Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“PENGHILANG NYAWA“

Dosen Pengampu: Ust. Ansor Bahary, MA

Mata Kuliah Maudhui Ahkam

Oleh:

Muhammad Zulfi Hamdi

Ridwan Fahmi

Ahmad Fauzi

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Karena dengan memberikan kuasanya kepada
seluruh makhluknya. Terkhusus kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang membahas tentang “Penghilang Nyawa”. Adapun makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi teknik, penyajian maupun dari segi penyusunan.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Junjungan umat-Nya
Nabi Muhammad SAW. Nabi pemberi syafa’at di hari kelak.
Tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tanggung jawab
yang diberikan kepada kami untuk menyempurnakan mata kuliah Maudhui Ahkam,
dengan tema “Penghilang Nyawa
Terimakasih kepada dosen yang telah membebankan kami tugas ini agar kami
dapat berfikir kritis, terbuka dan terasah. Materi ini tidak akan tersampaikan jika tidak
ada dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada seluruh orang yang telah memberikan kami semangat dan motivasi untuk
menyelesaikan ini.

Jakarta, 14 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii


BAB I ..........................................................................................................................1
PENDAHULUAN ......................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................3
PEMBAHASAN ........................................................................................................3
A. Qisash dan Aborsi .........................................................................................3
B. Ayat Qisash dan Aborsi ................................................................................5
C. Kontekstualisasi Ayat....................................................................................7
A. Pembunuhan Sengaja dan Tidak Sengaja..........................................................9
C.Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .........................................................................15
BAB III .....................................................................................................................20
PENUTUP ................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejahatan bukanlah gejala baru, kejahatan sudah ada bersama
perkembangan manusia dengan segala bentuknya. Pada dekade ini sudah dikenal
dengan salah satu cara membunuh dengan cara menebarkan racun, melakukan
pemberontakan yang tidak disadari lawan untuk memperoleh kemenangan1 .
Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan ketaatan kepada Allah
salah satunya dengan bentuk bom bunuh diri sebagai salah satu tindakan jihad yang
dilakukan di pusat perkotaan, di tempat peribadatan, dan pusat keramaian. Tema
jihad di dalam Islam termasuk salah satu pembahasan besar yang sangat penting
dan memiliki pengaruh besar. Sebab, dengan dipahaminya jihad maka akan
terbentuk risalah Islam, identitas kebangsaan, kenegaraan, kedaulatan,
kemerdekaan, kemuliaan, terjaga harga diri, kehormatan, adat istiadat, budaya,
norma dan moral. Semua hal itu merupakan seperti apa yang Allah janjikan dari
kemenangan dalam jihad.
Dari berbagai fenomena bom bunuh diri yang banyak terjadi di Indonesia,
yang perlu diperhatikan khusus di kalangan para penegak hukum, agar mampu
menerapkan hukum sesuai dengan yang diharapkan. Alasan mengapa sebagian
umat Islam bersedia melakukan tindakan bom bunuh diri adalah masalah yang
sesegera mungkin dicarikan solusinya. Oleh karenanya apakah pemahaman dan
perjuangan melalui pengorbanan diri hingga mati merupakan bagian dari jihad
fisabilillah. Atas dasar itulah penyusun tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap pemaknaan jihad, dalam penelitian ini. Bagaimana keterkaitan antara
bom bunuh diri dengan hukum Islam. Oleh karena itu, penyusun berupaya
melakukan penelitian ini sehingga karta ini diberi judul “Penghilang Nyawa”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan qisash dan aborsi?
2. Apa yang dimaksud dengan pembunuhan sengaja dan tidak disengaja?
3. Apa yang dimaksud dengan bom bunuh diri dan eutanasia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui qisash dan aborsi
2. pembunuhan sengaja dan tidak disengaja
3. dengan bom bunuh diri dan eutanasia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Qisash dan Aborsi


a. Definisi Qishash dan Aborsi
Qishash berasal dari kata ‫ قصاص‬Qishâsh yang artinya
memotong atau berasal dari kata Iqtashsha yang artinya
mengikuti, yakni mengikuti perbuatan si penjahat sebagai
pembalasan atas perbuatannya. Menurut syara’ qishash ialah
hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan
maupun perusakan atau penghilangan fungsi anggota tubuh orang
lain yang dilakukan dengan sengaja. 1
Secara sederhana, Qisas dapat diartikan dengan hukuman
setimpal atas pembunuhan atau pencideraan yang dilakukan
kepada pelaku. Syekh Nawawi Al -Bantani dalam tafsirnya
menjelaskan, ayat 178 menjelaskan adanya kesetaraan dalam
pemberlakuan Qisas, baik dalam pembunuhan maupun dalam
pencideraan. Namun bagi orang yang secara suka rela dimaafkan
oleh saudaranya (pihak keluarga korban), maka hendaknya ia
menunaikan kewajibannya dengan melakukan kebaikan dan
membayar (diyat) secara suka rela. 2
Aborsi atau Abortus dalam bahasa latin, adalah
berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang

1
Bacaan Madani, Pengertian Qishash, Macam-macam, Hukum, Syarat-syarat dan Hikmah
Qishash, diakses dari https://www.bacaanmadani.com/2018/10/pengertian-qishash-
macam-macam-hukum.html, pada tanggal 5 Mei 2023, pukul 21:30.
2
Alwi Jamalulel Ubab, Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 178-179: Awal Mula Hukum Qisas dan
Hikmahnya, diakses dari https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-178-179-
awal-mula-hukum-qisas-dan-hikmahnya-jGAiv, pada tanggal 5 Mei 2023, pukul 22:30.

