Anda di halaman 1dari 15

1.

Prinsip kerja elektroforesis


Jawab:
Menurut George Stokes besarnya gaya gesek pada fluida disebabkan viskositas fluida. Semakin
besar viskositas (kekentalan) fluida maka akan semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga
menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair
viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Gaya ini disebut gaya Stoke. Suatu
molekul bermuatan Q dalam medan listrik berkekuatan x akan bergerak dengan kecepatan v
karena mengalami gaya sebesar qx. Jika f merupakan koefisien gesekan (friksi), maka molekul
tersebut akan mengalami gaya hambat sebesar vf, sehingga qx = vf. Maka koefisien gesekan (f)
adalah sebagai berikut:

Pada elektroforesis media pemisahnya berupa gel Agarosa atau lainnya yang memiliki tingkat
viskositas tinggi. Dengan demikian dapat dihitung laju molekulnya adalah sebagai berikut:

Laju dalam elektroforesis sangat bergantung pada kekentalan medium (n), ukuran atau bentuk
(r), dan muatan molekul (q). Kekuatan asam pada medium juga mempengaruhi besar muatan
pada saat ionisasi berlangsung sehingga diperlukan larutan buffer untuk mengatasi masalah ini.
Dan juga perlu dilakukan analisis terhadap kemampuan media untuk memisahkan molekul-
molekul agar lebih efektif dan maksimal.
Alat elektroforesis terdiri dari medium pemisah yang terhubung dengan dua elektroda dan kertas
saring. Media pemisah dapat berupa gel Agarosa, pati atau poliakrilamida. Media terdiri dari dua
bagian yang dihubungkan dengan sumbu asbes; satu bagian berisi elektroda platina dan yang lain
kontak dengan medium elektroforesis.
2. Komponen Elektroforesis dan PCR
Jawab:
a. Komponen Elektroforesis
Elektroforesis terdiri dari beberapa komponen utama dalam penggunaanya. Yang pertama
adalah larutan elektrolit yang berfungsi sebagai pembawa komponen. Umumnya berupa
larutan buffer dengan pH tertentu sesuai dengan karakteristik senyawa yang akan dipisahkan.
Berikutnya media pemisah merupakan tempat proses pemisahan terjadi. Media pemisah ini
berupa kertas (selulosa asetat, selulosa nitrat), gel kanji, gel polikrilamid, busa poliuretan
atau agar-agar. Selanjutnya yang paling penting adalah elektroda yang berfungsi sebagai
penghubung arus listrik dengan media pemisah dan baterai atau arus listrik sebagai sumber
energi (source) pada rangkaian alat.
Penggunaan Medium
Pemisah Keberhasilan dari teknik elektroforesis dipengaruhi pemilihan medium pemisahnya.
Ada dua medium yang sering digunakan dalam menggunakan elektroforesis. Yang pertama
gel Agarosa. Merupakan metode standar untuk mengidentifikasi serta memurnikan fragmen-
fragmen Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dan Ribose Nucleic Acid. Senyawaan tersebut
merupakan pembawa genetika pada makhluk hidup-dilakukan pada medan listrik horizontal.
Kelebihan dari gel ini lebih mudah, sederhana dan laju pemisahannya lebih cepat membentuk
fragmenfragmen dan tidak bersifat toksik. Hanya saja kelemahannya gel ini memiliki
sensitifitas tinggi dan mudah rusak sehingga memerlukan ketelitian dan kehati-hatian pada
proses pengerjaannya. Yang kedua gel poliakrilamida. Gel ini memiliki memiliki resolusi tinggi
pada hasil pemisahannya. Membutuhkan tegangan listrik yang tinggi pada pengerjaannya dan
dilakukan pada medan listrik vertical. Persiapan pengerjaan membutuhkan waktu relatif
lama, mahal dan memiliki laju pemisahan yang lebih lambat dibandingkan gel Agarosa (Rita
Elfianis)

b. Komponen PCR
1) DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan. DNA cetakan yang
digunakan sebaiknya berkisar antara 105 – 106 molekul. Dua hal penting tentang cetakan
adalah kemurnian dan kuantitas.
2) Oligonukleotida primer, yaitu suatu sekuen oligonukleotida pendek (18 – 28 basa
nukleotida) yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA. Dan mempunyai
kandungan G + C sebesar 50 – 60%.
3) Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), terdiri dari dATP, dCTP, dGTP, dTTP. dNTP
mengikat ion Mg2+ sehingga dapat mengubah konsentrasi efektif ion. Ini yang diperlukan
untuk reaksi polimerasi.
4) Enzim DNA Polimerase, yaitu enzim yang melakukan katalisis reaksi sintesis rantai DNA.
Enzim ini diperoleh dari Eubacterium yang disebut Thermus aquaticus, spesies ini diisolasi
dari taman Yellowstone pada tahun 1969. Enzim polimerase taq tahan terhadap
pemanasan berulang-ulang yang akan membantu melepaskan ikatan primer yang tidak
tepat dan meluruskan wilayah yang mempunyai struktur sekunder.
5) Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Larutan buffer PCR umumnya
mengandung 10 – 50mM Tris-HCl pH 8,3-8,8 (suhu 20o C); 50 mM KCl; 0,1% gelatin atau
BSA (Bovine Serum Albumin); Tween 20 sebanyak 0,01% atau dapat diganti dengan Triton
X-100 sebanyak 0,1%; disamping itu perlu ditambahkan 1,5 mM MgCl2.

3. Tuliskan dan jelaskan jenis-jenis elektroforesis !


Jawab : Ada beberapa jenis elektroforesis yang dapat di gunakan dalam proses pemisahan
suatu molekul, diantaranya :
1. Elektroforesis kertas dan selulosa asetat
Prinsip elektroforesis kertas dan elektroforesis selulosa asetat hampir sama,hanya
berbeda pada medium penyangga yang digunakan. Elektroforesis berperan dalam proses
pemisahan protein berdasarkan mobilitas pada pH tertentu. Pada titik isolistrik yaitu
keadaan pH saat muatan positif sama dengan muatan negatif sehingga pada pH isolisterik
molekul protein tidak bergerak dalam medan listrik.
Elektroforesis selulosa asetat memiliki medium penyangga berupa selulosa
asetat,sehingga absorpsi yang terjadi sangat rendah dan pemisahan yang jelas dari suatu
campuran ke dalam daerah yabf terpisah. Senyawa mudah terelusi dengab recovery yang
baik. Pada elektroforesis selulosa asetat hanya diperlukan sampel dalam jumlah yang sangat
kecil dan pemisahan dapat di selesaikan dalam waktu 1 jam. Sedangkan pada elektroforesis
kertas membutuhkan waktu selama satu malam.

2. Elektroforesis Gel Poliakrilamida Sodium Dodesilsulfat (SDS Gel)


Elektroforesis SDS gel poliakrilamida (SDS PAGE) adalah salah satu jenis elektroforesis
yang banyak digunakan secara luas pada saat ini. SDS PAGE memiliki keuntungan yang lebih
besar dari elektroforesis kertas dan selulosa. Hal tersebut berhubungan dengan besarnya
pori medium penyangga,perbandingan konsentrasi akrilamida dan bismetilen akrilamida.
Selain hal tersebut gel tidak menimbulkan aliran panas secara konveksi dan bersifat
transparan.

3. Elektroforesis Tegangan Tinggi


Ada dua macam teknik elektrifiresis tegangan tinggi yang viasa digunakan yaitu
elektroforesis free boundary dan elektroforesis zona. Pada elektroforesis zona,pita protein
lebih stabil dengan menggunakan medium penyangga berupa kertas. Waktu yang digunakan
untuk elektroforesis kertas sama seperti kromatografi kertas (biasanta 18-20jam) dengan
tegangan listrik normal sebesar 100-500 V. Namun kualitas spot yang dihasilkan tidak sebaik
kromatografu karena pengaruh difusi dan resonansi dari senyawa yang memiliki mobilitas
serupa sangat sulit dicapai. Pada kondisi yang sesuai protein memiliku muatan listrik yang
tinggi dan mobilitas seperti ion dengan bobot molekul rendah,sehingga setelah 16 jan pita
protein masih cukup tajam dan memiliki resolusi yang baik.
4. Elektroforesis Gel Slab
Elektroforesis gel slab adalah salah satu teknik pemisahan untum karakterisasi
makromolekul dan penentuan tingkat kemurnian suatu makromolekul. Elektroforesis
tersebut berdasarkan pada muatan molekul seperti DNA,RNA dan protein memiliku muatan
sehingga dapat bergerak jika ditempatkan pada suatu medan listrik. Pada elektroforesis gel
slab, akrilamida yang digunakan dipolimerisasi ke dalam slab berbentuk segi empat diantara
dua pelat kaca.

