Anda di halaman 1dari 236

HUKUM ACARA

MAHKAMAH KONSTITUSI
Oleh :
DR.H.HARPANI
MATNUH.MH.
TUNTUTAN REFORMASI
Antara lain:
• Amandemen UUD 1945

• Penghapusan doktrin Dwi Fungsi ABRI

• Penegakan hukum, HAM, dan

pemberantasan KKN
• Otonomi Daerah

• Kebebasan Pers

• Mewujudkan kehidupan demokrasi


LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN 5
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PUSAT
UUD 1945

BPK Presiden DPR MPR DPD MA MK


kpu bank
sentral
kementerian badan-badan lain KY
negara
yang fungsinya
dewan berkaitan dengan
pertimbangan
kekuasaan
TNI/POLRI kehakiman

Perwakilan Pemerintahan Daerah


BPK Provinsi Provinsi Lingkungan Peradilan
Gubernur DPRD Umum

Lingkungan Peradilan
Agama
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Bupati/ Lingkungan Peradilan
DPRD
Walikota Militer

Lingkungan Peradilan
SISTEM KONTROL ANTAR LEMBAGA NEGARATUN
SEJARAH
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Adanya kelemahan UUD 1945 (sebelum
Amandemen) antara lain tidak adanya lembaga
yang menguji materil UU terhadap UUD
• Adanya amandemen UUD I dan II yang
• menghasilkan struktur kelembagaan negara
yang berbeda dan harapan adanya saling
melakukan kontrol antara lembaga negara
• Keberadaan MK merupakan tren di negara-
negara yang baru mengalami perubahan rezim
otoriter ke rezim demokratis
SEJARAH
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Studi banding BP MPR th 2000 ke 21 negara
dalam upaya penyempurnaan UUD 1945, antara
lain hasilnya keberadaan MK terpisah dengan
MA, yang memiliki kewenangan tertentu di
bidang ketatanegaraan.
• Dalam UUD 1945 amandemen III tahun 2001
dibentuk MK sebagai salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman di samping MA (Psl 24)
SEJARAH
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Indonesia merupakan negara ke 78 yang ikut
mengadopsi gagasan pembentukan MK
• Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945
menentukan MK dibentuk paling lama 1 tahun
sejak ditetapkan perubahan UUD 1945.
Sebelum dibentuknya MK, kewenangan MK
dilaksanakan oleh MA
• Tanggal 13 Agustus 2003 disahkan UU Nomor
24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
PENINJAUAN
PERUDANG-UNDANGAN
PERUNDANG-UNDANGAN LEMBAGA NEGARA
UUD MPR - MPR
TAM.MPR MPR - MPR
UU DPR - MK
PERPU PRESIDEN - MK
PERPRES PRESIDEN - MK
PERDA
DPRD - MENDAGRI
Syarat Khusus
Pasal 24C Ayat (5) UUD 1945
Hakim Konstitusi harus memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak merangkap
sebagai pejabat negara
SEJARAH
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Hakim Konstitusi terdiri 9 orang yg direkrut dari
MA (3 org), DPR (3 org), dan Presiden (3 org).
Tangal 16 Agt 2003 pertama kali dilantik 9 hakim
konstitusi melalui Kepres
• Tanggal 15 Agustus 2003 MK mulai beroperasi
sebagai salah satu cabang kekuasaan
kehakiman
SEKRETARIAT
MK DIBANTU OLEH SEBUAH
SEKRETARIAT JENDERAL (SEKJEN) DAN
KEPANITERAAN.
KEDUDUKAN
MAHKAMAH KONSTITUSI

• Salah satu lembaga negara yang


melakukan kekuasaan kehakiman yang
merdeka untuk menyelengga-rakan
peradilan guna menegakan hukum dan
keadilan
• Berkedudukan di Ibu kota Negara RI
DASAR PEMBENTUKAN

