Uji citarasa merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui
keadaan dan kondisi suatu produk secara subyektif. Cara ini sangat tergantung
sekali terhadap panca indera seseorang. Lidah merupakan alat indera pengecap yang
dapat membedakan empat rasa dasar. Setiap orang mempunyai tingkat sensitivitas
masing-masing rasa yang berbeda. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas seseorang
dapat dilakukan uji cita rasa terhadap empat rasa dasar. Seleksi panelis perlu
dilakukan untuk menentukan tingkat sensitivitas seseorang dan melatih seseorang
memfokuskan perhatian terhadap suatu produk.
1
4. Bahan:
a. Garam dapur/meja
b. Gula pasir
c. Asam sitrat/cuka
d. Pil kina
e. Aquadest
5. Alat:
a. Beaker glass
b. Gelas kecil
c. Baki
d. Alat pengaduk
e. Alat penyiduk air
f. Gelas volume 1000 ml
g. Gelas ukuran
6. Prosedur Kerja:
2
e. Letakkan formulir uji cita rasa dengan menggunakan formulir uji cita rasa yang
sudah disediakan. (Jangan lupa berkumur setiap selesai mencicipi satu sampel).
CONTOH FORMULIR:
NAMA: TANGGAL:
PETUNJUK:
Dihadapan saudara terdapat empat seri sampel yang masing-masing terdiri dari 10 gelas
larutan. Masing-masing larutan disusun menurut besarnya konsentrasi dari rendah ke yang
tinggi. Sebelum mencicipi setiap larutan, kumur lebih dahulu dengan air yang disediakan
dan dibuang. Istirahat sebentar sebelum mencicipi larutan berikutnya.
RASA K O D E
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Asin
Manis
Asam
Pahit
Catatan/Komentar:
3
B. ANALISA SENSORI DAN UJI ORGANOLEPTIK
Metode pengujian ini lebih banyak digunakan dalam penentuan perbedaan cita
rasa bahan makanan atau minuman sebagai akibat penambahan bahan baru.
Bahan : minuman
Alat : cawan, sendok, gelas, tempat ludah dan baki
Cara penyajian:
Dua macam minuman tersebut disajikan sebagai berikut: 2 cawan untuk 1
jenis minuman dan 1 cawan untuk jenis yang lain atau sebaliknya.
Kode diberikan dalam tiga angka, salah satu cawan dari minuman yang sama
dinyatakan sebagai kontrol ®.
Penguji diminta menemukan sampel yang berbeda dengan kontrol.
Hasil penilaian penguji dikumpulkanm selanjutnya dianalisa untuk
menyimpulkan akibat perlakuan yang berbeda tersebut.
4
Penguji diminta memilih satu diantara 3 sampel yang berbeda dari 2 sampel
yang lain. Dalam pengujian ini tidak ada kontrol.
5
Hasil penilaian penguji dikumpulkan, dan dianalisa dengan perhitungan
statistik dengan anlisa varians
1.5 Metode Skala Hedonik
4. Bahan:
6
c. Mie kering
d. Youghurt
e. Saos tomat
f. Kacang polong beku
g. Kerupuk
h. Kornet beef
i. Mie basah
j. Juice
k. Roti tawar
l. Saos sambal
m. Abon
n. Bakso daging
5. Alat:
a. Piring
b. Gelas
6. Prosedur kerja:
7
Macam-macam daun t e h kering yang dijual di pasaran. Setiap macam t e h
mempunyai ciri khas tersendiri. Kwalitas minuman t e h sangat tergantung dari sifat
air panas yang digunakan dan cara menyiapkan minuman t e h itu sendiri. Daun t e
h kering dibuat dengan beberapa cara yaitu pengeringan langsung yang disebut t e h
hijau, setengah fermentasi yang disebut t e h olong, dan fermentasi penuh yang
disebut black tea.
a. Green tea
b. Black tea
c. Jasmine tea
d. Oolong tea
e. Instant tea
f. Jeruk nipis
5. Alat:
8
a. Pisau
b. Panci
c. Cangkir putih
d. PH meter dan kertas pH
e. Saringan t e h
6. Prosedur Kerja:
a. Siapkan 1 kantung kecil t e h instant (0,08oz = 2,2 gr) atau daun t e h (3/4
sampai 1 sdt) dan 150 ml air.
b. Panaskan air sampai mendidih.
c. Letakkan t e h dalam cangkir.
d. Tuangkan air mendidih ke dalam cangkir dan tutup.
e. Biarkan selama 3-5 menit.
f. Angkat t e h dari cangkir.
Catatan:
KODE KODE
9
BAB II
A. NATA DE COCO
10
c. Menjelaskan proses yang terjadi dalam pembuatan nata de coco.
d. Menuliskan prosedur pembuatan nata de coco.
4. Bahan:
5. Alat:
a. Panci
b. Sendok sayur
c. Sendok makan
d. Kain saring
e. Kompor
f. Baskom plastik
g. Karet
h. Kertas koran
i. Talenan
j. Pisau
6. Prosedur Kerja:
a. Air kelapa (1 liter) dan gula pasir (7,5-10%) dipanaskan sampai gula larut lalu
disaring.
b. Campuran tersebut kemudian dipanaskan kembali sampai mendidih lalu
didinginkan.
11
c. Setelah dingin, pH diatur dengan penambahan asam asetat glasial atau cuka
biang sehingga pH mencapai 4,5 untuk diinokulasi dengan biakan nata (10%).
d. Tuang dalam wadah-wadah fermentasi lalu tutup dan diinkubasikan 10-14 hari.
(Ketebalan rata-rata 1 cm).
e. Setelah selesai masa inkubasi lapisan yang terbentuk dicuci 3x (air perebusan
diganti tiap hari).
f. Nata tersebut dipotong-potong 1 x 1 cm dan direbus kembali lalu ditiriskan.
g. Perebusan berikutnya dilakukan dalam larutan gula 40% selama 30-45 menit
lalu nata dibiarkan terendam dalam larutan tersebut selama 1 malam.
h. Setelah direndam 1 malam, nata siap dikonsumsi.
A. T A P E
12
2. Tujuan Instruksional Umum :
4. Bahan:
a. Singkong
b. Beras ketan
c. Ragi tape
5. Alat:
a. Beaker glass
b. Dandang
c. Pengaduk
d. Aluminium foil
e. Timbangan
6. Prosedur Kerja:
a. Bahan dibersihkan dan ditimbang sesuai yang dibutuhkan (catat berat kotor dan
berat bersih).
b. Cuci bahan sampai bersih (jika perlu dipotong dengan ukuran yang sama) dan
kukus sampai matang.
13
c. Dinginkan dengan cara cara diangin-anginkan sampai suhu mencapai sekitar
40oC.
d. Taburi ragi tape dengan konsentrasi 0,5 – 1% dari berat bahan masak.
e. Aduk sampai rata dan biarkan kurang lebih 30 menit dalam gelas beaker.
f. Tutup gelas beaker dengan aluminium foil.
g. Inkubasikan selama 2-3 hari.
B. T E M P E
14
3. Tujuan Instruksional Khusus:
4. Bahan:
a. Kacang kedelei
b. Ragi tempe
5. Alat:
6. Prosedur Kerja:
15
g. Kukus selama 30 menit dari mendidih, letakkan biji kedelei kukus pada baki
atau tampah.
h. Dinginkan sampai suhu kira-kira 35oC dengan cara diangin-anginkan.
i. Inokulasi dengan ragi tempe dengan perbandingan 1 gr ragi untuk 1 kg kedelei
mentah (1%).
j. Bungkus dengan daun pisang/plastik yang sudah ditusuk.
k. Inkubasi sampai menjadi tempe selama 3-4 hari.
16
Sedangkan mikroorganisme yang berperan pada proses fermentasi dalam larutan
garam adalah Lactobacillus delbruechii dan bakteri asam laktat lainnya, serta
khamir zygosacharomyces soyae dan Zygosacharomyces mayor.
4. Bahan:
a. Baskom
b. Dandang
c. Panci
d. Tampah
17
6. Prosedur Kerja:
D. TAUCO
18
dikenal dengan nama “Tausi”. Pada pembuatan tauco akan terjadi penguraian zat-
zat kompleks (Karbohidrat, protein, lemak) menjadi komponen yang lebih
sederhana melalui proses fermentasi kapang, bakteri dan khamir sehingga terbentuk
produk seperti pasta.
Proses fermentasi tauco terbagi dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama,
fermentasi oleh kapang dan fermentasi oleh garam. Pada fermentasi oleh kapang,
maka kapang yang berperan aktif adalah kapang Rhyzopus oryzae, Rhyzopus
oligospora dan Aspergillus oryzae. Sedang pada fermentasi oleh garam, dan
Aspergillus oryzae. Sedang pada fermentasi oleh garam, mikroorganisme yang
berperan aktif adalah bakteri khamir yang tahan garam (halopilic).
Steinkraus, 1961 menyatakan bahwa pada proses fermentasi kapang terjadi
hidrolisa protein menjadi peptida, pepton dan asam-asam amino. Hidrolisa lemak
menjadi asam lemak, dan peningkatan total padatan. Hesseltine, 1961 menyatakan
bahwa akan terjadi proses fermentasi asam laktat dan alkohol pada fermentasi
dalam larutan garam dan flavor tauco yang lekas akan terbentuk. Menurut Komala,
1988, bakteri yang ada dalam contoh tauco mempunyai kondisi optimum pada
konsentrasi garam berkisar antara 0-5%, suhu optimum 30oC, dan pH optimum 6-8.
19
4. Bahan:
a. Kacang kedelai
b. Tepung beras/tapioka
c. Garam
d. Gula merah
e. Inokulum tempe
5. Alat:
a. Panci
b. Baskom
c. Tampah
6. Prosedur Kerja:
a. Kedelai disortasi dan dicuci bersih dengan air. Kemudian direndam selama 24
jam, dikupas dan direbus selama 1-2 jam.
b. Selanjutnya ditiriskan dan didinginkan sampai air habis dari permukaan kedelai.
Lalu dicampur dengan tepung beras dan laru tempe, dengan perbandingan 26
gram kedelei:1 gram tepung beras/tapioka.
c. Diperam pada suhu kamar selama 2-5 hari . Setelah waktu pemeraman selesai ,
kedelai yang ditumbuhi kapang kemudian dijemur sampai kering dan
dihancurkan di dalam lumpang/alu.
d. Tambahkan garam dapur sebanyak 25-50% dari kedelai yang dipakai, diperam
pada suhu kamar selama 10-20 hari. Wadah tempat fermentasi dibiarkan terbuka
sepanjang siang hari dan ditutup pada waktu malam hari atau pada saat turun
hujan.
20
e. Kemudian ditambah gula merah sebanyak 2 (dua) kali jumlah garam yang
dipakai pada saat fermentasi dan dimasak. Setelah masak, tauco yang dihasilkan
dimasukkan ke dalam botol dan disiapkan untuk dipakai sebagai bumbu masak.
E. YOUGHURT
21
dan Sumatera Utara disebut “Bagot Ni Horbo”. Susu kedelei dapat pula
difermentasikan yang disebut “soyghurt”. Total padatan susu kedelai dapat
ditingkatkan dengan menambahkan susu skim atau gelatin 20% ke dalam susu
kedelei.
4. Bahan:
5. Alat:
a. Panci
b. Gelass beaker
c. Gelas
d. Wadah fermentasi
22
6. Prosedur Kerja:
a. Cairan susu pada ukuran tertentu dicampurkan dengan tepung susu skim hingga
total solid (TS) mencapai 18%.
b. Masukkan starter dari biang youghurt kira-kira 1 %, aduk rata.
c. Inkubasikan selama kurang lebih 8 jam pada suhu 37-45oC.
d. Youghurt dapat pula ditambahkan dengan aroma buah-buahan.
F. FERMENTASI SAYURAN
23
Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi agar dapat berjalan dengan baik
adalah kondisi lingkungan, jumlah dan jenis mikroorganisme, kebersihan,
konsentrasi dan distribusi garam, suhu dan penutupan wadah.
Hasil fermentasi sayuran yang dikenal adalah Saurkraut atau kubis asam
yang merupakan hasil fermentasi asam laktat dari rajangan tipis kubis putih. Sawi
asin merupakan fermentasi asam laktat yang menyerupai saurkraut. Sedangkan pikel
merupakan sayuran yang diawetkan dalam suatu larutan campuran dari asam,
garam, dan gula serta berbagai jenis rempah-rempah.Berdasarkan cita rasanya, pikel
dikelompokkan menjadi pikel asin, manis dan asam. Berdasarkan cara
pembuatannya, pikel dikelompokkan menjadi pikel tanpa fermentasi dan pikel
fermentasi yaitu pikel yang difermentasi dalam larutan garam encer, larutan garam
pekat dan kristal garam dengan konsentrasi rendah.
4. Bahan:
a. Sawi hijau
b. Garam
24
c. Gula pasir
d. Kol putih
e. Ketimun
f. Cabe hijau
5. Alat:
a. Glass jars
b. Panci
c. Baskom
d. Sendok
e. Talenan
f. Pisau
g. Saringan
6. Prosedur Kerja:
25
j. Jemur di bawah sinar matahari sampai tingkat kekeringan tertentu.
6.2 Saurkraut
6.3 Pickels
a. Pilih ketimun atau sayuran lain yang masih bagus, bersihkan, cuci dan
tiriskan.
b. Potong sayuran sesuai keinginan.
c. Rendam dalam larutan garam 5-8%.
d. Lakukan penggaraman kering dengan menaburkan garam sebanyak 5%
kepermukaan bahan.
e. Tutup wadah rapat-rapat dan fermentasikan selama 2-7 hari.
26
BAB III
27
2. Tujuan Instruksional Umum:
4. Bahan:
a. Wortel
b. Buncis
c. Kentang
d. Pisang
e. Daun bawang
f. Sawi
g. Apel
h. Nangka
i. Seledri
5. Alat:
a. Alat pengering/oven
b. Pisau
c. Talenen
d. Panci
28
e. Saringan
f. Sendok kayu
g. Tampah
6. Prosedur Kerja:
29
BAB IV
MENGOLAH/MENGAWETKAN BAHAN PANGAN
DENGAN CARA PEMBEKUAN
30
4. Bahan:
a. Mangga
b. Nenas
c. Wortel
5. Alat:
a. Pisau
b. Sendok
c. Baskom
d. Kantung plastik
e. Panci
6. Prosedur Kerja:
31
6.3 Wortel beku
32
BAB V
33
Dapat pula dilakukan dengan menghilangkan bagian-bagian yang tidak
diperlukan, misalnya sayuran, bagian batang yang tua dibuang atau daun yang tua
dibuang. Pada proses penyiapan ini kadang-kadang dilakukan perendaman dengan
bahan tertentu, contoh, ikan bisa direndam dalam larutan garam encer atau diblansir
untuk sayur-sayuran.
Pada tahap pengolahan dan pengemasan perlu diperhatikan berbagai hal yang
berkaitan dengan penggunaan panas yaitu sifat dari bahan makanan yang akan
diawetkan. Misalnya apakah berasam tinggi atau rendah. Berdasarkan derajat
keasamannya, bahan pangan yang akan diolah dikelompokkan atas 4 yaitu:
Bahan pangan alkalis
Sedikit ditemukan bahan pangan yang mempunyai pH 7,0 seperti telur tua,
soda, crackers, dan bubur jagung.
Bahan pangan asam rendah
Kebanyakan bahan makanan yang akan dikonsumsi manusia mempunyai
kisaran pH antara 5,0 – 6,8. Golongan bahan makanan ini adalah daging, ikan,
unggas, produk susu dan sayur. Bahan makanan ini membutuhkan panas yang
relatif lebih tinggi karena dapat ditumbuhi oleh bakteri mesofil misalnya
Clostridium botulinum satu jenis bakteri yang dapat menghasilkan spora dan
mematikan konsumen dan juga organisme termofil pembentuk spora.
Membunuh mikroorganisme jenis ini dapat dilakukan dengan mendekati
titik didih, tetapi spora yang dihasilkan lebih tahan terhadap panas oleh karena itu
panas yang diberikan harus melebihi titik didih air.
Bahan pangan asam
Buah-buahan seperti pir, jeruk, tomat merupakan bahan pangan asam
dengan kisaran pH antara 3,7-4,5. Selain itu sayuran yang ditambahkan cuka
sehingga pH-nya mencapai rentang ini dikelompokkan menjadi bahan pangan asam.
Mikroorganisme yang dapat membusukkan bahan makanan ini adalah
bakteri, khamir dan kapang. Golongan bakteri yang sering ditemukan bila
34
pemanasan kurang adalah bakteri asidurik, misalnya Bacillus thermiacidurans yang
dapat menyebabkan produk menjadi asam contohnya sari buah tomat.
Bahan pangan asam tinggi
Kisaran pH bahan pangan asam tinggi adalah 2,3-3,7, misalnya buah
strawberry, produk acar dan bahan pangan yang difermentasikan, jam, marmalade
dan jelly.
Dalam penggunaan panas ada 2 faktor yang perlu diperhatikan:
1. Jumlah panas yang diberikan harus
cukup untuk mematikan mikroba
pembusuk dan mikroba patogen.
2. Jumlah panas yang digunakan sedapat mungkin akan menyebabkan penurunan
zat gizi dan citarasa yang minimal.
Secara garis besar proses pengalengan bahan makanan dilakukan melalui tahap-
tahap:
1. Pemilihan bahan makanan
2. Pencucian/pembersihan/perendaman/blansir
3. Pencampuran bumbu
4. Pengisian ke dalam wadah pengemas misalnya botol/kaleng
5. Penghampaan (exhausting)
6. Pemberian panas
7. Penutupan rapat
8. Penurunan temperatur yang cepat
9. Pemberian label
Beberapa proses yang menggunakan panas dalam pengolahan pangan diantaranya:
Pemasakan
Bertujuan untuk memperoleh makanan yang lebih lembut atau enak dan juga
untuk memperpanjang masa simpan. Ada tiga bentuk pemasakan yang biasa
dilakukan yaitu:
35
1. Penggunaan panas kering seperti pada pemanggangan dan penyangraian (suhu
100oC)
2. Menggunakan panas basah seperti pada perebusan (suhu 100oC)
3. Menggunakan minyak panas pada penggorengan (suhu 100oC)
Blansir
Blansir adalah pemanasan pendahuluan yang biasanya dilakukan sebelum
proses pembekuan, pengeringan dan pengalengan terutama untuk menginaktifkan
enzim yang ada dalam bahan makanan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
Tujuan lain dari blansir adalah menghilangkan gas dari bahan pangan, melunakkan
atau melemaskan bahan pangan sehingga mudah dalam pengepakan di dalam
kaleng. Media panas yang digunakan untuk blansir adalah air panas, uap panas atau
udara panas pada suhu sekitar 90oC selama 3-5 menit. Untuk mendapatkan warna
sayuran yang tetap segar sangat baik digunakan kombinasi panas dan pendinginan
yang sangat cepat..
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan [erlakuan panas, di bawah titik didih air atau di
bawah suhu sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen
tetapi tidak membunuh mikroorganisme pembusuk dan non patogen.
Pasteurisasi dibedakan atas 2 macam, yaitu:
1. Low Temperatue Long Time : suhu 63oC selama 30 menit
2. High Temperature Short Time : suhu 72oC selama 15 menit
Sterilisasi
Untuk bahan makanan hanya dilakukan sterilisasi komersial yaitu mikroba
patogen, mikroba penghasil toksin dan pembusuk yang dibunuh, sedangkan
mikroba non patogen atau sporanya masih mungkin ditemukan tetapi dalam fase
dorman yakni setelah pemanasan tidak bisa berkembang. Panas diberikan sekitar
121oC selama 30-60 menit dan tergantung bahan yang disterilkan.
36
2. Tujuan Instruksional Umum:
4. Bahan:
a. Daging
b. Ikan
c. Sayuran
d. Pepaya
e. Timun
f. Nenas
g. Merica
h. Bawang merah
i. Bawang putih
j. Tomat
k. Cabe merah
l. Gula pasir
m. Garam
5. Alat:
a. Pisau
37
b. Talenan
c. Kompor
d. Wajan
e. Sendok kayu
f. Ulekan
g. Autoclave
h. Termometer
i. Gelass jars
6. Prosedur Kerja:
6.1 Pengalengan
a. Pilih bagian daging yang empuk, sedikit lemak dan jaringan ikat yakni bagian
dada dan paha.
b. Buang jaringan ikat.
c. Lakukan kuring.
d. Daging dipotong-potong dengan ukuran 2x2x2,5 cm dan diblansir dengan cara
merebus dalam air mendidih selama ½ - 1 jam.
e. Pisahkan serat-serat dengan alat tertentu atau dengan garpu.
f. Masak bumbu/rempah yakni pala 0,35%, merica 0,75% bawang merah,
bawang putih secukupnya, terigu dan lemak.
g. Campur ke dalam serat daging, diaduk sampai rata.
h. Masukkan ke dalam gelas jaars/kaleng yang sudah disterilkan dengan suhu
110oC dalam oven selama 45 menit. Daging harus diisi sepadat mungkin
dengan head space ½-1 cm.
i. Lakukan exhausting atau penghampaan yakni dengan cara memanaskan dalam
air mendidih, suhu kira-kira 100oC dalam panci tertutup selama ½ jam dan
gelas jaars langsung ditutup rapat.
j. Lakukan sterilisasi pada suhu 250oF selama 1 jam.
38
k. Lakukan pendinginan cepat dengan cara menyiram air dingin atau direndam
dalam bak yang berisi air dingin.
l. Beri label.
a. Persiapan bahan
b. Pengisian (filling)
Masukkan potongan-potongan buah tersebut ke dalam gelas jaars sampai
batas 0,5 inci dari permukaan gelas
Tambahkan sirup mendidih yang telah disaring sampai batas 0,25 inci
dari permukaan gelas jars. Gunakan medium syrup yaitu yang dibuat
dengan cara menambahkan satu bagian gula pasir ke dalam dua bagian
(volume) air bersih.
c. Exhausting dan penutupan
Exhaust glass yang sudah diisi tersebut dengan cara memanaskan di
dalam waterbath sampai bagian tengah kaleng (2/3 bagian glass jars)
mencapai suhu 71,2oC kemudian glass tersebut cepat-cepat ditutup. Jangan
membiarkan glass jars menjadi dingin sebelum processing.
d. Processing
Masukkan segera glass jars yang sudah ditutup tersebut ke dalam
autoclave, dan sterilisasi pada suhu 100oC selama 30 menit.
e. Pendinginan
Dinginkan dengan segera glass jars yang sudah disterilisasi tersebut
dalam air mengalir sampai kira-kira mencapai suhu 37,8oC. Kemudian
keringkan dengan lap bersih.
a. Persiapan bahan
39
b. Blanching
Blanching dalam air mendidih selama 3-5 menit, kemudian tiriskan.
c. Pengisian (Filling)
Masukkan bahan ke dalam gelas jars sampai batas 0,5 inci dari permukaan
gelas.
Tambahkan air mendidih atau larutan garam 2% sampai batas 0,25 inci
dari permukaan gelas jars.
e. Exhausting dan penutupan
Exhaus dengan cara memanaskan di dalam waterbath sampai bagian tengah
glass mencapai suhu 71,2oC. Kemudian glass tersebut cepat-cepat ditutup.
Jangan membiarkan glass jars dingin kembali.
f. Processing
Processing dilakukan di dalam autoclave pada suhu 240oF selama 30 menit.
g. Pendinginan.
40
BAB VI
A. JELLY
Jelly merupakan produk makanan bersifat semi padat yang terbuat dari sari
buah-buahan yang dimasak dalam gula. Pada prinsipnya pembuatan jelly adalah
hasil ekstraksi dari buah untuk mendapatkan pektin dengan pemanasan sehingga
diperoleh sari buah. Dengan kombinasi pektin yang cukup, gula dan asam yang
tepat akan membentuk jelly yang baik.
Untuk dapat memperoleh struktur jelly, maka pektin memegang peranan
penting. Bila kadar pektin yang terlalu rendah dalam buah, maka tidak dapat
membentuk jelly. Kadar pektin kurang dari 1% cukup untuk membentuk struktur
yang memuaskan.Pektin terdapat secara alamiah dalam jaringan buah-buahan
sebagai hasil dari degradasi protopektin selama pematangan. Pektin pertama kali
ditemukan oleh Braconnot pada tahun 1928 di Prancis.
Pektin dalam jumlah banyak dapat diperoleh dari buah-buahan yang telah
matang dan belum ada tanda-tanda kebusukan. Tetapi tidak semua buah kaya akan
pektin. Bagian buah yang kaya akan pektin adalah bagian dekat kulit serta bagian
dekat biji. Penambahan gula dalam pembuatan jelly berfungsi sebagai bahan
pengawet dan pengendap pektin. Kadar gula optimum yang dapat ditambahkan
setelah dipanaskan adalah 65-68%. Jika lebih dari hasil yang akan diperoleh
terbentuk kristal sedangkan kadar gula terlalu rendah, maka konsistensi jelly
menjadi lemah. Sedangkan adanya asam berfungsi sebagai pengokoh jaringan jelly.
41
Kondisi pH optimum adalah 3,2. Bila tingkat keasaman terlalu rendah (di atas pH
3,5), maka jelly akan lemah atau hancur karena terjadi hidrolisa pektin, tetapi bila
tingkat keasaman terlalu tinggi maka jelly tidak terbentuk karena pektin mengalami
dehidrasi. Struktur khusus dari produk jelly buah-buahan disebabkan karena
terbentuknya kompleks gel-pektin-gula-asam. Ada beberapa aspek yang
mempengaruhi hasil akhir dari jelly, stabilitas fisik serta stabilitas terhadap
mikroorganisme adalah tipe pektin, tipe asam, mutu buah-buahan, prosedur
pemasakan dan pengisian.
4. Bahan:
a. Apel
b. Pepaya
c. Nenas
d. Asam sitrat
e. Gula pasir
42
5. Alat:
6. Prosedur Kerja:
a. Buah dicuci, dikupas dan dibuang bijinya. Daging buah diiris tipis kecil-kecil.
Tambahkan air sebanyak 1-2 bagian berat buah.
b. Lakukan pemasakan kurang lebih 1 jam, angkat dan diamkan 30 menit sampai
pektin yang terkandung di dalam buah terekstraksi semua.
c. Lakukan penyaringan sehingga diperoleh sari buah jernih, tambahkan gula pasir
± 65% dan asam sitrat sampai pH berkisar 3,2 (0,02%).
d. Campuran dimasak sampai titik kekentalan jelly tercapai. Tes dengan
refraktometer (65-68%).
e. Jelly dimasukkan dalam botol steril, tutup rapat dan lakukan pasteurisasi
dengan cara mengukus/merebus selama 30 menit.
43
B. JAM
44
Setelah mengikuti praktikum, peserta didik diharapkan dapat:
a. Mengetahui langkah-langkah pembuatan jam.
b. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan jam.
c. Menjelaskan peranan pektin dalam pembuatan jam.
d. Menjelaskan peranan gula dalam pembuatan jam.
e. Menjelaskan peranan asam dalam pembuatan jam.
4. Bahan:
a. Apel
b. Nenas
c. Pepaya
d. Gula pasir
e. Asam sitrat
f. Gula pasir
5. Alat:
6. Prosedur Kerja:
45
a. Daging buah dipotong kecil-kecil, lalu blansir selama 5-10 menit dengan cara
dicelup dalam air panas (82oC – 100o+C).
b. Hancurkan daging buah tersebut dengan blender.
c. Ke dalam hancuran buah, tambahkan gula pasir dengan perbandingan 45:55 dan
asam sitrat 0,02%.
d. Campuran buah + gula pasir dipanaskan hingga mencapai total padatan terlarut
(TS) 68%.
e. Dalam keadaan panas, jam dibotolkan, ditutup rapat dan dipasteurisasi pada
suhu 63oC selama 30 menit.
C. MARMALADE
46
c. Menjelaskan fungsi pektin, gula dan asam dalam pembuatan marmalade.
4. Bahan:
a. Pepaya
b. Jeruk manis
c. Gula pasir
d. Asam sitrat
5. Alat:
6. Prosedur Kerja:
a. Buah dipilih yang baik dan matang, bersihkan buah dari biji, kotoran dan kulit,
potong buah untuk memudahkan penghancuran.
b. Lakukan blansir yaitu mencelupkan potongan buah dalam air panas, (82 oC –
100oC) selama 5-10 menit agar warna buah tetap menarik.
c. Hancuran potongan buah dengan blender (tambahkan air ± 10%).
d. Tambahkan gula pasir 55% dan asam sitrat 0,02% sampai pH 3,2.
47
e. Panaskan bubur buah sampai diperoleh kekentalan yang baik. Amati kadar gula
dengan menggunakan refraktometer 65-68%.
f. Tambahkan kulit jeruk, kulit yang paling luar, iris tipis-tipis dan rebus dalam
air mendidih ± 5 menit, atau potongan cincangan dari buah yang sama.
g. Dalam keadaan panas, masukkan marmalade ke dalam botol steril dan lakukan
pasteurisasi dengan mengukus/merebus selama 30 menit pada suhu 63oC.
D. MANISAN BUAH
48
Setelah mengikuti praktikum, peserta didik diharapkan mampu membuat manisan
dari bermacam-macam buah.
4. Bahan:
a. Kedondong
b. Mangga
c. Salak
d. Pepaya
e. Gula pasir
f. Garam
g. Kapur sirih
h. Benzoat
i. Kayu manis
j. Asam sitrat
5. Alat:
49
6. Prosedur Kerja:
50
l. Ulangi beberapa kali sehingga diperoleh gula yang kental (± 7 hari).
a. Buah yang dipilih yang tidak busuk, lembek dan mengkal (tidak terlalu
matang): mangga, pepaya, belimbing, ceremei.
b. Dikupas, dicuci dan dipotong sesuai selera.
c. Rendam dalam larutan garam 25% selama 2-3 hari.
d. Buah diperas dan ditiriskan, cuci dan tiriskan kembali.
e. Tambahkan gula pasir sebanyak 30%, asam sitrat 0,02% sedikit kayu manis
bubuk dan air matang 50%. Buah diaduk rata biarkan 2-3 hari agar cairan
meresap.
f. Keringkan dengan cara dijemur/oven.
51
E. SIRUP
Sirup adalah sejenis minuman ringan berupa larutan gula kental dengan
citarasa beranekaragam. Berbeda dengan sari buah, penggunaan sirup tidak
langsung diminum tapi harus diencerkan terlebih dahulu. Pengenceran diperlukan
karena kandungan gula sirup adalah tinggi, sekitar 65%.
Sirup dibuat dari sari buah atau essence buah yang ditambahkan air dan gula dengan
perbandingan tertentu, dilakukan pengentalan dengan proses pemasakan sehingga
diperoleh larutan kental dengan konsentrasi gula ± 65%.
Untuk menambah rasa dan aroma, dalam pembuatan sirup sering
ditambahkan perasa, pewarna, asam sitrat atau asam tartarat.
Berdasarkan bahan baku utama, sirup dibedakan atas:
a. Sirup essence adalah sirup yang citarasanya ditentukan oleh essence yang
ditambahkan, misalnya essence jeruk, mangga, lemon, nenas, dll.
b. Sirup glukosa hanya mempunyai rasa manis saja, sering disebut gula encer.
Sirup ini biasanya tidak langsung dikonsumsi tapi lebih merupakan bahan baku
industri minuman, sari buah, dll.
c. Sirup buah adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh bahan dasarnya yaitu
buah segar. Misalnya sirup nenas, markisa, jambu biji,, mangga, jeruk, dll.
52
a. Menjelaskan langkah-langkah pembuatan sirup.
b. Mengetahui konsentrasi dan fungsi gula dalam pembuatan sirup.
c. Menbedakan jenis-jenis sirup.
4. Bahan:
a. Mangga
b. Jeruk manis
c. Nenas
d. Gula pasir
e. Asam sitrat
5. Alat:
6. Prosedur Kerja:
53
e. Tambahkan gula ± 60% lalu panaskan.
f. Jika rasa buah tidakasam tambahkan asam sitrat 0,4%.
g. Periksa kadar gula dengan refraktometer sampai menunjukkan angka ± 65%.
h. Angkat dan masukkan sirup ke dalam botol steril.
i. Tutup rapat kemudian pasteurisasi selama 30 menit dengan cara dikukus atau
direbus.
54
BAB VII
A. TELUR ASIN
Telur asin adalah suatu hasil olahan telur dengan prinsip penggaraman.
Telur yang digunakan harus bermutu baik, karena akan mempengaruhi telur asin
yang dihasilkan.Garam yang digunakan juga harus bersih dan ukurannya/kristal
garam tidak terlalu halus. Garam bersifat menarik air sampai kadar air tertentu
sehingga bakteri tidak dapat berkembang lagi.
Dalam pembuatan telur asin biasanya digunakan abu gosok, bubuk bata
merah, bubur bergaram dan larutan garam yang dicampur dengan garam sebagai
medium pengasin.
55
4. Bahan:
a. Telur
b. Garam
c. Abu gosok
d. Beras
5. Alat:
a. Panci
b. Baskom
c. Piring
d. Sendok kayu
6. Prosedur Kerja:
B. IKAN ASIN
56
Penggaraman merupakan salah satu pengawetan yang sudah lama dilakukan
orang. Pada proses penggaraman, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi
kadar air dalam tubuh ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat tumbuh
dan berkembang biak. Penggaraman dapat dilakukan dengan penggaraman basah
(wet salting) dan penggaraman kering (dry salting) atau kombinasinya.
Penggaraman kering dilakukan dengan cara digarami langsung dengan
butiran garam yang kering, sehingga menutupi seluruh permukaan ikan tersebut.
Bila ikannya utuhmaka bagian dalam dari tubuh ikan harus dilumuri oleh garam
juga secara merata.
“Kench Salting” merupakan salah satu contoh dimana ikan setelah dicuci
bersih, digarami lapis demi lapis dalam keranjang yang kedap air sehingga brine
(larutan garam) yang timbul langsung mengalir ke bawah dan dibuang.
Penggaraman basah dilakukan dengan cara larutan garam (brine) lebih dahulu
disiapkan. Kemudian ikan dimasukkan kedalamnya selama 1 – 3 jam sambil
menunggu untuk pengolahan selanjutnya.
4. Bahan:
a. Ikan segar
57
b. Garam
5. Alat:
a. Pisau
b. Baskom
6. Prosedur Kerja:
a. Ikan yang masih segar disiangi, bersihkan/buang isi perut, insang serta
selaput-selaput yang ada, kemudian cuci bersih dan tiriskan.
b. Lumuri seluruh permukaan ikan dengan garam kurang lebih 35% dari
berat ikan setelah dibersihkan.
c. Susun berlapis-lapis di bak penggaraman, antara dua lapisan ikan diberi
lapisan garam, di dasar bak dan lapisan ikan yang paling atas diberi
lapisan garam yang agak tebal.
d. Tutup tumpukan ikan dengan anyaman bambu yang jarang dan diberi
pemberat di atasnya.
e. Biarkan dalam bak selama 24-72 jam (tergantung ukuran ikan dan
keperluan).
f. Angkat ikan dari bak/wadah, cuci bersih untuk menghilangkan lendir dan
sisa darah serta sisa garam, tiriskan.
g. Jemur ikan di tempat penjemuran sambil sekali-sekali ikan dibalik.
h. Setelah dikeringkan dan dingin ikan disortir dan disimpan.
a. Ikan segar dibersihkan isi perutnya, insang dan selaput-selaput yang ada
dicuci bersih dan tiriskan.
58
b. Buat larutan garam dengan konsentrasi jenuh.
c. Ikan disusun dalam wadah kedap air dan rendam dalam larutan garam
kurang lebih 24 jam atau sesuai keperluan, agar konsentrasi garam tetap
stabil, larutan garam harus selalu diaduk.
d. Angkat ikan dan tiriskan.
e. Biasanya brine salting hanya untuk mengawetkan sementara.
f. Setelah itu ikan bisa dikeringkan/dijemur.
a. Pilih ikan yang masih segar, kemudian pisahkan dua bagian, sebagian
ikan disiangi dan dibuang isi perutnya dan sebagian tanpa dibuang isi
perut dan sisiknya.
b. Ikan dicuci bersih, tiriskan, masukkan ke dalam besek berlapis daun
pisang dan ditaburi garam sebanyak 2,5% dari berat ikan lalu ditutup.
c. Fermentasi I dilakukan selama satu minggu, lalu ikan ditiriskan dengan
cara diangin-anginkan hingga permukaannya kering.
d. Fermentasi II dilakukan dalam besek bambu atau kantung plastik selama
satu atau dua minggu agar diperoleh peda yang diinginkan.
59
BAB VIII
MACAM-MACAM PENGOLAHAN
A. SUSU KEDELE
4. Bahan:
a. Kedele kuning 1 kg
b. Gula pasir
c. Essence coklat
60
d. Garam
e. Na bisulfit
f. Vanili
5. Alat:
a. Panci
b. Blender
c. Saringan
d. Kain kasa
e. Baskom
f. Botol steril
g. Gelas ukur
6. Prosedur Kerja:
a. Bersihkan kedele dari kotoran dan yang rusak, rendam 8 jam kemudian direbus
dan dicuci.
b. Giling kedele dengan air panas (1 : 8), ekstraksi dengan cara disaring melalui
kain kasa.
c. Tambahkan gula pasir 5%, essence coklat 5%, vanili 0,1%, dan garam 0,55%.
d. Masukkan ke dalam botol steril.
e. Untuk menghilangkan rasa pahit, sebelum disterilkan perlu ditambahkan Na
bisulfit 10 gr untuk 1 kg kedele.
f. Sterilisasi pada suhu 121oC selama 20 menit.
B. BAKSO IKAN
Bakso ikan merupakan bentuk gel (kepekatan) dari daging ikan. Sifat-sifat
gel ini dipengaruhi oleh struktur daging (otot) ikan. Prinsip pembuatan bakso ikan
61
adalah campuran daging ikan, tepung dan bumbu-bumbu membentuk gel
(kepekatan) yang baik dalam kelenturan (springiness) meupun penampakannya
sehingga dapat dibentuk bulatan-bulatan yang kenyal.
Karakteristik daging ikan merupakan sifat dasar, yang tidak dapat diperbaiki
atau ditingkatkan mutunya. Untuk memperoleh mutu gel yang baik, perlu
diperhatikan proses pengolahannya jangan sampai komponen-komponen daging
yang akan mendukung pembentukan gel mengalami kerusakan. Bahan baku bakso
dapat menggunakan berbagai jenis ikan, terutama ikan yang berdaging tebal, seperti
tenggiri, kakap, gurame, gabus dll.
Persyaratan bahan baku yang terpenting adalah kesegaran ikan. Semakin
segar ikan yang digunakan semakin baik pula mutu bakso yang dihasilkan. Bahan
tambahan dalam pembuatan bakso ikan adalah tepung tapioka/tepung terigu
sebanyak 10-15% dari berat bersih ikan, serta bumbu untuk menambah rasa. Untuk
memperoleh daging ikan dengan mutu yang baik, hancuran daging harus
dibersihkan dari komponen yang tidak dikehendaki dengan cara merendam daging
ikan dalam air yang dicampur dengan es dan sedikit garam (3%). Perbandingan air
dan ikan adalah 4 : 1 dan perendaman dilakukan selama 15 menit. Perlakuan di atas
disebut leaching dan untuk kesempurnaan hasil sebaiknya dilakukan 2 – 3 kali
perendaman.
Perlakuan leaching bertujuan untuk mengurangi bau amis, menurunkan
jumlah mikroba, melarutkan protein rusak dan protein larut air, memisahkan lemak,
menghilangkan sisa darah dan kulit.
Setelah mengikuti praktikum, peserta didik diharapkan mampu membuat bakso dari
berbagai jenis ikan.
62
3. Tujuan Instruksional Khusus:
4. Bahan:
a. Ikan segar
b. Tepung tapioka
c. Garam halus
d. Merica halus
e. Bawang putih
5. Alat:
a. Pisau
b. Gilingan daging
c. Baskom
d. Panci
e. Kompor
f. Saringan
g. Kain kasa
6. Prosedur kerja:
a. Ikan segar disiangi dengan cara membuang kepala dan isi perut kemudian cuci
sampai bersih dengan menggunakan air mengalir.
63
b. Pisahkan daging ikan dari tulang-tulangnya dengan cara menyayat
menggunakan pisau secara memanjang.
c. Lakukan proses leaching 2 kali, setelah itu daging ikan dipres untuk mengurangi
kandungan air dengan menggunakan kain kasa.
d. Haluskan daging ikan menggunakan gilingan daging atau food processor sambil
ditambahkan bumbu sedikit demi sedikit.
e. Pindahkan adonan ikan ke dalam baskom tambahkan tepung tapioka, sambil
diaduk homogen.
f. Bentuk adonan ikan menjadi bola-bola kecil, menggunakan tangan dengan cara
dikepal-kepal, kemudian ditekan sehingga akan keluar bakso ikan yang tidak
begitu bulat dari sela-sela ibu jari dan telunjuk.
g. Bakso yang terbentuk diangkat dengan sendok, sedikit diratakan kemudian
dimasukkan ke dalam air hangat (50oC) selama 20 menit.
h. Rebus bakso dalam air mendidih sampai bakso terapung.
i. Angkat dan tiriskan.
C. SAOS TOMAT
Saus tomat atau “ketchup” adalah sari tomat yang bersih dan kental, dan
ditambahkan bumbu-bumbu, garam, gula dan cuka, dengan atau tanpa bawang
merah, bawang putih serta mengandung tidak kurang dari 12% tomat solid.
Jumlah padatan terlarut dalam saos tomat berkisar antara 28-30%. Saos
tomat dengan jumlah padatan terlarut kurang dari 28% tidak akan tahan lama
disimpan setelah dibuka sedangkan saos tomat dengan jumlah padatan terlarut lebih
dari 30% rasanya tidak terlalu enak. Agar saos tomat dapat tahan lama, dapat
ditambahkan zat pengawet (Natrium Benzoat).
64
2. Tujuan Instruksional Umum:
4. Bahan:
65
5. Alat:
a. Wajan
b. Pisau
c. Panci
d. Sendok kayu
e. Blender
f. Baskom
g. Saringan
h. Kain kasa
i. Botol steril
6. Prosedur Kerja:
a. Tomat dicuci, kukus hingga kulitnya pecah, blender hingga mendapatkan sari
tomat.
b. Saring cairan tomat, lalu masak.
c. Bumbu diiris-iris dan masukkan ke dalam kantung kain kasa, masukkan dalam
sari tomat tadi.
d. Tambahkan gula pasir dan garam secukupnya aduk hingga kental dan rata.
e. Angkat dalam keadaan panas dan masukkan ke dalam boto yang sudah
disterilkan.
D. ES KRIM
Es krim merupakan salah satu dessert (makanan kecil) yang sudah dikenal
sejak berabad-abad yang lalu. Pada zaman Alexander Agung abad ke-4 SM, telah
diperkenalkan minuman penyegar yang dibuat dari sari anggur yang didinginkan,
66
kemudian dikembangkan pada zaman Kaisar Nero dan Romawi dengan
menambahkan es, sari buah dan madu.
Es krim terus dikembangkan sampai tingkat industri rumah tangga pada
tahun 1846 oleh nancy Jackson dari Amerika, kemudian dipatenkan oleh William S.
Young. Bahan baku es krim secara umum dibagi atas 3 kelompok yaitu air, solid
non fat dan fat/lemak. Tahap-tahap pembuatan es krim secara umum adalah:
Pencampuran (mix processing)
Aging dan homogenisasi
Pembekuan dan pembuihan
Packing
Produk-produk es krim lain (berdasarkan data seminar sehari kerjasama PT.
Walls dan Persagi) adalah water ice yaitu es sari buah-buahan, milk ice atau es
susu, sherbet yaitu sari buah-buahan beku ditambah susu seperlunya, youghurt
ice cream, soft serve ice cream.
4. Bahan:
67
c. 1 butir kuning telur
d. 75 gr gula pasir
e. 50 gr whipped cream dikocok bersama 50 cc air.
5. Alat:
6. Prosedur Kerja:
a. Masak susu bersama gula dan tepung maizena hingga mendidih sambil terus
diaduk.
b. Kecilkan api lalu masukkan kuning telur yang telah dikocok sebentar. Aduk
segera hingga kembali mendidih.
c. Biarkan adonan menjadi dingin sementara itu kocok whipped cream bersama
susu hingga mengeras. Tuangkan adonan susu sedikit demi sedikit sambil
dikocok dengan kecepatan rendah.
d. Setelah adonan betul-betul tercampur, masukkan ke dalam ice cream maker dan
biarkan selama 30 menit.
e. Letakkan adonan yang telah homogen ke dalam cetakan es krim.
f. Masukkan dalam freezer.
68
BAB IX
PENGOLAHAN/PENGAWETAN BAHAN PANGAN
DENGAN CARA PENGASAPAN
69
Pengasapan panas merupakan cara pengasapan yang dilakukan dengan suhu tinggi
yaitu 80 – 90oC, bahkan ada yang suhunya mencapai 120oC. Karena suhunya tinggi,
waktu pengasapanpun lebih pendek, yaitu 3-8 jambahkan ada hanya 2 jam. Dengan
suhu tinggi, daging ikan menjadi masak dan tidak perlu diolah dulu sebelum
dikonsumsi. Jarak ikan dari sumber asap agak dekat (± 1 meter).
c. Pengasapan elektrik
Pengasapan elektrik merupakan pengasapan yang menggunakan listrik bertegangan
tinggi. Ikan diasap dengan asap dari pembakaran yang dilewatkan medan listrik.
Ikan pun mengalami tahap pengeringan untuk mempersiapkan permukaan ikan
menerima partikel asap, lalu tahap pengasapan dan tahap pematangan. Pada ruang
pengasap dipasang kayu melintang dibagian atas dan dililiti kabel listrik. Ikan
digantung dengan kawat pada kayu berkabel listrik tersebut. Setiap dua ekor ikan
digunakan sebagai elektroda. Satu dihubungkan dengan kabel bermuatan positif dan
satunya bermuatan negatif. Kabel kemudian dihubungkan dengan listrik arus searah
atau bolak balik tegangan tinggi sehingga timbul medan listrik. Pada lantai ruang
pengasap, sergaji dibakar. Asap naik melewati medan listrik sehingga menjadi
bermuatan listrik negatif atau positif. Asap bermuatan listrik positif bergerak ke
ikan yang digunakan sebagai elektroda negatif atau sebaliknya. Akibatnya asap
menempel pada permukaan ikan. Dengan cara ini, penguapan air pada ikan tidak
secepat pengasapan biasa SEHINGGA DIPERLUKAN PENGERINGAN.
Pengasapan juga dapat berjalan lebih cepat (1/8 dari waktu pengasapan biasa),
rendemen lebih tinggi, lebih higienis, mutu lebih bagus.
d. Pengasapan likuid
Pengasapan likuid yaitu pengasapan yang dilakukan dengan mencelupkan ikan ke
dalam larutan asap. Asam likuid pada dasarnya merupakan asam cukanya kayu yang
diperoleh dari destilasi kering terhadap kayu. Faktor penting yang perlu
diperhatikan pada pengasapan likuid adalah konsentrasi dan suhu larutan asap serta
waktu perendaman. Setelah itu ikan dikeringkan ditempat teduh.
70
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengasapan adalah suhu pengasapan,
kelembaban udara, Jenis kayu, jumlah asap, ketebalan asap, dan kecepatan aliran asap
di dalam alat pengasap, perlakuan sebelum pengasapan, biasanya dengan penggaraman.
Faktor lain yang menentukan mutu ikan asap adalah jumlah asap yang menempel pada
ikan. Asap memiliki sifat sebagai pengawet. Fenol yang dikandung memiliki sifat
bakteristatis yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri tidak berkembang biak,
fungisidal sehingga jamur tidak tumbuh, antioksidak sehingga cukup berperan
mencegah oksidasi lemak pada ikan, formaldehid di dalamnya juga bersifat fungisidal.
Komponen asap lain yaitu alkohol dan asam-asam organik. Fenol dan formaldehid
membentuk lapisan damar sehingga produk menjadi mengkilap.
4. Bahan:
a. Ikan segar
b. Garam
71
5. Alat:
6. Prosedur kerja:
72
73
74