Papua. Hal ini
menunjukkan bahwa beberapa warga tidak menggunakan hasil pembangunan
dan kemakmuran yang berarti masih banyak masyarakat yang tidak menerima
nutrisi yang cukup.
Anak-anak yang mengalami gizi buruk di daerah ini dapat dikategorikan
ke dalam jenis marasmus yaitu kondisi terburuk dari kekurangan gizi pada anak-
anak dan bayi, ditandai dengan: mata cekung dan berkerut, mulut kering,
menonjol tulang rusuk karena menipisnya lemak.
Menurut Penelitian Cahyo (2018)3 terdapat beberapa penyebab terjadinya
penyakit campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat ini, sebagai berikut:
1) Perubahan gaya hidup masyarakat dalam hal konsumsi.
Perubahan pola konsumsi dari yang dahulu mengkonsumsi sagu
sebagai sumber utama karbohidrat, serta hidup berburu dengan menangkap
ikan di rawa-rawa mengalami perubahan dengan mengkonsumsi makanan
yang disediakan oleh pasar. Mereka kebanyakan mengkonsumsi beras raskin
dan tidak lagi mengolah sagu.
Seperti yang dinyatakan oleh Pastor Rangga (2018), dana desa hanya
sebentar ada di masyarakat karena setelah itu akan mengalir kembali ke
pedagang atau ke kota-kota besar di mana barang-barang yang diimpor.
Malnutrisi dapat terjadi ketika orang mengkonsumsi raskin atau mie instan
berulang kali bahwa makanan baru instan tidak dapat membentuk ketahanan
fisik masyarakat
2) Pelayanan Kesehatan yang Relatif Miskin di Papua, khususnya dipedesaan
Dibeberapa tempat di papua terdapat mitos ketika sakit yang dibawa
ke Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas), ia akan mati lebih cepat
daripada mereka yang tidak dibawa ke tempat. Kenapa? Hal ini disebabkan
obat-obatan kadaluarsa atau jarum yang tidak steril dan kurangnya tenaga
kesehatan di desa-desa. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat di daerah
terpencil Papua harus takut imunisasi oleh puskesmas.
Sebenarnya banyak infrastruktur puskesmas di pusat ibukota
kecamatan atau sub-kesehatan di beberapa desa. Namun, bangunan tidak
dilengkapi dengan obat-obatan yang memadai dan tidak dilayani oleh tenaga
medis profesional. Selain itu Dokter dan paramedis lebih memilih untuk
tinggal di ibukota kecamatan atau kota besar lainnya karena lingkungan
yang keras dan kesulitan beradaptasi dengan masyarakat. Mereka datang ke
Papua sebagian tidak dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup tentang
budaya suku-suku di Papua. Beberapa personel medis, bahkan di luar Papua,
menurut catatan JDP-LIPI merasa tidak aman karena intimidasi dari
kelompok sipil bersenjata atau pejuang kemerdekaan Papua bahwa mereka
lebih memilih untuk tinggal di kota dijaga oleh polisi atau tentara (Mereka
datang ke Papua sebagian tidak dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup
tentang budaya suku-suku di Papua) (LIPI,2013).
Tenaga kesehatan terbatas di Kabupaten Asmat sekarang
dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek pada tanggal 1
Februari 2018. Menurut beliau, dari 13 Puskesmas di daerah ini, hanya ada
tujuh dokter umum dan satu dokter spesialis. Tidak semua puskesmas yang
umumnya terletak di setiap kabupaten memiliki dokter umum. serta personil
medis lainnya sudah dapat dianggap cukup (Ihsanuddin, 1 Februari 2018).
3) Strategi membangun ketahanan sosial di Suku Asmat
Pastor Neles Tebay, Koordinator Papua Jaringan Perdamaian, di
Papua Lawyers Club (31 Januari 2018) Menyarankan bahwa wabah Asmat
adalah serangkaian epidemi yang terjadi di Papua sejak dua tahun lalu.
Pastor juga mengatakan bahwa ketahanan sosial Papua relatif rendah
dibandingkan dengan masyarakat luar. Ketahanan sosial yang dimaksud
ialah fasilitas kesehatan dan infrastruktur, serta pendidikan di pemukiman
transmigrasi atau migran, jauh lebih memadai dibandingkan di desa-desa
Papua. Misalnya, kompleks transmigrasi di kabupaten Merauke atau Keerom,
mereka memiliki Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dengan dokter
yang lebih memadai bersama dengan tenaga medis dan peralatan kesehatan
dan obat-obatan. Mereka juga disertai dengan berbagai fasilitas sekolah
dasar ke tingkat menengah atas dengan fakultas yang memadai dan
profesional. Hal ini sering menyebabkan diskriminasi dalam pelayanan
kebutuhan dasar antara orang Papua dan pendatang baru. Dalam jangka
