Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KAMPUNG ADAT URUG


Makalah ini untuk menyelesaikan salah satu tugas mata Pelajaran Bahasa Sunda

Guru Mata Pelajaran : Cecep Rahman, S.S

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Anggota:

Sri nurfajriah
Dea indriyani
Alfian
Muhammad rizki

SMK KHZ MUSTHAFA SUKAMANAH


SUKARAPIH SUKARAME
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul:
Kampung Adat Urug.

Berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan
rasa hormat dan terimakasih kepada Bapak Cecep Rahman, S.S Guru Pelajran
Bahasa Sunda di SMA KHZ Musthafa yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian kami
telah berusaha dengan segala kemampuan yang kami miliki sehingga dapat selesai
dengan baik. Oleh karena itu dengan rendah hati dan tangan terbuka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Sukamanah, 13 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Asal Usul Kampung Adat Urug....................................................................3
B. Upacara Kampung Adat Urug.......................................................................4
C. Rumah Kampung Adat Urug........................................................................5
D. LOKASI KEGIATAN..................................................................................6
BAB III....................................................................................................................7
PENUTUP................................................................................................................7
E. KESIMPULAN.............................................................................................7
F. B. Saran.........................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap Negara memiliki ciri khas adat istiadat. Bahkan
terkadang disuatu daerah tertentu pun memiliki berbagai keunikannya yang
berbeda-beda, di Indonesia sendiri memiliki berbagai budaya, adat istiadat,
kesenian, pakaian adat, hingga masyarakat adat. Dari berbagai macamnya
kebudayaan yang berada di Indonesia itu sendiri, perlu adanya peran masyarakat
serta pemerintah dalam turut melestarikan budaya leluhur mereka itu sendiri agar
tetap terawat serta terjaga dengan baik.

Pada awalnya Kampung Adat adalah kumpulan beberapa desa yang


menggunakan adat sebagai pilar kehidupan bermasyarakat. Ada tersebut dijaga
dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini. Kampung adat
biasanya terletak di kampung terpencil dan asing pada teknologi dan kehidupan
modern. Seiring berjalannya waktu dan melihat pada kepentingan umum,
pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
keberadaan Kampung Adat dan mencanangkan program pelestarian berdasarkan
pendidikan dan penelitian pada kampung-kampung adat tersebut.

Kampung adat secara resmi adalah Kampung Adat yang diakui dan
dilindungi oleh Negara. Salah satu Kampung Adat di Provinsi Jawa Barat adalah
Kampung Adat Urug yang terletak di Desa Kiara Pandak Kecamatan Sukajaya
Kabupaten Bogor.

Kampung Urug merupakan salah satu Kampung Adat peninggalan Prabu


Siliwangi, di Kampung Urug ini masyarakatnya moyoritas beragama Islam.
Namun, mereka masih percaya terhadap leluhur dan menjalankan ritual-ritual
sesuai dengan ajaran nenek moyang. Dalam laporan ini kami akan mencoba
memaparkan hasil observasi mulai dari awal mula berdirinya Kampung Adat
Urug sampai kepada upacara-upacara adat yang ada didalamnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, objek dari penelitian ini adalah
Kampung Adat Urug di Desa Kiara Pandak Kecamatan Sukajaya Kabupaten

1
Bogor. Fokus penelitian ini dibatasi pada masalah sejarah, upacara, peninggalan,
rumah adat, dan keagamaan di kampung adat tersebut. Agar pembahasan ini lebih
terarah, maka perlu dirumuskan permasalahan-permasalahan tersebut berdasarkan
pertanyaan-prtanyaan berikut:

1. Bagaimana sejarah Kampung Adat Urug?


2. Apa saja upacara-upacara yang dilaksanakan di Kampung Adat Urug?
3. Bagaimana bentuk dan tujuan dari rumah adat di Kampung Adat Urug?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari observasi yang kita lakukan ini yaitu untuk :
1. Mengetahui sejarah Kampung Adat Urug
2. Mengetahui upacara-upacara yang dilaksanakan di Kampung Adat Urug
3. Mengetahui bentuk dan tujuan dari rumah adat di Kampung Adat Urug

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Kampung Adat Urug

Masyarakat kampung Urug menganggap bahwa mereka berasal dari


keturunan Prabu Siliwangi dikerajaan padjajaran Jawa Barat. Bukti dari anggapan
tersebut diantaranya dapat dilihat dari konstruksi bangunan rumah tradisional di
Kampung Urug, sambungan pada kayu rumah tersebut sama dengan sambungan
terdapat pada salah satu bangunan yang ada di Cirebon yang merupakan sisa-sisa
peninggalan padjajaran. Salah seorang keturunan Prabu Siliwangi yang dianggap
leluhur Kampung Urug bernama Embah Dalem Batutulis atau Embah Buyut.

