Pada elektroforesis media pemisahnya berupa gel Agarosa atau lainnya yang memiliki tingkat
viskositas tinggi. Dengan demikian dapat dihitung laju molekulnya adalah sebagai berikut:
Laju dalam elektroforesis sangat bergantung pada kekentalan medium (n), ukuran atau bentuk
(r), dan muatan molekul (q). Kekuatan asam pada medium juga mempengaruhi besar muatan
pada saat ionisasi berlangsung sehingga diperlukan larutan buffer untuk mengatasi masalah ini.
Dan juga perlu dilakukan analisis terhadap kemampuan media untuk memisahkan molekul-
molekul agar lebih efektif dan maksimal.
Alat elektroforesis terdiri dari medium pemisah yang terhubung dengan dua elektroda dan kertas
saring. Media pemisah dapat berupa gel Agarosa, pati atau poliakrilamida. Media terdiri dari dua
bagian yang dihubungkan dengan sumbu asbes; satu bagian berisi elektroda platina dan yang lain
kontak dengan medium elektroforesis.
2. Komponen Elektroforesis dan PCR
Jawab:
a. Komponen Elektroforesis
Elektroforesis terdiri dari beberapa komponen utama dalam penggunaanya. Yang pertama
adalah larutan elektrolit yang berfungsi sebagai pembawa komponen. Umumnya berupa
larutan buffer dengan pH tertentu sesuai dengan karakteristik senyawa yang akan dipisahkan.
Berikutnya media pemisah merupakan tempat proses pemisahan terjadi. Media pemisah ini
berupa kertas (selulosa asetat, selulosa nitrat), gel kanji, gel polikrilamid, busa poliuretan
atau agar-agar. Selanjutnya yang paling penting adalah elektroda yang berfungsi sebagai
penghubung arus listrik dengan media pemisah dan baterai atau arus listrik sebagai sumber
energi (source) pada rangkaian alat.
Penggunaan Medium
Pemisah Keberhasilan dari teknik elektroforesis dipengaruhi pemilihan medium pemisahnya.
Ada dua medium yang sering digunakan dalam menggunakan elektroforesis. Yang pertama
gel Agarosa. Merupakan metode standar untuk mengidentifikasi serta memurnikan fragmen-
fragmen Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dan Ribose Nucleic Acid. Senyawaan tersebut
merupakan pembawa genetika pada makhluk hidup-dilakukan pada medan listrik horizontal.
Kelebihan dari gel ini lebih mudah, sederhana dan laju pemisahannya lebih cepat membentuk
fragmenfragmen dan tidak bersifat toksik. Hanya saja kelemahannya gel ini memiliki
sensitifitas tinggi dan mudah rusak sehingga memerlukan ketelitian dan kehati-hatian pada
proses pengerjaannya. Yang kedua gel poliakrilamida. Gel ini memiliki memiliki resolusi tinggi
pada hasil pemisahannya. Membutuhkan tegangan listrik yang tinggi pada pengerjaannya dan
dilakukan pada medan listrik vertical. Persiapan pengerjaan membutuhkan waktu relatif
lama, mahal dan memiliki laju pemisahan yang lebih lambat dibandingkan gel Agarosa (Rita
Elfianis)
b. Komponen PCR
1) DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan. DNA cetakan yang
digunakan sebaiknya berkisar antara 105 – 106 molekul. Dua hal penting tentang cetakan
adalah kemurnian dan kuantitas.
2) Oligonukleotida primer, yaitu suatu sekuen oligonukleotida pendek (18 – 28 basa
nukleotida) yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA. Dan mempunyai
kandungan G + C sebesar 50 – 60%.
3) Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), terdiri dari dATP, dCTP, dGTP, dTTP. dNTP
mengikat ion Mg2+ sehingga dapat mengubah konsentrasi efektif ion. Ini yang diperlukan
untuk reaksi polimerasi.
4) Enzim DNA Polimerase, yaitu enzim yang melakukan katalisis reaksi sintesis rantai DNA.
Enzim ini diperoleh dari Eubacterium yang disebut Thermus aquaticus, spesies ini diisolasi
dari taman Yellowstone pada tahun 1969. Enzim polimerase taq tahan terhadap
pemanasan berulang-ulang yang akan membantu melepaskan ikatan primer yang tidak
tepat dan meluruskan wilayah yang mempunyai struktur sekunder.
5) Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Larutan buffer PCR umumnya
mengandung 10 – 50mM Tris-HCl pH 8,3-8,8 (suhu 20o C); 50 mM KCl; 0,1% gelatin atau
BSA (Bovine Serum Albumin); Tween 20 sebanyak 0,01% atau dapat diganti dengan Triton
X-100 sebanyak 0,1%; disamping itu perlu ditambahkan 1,5 mM MgCl2.
ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses elektroforesis dalam
analisis ini. menurut ardhana (2011) faktor-faktor tersebut diantara nya adalah ukuran molekul
dna, konsentrasi gel agarosa, konformasi dna, voltase, keberadaan pewarna dna, komposisi
buffer elektroforesis Elektroforesis migration rate selama dna bergerak menembus gel agarose
dipengaruhi oleh beberapa factor utama, sebagai berikut:
1. ukuran molekul DNA
molekul yang lebih besar akan bergerak lebih lambat, missal dna linier lebih cepat
dibanding dna sirkuler. jarak migrasi molekul dna pada gel adalah laju terbalik
proporsional log-10 dari jumlah pasangan basa2.
3. konformasi DNA
laju migrasi juga tergantung pada bentuk/konformasi dna, kita tahu bahwa ada 3
macam bentuk dna yaitu super-helix circular (i), circular-opened (ii), dan linier (iii).
meskipun ketiga bentuk itu mempunyai berat yang sama tetapi laju migrasi pada gel
elektroforesis berbeda. perbedaan laju migrasi ini karena:
terutama konsentrasi gel agarose kekuatan arus listrik dan ionik buffer yang
digunakan densitas kembaran superheliks pada bentuk I pada beberapa kondisi
bentuk I lebih cepat dibanding bentuk III tergantung juga kenaikan kuantitas etbr:
konsentrasi etbr meningkat, pengikatan dna meningkat pula sehingga mobilitas
meningkat tajam, contoh untuk bentuk I konsentrasi etbr kritis antara 0.1mg/ml-
0.5ml/mg
(1) deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP). Larutan stok dNTP yang akan digunakan dalam PCR
sebaiknya dinetralkan menjadi pH 7,0. Untuk menentukan konsentrasinya, dapat
digunakan spektrofotometer. Larutan stock tersebut perlu dituang dalam volume kecil
(aliquot) dengsn konsentrasi 1mM dan disimpan pada suhu -20oC. Konsentrasi masing-
masing dNTP yang diperlukan dalam PCR berkisar antara 20-200µM dan keempat dNTP
yang digunakan sebaiknya 14
(7) faktor teknis dan faktor non teknis lainnya, misalnya kontaminasi.
Jawab:
Setelah melakukan PCR berulang maka selanjutnya melakukan elektroforesis gel menggunakan gel
agarosa. DNA marker yang digunakan saat praktikum adalah leading dye 2 dan DNA leader 5 mikro
(100 bp). Hasil pengamatan elektroforesis pada sampel darah dan sampel epitel didapatkan
melalului Praktikum elektroforesis gel dimulai dengan pembuatan gel agarosa. proses pembuatan
gel agarosa dilakukan dengan cara mencampurkan bubuk agarosa 1 g dengan larutan 1X TBE buffer
solution sebanyak 12 mL yang berperan untuk memudahkan migrasi dari fragmen DNA berdasarkan
perbedaan kekuatan ionik,bubuk dipanaskan,kemudian dinginkan sampai 60oC dan tambahkan
etidium bromida,dituangkan ke dalam cetakan yang telah disiapkan dengan comb-nya dan tunggu
sampai mengeras.Penambahan etidium bromida dilakukan dengan tujuan mewarnai asam
nukleat.Etidium bromida adalah mutagen dan harus ditangani dengan hati-hati.Setelah gel
mengeras, gel dimasukkan ke dalam ruang elektroforesis dan dilakukan penambahan running
buffer.Penambahan running buffer dilakukan dengan tujuan mempermudah pengerasan gel saat
dilakukan pemanasan. Running elektroforesis dilakukan pada tegangan 70 Volt selama 120 menit.
Tahap selanjutnya adalah mencampurkan DNA hasil amplifikasi lewat proses PCR dengan loading
buffer yang memiliki fungsi membantu sampel turun ke dalam well dan membantu memonitor
berapa lama proses elektroforesis telah berlangsung.DNA memiliki muatan negatif (DNA
mengandung gugus PO4) sehingga diharapkan akan bergerak menuju kutub positif. Praktikum
dilanjutkan dengan memasang penutup ruang elektroforesis dan diberikan arus listrik.Gel
dikeluarkan dari ruang elektroforesis setelah mengalami perubahan warna dan dilihat dengan sinar
UV.Hasil dokumentasi dilakukan dengan gel doc.Komponen gel doc terdiri dari lampu UV, kamera
dan komputer.Lampu UV berfungsi menerangi bagian dalam dalam dari gel doc, kamera berfungsi
memotret hasil elektroforesis dan komputer berfungsi menjalankan proses dokumentasi lewat
bantuan software.
Dari Hasil Pita DNA Setelah Elektroforesis pada Medium Agarose terlihat bahwa pada sumur standar
DNA darah tampak mengandung DNA, pada sumur ke 8 tampak DNA nya hancur dan pada sumur 14
tidak tampak DNA darah. Pada sumur 2 DNA epitel tidak tampak muncul pita DNA.
Pembahasan Elektroforesis gel Agarose,
Hasil elektoforesis gel agarose yang bandbandnya tidak terlihat dan kurang
jelasnya band-band yang terbentuk, menyebabkan hasil tersebut tidak dapat digunakan
untuk mengukur ukuran fragmen DNA. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan banyak
faktor, antara lain proses pengisolasian yang tidak benar, proses PCR yang kurang bekerja,
keterbatasan fasilitas yang tersedia, dan telah terkontaminasinya sampel DNA. Kekurang
telitian praktikan dalam proses pengerjaannya pun menjadi faktor ketidakberhasilan
praktikum pada band DNA isolasi sel darah urutan kedelapan, hasil tidak tampak
kemungkinan karena pada saat isolasi DNA hancur sehingga tampak bayangan panjang, pada
band DNA isolasi sel darah urutan keempat belas, hasil tidak tampak kemungkinan karena
pada saat isolasi DNA kurang tepat . pada band DNA isolasi sel epitel urutan kedua, hasil
tidak tampak kemungkinan karena pada saat isolasi DNA kurang tepat, pada band dna isolasi
sel epitel urutan kedua, hasil tidak tampak kemungkinan karena pada saat isolasi DNA
kurang tepat, jarak base pare tidak jelas atau tidak tampak karena voltase 70 v yang
digunakan tidak mampu mengisolasi DNA kemungkinan dibutuhkan 120 volt supaya jaraknya
lebih jelas base pare, analing suhu yang digunakan 52o c mempengaruhi pelekatan isolasi
dna pada agar sehingga, mempegaruhi jarak base pairs, jadi isolasi DNA berhasil maka prime
harus tepat, isolasi DNA tidak berhasil karena voltase tidak tepat, konsentrasi agar terlalu
tinggi, suhu tidak terkontrol. diperoleh jarak migrasi dari protein‐protein standar dengan
band standar pemisahan protein pada gel menggunakan prinsip penghambatan terhadap
laju migrasi dari protein ‐protein tersebut sehingga pemisahan karena perbedaan berat
molekul mengakibatkan terbentuknya pita‐pita pada jarak migrasi yang berbeda satu sama
lain dan jarak tersebut jadi dari hubungan marker, standar dapat diperoleh model regresi
liniernya, yaitu DNA epitel y = 38313e-0.90x R² = 0.987 dan DNA darah y = 1E+06e-1.06x R² =
0.996
Jawab:
Bangun, Seri Rayani, dkk. 2017. Isolasi DNA Dari Darah Dan Ephitel, PCR, Elektroforesis Agarose Dan
SDS-PAGE.
K. Sasmito , Dinda Eling, dkk.2014. Karakteristik Primer pada Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk
Sekuensing DNA: Mini Review. Jurusan Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
K. Yusuf Zuhriana. 2010. Polymerase Chain Reaction (PCR). Saintek, Vol.5, No.2
Ridwan, Harahap M. 2018. Elektroforesis : Analisis Elektronika Terhadap Biokimia Genetika. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, Vol.2, No.1. ISSN : 2549-3698 (printed). ISSN : 2549-
3701 (online)
Sinaga,Ann dkk,.2017. Analisis Pola Pita Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium D.C) Berdasarkan
Primer OPD 03, OPD 20, OPC 07, OPM 20, OPN 09. Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155. E-ISSN No. 2337- 6597.