panjang, ketahanan masyarakat luar akan jauh lebih baik dari orang Papua
yang harus menjadi tuan di negeri sendiri.
Selama ini pemerintah selalu menganggap kekurangan tenaga medis,
obat-obatan, biaya transportasi, medan yang sulit, dan rendahnya kesadaran
warga Papua untuk hidup sehat, lingkungan hunian haram selalu penyebab
utama kematian massal Papua. Tetapi menurut Pastor Neles menyatakan
bahwa penyebab ini dikarenakan kurangnya kemampuan mereka sendiri
untuk menangani kekurangan gizi serta diharapkan kejadian tersebut tidak
harus selalu terulang dalam peristiwa kematian massal di masa mendatang.
4) Keterlibatan Pemerintah
Militer merupakan masalah yang paling sulit diwilayah tersebut.
dikerahkan beberapa pasukan untuk menangani gizi buruk di Kabupaten
Asmat. Mereka paling siap sumber daya manusia dan kemampuan untuk
menavigasi medan kasar, dan bisa digunakan untuk misi kemanusiaan. Di
satu sisi kehadiran mereka untuk memberikan bantuan darurat kepada para
korban gizi buruk di Asmat memang diperlukan. Tapi sebaliknya, militer
adalah ikon kolonialisme yang menumbuhkan rasa tidak aman untuk
beberapa orang Papua. Menurut Pastor John Djonga, Papua umumnya masih
memiliki kenangan buruk dari kehadiran pasukan keamanan Indonesia,
pasukan keamanan yang melekat akan citra kerasnya ialah TNI-Polri.
Mereka memiliki trauma yang berpengalaman ketika Papua menjadi Daerah
Operasi Militer (DOM). Bahkan, ketika mereka mendapat obat dari anggota
TNI, mereka takut untuk mengambilnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kekerasan traumatis psikologis di masa lalu.
5) Sulitnya Infrastruktur dan Transportasi
Transportasi adalah tantangan yang paling rumit bagi warga Asmat.
Tanpa infrastruktur yang baik, baik di darat dan di sungai, tidak mungkin
bahwa tenaga kesehatan dapat digunakan untuk desa-desa terpencil dan
sebaliknya tidak mungkin bagi masyarakat untuk mencapai pusat-pusat
kesehatan masyarakat di kabupaten modal, yang mengambil jam untuk satu
hari. Hal ini disebabkan karena sebagian tanah papua merupakan daerah
pesisir atau rawa-rawa yang tidak memiliki akses darat yang baik. Hanya
papan kayu yang digunakan sebagai jalan utama dari satu rumah ke rumah
lainnya. Papan kayu yang disusun membentuk jalur kecil di atas rawa-rawa
atau sungai. Hal ini membuat Agats Kampung dikenalsebagai kabupaten
pada papan kayu.
Panjang perjalanan dari satu desa ke yang berikutnya dengan perahu
mesin bertenaga mencapai dua sampai tiga jam. Misalnya, dari Agats ke
desa Ambisu, Kabupaten ATSI, terletak di tepi Laut Arafura. Setelah tiba di
sana, tim mendapat Ambisu Auxiliary Puskesmas. Ada banyak anak-anak
yang ditemukan yang menderita campak dan malnutrisi, suhu tubuh tinggi,
tubuh sangat kurus dengan tulang rusuk menonjol.
Hanya terdapat satu rumah sakit saja di Agats dengan kondisi yang
tidak memadai, maka pengobatan yang lebih memadai hanya bisa dilakukan
di rumah sakit terdekat di Timika Town. transportasi yang diperlukan adalah
pesawat dalam jarak 20 menit. Biaya yang diperlukan untuk menyewa
sebuah pesawat kecil untuk pergi bolak-balik akan sebanyak 15 juta rupiah
(Abdulsalam, 1 Februari 2018)
6) Higienis dan Ketersediaan air bersih
Temuan di lapangan membuktikan bahwa sumber bahan makanan
bukanlah menjadi masalah, karena di Atsj dan Asmat secara umum banyak
ditemukan sumber bahan makanan yang bergizi dan memenuhi kebutuhan.
Masalah yang utama ialahhigiene dan sanitasi yang tidak mendukung, serta
ketersediaan air bersih yang hanya mengandalkan air hujan karena wilayah
Asmat berada diatas rawa dan sungai yang ada tidak layak minum. Dan
walaupun ada salah satu desa yang bisa mengandalkan air dari sumur tetapi
warna air tersebut keruh dan diduga terdapat banyak mikroba yang
berbahaya bagi warga jikalau dikonsumsi.
7) Rendahnya Pendidikan Masyarakat
Yang menjadi masalah adalah kesalahan masyarakat cara mengelola
sumber makanan, pola asuh anak dan perawatan anak saat sakit. Pendidikan
masyarakat yang rendah membuat mereka tidak tahu bagaimana mengatur
memberikan pendidikan kesehatan terhadap anak-anaknya dengan baik dan
benar, karena mayoritas pendidikan terakhir dari masyarakat ialah lulusan
SD bahkan ada yang tidak lulus SD.