Kata Urug dijadikan nama kampung karena menurut mereka berasal dari
kata “GURU” yakni dengan mengubah cara membacanya yang biasanya dari kiri
sekarang dibaca dari sebelah kanan. Kata “GURU” menurut etimologi rakyat
adalah akronim dari DIGUGU DITIRU. Yang artinya dipatuhi dan diteladani
segala pengajaran serta petuahnya. Selain mengenal sejarah kerajaan padjajaran,
masyarakat kampung urug sendiri sering mengadakan berbagai upacara
keagamaan. Salah satu upacaranya adalah upacara Seren Taun, yang merupakan
upacara panen hasil bumi sebagai wujud rasa syukur atas rizki pertanian yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Upacara tersebut biasanya dilaksanakan
setiap tanggal 10 Muharam. Masyarakat kampung urug mayoritas pekerjaannya
sebagai petani.

3
B. Upacara Kampung Adat Urug
Masyarakat Kampung Adat Urug hingga kini masih melaksanakan
berbagai upacara atau ritual adat yaitu diantaranya:

a. Muludan, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW (tanggal 12


Rabbi’ul Awal). Dalam acara ini ketua Adat bersama warga khusus
mengirim do’a untuk nabi Muhammad karena sudah berjasa membawa
agam Islam. Biasanya dalam acara tersebut dihidangkan makanan-makanan
khas daerah dan olahan lauk-pauk yang akan dibagikan kepada warga
setelah di doakan.
b. Seren taun (Sukuran hasil panen) dilaksanakan sebagai ungkapan rasa sukur
dari petani yang dipimpin oleh ketua Adat, rasa sukur ini ditujukan kepada
yang pertama telah memberikan bibit pokok dalam masalah pangan kepada
manusia, yaitu yang maha kuasa pertama karena pada hakekatnya bumi
tempat tumbuh berbagai macam tanaman yang bermanfaat bagi manusia,
maka ketika akan mengambilnya harus meminta izin kepada yang punya.
Kegiatan ini dilakukan setelah semua warga selesai panen. Seren Taun
ditandai dengan peyembelihan kerbau yang dagingnya dimasak dan
dijadikan untuk selametan, selanjutnya warga dan ketua adat melakukan
ziarah ke makam leluhur ketua adat, dan selanjutnya masyarakat pun
melakukan ziarah ke makam kerabatnya. Sepulang ziarah mengadakan
selametan lagi sebagai tanda telah mengadakan ziarah kemakam leluhur
setelah itu warga mempersiapkan hidangan buat warga dan juga tamu yang
sengaja datang dari luar baik tamu dari instansi pemerintah, mahasiswa, dan
juga pedagang. Selanjutnya mengadakan selametan yang dipimpin oleh
ketua adat, setelah selesai selametan baru hiburan dimulai seperti jaipongan,
golek dan sebagainya, dan kesokan harinya warga mengadakan selametan
kembali dengan membawa pangang ayam dan nasi sebakul, ayam yang di
pangang di sembelihnya dekat rumah adat.
c. Sedekah rowahan, tanggal 12 bulan Rowah (Bulan sya’ ban), dilaksanakan
pada bulan (sya’ban), pagi hari masyarakat membawa ayam satu ekor per-
keluarga, dan disembelih dihalaman rumah adat, setelah selesai dimasak,
dibawah lagi ke rumah adat, selametannya di lakukan bada dhuhur, acara ini

4
dan doa yang dikirim sebagai wujud bakti kepada nabi adam alaihi salam
karena menjadi induk semua umat manusia.
d. Sedekah bumi, lewat beberapa bulan setelah selesai bulan Rowah (syaban),
puasa (Ramadhan), syawal. Acara ini diadakan sebelum menanam padi.
Semua warga makan bersama di halaman rumah adat, sebelum makan
bareng warga memanjat Doa agar ketika selama menanam padi selamat dari
hama dan tanpa kendala.
e. Seren pataunan adalah sebuah acara adat penutup tahun. Acara ini bertujuan
agar bisa diselamatkan tahun yang sudah dijalani, ritual adat hampir sama
dengan seren taun. Yaitu ada acara pemotongan kerbau lalu dilakukan
syukuran. Setelah pemotongan kerbau kepala adat menuju bumi alit digiring
masyarakat, dan samapai pada malam puncak.

