Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI

GIZI BURUK DAN CAMPAK YANG MELANDA SUKU ASMAT


PAPUA DAN KAITANYA DENGAN TEORI HL BLUM

Disusun Oleh :

Nama : Anisa Hamidah


Kelas : 3B
Nim : P1337425221085

SARJANA TERAPAN TERAPIS GIGI


POLTEKKES KENMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
PEMBAHASAN

A.1 Gizi Buruk dan Campak di Suku Asmat

Wabah campak dan gizi buruk kembali mengancam anak-anak di Papua, 61 anak
dilaporkan meninggal dunia. Saat itu Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan sebuah
tim untuk segera ke lapangan di kabupaten Asmat, Papua, menyelesaikan masalah gizi kronis
yang sejauh ini menimbulkan setidaknya 61 korban jiwa.
Jokowi menyatakan bahwa pemerintah tidak berdiam diri terhadap kejadian luar biasa (KLB)
campak dan gizi buruk yang terjadi di wilayah paling timur Indonesia tersebut tetapi karena
di Suku Asmat Papua medanya sulit dijangkau mengakibatkan adanya hambatan.

medan yang berat menjadi permasalah utama penanganan wabah. "Medan di sana
memang sangat berat. Contoh di Nduga saja. Jalan baru ke Wamena saja 4 hari, ini sama di
Asmat juga sama. Perjalanan ada rawa, di situ harus naik boat 2 sampai 3 jam untuk biaya
ada Rp 3 sampai Rp 4 juta.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi meminta pemerintah daerah setempat berperan aktif
memeriksa dan mengawasi kondisi kesehatan masyarakatnya sehingga penyebaran penyakit
dapat dicegah dengan cepat.

SUMTim terpadu Pemerintah Kabupaten Asmat sudah diterjunkan ke tujuh distrik yang
warganya terkena wabah campak dan gizi buruk pada pekan lalu. Ketujuh distrik adalah
Swator, Aswi, Fayit, Pulau Tiga, Kolf Braza, Jetsy dan Siret.
Steven Langi Steven dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, mengatakan, selama lima hari
terakhir tim terpadu mengobati 261 anak penderita campak dan memberikan bantuan
makanan tambahan bagi 10 anak penderita gizi buruk. Tim juga memberikan vaksin campak
untuk 3.831 anak di 34 kampung di tujuh distrik itu.
Sementara itu, Pemkab Asmat membentuk lima tim yang akan memberikan imunisasi bagi
anak balita di 224 kampung di Asmat untuk mencegah KLB campak terulang di masa
mendatang.
Menindaklanjuti jumlah korban jiwa yang semakin melonjak, Direktur Surveilans dan
Karantina Kesehatan Kementerian kesehatan Elizabeth Jane Soepardi menuturkan
Kementerian Kesehatan pula akan menerjunkan tim untuk mengatasi persoalan tersebut.

Setidaknya 60 orang di Kabupaten Asmat, kebanyakan anak-anak, meninggal


sepanjang Desember lalu lantaran gizi buruk dan terserang penyakit.
Sebelumnya, Uskup Aloysius Murwito dari keuskupan Agats-Asmat menceritakan
pengalamannya berhadapan dengan anak-anak dengan kondisi minim gizi di wilayah
tersebut.Tim keuskupan Agats menemukan situasi ini saat kegiatan pelayanan Natal pada
bulan lalu di Kampung As dan Kampung Atat, distrik Pulau Tiga.Menurutnya, kondisi anak-
anak sangat memprihatikan dengan kondisi fisik yang sangat kurus.
"Saya lebih tersentak pada waktu pesta Natal lalu saya merayakan ibadah Natal di kampung
As (dan) Atat," ujar Aloysius kepada BBC Indonesia, Minggu (14/01).
"Di kampung As (dan) Atat saya menyaksikan anak-anak yang kurang gizi banyak, kurus-
kurus. Kemudian pada suatu waktu ada orang yang mati. Dan kemudian saya pergi ke situ,
layat, doa, dan kemudian dapat info dari kepala kampung, bahwa bulan Desember ada 13
orang yang meninggal dan sebagian besar anak-anak," tambahnya.Selain problem
kekurangan gizi, juga terjadi kejadian luar biasa (KLB) campak di lima distrik di Kabupaten
Asmat.

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, Elizabeth Jane


Soepardi, mengakui imunisasi yang belum optimal dan kurangnya tenaga medis diperkirakan
menjadi penyebab cepat merebaknya wabah di wilayah paling timur Indonesia tersebut.

