Anda di halaman 1dari 15

RESUME PERTEMUAN KE-15

Disusun Oleh:
Windi Ning Tias (06101381823043)
Dosen Pengampu: Drs.Jejem Mujamil S.,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
A. ELEKTROFORESIS GEL
Secara sederhana, elektroforesis adalah proses yang memungkinkan penyortiran
molekul berdasarkan ukuran. Menggunakan medan listrik, molekul (seperti DNA)
dapat dibuat untuk bergerak melalui gel yang terbuat dari agarosa atau
poliakrilamida .Medan listrik terdiri dari muatan negatif di satu ujung yang
mendorong molekul melalui gel, dan muatan positif di ujung lainnya yang menarik
molekul melalui gel.Molekul-molekul yang disortir dimasukkan ke dalam sumur
dalam bahan gel. Gel ditempatkan di ruang elektroforesis, yang kemudian
dihubungkan ke sumber daya. Ketika arus listrik diterapkan, molekul yang lebih
besar bergerak lebih lambat melalui gel sementara molekul yang lebih kecil
bergerak lebih cepat.Molekul berukuran berbeda membentuk pita berbeda pada gel.
Elektroforesis gel merupakan salah satu teknik utama dalam biologi molekular.
Elektroforesis gel memisahkan makromolekul berdasaran laju perpindahannya
melewati suatu gel di bawah pengaruh medan listrik.  Elektroforesis gel
memisahkan suatu campuran molekul DNA menjadi pita-pita yang masing-masing
terdiri atas molekul DNA dengan panjang yang sama Prinsip dasar teknik ini
adalah bahwa DNA, RNA, atau protein dapat dipisahkan oleh medan listrik. Dalam
hal ini, molekul-molekul tersebut dipisahkan berdasarkan laju perpindahannya oleh
gaya gerak listrik di dalam matriks gel. Laju perpindahan tersebut bergantung pada
ukuran molekul bersangkutan. Elektroforesis gel biasanya dilakukan untuk tujuan
analisis, namun dapat pula digunakan sebagai teknik preparatif untuk memurnikan
molekul sebelum digunakan dalam metode-metode lain seperti spektrometer massa,
PCR, kloning, sekuensing DNA, atau immuno-blotting yang merupakan metode-
metode karakterisasi lebih lanjut.
Gel yang digunakan biasanya merupakan polimer bertautan silang (crosslinked)
yang porositasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk memisahkan
protein atau asam nukleat berukuran kecil (DNA, RNA, atau oligonukleotida), gel
yang digunakan biasanya merupakan gel poliakrilamida, dibuat dengan konsentrasi
berbeda-beda antara akrilamida dan zat yang memungkinkan pertautan silang
(cross-linker), menghasilkan jaringan poliakrilamida dengan ukuran rongga
berbeda-beda. Untuk memisahkan asam nukleat yang lebih besar (lebih besar dari
beberapa ratus basa), gel yang digunakan adalah agarosa (dari ekstrak rumput laut)
yang sudah dimurnikan.
Jenis-jenis gel yang paling sering digunakan adalah agarosa dan gel
poliakrilamida. Setiap jenis gel sangat cocok untuk berbagai jenis dan ukuran
analit. Gel poliakrilamid biasanya digunakan untuk protein, dan memiliki daya
penyelesaian sangat tinggi untuk fragmen kecil DNA (5-500 bp). Gel agarosa di sisi
lain memiliki daya resolusi lebih rendah untuk DNA tetapi memiliki kisaran
pemisahan yang lebih besar, dan karenanya digunakan untuk fragmen DNA yang
biasanya berukuran 50-20.000 bp, tetapi resolusi lebih dari 6 Mb dimungkinkan
dengan elektroforesis gel medan berdenyut (PFGE ). Gel poliakrilamida dijalankan
dalam konfigurasi vertikal sedangkan gel agarosa biasanya dijalankan secara
horizontal dalam mode bawah laut. Mereka juga berbeda dalam metodologi
pengecorannya, karena agarosa terbentuk secara termal, sementara poliakrilamida
terbentuk dalam reaksi polimerisasi kimia.