2.3 KEADAAN SAAT INI


Pasca gempar akibat kejadian luar biasa (KLB) berupa campak dan gizi
buruk di Asmat, Papua awal tahun lalu, kini kabupaten Asmat sudah mulai
membaik. Pembangunan sektor kesehatan, ekonomi dan infrastruktur terus
digalakkan pemerintah daerah (pemda) dibantu oleh pemerintah pusat.
Menurut laporan dari media online, Wartawan ekonomi, 23 September
2018 yang melakukan wawancara dengan Bupati Asmat, Elisa Kambu,
mengatakan kehidupan masyarakat asmat saat ini yang hanya berjumlah tidak
lebih dari 200.000 orang sudah jauh lebih baik.
Dari segi Kesehatan sudah dibangun Rumah Sakit meskipun tidak
permanen dan sudah tersedia Puskesmas disetiap distrik. Dari sisi ekonomi
mampu menarik wisatawan asing maupun lokal mengenai even-even budaya
yang ada. Sementara dari sisi infrastruktur saat ini jauh lebih baik.
Menurut penuturan elisa, beliau mengatakan bahwa potensi yang dimiliki
Asmat saat ini adalah sektor perikanan dan pariwisata yang sangat menjanjikan.
Melalui sektor tersebut Asmat bisa bangkit dan menarik orang lain untuk bisa
datang membangun disana, bisa berinvestasi disana.
Dalam memenuhi target investasi masuk ke Asmat, Pemerintah daerah
mengadakan festival Budaya pada tanggal 4-9 oktober 2018. Festival ini
menyuguhkan berbagai kebudayaan asli Asmat dan berbagai produk-produk
unggulan seperti ukiran, anyaman dan produk unik khas Asmat.
2.4 KEBIJAKAN
a. Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
b. UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
c. Pasal 23 UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
2.5 INTERVENSI

Pemerintah daerah Asmat telah mencanangkan program-program kesehatan


seerti berikut4:
1. Program 1000 Hari Pertama Kehidupan
2. Program PMT
Program- program tersebut telah berjalan dan tepat waktu, seperti halnya
program 1000 Hari Pertama Kehidupan bayi-bayi lahir dengan bobot minimal
2500 gram. Akan tetapi setelah berjalannya program tersebut, masyarakat
terutama orang tua tidak memberikan gizi baik dalam kehidupan sehari-hari
bahkan PHBS nya pun tidak diperhatikan dan kesadaran akan imunisasi anak
sangat rendah. Hal tersebut menjadikan gagalnya program kesehatan yang telah
dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
Berikut yang menjadikan gagalnya intervensi :
a. Kurangnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya imunisasi
b. Pengetahuan mengenai kesehatan (PHBS) sangat minim
c. Masyarakat setempat masih bergantung pada alam dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari karena hal tersebut sudah turun temurun dari nenek
moyang.
d. Pengetahuan orang tua mengenai pemberian gizi baik sangat rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Masalah gizi buruk dan campak telah terjadi sejak 2015 di Papua dan baru
menjadi wabah Pada bulan September 2017. Wabah ini terjadi dengan
Prevalensi gizi buruk dan campak tepatnya di RSUD Agats Kabupaten Asmat
mengalami peningkatan pada September 2017 dan melanda 19 desa di
Kabupaten Asmat. Hingga akhir Januari 2018, tercatat 647 kasus campak, 25
suspek campak, dan 66 orang meninggal akibat penyakit campak (Paparan Rapat
Konsultasi DPR RI, 2018 dalam penelitian Yuningsih, 2018).pola yang sama dan
berulang setiap tahun.
Terdapat beberapa penyebab terjadinya penyakit campak dan gizi buruk di
Kabupaten Asmat ini, sebagai berikut:
1. Perubahan gaya hidup masyarakat dalam hal konsumsi.
2. Pelayanan Kesehatan yang Relatif Miskin di Papua, khususnya
dipedesaan.
3. Strategi membangun ketahanan sosial di Suku Asmat.
4. Keterlibatan Pemerintah.
5. Sulitnya Infrastruktur dan Transportasi.
6. Higienis dan Ketersediaan air bersih.
7. Rendahnya Pendidikan Masyarakat

3.2 SARAN
Pemerintah harus lebih memfokuskan lagi masalah ini, karna masalah ini
memiliki dampak yang cukup besar bagi kemajuan bangsa indonesia, pemerintah
juga harus bekerja sama dengan pihak pihak yang memiliki wewenang untuk
melakukan program program untuk menyelesaikan masalah ini sehingga masalah
gizi buruk dan campak yang menjadi KLB di suku Asmat dapat tertangani.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kabupaten, D. I., Papua, A. & Yuningsih, R. PENDEKATAN KESEHATAN


MASYARAKAT PASCA KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB ). 2017, (2018).

2. Kesehatan, K., Indonesia, R., Asmat, K. & Pohan, F. J. Klb campak dan masalah
gizi buruk cepat dipulihkan. 1–2 (2019).

3. Erspective, C. U. P. B UILDING S OCIAL R ESILIENCE ON A SMAT P


EOPLE : S OCIAL AND. 14, 111–122 (2018).

4. Respons, T., Pgi, A. & Atsj, D. Laporan Assessment & Pelayanan Kesehatan. 1–
25 (2018).

Anda mungkin juga menyukai