SDM di sana masih sangat kurang dan diperkirakan hal itu yang memengaruhi anak-
anak banyak tidak diimunisasi. Mewabahnya campak dan kasus gizi buruk yang menimpa
suku Asmat mendapat perhatian banyak pihak.

Kebanyakan dari korban, meninggal sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.


Pasalnya, jarak antara Kampung As dan Atat dengan Agats, ibu kota Asmat, hanya bisa
menggunakan transportasi air dengan waktu tempuh sekitar tiga jam jika
menggunakan speed boat.
"Maka orang kampung bisa jadi bermalam di jalan. Karena itu meninggal kebanyakan ada di
kampung."Diperlukan waktu berjam-jam mendayung perahu untuk menempuh jarak
Kampung As menuju Agats, ibu kota Kabupaten Asmat.

Lalu apa yang menyebabkan kondisi kekurangan gizi ini di Asmat?


Menurut Aloysius, kondisi geografis di wilayah itu sudah tentu menjadi tantangan utama. Di
sisi lain, mutu kesehatan di Asmat juga rendah.
"Mutu pelayanan kesehatan pada umumnya rendah. Kami menyadari dari pihak gereja
sendiri, dalam refleksi kami, itu sudah kami temukan pelayanan kami juga rendah. Misalnya
saja, di As Atat ini sudah beberapa bulan petugas pustu (puskesmas pembantu) tidak
ditempat. ""Itu bukan lagu baru, tapi sudah lagu lama. Dedikasi dari petugas itu lemah,"
imbuhnya.Di sisi lain, Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pula terjadi di lima distrik di
kabupaten Asmat, yaitu Swator, Fayit, Pulau Tiga, Jetsy dan Siret.

Pemerintah Kabupaten Asmat kemudian menerjunkan tim ke lima distrik yang


terserang KLB campak dan kekurangan gizi. Selain memberikan vaksin, tim juga
memberikan bantuan makanan tambahan bagi warga, terutama bayi dan anak-anak.
Imunisasi campak-rubella (MR) diberikan untuk anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15
tahun.Sementara itu, Komisioner Bidang Kesehatan KPAI Siti Hikmawati menuturkan,
ekspedisi yang dilakukan timmnya di pedalaman Papua pada Oktober lalu menemukan
kekurangan gizi yang kronis menjadi permasalahan utama di wilayah itu."Terkait dengan
adanya kasus campak ini, dengan melihat temuan pada bulan Oktober kemarin, itu sudah
sangat berkorelasi ya, karena dengan masalah gizi yang cukup banyak, datang penyakit
sedikit saja, maka akan bisa menjadi mewabah karena kondisi gizinya cukup buruk di situ,"
kata dia.

Minimnya tenaga medis ini diamini oleh Direktur Surveilans dan Karantina
Kesehatan Kementerian kesehatan Elizabeth Jane Soepardi. Maka dari itu, ke depan
Kementerian Kesehatan akan menugaskan tim dari pusat untuk ditugaskan di wilayah
pedalaman."Kami dari Kementerian Kesehatan merencanakan untuk menempatkan tenaga-
tenaga pusat secara bergantian supaya ada kesinambungan. Selama ini kan kita selalu turun,
lalu kembali dan tidak ada yang ditinggal. Ke depan kita merencanakan akan ada tim yang
bergantian disana supaya nyambung terus, sampai tim di daerah mampu," ujarnya.
 A.2 Resume Konsep Sehat dan Pendidikan Kesehatan

Kebudayaan dan sistem sosial merupakan suatu kesatuan yang akanmempengaruhi


segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk kesehatan.Dalam UU No.36 Tahun 2009
tentang kesehatan, disebutkan bahwakesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupunsosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosialdan ekonomis. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai suatu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial(Soejoeti, 2008).
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan denganpendekatan peningkatan pengetahuan (promotif), pencegahan
penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan(rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, danberkesinambungan (Depkes, 2000).