3
mengakibatkan kematian janin. 3 Dalam ilmu kedokteran Aborsi
adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk mengakhiri masa
kehamilan dengan sengaja sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Umumnya, aborsi disetujui berdasarkan alasan atau
pertimbangan medis tertentu karena kondisi fisi k hingga
komplikasi kehamilan yang membahayakan nyawa bayi maupun
ibu. Perlu diketahui bahwa aborsi tidaklah sama dengan
keguguran karena proses berakhirnya kehamilan terjadi tanpa
intervensi medis. 4
Aborsi di Indonesia dilegalkan dengan mimiliki syarat -
syarat tertentu, yaitu tertera pada Pasal 76 UU Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, menyampaikan bahwa syarat melakukan
aborsi yaitu sebagai berikut.
1) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ditetapkan
oleh Menteri dengan bukti sertifikat.
2) Sebelum usia kehamilan 6 minggu dan dihitung dari
hari pertama haid terakhir, kecuali ketika darurat
medis.
3) Layanan kesehatan yang disediakan sudah memenuhi
syarat yang ditetapkan langsung oleh Menteri.
4) Persetujuan ibu hamil yang bermaksud aborsi.
5) Izin dari suami, dikecualikan dalam kasus
pemerkosaan.

3
Redaksi Dalamislam, Aborsi dalam Pandangan Islam, diakses dari Aborsi dalam Pandangan
Islam - DalamIslam.com, pada tanggal 5 Mei 2023, pukul 20.10.
4
Hello Sehat, Aborsi, Prosedur Medis untuk Menggugurkan Kandungan, diakses dari Aborsi:
Definisi, Tujuan, Prosedur, dll. - Hello Sehat, pada tanggal 5 Mei 2023, pukul 20.20.

4
B. Ayat Qisash dan Aborsi
Ayat Qisash:

ِ‫اص ِِف ا لْقا تْ لاى ۖ ا ْْلُُّر ِِب ْْلُر‬ ِ ِ ِ َّ


ُ ‫ب عا لايْ ُك مُ ا لْق صا‬ ‫ين آما نُوا ُك ت ا‬ ‫اَي أايُّ اه ا ا ل ذ ا‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ‫اوا لْ عا بْ ُد ِِب لْعا بْ د او ْاْلُنْ ثا ٰى ِِب ْْلُنْ ثا ٰى ۚ فا ام ْن عُ ف اي لاهُ م ْن أاخ يه اش ْي ء‬
‫يف ِم ْن اربِ ُك ْم‬ ِ ِ ٍ ‫وف وأاد اء إِلاي هِ ِبِِح س‬ ِ ‫فااتِب اع ِِب لْم ع ر‬
ٌ ‫ك اَتْ ف‬ ‫ان ۗ ذٰا ل ا‬ ‫ْ ا‬ ْ ٌ ‫ا ا‬ ُْ ‫ا ٌ ا‬
‫اب أالِيمٌ ۞ اولا ُك ْم ِِف‬ ٌ ‫ك فا لاهُ عا اذ‬
ِ
‫او ار ْْحاةٌ ۗ فا ام نِ اعْ تا اد ٰى با عْ اد ذٰا ل ا‬
ِ ‫أُوِل ْاْلالْب‬
۞ ‫اب لاعا لَّ ُك ْم تا تَّ قُ و ان‬ ‫ا‬ ِ ‫اص اح ياا ةٌ اَي‬ ِ ‫ا لْقِ صا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah
(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hend aklah
(yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas
sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash
itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang -orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 178-179)

ِ
‫س اوا لْ عا ْْيا ِِب لْعا ْْيِ او ْاْلانْ ا‬
‫ف‬ ِ ‫أان النَّ ْف س ِِب لنَّ ْف‬
‫ا‬ َّ ‫يه ا‬‫او اك تا بْ ناا عا لايْ ِه ْم ف ا‬
‫اص ۚ فا ام ْن‬ ِ ‫لس نِ وا ْْل ر‬ ِ ‫الس َّن ِِب‬
ِ ‫ف و ْاْلُذُ ان ِِب ْْلُذُ ِن و‬ ِ ِ
ٌ ‫وح ق صا‬ ‫ا ُُ ا‬ ‫ا‬ ‫ِب ْْلانْ ا‬
‫اَّللُ فاأُولٰا ئِ ا‬
ُ‫ك ُه م‬ َّ ‫َّارةٌ لاهُ ۚ اوما ْن اَلْ اَيْ كُ ْم ِِباا أانْ از ال‬ ِِ
‫تاصا َّد اق ب ه فا ُه او اك ف ا‬
۞ ‫ال ظَّالِ ُم و ان‬
Artinya: “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At
Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata,
hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka

5
luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak
qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (me njadi) penebus dosa baginya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Maidah
: 45)

Ayat Aborsi:

‫أاواَل دا ُك ْم ِم ْن إِ ْم اَل ٍق ۖ اَنْ ُن نا ْر ُزقُكُ ْم اوإِ ََّي ُه ْم‬


ْ ‫اواَل تا ْق تُ لُوا‬
Artinya: “dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS.
Al-An’am : 151)

‫أاواَل دا ُك ْم اخ ْش ياةا إِ ْم اَل ٍق ۖ اَنْ ُن نا ْر ُزقُ ُه ْم اوإِ ََّي ُك ْم ۚ إِ َّن‬


ْ ‫اواَل تا ْق تُ لُوا‬
‫قا تْ لا ُه ْم اك ا ان ِخ طْئًا اك بِريًا‬
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak -anakmu karena
takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada
mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah suatu dosa yang besar”. (QS. Al-Isra’ : 31)

‫اَّللُ إِ ََّل ِِب ْْلا ِق ۗ اوما ْن قُتِلا ما ظْ لُومً ا فا قا ْد‬


َّ ‫س ا لَّ ِِت اح َّرما‬
‫اواَل تا ْق تُ لُوا النَّ ْف ا‬
ِ
ً ُ‫ف ِِف ا لْقا تْ ِل ۖ إ نَّهُ اك ا ان ما نْ ص‬
‫ورا‬ ً ‫اج عا لْ ناا لِ اولِيِهِ ُس لْ طا‬
ْ ِ‫اًن فا اَل يُ ْس ر‬
Artinya: “Janganlah kalian membunuh jiwa yan g diharamkan oleh
Allah untuk dibunuh kecuali demi kebenaran seperti, misalnya,
orang itu pantas untuk dibunuh sebagai kisas atau hukuman
baginya. Barangsiapa dibunuh secara zalim, maka Kami berikan
kepada keluarga terdekatnya kekuasaan penuh untuk menuntu t
balas (kisas) si pembunuhnya kepada hakim. Tetapi tidak
diperkenankan bagi mereka melampaui batas dalam membunuh
seperti, misalnya, membunuh orang tidak melakukannya atau

6
membunuh dua orang sebagai pembalasan atas terbunuhnya satu
orang. Sesungguhnya Allah menolongnya dan telah mewajibkannya
untuk melakukan kisas atau memilih diyat. Maka tidak dibenarkan
sama sekali untuk melampaui batas ”. 5 (QS. Al-Isra’ : 33)

b. Sebab Turun Ayat


Qisash:
Diriwayatkan dari Qatadah, asy Sya’bi, dan sejumlah
tabi’in bahwa di kalangan masyarakat Jahiliyyah yang lalim.
Apabila mereka mempunyai kekuatan jika salah seorang budak
mereka dibunuh oleh budak suku lain, mereka menuntut balasan
dengan membunuh orang merdeka dari suku yang budaknya tadi
telah melakukan pembunuhan terhadap budak mereka. Perlakuan
seperti ini adalah bentuk meninggikan suku mereka atas suku
lain. Kemudian perempuan yang dibunuh oleh perempuan dari
suku lain, mereka menunut balas dengan membunuh lelaki dari
suku tersebut. Maka Allah menurunkan ayat i ni, memberitahukan
bahwa budak dibunuh dengan balasan pembunuhan atas budak,
dan Wanita dibunuh dengan balasan pembunuhan atas Wanita,
dan demikian Allah melarang mereka berbuat lalim. 6

C. Kontekstualisasi Ayat
Qisash:

Pada ayat di atas Syaikh Ali ash-Shabuni dalam tafsirnya


menyebutkan ada tiga faidah pada ayat Qishash. 7

- Terdapat kata “saudara” yang merupakan bentuk belas kasih,


yang dimana mendorong seseorang untuk memaafkan. Kata

5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 7, hal. 460.
6
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Damaskus: Darul Fikr) Juz 1, hal. 356.
7
Muhammad Ali ash Shabuni, Shafwatu at-Tafsir, (Beirut: Darul Qur’anil Karim) Juz 1 hal.
120.

7
“saudara” yang disebutkan kepada pelaku disini
mengingatkan bahwa dia adalah saudara seagama, saudara
semanusia, sehingga menimbulkan rasa bela s kasih diantara
mereka. Lalu terjadilah diantara mereka saling memaafkan,
melakukan kebaikan dan menunaikan diyat dengan baik.
- Pada umat Bani Israil tidak disyariatkan diyat, hanya qishash
saja yang berlaku. Sedangkan pada umat Nasrani ada diyat
dan memaafkan, akan tetapi jika memaafkan harus mutlak
tanpa ada diyat. Allah SWT memuliakan umat Nabi
Muhammad dengan memberikan tiga pilihan yang tadi, yaitu
qishash, diyat, dan memaafkan.
- Kalimat “walakum fi al-qishashi hayatun” merupakan
balaghah dengan derajat yang tinggi, yang juga menjadi bukti
bahwa al-Qur’an adalah kalamullah. Di ayat ini Bahasa yang
indah diungkapkan oleh Allah, sebab berlakunya hukum
qishash akan menjadi penangkal atau penghalang bagi orang
lain untuk melakukan perbuatan yang sama.

Aborsi:

Beberapa ulama mazhab fiqih memiliki pendapat tentang


aborsi, seperti Imam Malik melarang sejak awal dilakukan aborsi
dan termasuk dosa besar serta dapat dikenakan hukuman.
Sedangkan Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad
bin Hanbal beranggapan bahwa kehidupan awal manusia ketika
janin berusia pada akhir bulan ke empat, karena janin telah
diberikan ruh. Artinya, pengguguran kandungan sebelum empat
bulan dianggap bukan dosa besar dan tidak dikenakan sanksi. 8

8
Maria Ulfah, Fikih Aborsi, Jakarta: Kompas, 2006.

8
Kemudian MUI menyatakan fatwa tentang aborsi, bahwa
hukumnya adalah haram, kecuali bagi seseorang yang dalam
keadaan darurat, dan aborsi karena keadaan darurat tersebut
hanya diperbolehkan sebelum usia janin 40 hari. Undang -Undang
menyatakan bahwa hukum aborsi adalah dilarang, kecuali
indikasi medis, dan aborsi dilakukan sebelum 42 hari sejak hari
pertama haid terakhir. 9

A. Pembunuhan Sengaja dan Tidak Sengaja


a. Definisi Pembunuhan Sengaja dan Tidak Sengaja
Pembunuhan Disengaja:

Dalam literatur pidana islam, istilah pembunuhan disebut


dengan al-qatl. Kata tersebut berasal dari kata qatala yang sinonimnya
amata yang artinya mematikan.10 Secara terminologis, pembunuhan
yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, pembunuhan


adalah perampasan atau penghilangan nyawa seseorang oleh orang
lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh fungsi vital
anggota badan karena berpisahnya roh dengan jasad korban 11
2. Menurut Ibrahim Unais, sebagaimana dikutip oleh Asep
Saepuddin Jahar, pembunuhan adalah perbuatan yang
menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang.

9
Faisol Rizal, Istimbat Hukum Islam di Indonesia (Studi Penetapan Fatwa MUI No. 4 Tahun
2005 Tentang Aborsi), Skripsi Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
10
Asep Saepuddin Jahar, Loc. Cit., h.148
11
Mustofa Hasan & Beni Ahmad Saebani, Loc. Cit., h.148

9
3. Menurut Wahbah Zuhaili, sebagaiman dikutip oleh Asep
Saepuddin Jahar, pembunuhan adalah perbuatan manusia yang
mengilangkan kehidupan.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dibedakan antara
pembunuhan dan membunu. Pembunuhan diartikan sebagai
proses, perbuatan, atau cara membunuh. Adapun membunuh
berarti mematikan, menghilangkan, menghabisi yang berakibat
pada hilangnya nyawa.12

Pembunuhan sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan


dengan kesengajaan, di mana seseorang telah memiliki niat dan
kehendak untuk sengaja ingin membunuh orang Muslim13. Dalam
hukum Islam, tindak pembunuhan adalah satu di antara beberapa
dosa besar yang konsekuensinya sangat berat di hadapan Allah
swt. Begitu berbahayanya dosa tindak pembunuhan, sampai Allah
berfirman dalam al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 32 yang intinya
ialah bahwa membunuh satu manusia sama seperti membunuh
semua manusia.

Pembunuhan tidak sengaja:

Pembunuhan tidak sengaja (khata) adalah perbuatan yang


dilakukan oleh seseorang dengan tidak ada unsur kesengajaan yang
mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Sebagai contoh dapat
dikemukakan bahwa seseorang melakukan penebangan pohon yang

12
Anton. M. Moeliono,et al. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
h.138
13
Asadullah al-Faruq, Hukum Pidana dalam system Hukum Islam (Bogoc Ghalia Indonesia,
Cet.1,2009,h.48.)

10
kemudia pohon yang ditebang itu tiba-tiba tumbang dan menimpa
orang yang lewat lalu meinggal dunia.14

b. Ayat Pembunuhan Sengaja dan Tidak Sengaja


Pembunuhan Sengaja:

‫س ۢا‬ً ‫ع ٰلى َب ِن ْي اِس َْر ۤا ِء ْي َل اَنَّهٗ َم ْن قَت َ َل نَ ْف‬


َ ‫ِم ْن اَجْ ِل ٰذ ِل َك ۛ َكت َ ْبنَا‬
‫اس َج ِم ْيعً ۗا‬ َ َّ‫ض فَ َكاَنَّ َما قَت َ َل الن‬ ِ ‫سا ٍد فِى ْاْلَ ْر‬ َ َ‫ِبغَي ِْر نَ ْف ٍس ا َ ْو ف‬
‫سلُنَا‬ ُ ‫اس َج ِم ْيعًا َۗولَقَ ْد َج ۤا َءتْ ُه ْم ُر‬ َ َّ‫َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكاَنَّ َما اَحْ يَا الن‬
‫ض لَ ُمس ِْرفُ ْون‬ ِ ‫ت ث ُ َّم ا َِّن َكثِي ًْرا ِم ْن ُه ْم َب ْعدَ ٰذ ِل َك فِى ْاْلَ ْر‬ ِ ‫ ِب ْال َب ِي ٰن‬.
Artinya: “ Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani
Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena
orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat
kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua
manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua
manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi
kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di
bumi.”

‫ب‬ ِ ‫َو َم ْن يَّ ْقت ُ ْل ُمؤْ ِمنًا ُّمتَعَ ِمدًا فَ َجزَ ۤاؤ ُٗه َج َهنَّ ُم خَا ِلدًا فِ ْي َها َوغ‬
َ ‫َض‬
َ ‫عذَابًا‬
‫ع ِظ ْي ًما‬ َ ٗ‫عدَّ لَه‬َ َ ‫علَ ْي ِه َولَ َعنَهٗ َوا‬َ ُ‫ّٰللا‬.
‫ه‬
Artinya: “Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman
dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, dia

14
Zainuddin Ali, Op. Cit., h. 24

11
kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya
serta menyediakan azab yang besar baginya.”

Pembunuhan Tidak Sengaja:

‫طـًٔا ۚ َو َم ْن قَت َ َل ُمؤْ ِمنًا‬ َ ‫َو َما َكانَ ِل ُمؤْ ِم ٍن ا َ ْن يَّ ْقت ُ َل ُمؤْ ِمنًا ا َِّْل َخ‬
‫سلَّ َمةٌ ا ِٰلى ا َ ْه ِله ا َِّْل ا َ ْن‬ َ ‫طـًٔا فَتَحْ ِري ُْر َرقَ َب ٍة ُّمؤْ ِمنَ ٍة َّو ِد َيةٌ ُّم‬ َ ‫َخ‬
‫عد ٍُو لَّ ُك ْم َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَتَحْ ِري ُْر‬ َ ‫صدَّقُ ْوا ۗ فَا ِْن َكانَ ِم ْن قَ ْو ٍم‬ َّ َّ‫ي‬
ٌ‫اق فَ ِديَة‬ ٌ َ ‫َرقَبَ ٍة ُّمؤْ ِمنَ ٍة َۗوا ِْن َكانَ ِم ْن قَ ْو ٍۢم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَ ُه ْم ِم ْيث‬
‫صيَا ُم‬ ِ َ‫سلَّ َمةٌ ا ِٰلى ا َ ْه ِله َوتَحْ ِري ُْر َرقَبَ ٍة ُّمؤْ ِمنَ ٍة ۚ فَ َم ْن لَّ ْم يَ ِج ْد ف‬ َ ‫ُّم‬
‫ع ِل ْي ًما َح ِك ْي ًما‬
َ ُ‫ّٰللا‬‫ّٰللا َۗو َكانَ ه‬ ِ ‫ش ْه َري ِْن ُمتَت َا ِب َعي ِۖ ِْن ت َْو َبةً ِمنَ ه‬َ .
Artinya: “Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh
seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak
sengaja). Barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena
tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga si terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si
terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang
beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu,
maka (hendaklah si pembunuh) membayar tebusan yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak
mendapatkan (hamba sahaya), maka hendaklah dia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat
kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

12
c. Sebab Turun Ayat
Pembunuhan Sengaja:

Sebab turunnya ayat ini diperselisihkan. Mujahid dan lain-


lain berkata: “Ayat ini turun berkenaan dengan`Iyasy bin Abi
Rabi’ah saudara seibu Abu Jahal. Ibunya yaitu Asma’ binti
Makhramah. Hal itu karena `Iyasy membunuh al-Harits bin Yazid
al-Ghamidi, seorang laki-laki yang penah menyiksanya bersama
saudaranya (Abu Jahal) karena masuk Islam. `Iyasy lalu
menyembunyikan kemarahan kepada orang itu. Laki-laki (al-
Harits) tersebut kemudian masuk Islam dan hijrah,
sedangkan`Iyasy tidak mengetahuinya. Ketika hari fat-hu Makkah,
dia melihat lalu menyangka bahwa laki-laki (al-Harits) itu masih
menganut agamanya, sehingga `Iyasy pun menyerangnya dan
membunuhnya. Lalu, Allah menurunkan ayat ini.”

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata: “Ayat ini turun


tentang Abud Darda’ yang membunuh seorang laki-laki yang telah
mengucapkan kalimat keimanan, di saat ia mengangkat pedangnya
dan dia pun menebaskan pedang padanya dan dia telah
mengucapkan (kalimat keimanan) itu. Ketika diceritakan kepada
Nabi saw, Abud Darda’ berkata: `Dia mengucapkannya hanya
untuk melindungi diri.’ Beliau bersabda: `Apakah engkau belah
dadanya?’ Kisah ini terdapat dalam kitab shahih, tetapi bukan
mengenai Abud Darda. (Pelaku kisah sebagaimana dalam hadits
shahih adalah Usamah bin Zaid)

Pembunuhan Tidak Sengaja:

13
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari
‘Ikrimah, diriwayatkan pula oleh Ibnu Ishak dan Abu Ya’la, Al-
Harts bin Abi Usamah, Abu Muslim Al-Kaji yang bersumber dari
Al-Qasim bin Muhammad, diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Hatim
dari Sa’id bin Jubair yang bersumber dari Ibnu Abbas yang
peristiwanya seperti ini: bahwa Al-Harts bin Yazid dari suku bani
‘Amr bin Lu’ay beserta Abu Jahl pernah menyiksa ‘Iyasy bin Abi
Rabi’ah. Pada suatu hari Al-Harts hijrah kepada Nabi Saw dan
bertemu dengan ‘Iyasy di kampung Al-Harrah. ‘Iyasy seketika
mencabut pedangnya dan langsung membunuh Al-Harts yang
dikira masih bermusuhan juga (belum masuk Islam). Kemudian
‘Iyasy menceritakannya kepada Nabi Saw. Maka turunlah ayat ini
(An-Nisa ayat 92) sebagai ketentuan hukum bagi pembunuh yang
keliru terhadap seorang mukmin.

d. Kontekstualisasi Ayat
Pembunuhan Sengaja:

Perlu diketahui, berbagai hukuman yang disebutkan dalam


ayat ini diancamkan kepada si pembunuh mukmin, yang
membunuh mukmin yang lain dengan sengaja, adalah merupakan
azab ukhrawi, yaitu azab yang akan diterima di akhirat kelak.
Sedang di dunia ini, berlaku hukuman duniawi yang dilakukan
oleh pihak penguasa. Menurut peraturan yang telah ditentukan
dalam agama, yaitu: apabila dalam sidang pengadilan seseorang
telah terbukti bersalah, maka terhadapnya dijatuhkan dan
dilaksanakan hukum kisas, yaitu pembalasan yang setimpal,
nyawa dengan nyawa. Tetapi, apabila ahli waris dari yang

14
terbunuh memberikan maaf dan tidak menghendaki pelaksanaan
hukuman kisas terhadap si pembunuh, maka pihak si pembunuh
diwajibkan membayar diat, yang harus dilaksanakan dengan cara
yang baik. Artinya: harus dibayar oleh yang bersangkutan pada
waktu dan dengan jumlah yang ditetapkan oleh pengadilan tanpa
mengulur-ulur waktu. Sebaliknya pihak yang akan menerima harus
bersabar sampai datangnya waktu yang telah ditetapkan dan tidak
mendesak.

Pembunuhan Tidak Sengaja:

Mengenai "ketidaksengajaan" dalam pembunuhan yang


disebut dalam ayat ini, ialah ketidak sengajaan yang disebabkan
karena kecerobohan yang sesungguhnya dapat dihindari oleh
manusia yang normal. Misalnya apabila seorang akan melepaskan
tembakan atau lemparan sesuatu yang dapat menimpa atau
membahayakan seseorang, maka ia seharusnya meneliti terlebih
dahulu, ada atau tidaknya seseorang yang mungkin menjadi
sasaran pelurunya tanpa sengaja. Kecerobohan dan sikap tidak
berhati-hati itulah yang menyebabkan pembunuh itu harus dikenai
hukuman, walaupun ia membunuh tanpa sengaja, agar dia dan
orang lain selalu berhati-hati dalam berbuat terutama yang
berhubungan dengan keamanan jiwa manusia lainnya.

C.Bom Bunuh Diri dan Eutanasia


a. Definisi Bom Bunuh Diri dan Eutanasia

Kata bom berasal dari bahasa Yunani βόμβος (bombos), sebuah


istilah yang meniru suara ledakan ‘bom’ dalam bahasa tersebut. Dalam

15
KamusBesar Bahasa Indonesia diartikan sebagai senjata peledak;
peluru besar yang isinya mampu meledak. Bunuh diri(dalam bahasa
Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal denganistilah harakiri)
adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang
lain.Bunuh diri adalah mematikan diri sendiri, sedangkan bom bunuh diri
yaitu seseorang yang bunuh diri menggunakan alat peledak dalam rangka
memenuhi ambisinya. Biasanya bom bunuh diri dilakukan pada situasi
perang yang sudah tidak menemukan jalan lagi, dalam arti jalan
buntuuntuk dapat mengalahkan musuhnya.Bom adalah alat yang
menghasilkan ledakan yang mengeluarkan energi secara besar dan cepat.
Ledakan yang dihasilkan menyebabkan kehancuran dan kerusakan
terhadap benda mati dan benda hidup disekitarnya.Bom bunuh diri atau juga
dikenal sebagai bom manusia (human bombing) menurut Nawaf Hail
Takruriadalah aktivitas seorang (mujahid) mengisi tas atau mobilnya
dengan bahan peledak, atau melilitkan bahan peledak pada tubuhnya,
kemudian menyerang musuh di tempat mereka berkumpul. menurut
Muhammad Tha’mah Al-Qadah, bom bunuh diriadalah aktivitas seorang
mujahid yang melemparkan dirinya pada kematian untuk melaksanakan
tugas berat, dengan kemungkinan besar tidak selamat, akan tetapi dapat
memberi manfaat besar bagi kaum muslimin.15
Bom bunuh diri yaitu kegiatan bunuh diri yang
dilatarbelakangi keyakinan oleh pelaku bahwa perbuatan tersebut
merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk memperjuangkan
kebenaran. Dalam bahasa arab, bom bunuh diri disebut intihaar, yang
berasal dari kata kerja naharayang berarti menyembelih (dzabaha) dan
membunuh (qatala). Artinya seseorang menyembelih dan membunuh
dirinya sendiri.16

15
Muhammad Tha’mah al-Qadah, Aksi Bom Syahid dalam Pendangan Hukum Islam (al-
Mughamarat bi an-Nafsi fi al-Qital wa Hukmuha fi al-Islam), (Bandung: Pustaka Umat,
2002), 17
16

16
Adapun Eutanasia berasal dari kata “eu” artinya baik,bagus dan
“thanatos” artinya mati. Jadi eutanasia artinya mati yang baik tanpa
melalui proses kematian dengan rasa sakit atau penderitaan yang
berlarut-larut.
Dari pengertian tersebutdapat disimpulkan bahwa eutanasia
adalah usaha dan bantuan yang dilakukan untuk mempercepat
kematian seseorang yang menurut perkiran sudah hampir mendekati
kematian, dengan tujuan untuk meringankan atau membebaskannya
dari penderitaannya.17

b. Ayat – Ayat
- Qs. Al-Anfal ayat 60

‫عد َُّو ُك ْم َوآخ َِرينَ مِ ْن دُو ِن ِه ْم َْل‬ ِ َّ ‫عد َُّو‬


َ ‫ّٰللا َو‬ َ ‫ط ْعت ُ ْم مِ ْن قُ َّو ٍة َومِ ْن ِربَاطِ ْال َخ ْي ِل ت ُ ْر ِهبُونَ ِب ِه‬
َ َ‫َوأ َ ِعدُّوا لَ ُه ْم َما ا ْست‬
َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ ‫ف ِإلَ ْي ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم َْل ت‬ ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
َّ ‫ّٰللا ي َُو‬ َ ‫ش ْيءٍ فِي‬ َ ‫ّٰللاُ َي ْعلَ ُم ُه ْم َو َما ت ُ ْن ِفقُوا مِ ْن‬
َّ ‫تَ ْعلَ ُمو َن ُه ُم‬
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.
Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

- Qs. An- Nisa ayat 29


‫اض ِم ْن ُك ْم ۗ َو َْل تَ ْقتُلُ ْوا‬
ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ‫يٰ ا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َْل تَأ ْ ُكلُ ْوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالبَاطِ ِل ا َِّْل ا َ ْن تَ ُك ْونَ ِت َج‬
َ ً ‫ارة‬
‫ّٰللا َكانَ ِب ُك ْم َرحِ ْي ًما‬
َ ‫س ُك ْم ۗ ا َِّن ه‬
َ ُ‫ا َ ْنف‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan

17
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), 32.

17
yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”

- Q.s al-An‘am [6]: 151


ِ ‫س الَّتِي َح َّر َم هللاُ إِْلَّ ِب ْال َح‬
‫ق‬ َ ‫َوْلَ تَ ْقتُلُوا ال َّن ْف‬

“Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk


membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.”

c. Tafsir Ayat
Dalam bukunya yang berjudul Islam yang Saya Pahami, Quraish Sihab
mengatakan bahwa penafsiran kata “menggetarkan” dalam ayat di atas dipahami
oleh para teroris sebagai izin melakukan teror. Salah satunya dengan melakukan
bom bunuh diri. Padahal jika membaca secara holistik ayat-ayat yang berbicara
tentang perang maka kita temui tujuan dari perang yang dilakukan Nabi adalah
untuk menciptakan kedamaian, maka penafsiran yang mendukung aksi teror
sangatlah jauh dan bertentangan dari pesan damai yang diajarkan oleh Rasul.
Jika ditinjau dari kajian tafsir maqashidi dalam memaknai ayat ke 60
tersebut, maka kita dapat menepis adanya kesalahan dalam penafsiran tersebut.
Bahwa makna kata “menggetarkan” bukanlah berarti seenak diri untuk
melakukan tindakan yang merugikan orang lain, karena substansi dari
menggetarkan itu adalah ketika kita telah menyiapkan perlengkapan dan
peralatan perang dengan sebaik-baiknya sehingga membuat musuh takut (lebih
kepada pengamanan atau bentuk kewaspadaan). Hal ini senada dengan pendapat
Ath-Thabari dalam tafsirnya yang mengatakan ayat ini adalah ayat bertahan
(defend) bukan penyerangan.
Musuh dalam ayat tersebut diartikan bukan non-muslim secara umum,
melainkan orang-orang non-muslim yang tergolong sebagi kafir harbi yang
berkhianat terhadap perjanjian yang telah ditandatangani sebagaimana
penejalasan Imam Al-Biqa’i dalam tafsir Nadzm al-Durar, beliau mengatakan
bahwa umat Yahudi mengingkari isi perjanjian dengan menginjak-injaknya dan