Prinsip kerja elektroforesis gel dimulai saat makromolekul yang bermuatan
listrik ditempatkan pada medium berisi tenaga listrik. Molekul-molekul tersebut
akan bermigrasi menuju kutub positif atau kutub negatif berdasarkan muatan yang
terkandung di dalamnya. Molekul-molekul yang bermuatan negatif (anion) akan
bergerak menuju kutub positif (anoda), sedangkan molekul-molekul yang
bermuatan positif (kation) akan bergerak menuju kutub negatif (katoda).
Elektroforesis gel memisahkan makromolekul berdasaran laju perpindahannya
melewati suatu gel di bawah pengaruh medan listrik. Elektroforesis gel
memisahkan suatu campuran molekul DNA menjadi pita-pita yang masing-masing
terdiri atas molekul DNA dengan panjang yang sama.
Elektroforesis gel menggunakan gel Agarose yang berfungsi sebagai matriks
penyaring molekul. Pemilihan gel bergantung pada ukuran molekul yang akan
dielektroforesis. Gel Agarose ditujukan untuk memisahkan molekul lebih dari 100
bp dan gel Poliakrilamida untuk molekul-molekul 1-300 bp, bahkan mampu untuk
membedakan molekul-molekul dengan selisih panjang 1 nukeotida. Gel Agarose
berasal dari polisakarida alga jenis Rhodophyla yang dimurnikan. Alga merah
memiliki komponen Gelidian dan Glaucaria yang dimodifikasi residu galaktosanya
didalam hubungan dengan polisakarida agropefin dibentuk agar.Agarose larut pada
buffer (TAE; tris-acetate-EDTA) yang mendidih kemudian didinginkan.Hasil
dicetak pada cetakan gel yang ditempatkan pada suhu kamar.
Elektroforesis gel memiliki beberapa komponen yang terdiri dari :
 Comb; digunakan untuk membentuk ‘sumur’ pada gel agarose.
 Tray; digunakan untuk sebagai cetakan gel agarose.
 Chamber; digunakan sebagai wadah gel agarose.
 Sumber listrik; digunakan untuk memberi arus saat proses elektroforesis.

Dalam elektroforesis digunakan bahan-bahan sepert Etidium Bromida yang


bersifat karsinogenik dan Brom Fenol Blue. Hal tersebut karena Etidium Bromida
dapat meningkatkan daya fluoresensi dari DNA sehingga dapat terlihat jelas,
sedangkan Brom Fenol Blue berfungsi sebagai pewarna untuk memantau kecepatan
molekul DNA pada gel.
Kelebihan elektroforesis gel antara lain:
 Mudahnya mengamati reaksi kimia selama proses berlangsung
 Sampel dapat ditangani dengan baik dan cepat
 Gel dari hasil percobaan dapat disimpan dalam kantong plastic dan
didinginkan setelah percobaan, sehingga dapat dipakai untuk dokumentasi
penting yang dapat dipelajari lebih lanjut di lain waktu, dan beberapa
kelebihan lainnya.
Namun disamping itu, elektroforesis gel juga memiliki kekurangan yaitu pada
deteksi atau identifikasi amplikon. Penggunaan elektroforesis gel ini dirasakan
kurang efisien karena lama pengerjaannya dan terbatasnya jumlah sampel yang
dapat diperiksa. Disamping itu, kadang kadang hasil PCR dalam gel muncul pita
yang tidak berbentuk (ghost atau smeary bands) atau pita yang terlampau banyak
sehingga hasilnya sulit diinterpretasikan.
Manfaat elektroforesis gel antara lain yaitu :
a. Mengetahui ukuran fragmen DNA dari produk PCR,
b. Memisahkan produk DNA dari hasil digesti yang berbeda ukuran,
c. Dapat disequencing,
d. Untuk pemurnian atau purifikasi DNA.  
Elektroforesis dapat diaplikasikan untuk berbagai macam kegiatan, antara lain
membandingkan gen homolog dari spesies yang berbeda, mengetahui susunan
sekuens berbagai genom, DNA finger printing, mengetahui ada atau tidaknya gen-
gen penyebab kelainan genetik atau penyakit tertentu, mendeteksi lokasi dan
jumlah mRNA dalam sel atau jaringan tertentu, mengetahui aktivitas gen selama
perkembangan berbagai tipe sel organisme atau aktivitas gen sebelum dan sesudah
diberi perlakuan tertentu, mempelajari evolusi di tingkat molekular, mengetahui
variasi genetik dalam populasi natural di alam, menentukan atau mengidentifikasi
berat molekul fragmen DNA, RNA, protein dan aktivitas enzimatik, menganalisa
fragmen DNA yang diamplifikasi melalui PCR, mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan genetik antar individu, dan menentukan jumlah fragmen DNA yang
diklon dalam rekombinan plasmid DNA.
