FAKULTAS FARMASI
OLEH:
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia farmasi erat kaitannya dengan produk obat obatan
yang beredar secara luas di masyarakat. Kesehatan merupakan hal
yang sangat penting. Salah satu komponen kesehatan yakni
tersedianya obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Industri
farmasi memegang peranan penting dalam hal ini, mulai dari
penyiapan bahan baku obat hingga suatu sediaan obat sampai ke
tangan pasien.
Kimia analisis sangat penting dilakukan oleh seorang farmasis
untuk mengidentifikasi obat-obatan yang beredar luas di lingkungan
masyarakat agar mengetahui kualitas dari bahan-bahan yang
digunakan dalam sediaan tersebut sehingga ketika digunakan oleh
masyarakat dapat menimbulkan efek yang baik.
Salah satu bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran adalah
salep. Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah di
oleskan dan digunakan sebagai obat luar. Basis salep biasanya
mengandung bahan yang sukar larut dalam air, sehingga sampel
tidak bisa langsung di titrasi tetapi dilakukan preparasi sampel terlebih
dahulu untuk mengisolasi zat aktif dari basis salepnya.
Analisis kadar asam salisilat dilakukan untuk mengetahui dan
memastikan kandungan dan mutu asam salisilat dari suatu sediaan
suspensi salep yang beredar di pasaran apakah telah sesuai syarat
kandungannya seperti yang tertera pada etiket atau belum.
Alkalimetri merupakan titrasi untuk sampel yang bersifat asam
menggunakan larutan baku yang bersifat basa. Oleh karena itu, pada
praktikum ini dilakukan analisis kadar asam salisilat pada sediaan
salep secara alkalimetri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Asam salisilat adalah keratolitik yang paling sering digunakan.
Apabila pemakaian lebih dari 20% permukaan tubuh, penyerapan
sistemik dapat terjadi, terutama pada pasien yang mengalami
gangguan fungsi hati atau ginjal. Asam salisilat dapat mengurangi
efikasi UVB. Asam salisilat dapat dipakai pada kehamilan tetapi
harus dihindari pada anak-anak karena efek penyerapan oleh kulit
yang besar (Murlistyarini dkk, 2018).
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih
kecil dari 7. Dalam defenisi modern, asam adalah suatu zat yang
dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain yang disebut basa
atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa.
Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan
untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat, asam
borat, asam salisilat, asam benzoate dan lain sebagainya (Widyanto,
2008).
Asam salisilat memiliki aktivitas keratorik dan antiseptik lemak
jika digunakan secara topikal. Sifatnya yang asam meningkatkan
hidrasi endogen, sehingga keratin terdistribusi di permukaan kulit
yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan absorbsi ke
dalam kulit. Selain itu, penggunaan jangka panjang pada daerah
yang sama akan mengiritasi kulit sehingga menyebabkan dermatitis.
Untuk mengurangi sifat iritatif pada kulit, dilakukan usaha
mikroenkapsulasi dalam bentuk sistem liposom. Liposom tidak
menimbulkan modifikasi kimia bahan obat dan dapat menjerat obat
yang bersifat polar maupun yang bersifat non polar. Asam salisilat
bersifat hidrofil, tetapi sukar larut dalam air. Dilain pihak asam
3. Analisis Kadar
Larutan uji untuk analisis kuantitatif (poin 1b), tambahkan
indikator fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1
N LV hingga terbentuk warna merah muda. Tiap ml natrium
hidroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3
4. Perhitungan
% kadar = Vol. NaOH x N NaOH x BST (mg) x 100
berat sampel (g)
Daftar Pustaka
Astuti, Y.S., dkk. 2007. Pengaruh Konsentrasi Adaps Lanae Dalam Dasar
Salep Cold Cream Terhadap Pelepasan Asam Salisilat. Pharmacy,
Vol. 05. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.