18
memerangi umat Islam untuk itu kita diperintahkan untuk mempersiapkan
kekuatan fisik dan juga peralatan perang dengan semaksimal mungkin. Hal di
atas didukung pula dengan statemen yang dijelaskan oleh Abdul Mustaqim
dalam kitab Tafsir Maqashidi nya beliau mengatakan bahwa Rasul ketika ber-
mu’amalah dengan non-muslim (kafir) tidak lantas memerangi secara langsung,
hanya Rasul melihat bagaimana perlakuan orang kafir tersebut kepada umat
Islam, jika kafir tersebut melakukan teror atau memerangi umat Islam maka
Rasul juga akan membencinya dan sebaliknya, jika kebaikan yang diterima oleh
umat Islam maka beliau akan mencintai orang kafir sebagaiman mencintai umat
Islam. Dalam kajian tafsir maqashidi aksi teror dengan melakukan bom bunuh
diri tidak dibenarkan di dalam agama, sebab salah satu ajaran dari maqhasid
syariah adalah hifdz al-nafs (menjaga jiwa), artinya Islam memosisikan jiwa
secara terhormat dan mulia bukan menganggapnya sebagai hal yang hina. Tidak
dibenarkan melakukan aksi teror dengan pengeboman diri, sebab selain
merugikan diri sendiri hal demikian juga sangat merugikan orang lain.
Oleh karenanya, dari hasil penafsiran maqashidi di atas, kita yakini bahwa
Islam hadir bukan sebagai agama yang marah melainkan agama yang ramah atau
rahmatan lil ‘alamin, yakni agama yang menyebarkan pesan-pesan kedamaian
dan cinta kasih apapun bentuknya dan kepada siapapun objeknya. Sedangkan
aksi terorisme, baik melakukan bom bunuh diri, ataupun membunuh orang non-
muslim yang jelas-jelas tidak memerangi kita bukanlah ajaran dari agama Islam
dan tidak dibenarkan adanya.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bom bunuh diri yaitu kegiatan bunuh diri yang dilatarbelakangi keyakinan
oleh pelaku bahwa perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk
memperjuangkan kebenaran. Sedangkan eutanasia adalah usaha dan bantuan yang
dilakukan untuk mempercepat kematian seseorang yang menurut perkiran
sudah hampir mendekati kematian, dengan tujuan untuk meringankan atau
membebaskannya dari penderitaannya.

Adapun dalam memaknai Q.s Al Anfal ayat ke 60 , maka kita dapat menepis adanya
kesalahan dalam penafsiran tersebut. Bahwa makna kata “menggetarkan” bukanlah
berarti seenak diri untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain, karena
substansi dari menggetarkan itu adalah ketika kita telah menyiapkan perlengkapan
dan peralatan perang dengan sebaik-baiknya sehingga membuat musuh takut (lebih
kepada pengamanan atau bentuk kewaspadaan). Hal ini senada dengan pendapat At
Thabari dalam tafsirnya yang mengatakan ayat ini adalah ayat bertahan (defend)
bukan penyerangan. Islam hadir bukan sebagai agama yang marah melainkan agama
yang ramah atau rahmatan lil ‘alamin, yakni agama yang menyebarkan pesan-pesan
kedamaian dan cinta kasih apapun bentuknya dan kepada siapapun objeknya.
Sedangkan aksi terorisme, baik melakukan bom bunuh diri, ataupun membunuh orang
non-muslim yang jelas-jelas tidak memerangi kita bukanlah ajaran dari agama Islam
dan tidak dibenarkan adanya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bacaan Madani, Pengertian Qishash, Macam-macam, Hukum, Syarat-


syarat dan Hikmah Qishash, diakses dari
https://www.bacaanmadani.com/2018/10/pengertian-qishash-macam-macam-
hukum.html, pada tanggal 5 Mei 2023, pukul 21:30.

Alwi Jamalulel Ubab, Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 178-179: Awal Mula
Hukum Qisas dan Hikmahnya, diakses dari https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-
surat-al-baqarah-ayat-178-179-awal-mula-hukum-qisas-dan-hikmahnya-
jGAiv, pada tanggal 5 Mei 2023, pukul 22:30.

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, (Jakarta: Rajawali


Press, 1995), 32.

Redaksi Dalamislam, Aborsi dalam Pandangan Islam, diakses dari


Aborsi dalam Pandangan Islam - DalamIslam.com, pada tanggal 5 Mei 2023,
pukul 20.10.

Hello Sehat, Aborsi, Prosedur Medis untuk Menggugurkan Kandungan,


diakses dari Aborsi: Definisi, Tujuan, Prosedur, dll. - Hello Sehat, pada tanggal
5 Mei 2023, pukul 20.20.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol.


7, hal. 460.

Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Damaskus: Darul Fikr) Juz 1,


hal. 356.

Muhammad Ali ash Shabuni, Shafwatu at-Tafsir, (Beirut: Darul


Qur’anil Karim) Juz 1 hal. 120.

Maria Ulfah, Fikih Aborsi, Jakarta: Kompas, 2006.

21
Faisol Rizal, Istimbat Hukum Islam di Indonesia (Studi Penetapan Fatwa
MUI No. 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi), Skripsi Sarjana Hukum Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Asep Saepuddin Jahar, Loc. Cit., h.148

Mustofa Hasan & Beni Ahmad Saebani, Loc. Cit., h.148

Anton. M. Moeliono,et al. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Balai Pustaka, 1989), h.138

Asadullah al-Faruq, Hukum Pidana dalam system Hukum Islam (Bogoc


Ghalia Indonesia, Cet.1,2009,h.48.)

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, (Jakarta: Rajawali


Press, 1995), 32.

22

Anda mungkin juga menyukai