B. JURNAL PENGGUNAAN AGAR-AGAR KOMERSIAL SEBAGAI MEDIA
GEL ELEKTROFORESIS PADA ZAT WARNA REMAZOL: PENGARUH
KOMPOSISI BUFFER, PH BUFFER DAN KONSENTRASI MEDIA

Elektroforesis merupakan suatu cara analisis kimiawi yang didasarkan pada


pergerakan molekul-molekul bermuatan di dalam medan listrik (titik isoelektrik).
Metode pemisahan. Gel Electrophoresis System adalah salah satu metode yang
murah dan mudah dikembangkan. Metode ini biasanya digunakan untuk pemisahan
DNA dan protein.
Larutan elektrolit sangat diperlukan dalam metode elektroforesis gel, berfungsi
sebagai penghantar arus listrik dalam elektroforesis. Larutan elektrolit yang biasa
digunakan adalah buffer.
Larutan elektrolit sangat diperlukan dalam metode elektroforesis gel, berfungsi
sebagai penghantar arus listrik dalam elektroforesis. Larutan elektrolit yang biasa
digunakan adalah buffer. Pada penelitian ini digunakan larutan buffer fosfat yang
sudah sering digunakan dan pertama kali digunakan oleh Jorgenson dan Luckas
pada tahun 1981 [3]. Salah satu kelebihan buffer fosfat adalah area kerja buffer
fosfat yang lebar yaitu dari asam sampai basa. Hal ini karena asam fosfat merupakan
asam trivalen dengan nilai pKa 2,12; 7,47; dan 12,36 yang mampu mempertahan
kan pH [4].
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Serangkaian alat
elektroforesis gel, Power supply,pH meter,Termometer, Jangka sorong, dan
AVOmeter. Bahan yang digunakan yaitu Agar-agar batangan komersial, Buffer
fosfat, Zat warna Remazol. Remazol yang digunakan yaitu : Remazol Brilliant Blue
R, Red RB, Yellow FG, Turquoise Blue G dan Violet 5R dengan konsentrasi 0,01%
(w/v). Buffer fosfat yang digunakan mempunyai berbagai komposisi , yaitu : NaOH
+ H3PO4; KOH + H3PO4; dan NaH2PO4.H2O + Na2HPO4.
Larutan buffer sebagai elektrolit dalam elektroforesis gel sangat mempengaruhi
hasil migrasi molekul pada sampel. Larutan elektrolit yang digunakan adalah buffer
fosfat, komposisi buffer fosfat yang digunakan antara lain : NaOH + H3PO4; KOH
+ H3PO4; dan NaH2PO4 .H2O + Na2HPO4. Ketika komposisi buffer terdapat basa
kuat yaitu : NaOH + H3PO4; KOH + H3PO4, suhu pada sistem sangat tinggi,
sehingga menyebabkan media agar pada elektroforesis gel rusak. Berdasarkan
beberapa komposisi tersebut diperoleh kondisi paling optimal untuk elektroforesis
gel dengan menggunakan buffer fosfat yang komposisinya terdapat garam dari asam
fosfat.
Larutan buffer sebagai elektrolit pada elektroforesis gel mempengaruhi migrasi
molekul zat warna remazol. Pada pH 9 zat warna remazol mempunyai jarak migrasi
terjauh kecuali remazol yellow FG. Adapun panjang jarak migrasi RBBR, RYFG,
RRRB, RTBG dan RV5R secara berturut-turut adalah : 29,11 mm; 35,40 mm; 33,40
mm; 32,07 mm; dan 31,07 mm. Pada pH 9 ratarata zat warna remazol mempunyai
jarak migrasi terjauh, hal ini karena zat warna remazol mempunyai muatan negatif
dan larutan elektrolit mempunyai pH basa dengan ion OHlebih banyak daripada ion
H+ , sehingga menarik lebih cepat molekul bermuatan negatif menuju kutub positif.
Larutan bufer berperan sebagai media pendukung yang dapat mempengaruhi
kecepatan gerak senyawa karena ion pembawanya bermuatan. Kekuatan ion yang
tinggi dalam bufer akan meningkatkan panas sehingga aliran listrik menjadi
maksimal, dan dapat mempercepat gerakan molekul pada sampel.
Pengaruh konsentrasi media terhadap jarak migrasi zat warna ditunjukkan pada
meningkatnya konsentrasi media agar-agar akan menaikkan tingkat kekerasan,
ukuran pori-pori dan keefektifan agar-agar. Semakin tinggi konsentrasi agar-agar
maka ukuran poripori akan semakin rapat. Variasi konsentrasi agar-agar batangan
komersial yang digunakan adalah 1%; 2%; 2,5%; 3%; 3,5% dan 4%. Pada
konsentrasi 1% media rusak, sehingga jarak migrasi tidak dapat diukur. Kondisi
media agar dengan berbagai konsentrasi setelah dilakukan proses elektroforesis
ditunjukkan pada lampiran G. Hasil yang didapatkan bahwa semakin besar
konsentrasi agar-agar maka jarak migrasi zat warna semakin rendah atau kecepatan
migrasi zat warna semakin kecil.
Lima jenis larutan zat warna remazol dicampur dengan perbandingan 1:1.
Kemudian dilakukan proses elektroforesis untuk campuran lima zat warna remazol
tersebut dengan kondisi optimum dan dilakukan selama 15 menit dan 30 menit.
Hasil dari elektroforesis campuran kelima zat warna remazol ditunjukkan pada
Gambar 4. Berdasarkan hasil elektroforesis gel campuran zat warna remazol, pada
waktu 15 menit campuran zat warna remazol belum terpisah dengan baik.
Sedangkan pada waktu 30 menit campuran zat warna remazol terpisah dengan baik.
Limbah tekstil yang diperoleh dari limbah industry pewarnaan batik tulis di
Desa Sendang agung, Paciran, Lamongan dicoba untuk dipisahkan menggunakan
elektroforesis gel dengan media agar-agar batangan komersial seperti prosedur yang
dilakukan pada elektroforesis gel campuran zat warna remazol. Dari elektroforesis
gel limbah tekstil diperoleh hasil seperti pada Gambar yang menunjukkan bahwa
limbah tekstil dapat terpisah dengan metode elektroforesis gel.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa agar-agar
batangan komersial dapat digunakan sebagai alternatif media elektroforesis gel
untuk zat warna remazol, dengan beberapa variabel optimasi elektroforesis gel
antara lain : pengaruh komposisi buffer, pH buffer, dan konsentrasi media yang
dilakukan pada tegangan 150 volt selama 15 menit.
Dari beberapa variabel tersebut diperoleh kondisi optimal yaitu menggunakan
buffer dengan komposisi NaH2PO4.H2O + Na2HPO4. Pada pH buffer 9 didapatkan
jarak migrasi terjauh untuk masing-masing zat warna RBBR, RYFG, RRRB, RTBG
dan RV5R secara berturut-turut adalah : 29,11 mm; 35,40 mm; 33,40 mm; 32,07
mm; dan 31,07 mm. Pada konsentrasi 2% didapatkan jarak migrasi untuk kelima zat
warna remazol paling jauh, yaitu : RBBR 29,13 mm; RYFG 34,14 mm; RRRB
31,16 mm; RTBG 30,25 mm dan RV5R 29,20 mm.
C. ANALISIS KUANTITATIF DAN KUALITATIF KROMATOGRAFI GAS
Kromatografi gas adalah cara pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase bergerak (mobile).Fase diam dapat berupa zat padat atau zat
cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi
fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat
atau zat cair.
Kromatografi gas metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan campuran
yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik
untuk campuran yang sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang
mengandung 500-1000 komponen.Metode ini sangat baik untuk analisis senyawa
organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan eter. Analisis minyak
mentah dan atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan tehnik ini.
Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel
dan cairan, dengan menggunakan fase cair standar yang diketahui efektif untuk
berbagai senyawa.
Kromatografi gas biasa digunakan untuk menentukan kemurnian campuran
organik. Kontaminasi dinyatakan dengan penampilan additional peak. Teknik ini
berguna untuk mengevaluasi efektivitas dari prosedur tingkat kemurnian.
Kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam
kimia organik untuk pemisahan dan analisis GC dapat digunakan untuk menguji
kemurnian dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari
campuran. dari komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu :
1. Fase diam (stationary)
Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair
2. Fase bergerak (mobile)
Fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas
Tujuan utama kromatografi adalah memisahkan komponenkomponen yang
terdapat dalam suatu sampel. Dengan demikian, jumlah puncak yang terdapat
dalam kromatogram menunjukkan jumlah komponen yang terdapat dalam suatu
sampel. Selain digunakan untuk keperluan pemisahan, kromatografi juga sering kali
digunakan dalam analisis kualitatif senyawa-senyawa yang mudah menguap. Untuk
mengidentifikasi tiap puncak dalam kromatogram dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, antara lain:
a. Membandingkan waktu retensi analit dengan waktu retensi standar.
Waktu retensi suatu komponen pada suatu kolom dan kondisi kromatografi
tertentu bersifat karakteristik bagi komponen tersebut. Jika waktu retensi suatu
zat standar sama dengan waktu retensi suatu komponen tertentu maka dapat
diduga bahwa kedua senyawa tersebut adalah sama. Oleh karena itu
identifikasi suatu komponen dalam sampel dapat dilakukan dengan cara
membandingkan waktu retensi komponen yang dianalisis dengan waktu retensi
zat standar yang diinjeksikan ke dalam kolom dibawah kondisi kromatografi
yang sama.
b. Melakukan ko-kromatografi
Analisa kualitatif berdasarkan perbandingan waktu retensi bukan
merupakan analisa kualitatif yang baik, karena pada kromatografi gas, waktu
retensi untuk satu komponen di dalam satu sampel saja, sangat sulit untuk
mendapatkan waktu retensi yang sama persis pada pengulangan berikutnya.
Hal inilah yang menjadikan waktu retensi tidak bisa dijadikan sebagai dasar
yang baik dari analisa kualitatif pada kromatografi gas.
c. Menghubungkan kromatografi gas dengan detektor spektrometer massa atau
IR.
Metode spektrometri dapat digunakan untuk mengidentifikasi puncak
kromatografi gas. Spektrometer massa atau spektrometer infra merah dapat
langsung disambungkan ke kolom kromatografi gas. Ketika analit memasuki
spektrometer massa maka molekul senyawa tersebut ditembaki dengan elektron
berenergi tinggi. Molekul tersebut pecah menjadi molekul-molekul yang lebih
kecil dan terdeteksi berdasarkan massanya yang digambarkan sebagai spektra
massa. Spektra analit yang tidak diketahui dapat dibandingkan dengan spektra
yang ada di database komputer atau diinterpretasi sendiri.
Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf
dan semi kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan
perbandingan tinggi dari puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas
kromatografi secara kuantitatif terdapat beberapa metode, yaitu:
1. Analisa berdasarkan Tinggi Puncak
Tinggi dari sebuah peak dari suatu kromatorgram merupkan jarak tegak lurus
antara puncak peak terhadap garis hubung peak. Tinggi dari puncak
kromatografi didapatkan dengan menghubungkan baselines pada dua bagian
puncak dengan garis lurus dan semua variabel terkontrol kondisinya harus
disesuaikan dengan temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju injeksi sampel.
2. Analisa berdasarkan Area Puncak
Luas puncak tidak bergantung pada temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju
injeksi sampel. Oleh karena itu, analisa berdasarkan luas puncak ini lebih baik
digunakan sebagai parameter analisa dibandingkan analisa berdasarkan tinggi
puncak.
3. Analisa dengan Kurva Kalibrasi dengan Standard
Metode lain untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode kurva
kalibrasi. Dalam metode ini, kromatogram standard dan tinggi puncak di plot
sebagai fungsi konsentrasi. Dimana kurva kalibrasi ini memiliki hubungan yaitu
sumbu x merupakan konsentrasi sedangkan sumbu y adalah tinggi puncak
(peak) sehingga akan terdapat persamaan garis Y = bX + a. dimana slope = b.