5. Elektroforesis Gel Agarosa


Gel yang digunakan dibentuk dari agarosa atay poliakrilamida. Agarosa dapat digunakan
untuk pemisahan fragmen DNA dengan ukuran beberapa ratus hingga sekitar 20.000 kb.
Agarosa dibuat dengan cara melarutkan bubuk agarosa dalan cairan buffer mendidih
sehingga pada suhu 38 derajat celcius membentuk gel. Pada konsentrasi 1% w/v gel dalam
buffer mengandung air tinggi,struktur serat baik, ukuran pori besar dan tahan gesekan.
Penggunaan elektroforesis gel agarosa berlangsung sangat cepat terutama terhadap
pemisahan makromolekul.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran menggunakan elektroforesis dan PCR !


Jawab :

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran menggunakan elektroforesis :


Metoda standar yang digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi dan memurnikan
fragmen dna adalah elektroforesis gel agorose. teknik ini sederhana, cepat terbentuk, dan
mampu memisahkan campuran potongan dna sesuai dengan ukurannya secara akurat, dibanding
dengan densitas gradient sentrifugasi. selanjutnya, lokasi dna dalam gel tersebut dapat
diidentifikasi secara langsung dengan menggunakan pewarna berfluorescen.

ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses elektroforesis dalam
analisis ini. menurut ardhana (2011) faktor-faktor tersebut diantara nya adalah ukuran molekul
dna, konsentrasi gel agarosa, konformasi dna, voltase, keberadaan pewarna dna, komposisi
buffer elektroforesis Elektroforesis migration rate selama dna bergerak menembus gel agarose
dipengaruhi oleh beberapa factor utama, sebagai berikut:
1. ukuran molekul DNA
molekul yang lebih besar akan bergerak lebih lambat, missal dna linier lebih cepat
dibanding dna sirkuler. jarak migrasi molekul dna pada gel adalah laju terbalik
proporsional  log-10 dari jumlah pasangan basa2.

2. konsentrasi gel agarose


fragmen dna yang bervariasi ukuran molekulnya akan berberak sesuai dengan
konsentrasi dari gel agarose yang digunakan. rumusnya adalah: logm=logmo-
krt dimana mo adalah free electrophoresis mobility, kr adalah retardation coefficient,
dan  t adalah gel konsentrasi serta m adalah electrophoretic mobility dna

3. konformasi DNA
laju migrasi juga tergantung pada bentuk/konformasi dna, kita tahu bahwa ada 3
macam bentuk dna yaitu super-helix circular (i), circular-opened (ii), dan linier (iii).
meskipun ketiga bentuk itu mempunyai berat yang sama tetapi laju migrasi pada gel
elektroforesis berbeda. perbedaan laju migrasi ini karena:
terutama konsentrasi gel agarose kekuatan arus listrik dan ionik buffer yang
digunakan densitas kembaran superheliks pada bentuk I pada beberapa kondisi
bentuk I lebih cepat dibanding bentuk III tergantung juga kenaikan kuantitas etbr:
konsentrasi etbr meningkat, pengikatan dna meningkat pula sehingga mobilitas
meningkat tajam, contoh untuk bentuk I konsentrasi etbr kritis antara 0.1mg/ml-
0.5ml/mg

4. Penggunaan Voltage Dan Arah Dari Bidang Elektris


voltage rendah menyebabkan laju migrasi dna linier proporsional. idealnya untuk dna
± 2kb pada gel agarose bergerak ± 5v/cm. arah dari bidang elektris konstans untuk
dna 50-100kb bergerak dengan laju yang sama, akan berubah secara periodik sesuai
kecepatan pergerakan dna akan berubah juga.

5. Komposisi Basa Dna Atau Temperature


Baik komposisi basa maupun temperature tidak begitu berpengaruh, mobilitas dna
stabil pada temp. 4-30°c. Dan elektroforesis gel agarose dilakukan pada suhu kamar

6. Keberadaan pewarna DNA


Intercalating agent ethidium bromide (etbr) adalah pewarna fluoresen untuk deteksi
asam nukleat, etbr ini akan mengikat pada sela-sela pasangan basa dna. Etbr dapat
mengurangi mobilitas dna linier sampai 15%. Hanya sedikit dna ± 1ng dapat dideteksi
secara langsung dengan cara gel diletakkan pada media uv-transilluminator. Etbr
dapat digunakan untuk mendeteksi single- atau double-stranded asam nukleat (dna
atau rna). Meskipun, affinity dari etbr-dye ini untuk single-stranded asam nukleat
relative rendah dan pendaran fluorensen minimum. Perhatian! Etbr ini powerful
mutagen, pengguna harus selalu memakai sarung tangan pada saat bekerja, dan
lindungi mata anda dengan kaca pelindung pada saat mengamati di atas uv-
transilluminator.

7. Komposisi Buffer Elektroforesis


Buffer elektroforesis yang digunakan harus sesuai dengan pelarut yang digunakan
untuk pembuatan gel agarose. misal:
a. tris-acetate; umum dipakai untuk preparative, kemampuannya paling rendah,
tetapi efektif untuk isolasi dna dari gel agarose baik elektroelusi maupun gel
ekstraksi.
b. tris-borat; resolusi cukup baik, tapi untuk mengisolasi kembali dna dari agarose
kurang effektif, karena ada interaksi dengan agarose

( Ann Sinaga dkk,.2017 )

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran menggunakan PCR :

Keberhasilan PCR ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:

(1) deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP). Larutan stok dNTP yang akan digunakan dalam PCR
sebaiknya dinetralkan menjadi pH 7,0. Untuk menentukan konsentrasinya, dapat
digunakan spektrofotometer. Larutan stock tersebut perlu dituang dalam volume kecil
(aliquot) dengsn konsentrasi 1mM dan disimpan pada suhu -20oC. Konsentrasi masing-
masing dNTP yang diperlukan dalam PCR berkisar antara 20-200µM dan keempat dNTP
yang digunakan sebaiknya 14

(2) oligonukleotida primer,

(3) DNAtemplate, dan

(4) komposisi larutan buffer,

(5) jumlah siklus reaksi,

(6) enzim yang digunakan, dan

(7) faktor teknis dan faktor non teknis lainnya, misalnya kontaminasi.

( Dinda Eling K.Sasmito , dkk.2014 )

5. Berikan contoh data hasil analisis menggunakan Elektroforesis dan bagaimana


menginterpretasikan data tersebut!

Jawab:

 ISOLASI DNA DENGAN ELEKTROFORESIS AGAROSE


Hasil pita DNA didapatkan melalui beberapa tahap diantaranya isolasi DNA darah
dan DNA epitel kemudian melakukan elektroforesis gel agarose,elektroforesis gel untuk
mengetahui ukuran fragmen DNA dari produk PCR,memisahkan produk DNA dari hasil
digesti yang berbeda ukuran, lalu dapat disequencing,dan juga untuk pemurnian atau
purifikasi DNA reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain Reaction
(PCR),merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in
vitro.Metoda PCR dapat meningkatkan jumlah urutan DNA ribuan bahkan jutaan kali dari
jumlah semula,Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali
jumlahnya.PCR adalah menemukan bagaimana cara amplifikasi hanya pada urutan DNA
target dan meminimalkan amplifikasi urutan non-target.Proses PCR merupakan proses siklus
yang berulang meliputi denaturasi,annealing dan ekstensi oleh enzim DNA
polimerase.Berikut adalah tabel siklus PCR yang berulang dengan waktu yang dibutuhkan
adalah 01.33.54’ (satu jam tiga puluh tiga menit lima puluh empat detik.

Setelah melakukan PCR berulang maka selanjutnya melakukan elektroforesis gel menggunakan gel
agarosa. DNA marker yang digunakan saat praktikum adalah leading dye 2 dan DNA leader 5 mikro
(100 bp). Hasil pengamatan elektroforesis pada sampel darah dan sampel epitel didapatkan
melalului Praktikum elektroforesis gel dimulai dengan pembuatan gel agarosa. proses pembuatan
gel agarosa dilakukan dengan cara mencampurkan bubuk agarosa 1 g dengan larutan 1X TBE buffer
solution sebanyak 12 mL yang berperan untuk memudahkan migrasi dari fragmen DNA berdasarkan
perbedaan kekuatan ionik,bubuk dipanaskan,kemudian dinginkan sampai 60oC dan tambahkan
etidium bromida,dituangkan ke dalam cetakan yang telah disiapkan dengan comb-nya dan tunggu
sampai mengeras.Penambahan etidium bromida dilakukan dengan tujuan mewarnai asam
nukleat.Etidium bromida adalah mutagen dan harus ditangani dengan hati-hati.Setelah gel
mengeras, gel dimasukkan ke dalam ruang elektroforesis dan dilakukan penambahan running
buffer.Penambahan running buffer dilakukan dengan tujuan mempermudah pengerasan gel saat
dilakukan pemanasan. Running elektroforesis dilakukan pada tegangan 70 Volt selama 120 menit.
Tahap selanjutnya adalah mencampurkan DNA hasil amplifikasi lewat proses PCR dengan loading
buffer yang memiliki fungsi membantu sampel turun ke dalam well dan membantu memonitor
berapa lama proses elektroforesis telah berlangsung.DNA memiliki muatan negatif (DNA
mengandung gugus PO4) sehingga diharapkan akan bergerak menuju kutub positif. Praktikum
dilanjutkan dengan memasang penutup ruang elektroforesis dan diberikan arus listrik.Gel
dikeluarkan dari ruang elektroforesis setelah mengalami perubahan warna dan dilihat dengan sinar
UV.Hasil dokumentasi dilakukan dengan gel doc.Komponen gel doc terdiri dari lampu UV, kamera
dan komputer.Lampu UV berfungsi menerangi bagian dalam dalam dari gel doc, kamera berfungsi
memotret hasil elektroforesis dan komputer berfungsi menjalankan proses dokumentasi lewat
bantuan software.

Dari Hasil Pita DNA Setelah Elektroforesis pada Medium Agarose terlihat bahwa pada sumur standar
DNA darah tampak mengandung DNA, pada sumur ke 8 tampak DNA nya hancur dan pada sumur 14
tidak tampak DNA darah. Pada sumur 2 DNA epitel tidak tampak muncul pita DNA.
 Pembahasan Elektroforesis gel Agarose,
Hasil elektoforesis gel agarose yang bandbandnya tidak terlihat dan kurang
jelasnya band-band yang terbentuk, menyebabkan hasil tersebut tidak dapat digunakan
untuk mengukur ukuran fragmen DNA. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan banyak
faktor, antara lain proses pengisolasian yang tidak benar, proses PCR yang kurang bekerja,
keterbatasan fasilitas yang tersedia, dan telah terkontaminasinya sampel DNA. Kekurang
telitian praktikan dalam proses pengerjaannya pun menjadi faktor ketidakberhasilan
praktikum pada band DNA isolasi sel darah urutan kedelapan, hasil tidak tampak
kemungkinan karena pada saat isolasi DNA hancur sehingga tampak bayangan panjang, pada
band DNA isolasi sel darah urutan keempat belas, hasil tidak tampak kemungkinan karena
pada saat isolasi DNA kurang tepat . pada band DNA isolasi sel epitel urutan kedua, hasil
tidak tampak kemungkinan karena pada saat isolasi DNA kurang tepat, pada band dna isolasi
sel epitel urutan kedua, hasil tidak tampak kemungkinan karena pada saat isolasi DNA
kurang tepat, jarak base pare tidak jelas atau tidak tampak karena voltase 70 v yang
digunakan tidak mampu mengisolasi DNA kemungkinan dibutuhkan 120 volt supaya jaraknya
lebih jelas base pare, analing suhu yang digunakan 52o c mempengaruhi pelekatan isolasi
dna pada agar sehingga, mempegaruhi jarak base pairs, jadi isolasi DNA berhasil maka prime
harus tepat, isolasi DNA tidak berhasil karena voltase tidak tepat, konsentrasi agar terlalu
tinggi, suhu tidak terkontrol. diperoleh jarak migrasi dari protein‐protein standar dengan
band standar pemisahan protein pada gel menggunakan prinsip penghambatan terhadap
laju migrasi dari protein ‐protein tersebut sehingga pemisahan karena perbedaan berat
molekul mengakibatkan terbentuknya pita‐pita pada jarak migrasi yang berbeda satu sama
lain dan jarak tersebut jadi dari hubungan marker, standar dapat diperoleh model regresi
liniernya, yaitu DNA epitel y = 38313e-0.90x R² = 0.987 dan DNA darah y = 1E+06e-1.06x R² =
0.996

6. Berikan contoh data hasil analisis menggunakan Elektroforesis dan bagaimana


menginterpretasikan data tersebut!

Jawab:

 ISOLASI PROTEIN DENGAN ELEKTROFORESIS SDS PAGE


Salah satu metode PAGE yang umumnya digunakan untuk analisa
campuran protein secara kualitatif adalah SDS‐PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide
Gel Electroforesis). Prinsip penggunaan metode ini adalah migrasi komponen akril amida
dengan N.N` bisakrilamida.Elektroforesis dilakukan dengan menempatkan larutan sampel
yang suda h dipreparasi dan juga marker,ke dalam sumur SDS PAGE. Elektroforsis dilakukan
selama kurang lebih 4 jam dilanjutkan pewarnaan selama lebih 10 jam sampai terlihat pita
DNAnya dengan tegangan konstan sebesar 70 volt pada pengecatan dengan menggunakan
perak nitrat dianalisa jarak migrasi pita‐pita protein yang terbentuk pada gel pemisah. jarak
migrasi diukur dan dibandingkan dengan jarak yang ditempuh oleh pewarna biru
bromofenol. Berikut adalah hasil pengamatan: Sampel darah dari : laki-laki Perempuan
Jumlah darah yang diambil : 5 cc Waktu yang diambil : 08.00 WIB
Dari foto hasil SDS PAGE pita-pita DNA tidak terpisah dengan baik dan tidak jelas perbedaan setiap
pita DNAnya. Pita-pita DNA tidak terpisah kemungkinan akibat akrilamida tidak bereaksi dengan
sampel dan tidak membentuk matriks dengan sampel, sehingga menghambat pergerakan sampel
yang memungkinkan pemisahan protein secara sempurna.
 Pembahasan Elektroforesis SDS PAGE
Dari isolasi protein diperoleh sampel, yaitu sampel protein plasma (P),
sampel protein membran (M), sampel protein pengendapan garam tinggi (Gp), Sampel
protein supernatan garam tinggi (Gs), sampel protein supernatan etanol (Es), sampel protein
pengendapan etanol tinggi (Ep) dan sampel protein sitoplasmik (S). Dari analisa SDS PAGE
maka diproleh molekul protein yang terdapat pada band 1 jarak dengan plasma 0,7cm
dengan berat molekul protein 200.000 nama protein Myosin, band 2 βGalactosidase 3
Glycogen phosporilase b, 4 Bovine serum albumin, 5 ovalbumin dan 9 Aprotinin tidak
tampak terisi oleh DNA, jarak band 6 dengan plasma 4,2 cm dengan berat molekul 31.000,
jarak band 7 dengan plasma 4,7 berat molekul 21.500 nama protein soyben trypsin inhibitor,
jarak band 8 dengan plasma 5.0 m berat molekul 14.400 nama protein adalah Lysozyme.
Jarak band 1 dengan memmbran 1, 2, 3, 4, 5, 8 tidak tampak proteinnya, jarak band 6 4,7cm
dengan berat molekul 31.000 nama protein Carbonicanhydrase. Jarak band 7 dengan
memmbran 4,3 cm dengan berat molekul 21.500 nama protein Soybean Trypsin inhibitor
dan jarak band 9 dengan membran 6.2 cm dengan berat molekul 6.500 nama protein
Aprotinin. Jarak band 6 dengan sitoplasmik 4.2cm dengan berat molekul 31.000 nama
protein carbonicanhydrase, Jarak band 7 dengan sitoplasmik 4.6 cm dengan berat molekul
21.500 nama protein soyben trypsin inhibitor, jarak band 9 dengan sitoplasmik 6.1 cm
dengan berat molekul 6.500 nama protein Aprotinin. Jarak band 1, 2, 3, 4, 8,9 dengan ES
tidak tampak, jarak band 5 dengan ES 2.5 cm berat molekul 66.200 dengan nama protein
Bovine serum Albumin, jarak band 6 dengan ES 4.3 cm berat protein 31.000 nama protein
Carbonicanhydrase, jarak band 7 dengan ES 4.6 cm, berat protein 21.500 nama protein
Soybean trypsin inhibitor. Jarak band 1, 2, 3, 4, 8, 9 dengan supernatan pengendapan garam
(GS) tidak tampak, jarak band 5 dengan GS 3.2 cm berat molekul 45.000 nama protein
ovalbumin, jarak band 6 dengan GS 4.2 cm berat molekul 31.000 nama protein
Carbonicanhydrase dan jarak band 7 dengan GS 4.7 cm berat molekul 21.500 nama protein
Soybean trypsin inhibitor. Jarak band 1,2,3,5,7,8, dan 9 dengan endapan pengendapan
garam (GP) tidak tampak, jarak band 4 dengan GP 2.3 cm, berat molekul 66.200 nama
protein Bovine serum albumin, jarak band 6 dengan GP 4.4 cm berat molekul 31.000 nama
protein Carbonicanhydrase. Jarak band 1,2,3,5,7,8,9 dengan endapan pengendapan etanol
(EP) tidak tampak, jarak band 4 dengan EP 2.7 cm dengan berat molekul 66.200 nama
protein Bovine serum albumin, jarak band 6 dengan EP 4.3 cm dengan berat molekul 31.000
nama protein Carbonicanhydrase. Penggunaan SDS berfungsi untuk mendenaturasi protein
karena SDS bersifat sebagai deterjen yang mengakibatikatan dalam protein terputus
membentuk protein yang dapat terelusi dalam gel begitu juga mercaptoetanol. Ammonium
persulfate berfungsi sebagai inisiator yang mengaktifkan akrilamida agar bereaksi dengan
molekul akrilamida yang lainnya membentuk rantai polimer yang panjang. TEMED berfungsi
sebagai katalisator reaksi polimerisasi akrilamid menjadi gel poliakrilamid sehingga dapat
digunakan dalam pemisahan protein. Dari elektroforesis SDS SPG diperoleh jarak migrasi dari
protein‐protein standar dengan band standar pemisahan protein pada gel menggunakan
prinsip penghambatan terhadap laju migrasi dari protein ‐protein tersebut sehingga
pemisahan karena perbedaan berat molekul mengakibatkan terbentuknya pita‐pita pada
jarak migrasi yang berbeda satu sama lain dan jarak tersebut jadi dari hubungan marker,
standar, berat molekul protein dapat diperoleh model regresi liniernya, yaitu y = 1E+06e-
1.75x R² = 0.125
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Seri Rayani, dkk. 2017. Isolasi DNA Dari Darah Dan Ephitel, PCR, Elektroforesis Agarose Dan
SDS-PAGE.
K. Sasmito , Dinda Eling, dkk.2014. Karakteristik Primer pada Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk
Sekuensing DNA: Mini Review. Jurusan Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
K. Yusuf Zuhriana. 2010. Polymerase Chain Reaction (PCR). Saintek, Vol.5, No.2
Ridwan, Harahap M. 2018. Elektroforesis : Analisis Elektronika Terhadap Biokimia Genetika. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, Vol.2, No.1. ISSN : 2549-3698 (printed). ISSN : 2549-
3701 (online)
Sinaga,Ann dkk,.2017. Analisis Pola Pita Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium D.C) Berdasarkan
Primer OPD 03, OPD 20, OPC 07, OPM 20, OPN 09. Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155. E-ISSN No. 2337- 6597.

Anda mungkin juga menyukai