C. Rumah Kampung Adat Urug


Rumah adat di Kampung Urug ada beberapa macam: Bumi Ageung atau
Gedong Ijo, sesuai warnanya yang dominan hijau, kemudian yang kedua di depan
Bumi Ageung berdiri pula sebuah rumah panggung yang lebih kecil dalam
nuansa warna yang sama, bumi alit (alias rumah kecil). Bangunan itu terletak
paling ujung dan terpencil, terkurung dalam pagar kawat, dan cukup memberi
kesan keramat dan sakral. Adapun penjelasan lebih rincinya adalah sebagai
berikut:

1. Bumi Ageung yaitu rumah yang ditempati oleh ketua adat dan biasa
dipakai penerimaan tamu ataupun upacara-upacara yang ada di Kampung
Urug yang dijadikan sebagai pusat kegiatan. Suasana di dalam Bumi
Ageung tampak luas dan sedikit remang-remang. Aroma serbuk kayu
memenuhi ruangan (kebetulan saat itu sedang ada pemugaran di bagian
belakang rumah). Perabot kayu antik menjadi penyekat antar ruang yang
terbuka.
2. Rumah Panggung yaitu sebuah rumah yang berada di depan Bumi Ageung
sebagai tempat paniisan (Istirahat arwah leluhur). Tempat ini tidak bisa
dikunjungi oleh orang lain, hanya saja yang biasa ke tempat ini adalah
seseorang yang membersihkan dan merawat sebanyak 2 kali dalam
sebulan. Sedangkan selain dari petugas kebersihan yang boleh masuk

5
adalah Ketua Adat (Abah Ukat) dan Istrinya itupun hanya dilakukan 1
tahun sekali. Tempat ini juga biasa dilakukan untuk semadi kepala adat.
3. Bumi Alit terletak paling ujung dan terpencil, terkurung dalam pagar
kawat, dan cukup memberi kesan keramat dan sakral. Tempat bumi alit ini
yaitu kuburan nenek moyang yang tidak diketahui. Seseorang yang bisa
masuk yaitu sama hanya Ketua Adat dan istrinya dan itupun dilakukan 2
kali dalam setahun.
4. Leuit yaitu tempat penyimpanan padi setelah panen dan sebelum
ditumbuk. Biasanya diambil pada hari-hari tertentu yaitu kamis dan
minggu.

D. LOKASI KEGIATAN
Alamat lengkapnya yaitu: Kampung Urug, Desa Kiarapandak, Kecamatan
Sukajaya, Kabupaten Bogor 16660. Jarak tempuh kampung Urug dari ibukota
Provinsi Jawa Barat lebih kurang 165 KM ke arah Barat. Jarak dari Ibukota
Kabupaten Bogor lebih kurang 48 KM dari Kota Kecamatan Sukajaya lebih
kurang 6 KM, sedangkan dari kantor desa Kiarapandak lebih kurang 1,2 KM.

Kondisi jalan dari kantor Kecamatan Sukajaya ke kampung Urug


berbelok-belok naik turun mengikuti lereng bukit dengan badan jalan yang
sempit. Sepanjang jalan dari Kantor Kecamatan ke kantor kepala desa
Kiarapandak sudah beraspal, namun sebagian rusak berat. Jalan dari kantor desa
ke kampung Urug , beraspal dan kondisinya cukup baik.

Ke lokasi dapat menggunakan roda dua maupun roda empat. Adapun


menggunakan angkutan umum dari pertigaan Jasinga menuju Leuwiliang terus ke
cipatat. Dipertigaan jalan raya Cipatat ke jalan desa bisa menggunakan ojeg
sampai ke kampung Urug, atau bisa juga menggunakan mobil mini bus (carry)
dari Jasinga-Leuwiliang sampai ke kampung Urug.

6
BAB III
PENUTUP
E. KESIMPULAN
Setelah pemaparan di atas maka dapat disimpulkan sebabgai berikut:

1. Masyarakat Kampung Urug menganggap bahwa mereka berasal dari


keturunan Prabu Siliwangi, raja di kerajaan Padjajaran Jawa Barat. Kata
Urug dijadikan nama kampung, karena menurut mereka berasal dari kata
"Guru", yakni dengan mengubah cara membaca yang biasanya dari kiri
sekarang dibaca dari sebelah kanan.
2. Masyarakat Kampung Adat Urug hingga kini masih melaksanakan
berbagai upacara/ritual adat yaitu diantaranya: Muludan, Seren taun,
Sedekah Rowahan, Sedekah bumi, Seren pataunan.
3. Rumah adat terdiri dari: Bumi Ageung, Rumah Panggung , Bumi Alit dan
Leuit.

F. B. Saran
Setiap masyarakat adat pasti memiliki ciri khas yang melembaga dalam
ritual kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri tersebut telah menjadi identitas yang harus
dihormati sebagai wujud pergulatan rasionalitas bagi para penganutnya. Oleh
karena itu, tradisi keagamaan masyarakat etnis Kampung Adat Urug hendaknya
jangan dipahami sekedar ritualitas belaka melainkan memiliki dimensi
spirititualitas yang mendalam yang harus diteliti dan digali kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai