Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah Indonesia memasuki masa Orde Baru maka tatanan kurikulum mengalami
perubahan dari “rentjana peladjaran” menuju kurikulum berbasis pada pencapian tujuan.
Dalam konteks ini kurikulum subjek akademik merupakan model konsep kurikulum yang
paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau
materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penysunan relatif mudah, praktis dan
mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan
klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. Dalam kurikulum ini
fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi dan nilai-
nilai budaya masa lalu kepada generasi muda.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha mengusai isi atau materi pelajaran
sebanyak-banyaknya, kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap akan menekankan
materi yang disampaikan. Dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur
memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih
tergantung pada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut. Semua proses
pembelajaran diarahkan dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum ini
mulai dikembangkan sejak tahun 1975 hingga 1984. Dalam latar belakang kurikulum 1975,
menteri pendidikan Republik Indonesia (Syarif Thayeb) menjelaskan tentang diterapkan
kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Kurikulum 1975?
2. Apa saja prinsip-prinsip pada kurikulum 1975?
3. Bagaimana strategi pelaksanaan kurikulum1975?
4. Apa kelebihan dan kekurangan kurikulum 1975?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum 1975
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kurikulum 1975
3. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan kurikulum1975
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum 1975

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kurikulum 1975


Pada tanggal 17 Januari tahun 1975, melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 008-D/U/1975, Pemerintah menetapkan kurikulum baru untuk SMP dan
dinamakan Kurikulum 1975, sesuai dengan tahun penetapan berlakunya kurikulum tersebut.
Dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1975 memberikan landasan baru bagi kebijakan
pengembangan kurikulum di Indonesia. Kurikulum 1975 merupakan kurikulum pertama di
Indonesia yang dikembangkan berdasarkan teori, model, dan desain kurikulum modern.
Pikiran teoritik tentang peserta didik, proses pembelajaran, penilaian hasil belajar dijadikan
dasar-dasar utama dalam pemikiran pengembangan kurikulum. Model pembelajaran yang
dikenal dengan nama Perencanaan Sistem Instruksional menjadi model baru dalam dunia
pendidikan Indonesia. 
Kegiatan pengembangan kurikulum 1975 pikiran teoritik dan prosedur
pengembangan kurikulum modern dilaksanakan dalam pengembangan ide kurikulum,
rancangan pembelajaran dan pedoman pelaksanaan. Ide kurikulum memuat landasan
filosofis, teoritis dan model kurikulum dan sebenarnya adalah jawaban kependidikan
Pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat sebagaimana yang dipersepsi oleh para
pengambil keputusan dalam bidang pendidikan dan terjemahan dari kebijakan tersebut oleh
para pengembang kurikulum secara teknis. Ide kurikulum tersebut dirancang sedemikian rupa
dan ditulis dalam Buku I dokumen kurikulum yang dinamakan Ketentuan-ketentuan Pokok.
Dalam kurikulum tahun 1975 dinyatakan bahwa IPS adalah paduan sejumlah mata
pelajaran Ilmu sosial. Untuk IPS pada jenjang pendidikan dasar disebutkan bahwa materi
pelajaran IPS ditunjang geografi dan kependudukan, sejarah dan ekonomi koperasi,
sedangkan untuk menengah IPS mencakup geografi dan kependudukan, sejarah, antropologi
budaya, ekonomi dan koperasi serta tata buku dan hitung dagang. Jadi orientasi pendidikan
intinya mata pelajaran IPS masuk ke kurikulum 1975 masuk ke dalam SD/MI SMP/MTS,
namun IPS sebagai pendidikan akademis mempunyai misi menyampaikan nilai-nilai
berdasarkan filsafat pancasila dan UUD 1945. Kurikulum 1975 adalah kurikulum pertama di
Indonesia yang dikembangkan berdasarkan proses dan prosedur yang didasarkan pada teori
pengembangan kurikulum.

2
Meskipun demikian kurikulum 1975 masih dikembangkan berdasarkan
pemikiran orientasi filosofis pendidikan keilmuan yang dominan dan tidak berorientasi
kepada pembangunan, walaupun demikian tidaklah berarti kurikulum 1975 telah
melepaskan diri dari npengaruh politik . (S. Hamid Hasan : 2006) dimana situasi
pemerintahan saat itu awal pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1975 menekankan pada
tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh
konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional(PPSI).
Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Pada tahun 1975, lahirlah kurikulum 1975 yang mengelompokkan
tiga jenis pendidikan, yakni pendidikan umum, pendidikan akademis dan pendidikan keahlian
khusus. Kurikulum 1975 mengemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan fusi (perpaduan) dari mata pelajaran sejarah,
geografi dan ekonomi. Selain mata pelajaran IPS, Pendidikan Kewarganegaraan dijadikan
sebagai mata pelajaran tersendiri ialah Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam kurikulum
1975, IPS termasuk kelompok pendidikan akademis sedangkan PMP termasuk kelompok
pendidikan umum.
Pada tahun 1972 – 1973 sudah pernah dilakukan uji coba pertama konsep IPS masuk
dipersekolahan Indonesia diterapkan pada kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan
tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan
geografi saja, sehingga dilakukan reduksi mata pelajaran mulai tingkat Sekolah Dasar hingga
Sekolah Menengah Atas saat itu dimasukan mata pelajaran ilmu sosial serumpun atau sejenis
digabung ke dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu pemberlakuan istilah IPS (social
studies) dalam kurikulum 1975 dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di
Indonesia.
Upaya memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam kurikulum
sekolah di Indonesia disajikan mata pelajaran dan bidang studi atau jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum tahun 1975
merupakan perwujudan dari perubahan sosial pada pelaksanaan UUD 1945 secara mnurni
dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya membentuk manusia

3
Pancasila sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Konsep Pendidikan IPS yang menginspirasi kurikulum 1975 yang menampilkan 4 (empat)
profil, yaitu:
1. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menggantikan Kewarganegaraan sebagai bentuk
pendidikan IPS khusus.
2. Pendidikan IPS terpadu untuk SD
3. Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep
Payung sejarah, geografi dan ekonomi koperasi;
4. Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, ekonomi dan
geografi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG, dan IPS (ekonomi dan
sejarah) untuk SMEA / SMK.
Kurikulum ini menganut pendekatan yang berorientasi kepada tujuan, pendekatan
integrative, pendekatan sistem, dan pendekatan ekosistem juga merupakan tonggak
pembaharuan yang lebih nyata dan lebih mantap dalam sistem pendidikan nasional yang
dimaksudkan mencapai keselarasan, meningkatakan efisiensi dan efektifitas pengajaran,
meningkatkan mutu lulusan pendidikan dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan
tuntutan masyarakat yang sedang membangun. Dalam Kata Pengantar Kurikulum 1975,
Menteri Pendidikan Republik Indonesia pada waktu itu Sjarif Thajeb, menjelaskan tentang
latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di
sekolah. Penjelasan tersebut sebagai berikut:
a. Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai
akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap program
pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun kebijaksanaan
pemerintah yang menyebabkan pembaharuan itu adalah :
Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru tentang
pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
 Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan
dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan
 Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan
nasional.

4
 Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan
efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
 Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau system yang
kini sedang berlaku.
b. Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang
berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga
diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang sedang membangun.

B. Prinsip-Prinsip Kurikulum 1975


1. Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai
oleh siswa yang lebih dikenal dengan hirarki tujuan pendidikan.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif. 
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu. 
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). 
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori
Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :
a. Tujuan institusional. 
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA. Tujuan Institusional adalah tujuan yang
hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya. 
b. Struktur Program Kurikulum
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan
pada tiap sekolah. 
c. Garis-Garis Besar Program Pengajaran 
Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang berhubungan dengan
program pengajaran, yaitu:
1. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program
pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan. 

5
2. Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan
pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun. 
3. Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para
siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 
4. Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran
berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya. 
d. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang
senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri merupakan sistem yang saling
berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu
dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai
pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran. Komponen
PPSI meliputi:
1. Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi
guru dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus.
2. Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang digunakan dalam PPSI
disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektifitas
program/ pelaksanaan pengajaran.
3. Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan belajar siswa
merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar
siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus
instruksional yang harus dicapai oleh para siswa
4. Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan guru merupakan
petunjuk-petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegiatan bimbingan
sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.
5. Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program merupakan petunjuk-
petunjuk dari program yang telah disusun. 
6. Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi yang merupakan
pengembangan program setelah selesai dilaksanakan.
e. Sistem Penilaian
Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir
satuan pelajaran tertentu., inilah yang membedakan kurikulum 1975 dengan kurikulum
sebelumnya yaitu memberikan penilaian pada akhir semester akhir tahun saja.

6
f. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Sehingga mereka
memerlukan pengarahan yang akan mengembangkan mereka menjadi manusia yang mampu
meraih masa depan yang lebih baik. 
g. Supervisi dan Administrasi
Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang
digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah
menggunakan teknik supervisi dan administrasi sekolah yang dapat dipelajari pada Pedoman
pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi. 
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah :
1. Pendidikan agama 
2. Pendidikan Moral Pancasila 
3. Bahasa Indonesia 
4. IPS 
5. Matematika 
6. IPA 
7. Olah raga dan kesehatan 
8. Kesenian 
9. Keterampilan khusus
C. Strategi Pelaksanaan Kurikulum
1. Cara Penyampaian Pengajaran
Dalam pelaksanaan kurikulum 1975 digunakan cara penyampaian pengajaran dalam
bentuk satuan pelajaran. Sebagaimana halnya modul, satuan pelajaran ini juga berbentuk
satuan-satuan program pengajaran yang lebih kecil. Bedanya dari modul adalah bahwa satuan
pelajaran disusun dan digunakan oleh guru dalam memberikan pengajaran, sedangkan modul
sebagian besar langsung digunakan oleh murid atau siswa.
Oleh karena itu program satuan pelajaran tidak lengkap program modul, sekalipun
pokok-pokok bahannya sama. Di samping itu, mengingat satuan pelajaran digunakan oleh
guru sedangkan modul sebagian besar langsung digunakan oleh murid atau siswa, sistem
satuan pelajaran masih menggunakan sistem kelas dan guru seperti biasa, sedangkan
sebaliknya sistem modul sudah mengarah kepada sistem pengajaran secara individual,
dimana peranan guru dalam banyak hal berbeda dari sistem yang biasa. Penjelasan lebih
lanjut mengenai satuan pelajaran dan perbedaannya dengan modul akan diberikan secara
khusus dalam buku yang akan datang.

7
Sekalipun berbeda dalam bentuk dan pelaksanaannya, baik modul maupun satuan
pelajaran disusun dengan menggunakan cara kerja yang sama yang dikenal dengan nama
PPSI, singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional, yaitu langkah-langkah
dalam mengembangkan program pengajaran. Penjelasan yang lebih terperinci mengenai PPSI
ini juga akan diberikan secara khusus dalam bab yang akan datang. Sekalipun berbeda dalam
bentuk dan pelaksanaannya, baik modul maupun satuan pelajaran disusun dalam
menggunakan cara kerja yang sama yang dikenal dengan PPSI.
2. Cara Penilaian
Cara penilaian pada kurikulum 1975 pada dasarnya sama dengan cara penilaian pada
PPSP. Disamping penilaian pada cara akhir setiap catur wulan/semester, dilakukan pula
penilaian secara teratur pada akhir setiap satuan program yang lebih kecil, dalam hal ini pada
akhir setiap satuan pelajaran. Bila banyak murid atau siswa yang belum memahami bahan
yang diberikan dalam suatu pelajaran, guru akan memperbaiki cara (metode) dalam
menyajikan bahan tersebut.
Ada enam langkah kegiatan yang telah ditempuh dalam mengembangkan kurikulum
di Indonesia, dari rumusan tujuan institusional sampai dengan penyususnan pedoman-
pedoman pelaksanaan. Mengingat tugas anda sebagai guru SD, contoh-contoh hasil kegiatan
pengembangan pada setiap langkah akan diambilkan dari apa yang terdapat dalam kurikulum
SD 1975. 

D. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum 1975


a. Kelebihan
1. Berorientasi pada tujuan 
2. Mengarah pada pembentukan tingkah laku siswa 
3. Relevan dengan kebutuhan masyarakat 
4. Menggunakan pendekatan psikolog 
5. Menekankan efektivitas dan efisiensi 
6. Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor–faktor ekosistem dan
kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.
7. Prinsip berkesinambungan 
b. Kelemahan
1. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik 
2. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah 

8
3. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
4. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
5. Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara
sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah.
6. Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang
mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte
menonjol digunakan oleh para guru.
7. Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum yang
menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas
E. Dasar Perubahan Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984
1. Terdapatt beberapa unsur dalam GBHN 1983 yangg belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapatt ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengaan
kemampuan anak didik.
3. Terdapatt kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yangg harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
pendidikan yang berdiri sendiri mulai darii tingkat kanak-kanak sampai sekolah
menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untukk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja.
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan
sidang umum MPR 1983 yangg produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan
keputusan politik yangg menghendaki perubahan kurikulum darii kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian
kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
1. Ciri-ciri Kurikulum 1984
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau
tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum
1975 dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum
1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

9
a. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yangg sangat terbatas di sekolah
harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yangg pertama harus dirumuskan ialah tujuan apa yangg harus
dicapai siswa.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA). CBSA ialah pendekatan pengajaran yangg memberikan kesempatan kepada
siswa untukk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengaan
harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c. Materi pelajaran dikemas dengaan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral ialah
pendekatan yangg digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan
luas materi pelajaran yangg diberikan.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep
yangg dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan
latihan setelah mengerti. Untukk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untukk membantu siswa memahami konsep yangg dipelajarinya.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang
sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak
dengaan menggunakan pendekatan induktif darii contoh-contoh ke kesimpulan. Darii
yangg mudah menuju ke sukar dan darii sederhana menuju ke kompleks.
f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses ialah pendekatan
belajar-mengajar yangg memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai
tujuan pelajaran.
2. Kelebihan Kurikulum 1984
a. Kurikulum 1984 memuat materi dan metode yang disebut secara rinci, sehingga
guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
b. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar meningkat secara pesat, ditunjukkan
melalui peningkatan diri dalam melaksanakan tugas dan keberanian
mengemukakan pendapat dalam diskusi kelas

10
c. Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.
d. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.
3. Kelemahan Kurikulum 1984
1)       Diberlakukannya sistem sentralistik sehingga memerlukan penyesuaian-penyesuaian di daerah
2)       Pada masa itu, adanya keterbatasan dana yangg menjadi alasan klasikal dalam pelaksanaan
kurikulum tersebut
3)       Seringnya didapatti kompetensi guru yangg tidak sesuai dengaan yangg semestinya
4)       Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA)

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari
disiplin ilmu. Penysunan relatif mudah, praktis dan mudah digabungkan dengan model yang
lain, .Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik , perenalisme dan esensialisme,
berorientasi pada masa lalu. Dalam kurikulum ini fungsi pendidikan adalah memelihara dan
mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi
muda.
Ada enam langkah kegiatan yang telah ditempuh dalam mengembangkan kurikulum
di Indonesia, dari rumusan tujuan institusional sampai dengan penyususnan pedoman-
pedoman pelaksanaan. Mengingat tugas anda sebagai guru SD, contoh-contoh hasil kegiatan
pengembangan pada setiap langkah akan diambilkan dari apa yang terdapat dalam kurikulum
SD 1975. 

B.SARAN
Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan
ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih
membaca buku-buku ilmiah dan buku-buku filsafat lainnya yang bersangkutan dengan judul
diatas.
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah kami. Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong
para mahasiswa/i berfikir aktif dan kreatif.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://etykurniyati.wordpress.com/2013/07/15/analisis-sejarah-kurikulum-di-indonesia/

13

Anda mungkin juga menyukai