4. Metode Internal Standard
Metode terbaik untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode internal
standard, karena ketidak pastian dari pemasukkan dari injeksi sampel dapat
dihindari. Dalam prosedur ini, kuanititas yang ditentukan dalam sebuah standard
internal terbagi menjadi dua, yaitu untuk standard dan sampel. Parameter dari
metode ini adalah rasio luas (tinggi) puncak analit dengan luas (tinggi) dari
puncak standard internal.
D. JURNAL ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ASAM LEMAK
TAK JENUH OMEGA-3, OMEGA-6 DAN KARAKTERISASI MINYAK
IKAN PATIN (PANGASIUS PANGASIUS)

Analisis kualitatif dan kuantitatif asam lemak tak jenuh Omega-3 dan Omega-6
pada minyak ikan patin (Pangasius pangasius) dengan menggunakan metode
kromatografi gas bertujuan untuk menentukan kadar Omega-3 dan kadar Omega-6
yang diperoleh dari minyak ikan patin.
Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasilgliserol. Perbedaan antara
suatu lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat dan minyak
berbentukcairpadasuhukamar. Lemaktersusunoleh asam lemak jenuh sedangkan
minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh. Lemak dan minyak adalah bahan-bahan
yang tidak larut dalam air. Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung
asam lemak kaya manfaat karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan
75% asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda atau polyunsaturated fatty
acid yang disingkat PUFA, diantaranya DHA, ARA dan EPA dapat membantu
proses tumbuh-kembangnya otak (kecerdasan), perkembangan indra penglihatan,
dan sistim kekebalan tubuh bayi balita. Kandungan minyak di dalam ikan ditentukan
beberapa faktor, yaitu jenis ikan, jenis kelamin, umur (tingkat kematangan), musim,
siklus bertelur, letak geografis perairan dan jenis makanan yang dikonsumsi ikan
tersebut. Asam lemak linolenat (C18:3,w-3) yang termasuk ke dalam klas Omega-3
dan asam lemak linoleat (C18:2,w-6) yang termasuk kedalam klas Omega-6 adalah
asam lemak esensial yaitu asam lemak yang dibutuhkan tubuh dan mengandung
ikatan rangkap yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia.
Alat yang digunakan adalah: erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, corong
Buchner, pipet tetes, corong pisah, labu ukur, spatula buret, neraca analitik, hot
plate, kertas saring, kain kasa, pengaduk magnit, panci stainless steel, tabung gas
nitrogen, lemari pendingin, statif dan klem, pendingin tegak, serta seperangkat alat
kromatografi gas. Bahan yang dipakai: ikan patin (Pangasius pangasius), n-heksan,
akuades, NaCl, NaOH, etanol, methanol, bentonit, HCl, urea, EDTA, gas nitrogen,
alcohol, KOH, kloroform, asam asetat glacial, KI, natrium tiosulfat, dan indikator
pp.
Bahan baku yang digunakan berupa ikan patin yang diambil dari pasar ikan yang
terletak di Indralaya, dipotong-potong sehingga menjadi potongan kecil dengan
berat lebih kurang 100 gram yang bertujuan untuk memudahkan proses ekstraksi. •
Ekstraksi minyak ikan dilakukan dengan cara: bagian-bagian ikan yang telah
dipotong-potong kecil dimasukkan kedalam panci stainless steel, kemudian
ditambahkan akuades sebanyak 500 ml, ikan direbus sampai mendidih, kemudian
diamkan selama 30 menit sambil diaduk perlahan. Rebusan ikan disaring untuk
memisahkan antara minyak kasar dan padatan. Minyak kasar yang diperoleh
dimurnikan dengan penambahan NaCl 2,5% dan dipanaskan pada temperature 50◦C.
Lapisan minyak dan air dipisahkan dengan corong pisah. Diambil lapisan minyak,
kemudian ditambahkan bentonit ke dalam lapisan minyak sambil diaduk. Setelah
didiamkan beberapa saat, lalu disaring untuk memperoleh minyak yang bersih.
Minyak yang diperoleh disimpan di dalam wadah tertutup rapat serta terhindar dari
kontaminasi langsung dengan sinar matahari dan udara.
Angka asam, angka penyabunan dan angka peroksida ditentukan sesuai dengan
cara Badan Standarisasi Nasional. Isolasi asam lemak tak jenuh majemuk Omega3
dan Omega-6, dilakukan melalui 2 tahap yaitu penyabunan minyak ikan dan
fraksinasi dengan urea, sesuai dengan metode Medina.Analisis Omega-3 dan
Omega-6 dilakukan dengan kromatografi gas (GC).
Persiapan sampel: dilakukan secara berikut, sample minyak diambil 30-40 mg
ditempatkan dalam tabung bertutup Teflon dan ditambahkan 1 mL NaOH 0,5 N
dalam methanol dan dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit.Kemudian
tambahkan 2 mL BF3 20% dipanaskan lagi selama 20 menit. Setelah dingin
ditambahkan 2 mL NaCl jenuh dan 1 mL isooktan dan dikocok dengan baik.
Lapisan isooktan dipisahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam tabung yang berisi
0,1g Na2SO4, dan dibiarkan selama 15 menit. Fasa cair dipisahkan dan selanjutnya
diinjeksikan ke dalam kromatografi gas. Untuk mengetahui waktu retensi EPA,
ARA dan DHA, disuntikkan terlebih dahulu ke dalam kromatografi gas ester asam
lemak dari standar metil ester asam lemak atau FAME yang mengandung EPA,
ARA dan DHA sebagai standar, adanya EPA, ARA dan DHA sample dapat dilihat
dengan menyamakan waktu retensi EPA. ARA dan DHA standart.
Hasil analisis kadar minyak ikan patin ratarata dengan berat 650-879 gram
adalah 3,827%. Hasil ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kadar minyak ikan
Cod (Gadus morrhua) aitu sebesar 0,4%. Akan tetapi kadar ini masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan kadar lemak ikan laut dalam yaitu sekitar 4,8%.
Angka asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang
terdapat dalam minyak. Angka asam yang diperoleh dalam minyak ikan patin yang
diteliti berkisar antara 3,667-19,521 mgKOH/gr (0,37%-1,95%), sementara dalam
angka asam dari minyak ikan komersil adalah 3%. Angka asam yang besar
menunjukkan terbentuknya asam lemak bebas yang besar dari hidrolisis minyak.
Makin tinggi angka asam makin rendah kualitas minyaknya.
Angka penyabunan menunjukkan secara relatif besar kecilnya molukul asam
lemak yang terkandung dalam minyak. Minyak yang disusun oleh asam lemak
berantai C pendek berarti mempunyai berat molukul relatif kecil akan mempunyai
angka penyabunan kecil dan sebaliknya minyak dengan berat molukul besar
mempunyai angka penyabunan yang relatif besar.
Analisis komposisi asam lemak ikan patin dilakukan secara kualitatif dan
kuatitatif menggunakan instrumen Kromatografi Gas (GC). Untuk mengidentifikasi
komponen-komponen asam ;emak ikan patin yaitu dengan menyamakan waktu
retensi sample dengan waktu retensi asam lemak standar dari SupelcoTM 37
Componen FAME Mix (Bellefonte, USA) yang telah diketahui dengan pasti jenis
asam lemaknya.
Pada minyak ikan patin mengandung asam lemak tak jenuh majemuk Omega-3
dan Omega-6. Lemak ikan patin mengandung EPA, DHA dan ARA untuk berat
ikan berkisar antara 650-879 gram adalah , masing-masing 0,21-2,48% , 0,95-
9,96%, dan 0,349-1,105%. Minyak ikan yang diproleh dari ikan patin dengan berat
650-879 gram mempunyai kadar minyak rata-rata 3,827%, angka asam berkisar
3,667- 19,521 mgKOH/gr, angka penyabunan berkisar 91,707-192,207 mgKOH/gr,
dan angka peroksida berkisar antara 0,778-17,78 mek/kg.
PERTANYAAN:
1. Bagaiamana cara pemilihan gel pada elektroforesis gel?
2. Mengapa larutan buffer bisa digunakan dalam elektroforesis gel?
3. Apa contoh fase diam dan fase gerak dalam analisa kuantitatif dan kualitatif
kromatografi gas?
4. Bagaimana cara mengetahui waktu retensi EPA, ARA dan DHA?

Anda mungkin juga menyukai