Anda di halaman 1dari 15

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI

“ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)”

OLEH :

NAMA : FEBRIZA SAFIRA

STAMBUK : 15020190021

KELAS : C9C10

KELOMPOK : 1 (SATU)

ASISTEN : GINA FEBY SYALVI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam organik merupakan senyawa organik dengan gugus
karboksil. Asam organik diklasifikasikan berdasarkan tipe rantai karbon,
yaitu alifatik, alisiklik, aromatik atau heterosiklik. Juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan kejenuhan, subsitusi dan nomor gugus
fungsi.
Asam organik banyak digunakan dalam industri, baik itu dalam
industri makanan, industri kimia maupun industri farmasi. Asam organik
banyak digunakan sebagai bahan pengasaman, bahan aditif
antimikroba, juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Sejumlah
kecil asam organik terdapat dalam tanaman sebagai senyawa antara
dalam metabolisme. Salah satu contoh asam organik adalah asam
askorbat. Asam askorbat adalah salah satu asam organik yang biasa
disebut dengan vitamin C, berbentuk bubuk kristal kuning keputihan
yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan.
Analisis asam-asam organik dapat dilakukan dengan metode
kromatografi. Kromatografi adalah salah satu metode analisis yang
menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak, untuk
memisahkan serangkaian senyawa kimia. Kelebihan analisis dengan
kromatografi dibanding dengan titrasi adalah jumlah sampel yang
dibutuhkan lebih sedikit dan dapat menganalisis berbagai jenis asam
organik.
HPLC adalah salah satu metode analisis yang banyak digunakan
untuk analisis asam organik. Teknik HPLC dibedakan atas fase normal
yakni menggunakan pelarut nonpolar sebagai fase gerak, fase terbalik
yang menggunakan pelarut polar sebagai fase gerak dan penukar ion
yaitu menggunakan gradien konsentrasi ion dalam fase geraknya.

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
1.2 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah mampu menjelaskan
tentang analisis kadar Asam askorbat (Vit.C) pada sediaan steril secara
HPLC/KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).

1.3 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami tentang analisis kadar Asam Askorbat (Vit. C) pada sediaan
steril secara HPLC/KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Asam askorbat atau asam L-askorbat adalah nama trivial dari
vitamin C. Senyawa ini memiliki nama kimia 2-oxo-L-threo-hexono-1,4-
lactone2,3-enediol. Asam askorbat merupakan senyawa turunan
glukosa yang telah dikenal luas sebagai senyawa nutrasetikal dan
banyak digunakan sebagai komponen suplemen makanan. Asam
askorbat memiliki sifat nutrasetikal karena bersifat sebagai anti oksidan.
Asam askorbat terdistribusi secara luas pada buah-buahan seperti
jeruk, lemon, anggur, semangka, pepaya, stroberi, blewah, mangga,
nanas, raspberry dan ceri; dan sayuran segar, seperti sayuran berdaun
hijau, tomat, brokoli, paprika hijau dan merah, kembang kol dan kol
(Putra, 2020).
Manfaat kesehatan yang paling dikenal dari asam askorbat adalah
pencegahan atau menghilangkan penyakit flu. Beberapa studi klinis
dengan berbagai dosis asam askorbat menunjukkan bahwa asam
askorbat tidak memiliki efek profilaksis yang signifikan, namun mampu
mengurangi keparahan dan lamanya gejala demam selama periode
infeksi (Putra, 2020).
Kimia analisis bisa dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan
dengan identifikasi zat-zat kimia; mengenali unsur atau senyawa apa
yang ada dalam suatu sampel. Adapun analisis kuantitatif berkaitan
dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung
dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut yang seringkali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian
kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis. Teknik laboratorium
yang digunakan menghasilkan pengelompokan metode-metode
kuantitatif menjadi subdivisi titrimetrik (volumetrik), gravimetrik dan
instrumental (Day & Underwood, 2002).
FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI
15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
Pada dasarnya, analisis kimia dapat dilakukan dengan analisis
kualitatif yang bertujuan untuk mencari jenis ion, molekul atau radikal
yang terdapat dalam sampel; analisis kuantitatif yang bertujuan untuk
menentukan kadar ion atau molekul dalam suatu sampel; dan analisis
instrumentasi, yakni analisis kualitatif dan kuantitatif dengan
menggunakan peralatan elektronik (Sumardjo, 2008).
High Performance Liquid Chromatography atau HPLC atau biasa
juga disebut dengan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an.
Kegunaan umum HPLC adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik maupun senyawa bologis; analisis ketidakmurnian;
analisis senyawa-senyawa tidak menguap (non-volatil); penentuan
molekul-molekul netral, ionik maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian
senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir
sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit, dalam
jumlah banyak dan dalam skala proses industri (Gandjar & Rohman,
2015).
Pada HPLC sistem kromatografi yang digunakan adalah cair-padat,
fase bergerak (mobile phase) berupa cairan yaitu pelarut dan fase diam
(stationer phase) berupa padatan yaitu adsorban yang terdapat dalam
kolom analitik (Stahl, 1987).
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit
berdasarkan kepolarannya, setiap campuran yang keluar akan
terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk kromatogram.
Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas
peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran
(Hendayana, 2006).
Kolom adalah bagian yang sangat penting pada HPLC, karena
keberhasilan dalam analisa baik kualitatif dan kuantitatif serta isolasi
bahan kimia alam sangat bergantung pada pemakaian jenis kolom yang

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
tepat. Di dalam kolom inilah sebetulnya terjadi proses pemisahan.
Komponen-komponen dalam cuplikan (sampel) ditahan secara selektif
oleh fasa diam (stationer phase/adsorban), kemudian terlarut oleh
pelarut (fasa bergerak) yang terus menerus mengalir dan membawanya
melewati kolom menuju ke detektor. Berbagai jenis kolom dapat
digunakan sesuai dengan keperluannya ataupun jenis senyawa kimia
yang akan dipisahkan. Jenis kolom ini dibedakan berdasarkan pada
merk dan tipe adsorbannya (Murningsih & Chairul, 2000).
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang
dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi
dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas
keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-
komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada
fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya
polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar
daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan
meningkatnya polaritas pelarut (Gandjar & Rohman, 2015).
Pertimbangan dalam memilih solven fase gerak meliputi
kompatibilitas antar solven, kelarutan sampel dalam eluen, polaritas,
transmisi cahaya, viskositas, stabilitas dan pH. Solven yang digunakan
sebagai fase gerak harus dapat bercampur serta tidak menimbulkan
presipitasi saat dicampur. Sampel harus dapat terlarut dalam fase gerak
karena apabila tidak, maka dapat terjadi presipitasi di dalam kolom.
Transmisi cahaya penting diperhatikan apabila digunakan deteksi UV
yang akan menentukan UV cutoff masing-masing solven. Solven yang
memiliki nilai UV cutoff lebih tinggi dibandingkan panjang gelombang
sampel yang dianalisis tidak dapat digunakan. Solven yang terlalu
kental dapat menyebabkan bentuk puncak yang melebar (Kazakevich
& LoBrutto, 2007).

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
2.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 2020: 69)
Nama resmi : PURIFIED WATER
Nama lain : Air murni
Bobot molekul : 18,02 g/mol
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur : H – O – H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau
Penyimpanan : Jika dikemas, gunakan kemasan wadah non
reaktif yang dirancang untuk mencegah
masuknya mikroba.
Kegunaan : Pelarut
2. Asam Askorbat (Ditjen POM, 2020: 175)
Nama resmi : ASCORBIC ACID
Nama lain : Vitamin C
Bobot molekul : 176,12 g/mol
Rumus molekul : C6H8O6
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning.


Warna menjadi gelap karena pengaruh cahaya.
Dalam keadaan kering, stabil di udara. Dalam
larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu
lebih kurang 190o.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter
dan dalam benzen.

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya.
3. Asam Fosfat (Ditjen POM, 2020: 182)
Nama resmi : PHOSPHATE ACID
Nama lain : Asam fosfat
Bobot molekul : 98,00 g/mol
Rumus molekul : H3PO4
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan kental seperti sirup, tidak berwarna; tidak


berbau. Bobot jenis lebih kurang 1,71.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
4. Asam Klorida (Ditjen POM, 2014: 156)
Nama resmi : HYDROCHLORIDE ACID
Nama lain : Asam klorida
Bobot molekul : 36,46 g/mol
Rumus molekul : HCl
Rumus struktur : H – Cl
Pemerian :Cairan tidak berwarna; berasap; bau
merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian
volume air, asap hilang. Bobot jenis lebih kurang
1,18.
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat
5. Kalium Fosfat Monobasa (Ditjen POM, 1979: 687)
Nama resmi : KALIUM FOSFAT MONOBASA
Nama lain : Kalium bifosfat, Kalium dihidrogen fosfat

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
Bobot molekul : 136,09 g/mol
Rumus molekul : KH2PO4
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur; putih


Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Murni pereaksi
6. Metilen Blue (Ditjen POM, 2020: 1151)
Nama resmi : METHYLTHIONINE CHLORIDE
Nama lain : Biru metilen
Bobot molekul : 319,86 g/mol
Rumus molekul : C16H18ClN3S
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur hijau tua, berkilauan


seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak
berbau. Stabil di udara; larutan dalam air dan
dalam etanol berwarna biru tua.
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar
larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Simpan pada suhu
25º, masih diperbolehkan antara 15º dan 30º.

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
7. Natrium Fosfat Dibasa / Na2HPO4 (Ditjen POM, 1979: 227)
Nama resmi : NATRIUM FOSFAT DIBASA
Nama lain : Dinatrium fosfat, Dinatrium hidrogen fosfat
Bobot molekul : 142 g/mol
Rumus molekul : Na2HPO4
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna; tidak berbau; rasa asin.


Dalam udara kering merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air; sukar larut dalam
etanol (95 %) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Murni pereaksi

2.1. Prosedur Kerja (Anonim, 2021: 22-23)


1. Identifikasi
a. Pada sejumlah volume injeksi setara dengan 40 mg asam
askorbat, tambahkan 4 ml asam klorida 0,1N kemudian 4 tetes
biru metilen LP, hangatkan hingga suhu 40oC. Warna biru tua
berubah menjadi lebih muda atau hilang dalam waktu 3 menit.
b. Waktu retensi puncak utama
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada
Penetapan kadar.
c. Uji PH
Dipipet 3 ml Larutan uji, kemudian diukur pH nya dengan
menggunakan pH meter/ kertas pH.

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
2. Penetapan Kadar Dengan HPLC
a. Pembuatan Fase Gerak
Larutkan 15,6 g natrium fosfat dibasa P dan 12,2 g kalium fosfat
monobasa P dalam 2000 ml air, atur pH hingga 2,5+0,05
dengan penambahan asam fosfat P.
b. Pembuatan Larutan Baku Vitamin C (Asam Askorbat)
Ditimbang 5 mg asam askorbat dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan
menggunakan fase gerak sehingga diperoleh larutan stok
dengan konsentrasi 500 ppm (Catatan: simpan dalam lemari
pendingin dan terlindung cahaya hingga saat digunakan.
Larutan stabil selama 24 jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam
setelah diambil dari lemari pendingin)
c. Pembuatan Larutan Uji (injeksi asam askorbat) 0,5 ppm
Sediaan injeksi vitamin C pada label mengandung asam
askorbat 1000 mg/5 ml. Dipipet sebanyak 25μg, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan dicukupkan
volumenya dengan menggunakan fase gerak sehingga
diperoleh konsentrasi 500 ppm (Catatan: simpan dalam lemari
pendingin dan terlindung cahaya hingga saat digunakan.
Larutan stabil selama 24 jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam
setelah diambil dari lemari pendingin)
d. Prosedur kerja pengukuran dengan KCKT (HPLC)
Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang
4 μl) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
dalam mg asam askorbat dengan rumus:

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
Dimana:
C = Kadar Asam Askorbat baku dalam mg per ml Larutan
baku
D = Faktor pengenceran
ru = Respons puncak Larutan uji
rs = Respon puncak Larutan baku

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2021. Penuntun Praktikum Analisis Farmasi. Makassar: Farmasi


UMI.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Day & Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Gandjar & Rohman. 2015. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hendayana. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Kazakevich & Lobrutt. 2007. HPLC For Pharmaceutical Scientist. New
Jersey: John. Wiley dan Sons, Inc.
Murningsih & Chairul. 2000. Mengenal HPLC: Peranannya Dalam Analisa
Dan Proses Isolasi Bahan Kimia Alam. Bogor: LIPI.
Putra. 2020. Substansi Nutrasetikal Sumber dan Manfaat Kesehatan.
Yogyakarta: Deepublish.
Stahl. 1987. Thin Layer Chromatography, A Laboratory Handbook 2nd.
Berlin: Springer-Verlag.
Sumardjo. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta:
EGC.

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021
ANALISIS SEDIAAN STERIL INJEKSI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)

FEBRIZA SAFIRA GINA FEBY SYALVI


15020190021

Anda mungkin juga menyukai