Pendidikan Kesehatan adalah Usaha sadar untuk menimbulkan perubahan tingkah


laku hidup sehat, baik lingkungan masyarakat dan social. proses perubahan perilaku yang
dinamis di mana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang
ke orang lain tetapi juga Perubahan perilaku karena kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok,atau masyarakat sendiri.
Tujuan pendidikan Kesehatan yaitu untuk mengubah perilaku masyarakat dari tidak
sehat menjadi sehat, Menanamkan pengertian dan pemahaman terhadap beberapa aspek yang
terkait dengan pencapaian derajat sehat, Meningkatkan tindakan, kebiasaan yang positif bagi
perkembangan gaya hidup yang sehat.
Faktor yang memengaruhi Kesehatan masyarakat menurut H.L Blum ada 4 yaitu
1. Keturunan; keturunan merupakan suatu bawaan dari lahir atau disebut dengan
genetic,
2. Pelayanan Kesehatan;ketersediaan pelayanan Kesehatan di suatu daerah
memengaruhi Kesehatan masyarakat di daerah tersebut karena pelayanan Kesehatan
sebagai pemantau derajat Kesehatan masyarakat di daerah tersebut,
3. perilaku ; perilaku individu yang sehat akan berpengaruh terhadap Kesehatan
sedangkan perilaku individu yang tidak sehat cenderung menimbulkan penyakit.
4. Lingkungan ;Faktor fisik dan social masyarakat memengaruhi Kesehatan masyarakat.

A.3. Hubungan Teori H.L.Blum dengan Gizi Buruk dan Campak yang
Terjadi di Suku Asmat
Menurut H.L Blum ada 4 faktor yang memengaruhi Kesehatan masyarakat yaitu
keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan Kesehatan masyarakat.
1. Lingkungan : lingkungan di Suku Asmat Papua medanya sangat sulit dijangkau
oleh pemerintah, hal itu mengakibatkan penjalaran penyakit campak dari satu
anak ke anak lain sangat cepat dikarenakan keterlambatan penanganan. Selain itu,
penyebab terjadinya gizi buruk yakni ketidaktersedianya lahan pangan di Asmat
dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang.
2. Perilaku : kasus permasalahan kesehatan di Kabupaten Asmat ada kaitannya
dengan kehidupan masyarakat Asmat. Untuk kasus campak, cakupan imunisasi
lengkap sulit untuk dilakukan karena anak-anak yang berusia 6 bulan sudah
dibawa ke hutan sehingga sulit dijangkau oleh petugas kesehatan. Sedangkan
untuk kasus gizi buruk, pola hidup bersih dan sehat masyarakat Asmat tergolong
rendah, sekaligus ketersediaan air bersih masih minim. misalnya ketika air surut,
terjadilah becek. Anak-anak pun bermain di sana, padahal kondisinya kotor.
Setelah itu mereka makan tanpa membersihkan tangan seperti tidak terjadi apa-
apa
3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat: Minimnya tenaga kesehatan profesional juga
menjadi salah satu kendala saat menangani KLB campak dan gizi buruk di
Kabupaten Asmat. 
4. Genetik : Bentuk fisiologi masyarakat Asmat yang ada genetic kurus jika tidak
mendapatkan penanganan yang tepat akan mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
BAB II
KESIMPULAN

Perilaku sehat dan pendidikan Kesehatan perlu dipromosikan kepada


masyarakat untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat di daerah suku Asmat
tersebut. Sayangnya, ada hal yang menjadi kendala dari perilaku hidup sehat dan
pendidikan Kesehatan masyarakat di Suku Asmat.
Pada permasalahan gizi buruk dan campak di Suku Asmat ini ada empat faktor
penyebab terjadinya KLB campak dan gizi buruk di Asmat, yaitu faktor lingkungan
(40 persen), faktor perilaku sosial budaya (30 persen), faktor pelayanan kesehatan (20
persen), dan faktor genetika (10 persen).
Faktor lingkungan menjadi penyebab utama karena medan yang ada di Suku
Asmat memang sangat sulit di jangkau dan harus ber jam-jam mengakibatkan
keterlambatan penanganan selain itu di lingkungan Suku Asmat juga kurang
mencukupi bahan-bahan pangan yang bergizi seimbang.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Trikusumaadi, S. K., & Widhiyastuti, E. (2018). Wacana Gizi Buruk Asmat dalam Majalah
Kesehatan. Jurnal Ikon, 4(2), 41-51.

Pamungkas, C. (2018). Building Social Resilience on Asmat People: Social and Cultural
Perspective. Kapata Arkeologi, 111-122.

Herlan, H., Praptantya, D. B., Juliansyah, V., Efriani, E., & Dewantara, J. A. (2020). Konsep Sehat
dan Sakit pada Budaya Etnis Dayak Kebahan. ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, 9(1), 24-
38.

Hulu, V. T., Pane, H. W., Tasnim, T., Zuhriyatun, F., Munthe, S. A., Hadi, S., ... & Mustar, M.
(2020). Promosi kesehatan masyarakat. Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai