Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

NASKH DAN MANSUKH


Dosen Pengampu: Sri Ardelia ,M.Pd.I

Mkalah Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Pengantar Studi AL Qur’an dan Hadist

Disusun Oleh:

Nadiya Septi Liana (2311100093)


Dewi Lintang Asih (2311100035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KRGURUAN
UIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahka rahmat,taufik,dan
hidayahnya sehingga kami bisa menyusun tugas Al Qur an dan hadist ini dengan baik serta tepat
waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang ilmu naskh dan mansukh mudah
mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong untuk menaikan pengetahuan kita menjadi
lebih luas lagi. Kami menyadsri kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta saran anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan trimakasih kepada Ibu. Guru mata pelajaran AL Qur’an dan hadist dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih. kami
panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahka rahmat,taufik,dan hidayahnya sehingga kami
bisa menyusun tugas Al Qur an dan hadist ini dengan baik serta tepat waktu.

Bandar Lampung, 21 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 4

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 4

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5

A. Macam macam naskh mansukh ................................................................................. 5

B. Tanggapan para ulama mengenai Naskh Mansukh ..................................................... 6

C. Syarat dan ketentuan Naskh Mansukh ......................................................................... 7

D. Ruang lingkup Naskh .................................................................................................... 7

E. Pembagian Naskh dalam Al Qur’an .............................................................................. 8

BAB III KESIMPULAN .............................................................................................................. 9

A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 9

B. SARAN ............................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 11

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakamg

Secara umum Maqasid Al- Tasri’ adalah untuk kemaslahatan manusia. Maka dalam
pembentukan kemaslahatan manusia tidak dapat dielakkan, adanya Nasikh Mansukh
terhadap beberapa hukum terdahulu dan diganti dengan hukum yang sesiuai dengan
tuntutan realitas Zaman, waktu, dan kemaslahatan manusia. Proses serupa ini, disebut
dengan nasikh mansukh.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa nasikh mansukh terjadi karena Al-qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya. Oleh
karena itu untuk mengetahui Al-Qur’an dengan baik harus mengetahui ilmu nasikh
mansukh dalam Al-qur’an.

Demikian juga dengan masalah naskh mansukh kolerasinya dengan Al Qur’an merupakan
hal yang masih hanggat untuk di bicarakan. pendapat seputar konsep ini dalam fiqih,ushul
fikih, dan ulumur Qur’an masih di lingkup oleh perdebatan.
Diantara kajian islam tentang hukum (fiqih,ushul fiqih) yang sampai sekarang masih
kontroversial adalah persoalan naskh, terutama jika di hubungkan dengan kemungkinan
adanya naskh mansukh sesama internal ayat-ayat Al Qur’an.
bahkan ada juga yang menyatakan bahwa ide naskh adalah "min akbar ak-kawarits al-
fikriyyah" (salah satu malapetaka pemikiran terbesar) yang menjadikan ulama salaf
tergelincir dan tertipu. Mereka juga mengatakan bahwa itu merupakan ijma, bahkan mereka
menyatakan bahwa imam syafi i yang telah menyatakan sunnah tidak me naskh Al Qur’an
berdasarkan klaim mereka bahwa keduanya Al Qur’an dan Sunnah adalah wahyu.

B. Rumusan Masalah

1. Macam -Macam Naskh dan Mansukh


2. Bagaimana tanggapan para ulama mengenai Naskh Mansukh dan apa hikmah yang
terkandung dengan adanya naskh?
3. bagaimana syarat dan ketentuan Naskh dan Mansukh?
4. bagaimana ruang lingkup Nask?
5. Hikmah adanya Naskh dalam Al Qur’an

C. Tujuan Penulisan

1. Supaya kita memahami Al Qur’an lebih dalam lagi dan juga


2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan Ulama mengenai Naskh dan Mansukh dan
apa hikmah yang terkandung dengan adanya Nask.
3. Untuk mengetahui syarat dan ketentuan Naskh
4. Untuk mengetahui ruang lingkup Naskh
5. Untuk menegtahui Hikmah naskh dalam Al Qur’an

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Macam-Macam Naskh dan Mansukh

1. Dihapus bacaan maupun hukumnya

Terdapat ayat Al Qur’an yang di hapus bacaanya sekaligus hukumnya

Contohnya adalah ayat yang menerangkan jumlah susunan yang membuat adanya
hubungan mahram, sehingga di larang untuk menikah. yaitu sebanyak sepuluh kali
susunan kemudian ayat itu di hapus baik bacaanya maupun hukumnya.
Ayatnya tidak menjadi bagian dari Al Qur’an hukumnya pun tidak lagi berlakn.

Hal ini berdasarkan keterangan ibunda kaum mukminin ‘Aisyah radiyallahu ‘anha :

‫ ثُم‬, َ‫ت يُ َح ِر ْمن‬ ٍ ‫ت َم ْعلُو َما‬ َ ‫ع ْش ُر َر‬


ٍ ‫ض َعا‬ َ :‫آن‬ ِ ‫َكانَ فِي َما أ ُ ْن ِز ُل فِي اَ ْلقُ ْر‬
‫ّللَا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ َ ‫سو ُل‬ َ ِ‫ فَت ُ ُوف‬,ٍ‫نُ ِس ْخنَ ِب َخ ْم ٍس َم ْعلُو َمات‬
ُ ‫ي َر‬
ِ ‫ِي فِي َما يُ ْق َرأ ُ ِمنَ اَ ْلقُ ْر‬
‫آن‬ َ ‫َوه‬
HR. Muslim

2. Dihapus bacaanya saja

Ada ayat Al Qur’an yang di hapus bacaanya.adapun


hukumnya masih tetap berlaku.

Contohnya adalah ayat yang menerangkan jumlah susunan


yang menyebabkan adanya hububgan mahram. Yaitu sebanyak
lima kali ayat itu di hapus bacaanya namun kukumnya masih
tetap berlaku.
Contoh yang lain adalah ayat yang menerangkan hukuman
Bagi pelaku perbuatan zina. yaitu hukuman rajam. Khususnya
bagi laki -laki maupun perempuan yang sudah menikah.

3. Dihapus hukumnya saja

Di dalam Al Qur’an terdapat ayat yang hukumnya tifak berlaku


lagi. Oleh karena itu kita harus berhati -hati jangan sampai kita
menggunakan ayat tersebut sebagai dalil.

5
B. Tanggapan para ulama mengenai Nask -Mansukh

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang naskh


dan dalil penetapanya.
Menurut abu Muslim Al-Ashfani al-Mu’tazily yang terkenal dengan
muhammad bin bahar di kutip dari kitabah yang berjudul Kabairi al-
mussafirin menyatakan, kebolehanya naskh menurut aqal namun
berlakunya naskh tersebut tidak berlaku menurut syara.

Sedangkan menurut jamhur ulama menyatakan kebolehanya naskh


menurut akal dan berlaku juga dalam syariat dengan dalil

1. Af’al Allah tidak terdapat cacat dalam tujuanya, sedangkan


Allah memerintahkan sesuatu dalam satu waktu dan
perintah tersebut.
Allah me-nashkan pada suatu waktu juga, Allah lebih
mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya.
2. Dikarenakan nash-nash yang terdapat dalam kitab dan
sunah yang menunjukkan atas bolehnya naskh dan
berlakunya berdasarkan ayat :

ِّ‫علَىِّ ُكل‬ َِّ َ‫ن َءايَةِّ أَ ِّْو نُنس َها نَأْتِّ ب َخيْرِّ م ْن َهاِّ أَ ِّْو مثْل َهاِّ ِّۗ أَلَ ِّْم تَ ْعلَ ِّْم أ‬
ََِّ ‫ن‬
َ ‫ٱّلل‬ ِّْ ‫خ م‬
ِّْ ‫س‬
َ ‫َما نَن‬
ِّ‫ش ْىءِّ قَدير‬َ

Latin:
Ma nansakh min ayati au nunsiha na ti bikhairim min-ha au
misliha a lam ta lam annallah ala kulli syai ing qadir

Artinya: Ayat mana saja yang kami nasakkan atau kami


jadikan (manusia) lupa kepadanya, kami datangkan yang
lebih baik daripadanya atau yang sebanding denganya.
Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya allah
maha kuasa atas segala sesuatu? (QS. Al Baqarah :106).

Dan dalam suatu periwayatan yang di riwayatkan oleh


Ibnu Abbbas RA. Mengatakan : “Ayahku mendatangkan
dan membacakan sesuatu kepadaku dan aku secara
bersungguh sungguh menganjurkan melalui perkataan
ayahku. Ayahku bekata : aku tidak mengajak atau
menganjurkan sesuatu yang aku dengar tentanng sesuatu
tersebut melainkan itu bersumber dari Rasuullah SAW.

6
C. Syarat dan ketentuan naskh dan mansukh

Dalam naskh terdapat syarat-syarat yang harus dketahui yaitu:


1. Hukum yang mansukh dn hukum shara

2. Dalil penghapusan hukum tersebut adalah kitab syar’i

3. Kitab yang di hapus atau di yang di angkat hukumnya tidak terikat


(dibatasi) dalam waktu tertentu.

Konsep ini tertuang dalam firman Allah Swt. pada surah


Al-Baqarah ayat 109.

‫َللاُ بأ َ ْمرِّه‬
َِّ ‫ي‬َِّ ‫ى َيأْت‬
ِّ َ‫صفَ ُحوا َحت‬
ْ ‫فَا ْعفُوا َوا‬

Artinya: Maka maafkanlah dan biarkanpah mereka, sampai Allah


mendatangkan perintah-nya.

Ayat tersebut tidak mansuhk sebab dikaitkan dengan batas waktu, sedangkan
naskh tidak di kaitkan dengan batas waktu. Dengan memperhatikan syarat di
atas, maka jelas naskh tidak boleh di tetapkan sembarangan dan harus
mematuhi syarat yang ada.
Kecuali dalam berita tidak terjadi naskh dan Mansukhkarena
mustahil.Allah berdusta. Kemufian fua dalil yang nampak kontradiksi itu
datangnya tidak bersamaan, Naskh datang lebih akhir daripada Mansukh. Pada
hakikatnya naskh adalah untuk mengakhiri pemberlakuan ketentuan hukum yang
ada sebelumnya yang mana ketentuan tersebut tidak di batasi waktu.

D. Ruang lingkup naskh

Naskh hanya terdiri pada perintah dan larangan, baik yang di ungkapkan
dengan tegas dan jelas maupun yang di ungkapkan dengan kalimat berita
(kabar) yang bermakna amar (perintah) atau nahi ( larangan ). Jika hal tersebut
tidak terhubung dengan persoalan akidah, yang berfokus pada zat allah, sifat-
sifatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya dan hari kemudian, serta tidak berkaitan
pula dengan etika dan ahlak atau dengan pokok-pokoknya tersebut. sedang
dalam masalaah pokok (ushul) semua syari’at adalah sama. Nask tidak terjadi
dalam berita, yang jelas- jelas tidak bermakna tholab ( tuntutan,perintah atau
larangan ), seperti janji ( al-wa’d) dan ancaman ( al-wa ‘id ).

7
E. Pembagian naskh

Naskh ada 4 bagian :

1) Naskh al qur’an dengan al qur’an.


Bagian ini disepakati kebolehanya oleh ulama dan trlah terjadi dalam pandangan
mereka yang mengatakan adanya naskh. Misalnya ayat tentang iddah 4 bulan 10 hari.

2) Naskh al qur’an dengan as-sunnah.


Naskh ini ada 2 macam :

• Naskh al qur’an dengan hadist ashad.


Jumhur berpendapat qur’an tidak boleh di naskh oleh hadist ahad sebab qur’an
adalah mutawir dan menunjukkan yakin, sedang hadist ahad zanni ( bersifat
dugaan ). di samping tidak sah pula menghapuskan sesuatu yang ma’lum jelas (
diketahui ) dengan maznun ( diduga ).
• Naskh qur’an dengan hadist mutawir.
Nask demikian di perbolehkan oleh imam malik, abu hanifah dan Ahmad dalam
suatu riwayat sebab masing-masing keduanya adlh wahyu. Namun dalam satu
riwayat lain as syafi’i ahli zahir, dan Ahmad menolak naskh seperti ini.
Berdasarkan firman Allah QS Al Baqarah: 106

“Apa saja yang kami nashk kan, atau kami jadikan ( manusia ) lupa kepadanya, kami
datangkan yang lebih baik atau yang sebanding dengan Al Qur’an.

3) Naskh sunnah dalam Al Qur’an.


Ini di bolehkan oleh jumhur. Sebagai contoh ialah masalah menghadap kr baitul
maqdis yang di tetapkan dengan sunnah dan di dalam Al Qur’an terdapat dalil yang
menunjukanya.

4) Naskh sunnah dengan sunnah


Dalam kategori ini terdapat 4 bentuk :
• Naskh mutawatir dan mutawir
• Naskh ahad dengan ahad
• Naskh ahad dengan mutawir
• Naskh mutawir dengan ahad

Tiga bentuk pertama di perbolehkan, dalam bentuk ke empat terjadi silang pendapat
seperti halnya naskh qur’an dengan hadist ahad, yang tidak fi perbolehkan oleh
jumhur.

8
BAB III KESIMPULAN

A. PENUTUP

Naskh secara bahasa berarti izalah (menghilangkan),tabdil (mengganti atau menukar, tahwil
(memalingkan), menukilkan dari suatu tempat ke tempat lain. Secara istilah naskh adalah
Menghapuskan hukum syara dengan kitab syara pula, atau menghapuskan hukum ‘syara
dengan hukum syara’ lainnya. Menghapuskan disini memiliki arti terputusnya subtansi hukum
itu sendiri.
Syarat naskh dalam al qur’an ada 4, yaitu: dalil naskh harus terpisah dari dalil mansukh,
naskh harusdengan dalil syara dan mansukh itu tidak berwaktu, naskh sama kuat atau
lebih kuat dari mansukh, dalil yang di mansukhkan adalah dalil syara’ sedangkan jenis naskh
ada 3, yaitu: menghapus lafadznya saja, mengapus hukumnya saja, dan menghapus kedua-
duanya.
Sedangkan pendapat ulama mengenai naskh mansukh itu berbeda-beda antar suatu dengan
yang lainnya, dan perbedaan itu dilandasi oleh adanya dalil yang kuat.

9
B. SARAN
Makalah ini jauh sangat jauh dari kesempurnaan, makadari itu kami sebagai penyusun dari
makalah ini sangat mengharapkan kritik,saran dan masukan dari pembaca dan dosen
pengampu mata kuliah agar makalah ini jadi lebih sempurna. Semoga makalah ini membawa
manfaat bagi para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-mulawarman/pendidikan-agamislam/makalah-
ulumul-quran-nasikh-dan-mansukh/49036758
NR Munawaroh – 2020 - odf.io
A Alfazri – Al Furqan: jurnal ilmu Al qur’an dan Tafsir, 2023- ejournal iai-tabah.ac.id
https tafsi://tafsirweb.com
A Bakar – madania: jurnal ilmu limu keislaman,20016
https://etheses.uinsgd.ac.id/21405/41/BAB%20I.pdf
https://www.academia.edu/38475120/Makalah_Ulumul_Quran_Nasikh_dan_Mansukh_docx

11

Anda mungkin juga menyukai