• Pasal 24 C UUD 1945

• UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang


Mahkamah Konstitusi
FUNGSI
MAHKAMAH KONSTITUSI

• Untuk menegakan konstitusi dalam


rangka mewujudkan negara hukum dan
demokrasi
• Menegakan konstitusi sebagai supremasi
dalam sistem ketatanegaraan.
KEWENANGAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Menguji UU terhadap UUD 1945
• Memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945
• Memutus pembubaran partai politik
• Memutus perselisihan hasil pemilihan
umum
KEWAJIBAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Memberikan putusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden
diduga telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhinatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya atau perbuatan tercela dan
atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan atau Wakil Presiden
sebagaimana yang dimaksud dalam UUD
1945
ASAS-ASAS
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Asas Independensi (mandiri)
• Asas Praduga Rechtmatige
• Asas Sidang Terbuka untuk Umum
• Asas Hakim Majelis
• Asas Obyektivitas
• Asas Keaktifan Hakim (dominus litis)
• Asas Pembuktian Bebas
ASAS-ASAS
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Asas Putusan berkekuatan hukum tetap
dan bersifat final
• Asas Putusan mengikat secara elga
omnes (luar pihak yang berperkara)
• Asas Sosialisasi
• Asas Peradilan sederhana, cepat & biaya
ringan
SUMBER HUKUM ACARA MK
• Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi
• Undang - Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman
• Peraturan Mahkamah Konstitusi :
a. Peraturan MK Nomor : 06/PMK/2005 tentang Pedoman
Beracara dalam Perkara Pengujian UU
b. Peraturan MK Nomor 08/PMK/2006 Tentang Pedoman
Beracara dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga
Negara
c. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Prosedur Beracara dalam Pembubaran Partai politik
SUMBER HUKUM ACARA MK
d. Peraturan MK Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara
dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD,
DPRD
e. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden
f. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Kepala Daerah
g. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 21 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Beracara dalam memutus Pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan / atau Wakil Presiden
SUMBER HUKUM ACARA MK
• Yurisprudensi Mahkamah Konstitusi
• HIR/RBg (Hukum Acara Perdata)
• KUHAP (Hukum Acara Pidana)
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)
• Doktrin (Pendapat Ahli)
PIHAK-PIHAK YANG BERPERKARA
(LEGAL STANDING)

• Tidak semua orang boleh mengajukan permohonan


ke Mahkamah Konstitusi
• Kepentingan hukum saja tidak dapat dijadikan
mengajukan permohonan (tidak berlaku adagium
point d’interet point d’action atau apabila ada
kepentingan hukum boleh mengajukan gugatan)
• Legal Standing : hak atau kedudukan hukum untuk
mengajukan gugatan atau permohonan ke
pengadilan
• Standing : konsep yang digunakan untuk menilai
apakah suatu pihak terkena dampak secara cukup
sehingga suatu perselisihan diajukan ke pengadilan
PIHAK-PIHAK YANG BERPERKARA
(LEGAL STANDING)
• Persyaratan standing dikatakan terpenuhi jika pemohon
mempunyai kepentingan nyata dan secara hukum
dilindungi
• 3 Syarat legal standing (yurisprudensi AS)
a. Adanya kerugian yang timbul karena adanya pelang-
garan kepentingan pemohon yang dilindungi secara
hukum yang besifat spesifik/khusus dan aktual serta
bukan hanya bersifat potensial
b. Adanya hubungan sebab akibat / hubungan kausali-
tas antara kerugian dengan berlakunya suatu UU
c. Kemungkinnan dengan diberikannya putusan yang
diharapkan kerugian akan dihindari atau dipulihkan
LEGAL STANDING
DALAM PENGUJIAN UU TERHADAP UUD 1945

Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan


atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh
berlakunya UU :
• Perorangan WNI
• Kesatuan Masyarakat Hukum Adat sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip negara kesatuan RI yg diatur dlm UU
• Badan Hukum Publik atau Privat
• Lembaga Negara
(Psl 51 ayat 1 UUMK)
LEGAL STANDING
DALAM PENGUJIAN UU TERHADAP UUD 1945
MK merumuskan persyaratan legal standing berdasarkan
hak dan kepentingan konstitusional pemohon :
• Adanya hak konstitusional pemohon yg diberikan oleh UUD
1945
• Hak konstitusional pemohon tersebut dianggap oleh pemohon
telah dirugikan oleh suatu UU yang diuji.
• Kerugian yang dimaksud bersifat spesifik / khusus dan aktual
atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran
yang wajar dapat dipastikan akan terjadi
• Adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan
berlakunya UU yang dimohonkan untuk diuji
• Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya
permohonan, maka kerugian konstitusional yg didalilkan akan
atau tidak terjadi lagi (putusan No 006/PUU-III/2005 dan 010/PUU-
III/2005
TATA URUTAN PERUDANG
UNDANGAN
UUD 1945
TAP MPR
UU/PERPU
PERATURAN PEMERINTAH (PP)
PERATURAN PRESIDEN (PRPRES)
PERDA PROVENSI
PERDA KOTA/KABUPATEN
SERTIFIKASI GURU
UUD 1945 ;Pemb. Ps.28 D
UU NO.14 TAHUN 205 (PS.1 AYAT 1, Ps.14
dan 15)
PP NO.24 Tahun 1976 (Ps.3, 13, 14,17)
PERMENDIKBUD NO.17 Tahun 2016,
Juknis Penyaluran DS (Ps.1, 3, 5) Lamp. 8
PERMEN PAN No.16 Tahun 2009
LEGAL STANDING
DALAM SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA

• Pemohon dalam sengketa kewenangan antar lembaga


negara adalah LEMBAGA NEGARA
• Pemohon adalah lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945 yang mempunyai kepentingan
langsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan
(Psl 61 ayat 1). Dapat uraikan syarat-syaratnya :
• Baik pemohon maupun termohon harus lembaga negara
yang kewenagannya diberikan oleh UUD 1945
• Adanya kewenangan konstitusional yang diperseng-
ketakan oleh pemohon dan termohon, dimana kewena-
ngan konstitusional pemohon dianggap diambil alih dan
atau terganggu oleh tindakan termohon
• Pemohon harus mempunyai kepentingan langsung dengan
kewenangan konstitusional yang diperseng-ketakan
LEGAL STANDING
DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

• Pemohon dalam pembubaran partai politik


adalah PEMERINTAH
• Pemohon wajib menguraikan dengan jelas
dalam permohonannya tentang ideologi, asas,
tujuan, program dan kegiatan partai politik yang
bersangkutan, yang dianggap bertentangan dgn
UUD 1945
LEGAL STANDING
DALAM SENGKETA HASIL PEMILIHAN UMUM
DPR,DPD DAN DPRD

Pemohon dalam PHPU anggota DPR, DPD


DPRD Provinsi / Kota / Kabupaten adalah :

• Perorangan WNI calon anggota DPD


• Partai Politik peserta pemilu
• Partai Politik dan Partai Politik Lokal peserta
pemilu anggota DPRA dan DPRK di Aceh
LEGAL STANDING
DALAM SENGKETA HASIL PEMILIHAN UMUM
KEPALA DAERAH

Pemohon dalam Perselisihan hasil pemilihan


umum Kepala Daerah adalah :

Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil


Kepala Daerah peserta pemilihan umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah
LEGAL STANDING
DALAM SENGKETA HASIL PEMILIHAN UMUM
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Pemohon dalam Perselisihan hasil pemilihan


umum Presiden dan Wakil Presiden adalah :

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden


peserta pemilihan umum Presiden dan Wakil
Presiden
LEGAL STANDING
DALAM MEMOHON PUTUSAN MK ATAS PENDAPAT DPR
MENGENAI DUGAAN PELANGGARAN OLEH PRESIDEN DAN
ATAU WAKIL PRESIDEN

• Pihak yang memohon putusan Mahkamah


Konstitusi atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan
atau Wakil Presiden adalah :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


(DPR)
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 10
Pengusulan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden

Presiden
DPR MPR dan/atau Wakil
Presiden terus
Pendapat DPR bahwa Presiden DPR
wajib menyelenggarakan menjabat
dan/atau Wakil Presiden telah menyelenggarakan
sidang paripurna sidang untuk memutuskan usul
melakukan pelanggaran hukum DPR paling lambat 30 hari sejak
ataupun telah tidak lagi untuk meneruskan
usul pemberhentian usul diterima usul DPR
memenuhi syarat [Pasal 7B (6)***] tidak diterima
kepada MPR
[Pasal 7B (2)***] [Pasal 7B (5)***]
Keputusan diambil dalam
Pengajuan permintaan DPR
sidang paripurna, dihadiri
kepada MK hanya dapat sekurang-kurangnya 3/4
dilakukan dengan dukungan jumlah anggota, disetujui usul DPR
sekurang-kurangnya 2/3 dari sekurang-kurangnya 2/3 diterima
jumlah anggota yang hadir jumlah yang hadir, setelah
dalam sidang paripurna yang Presiden dan/atau wakil
dihadiri oleh sekurang- presiden diberi kesempatan Presiden
kurangnya 2/3 dari jumlah menyampaikan penjelasan dan/atau Wakil
anggota [Pasal 7B (7)***] Presiden
[Pasal 7B (3)***] diberhentikan

MK terbukti

wajib memeriksa, mengadili,


dan memutus paling lama 90 tidak terbukti
hari setelah permintaan
diterima
[Pasal 7B (4)***]
PERMOHONAN

• Pemeriksaan perkara dilakukan setelah adanya


permohonan dari pihak yang memiliki legal standing
untuk membela kepentingannya yang dianggap
merugikannya atau tidak melanggar UU
• Biarpun hakim aktif dalam proses pemeriksaan, tetapi
hakim tidak boleh berinisiatif atau mendorong legal
standing untuk mengajukan permohonan
• Hakim MK dilarang mengeluarkan pendapat atau
pernyataan di luar persidangan atas suatu perkara yang
sedang ditanganinya mendahului putusan (Kode Etik)
PERMOHONAN

• Mengapa istilah yang dipakai PERMOHONAN ?


• Seolah-olah dalam perkara konstitusi tidak ada pihak
lawan (Satu pihak / Volunter)
• Dalam perkara konstitusi tertentu ada pihak lain yang
ditentukan sebagai termohon, dan ada pula pihak terkait
yang diminta keterangannya (pihak yg terpengaruh)
• Dalam PERMA Nomor 2 Tahun 2002 membedakan
perkara yang diajukan dgn permohonan dan gugatan
• Permohonan (Pengujian UU, sengketa antar lembaga
negara, dan Pemakzulan) sedangkan Gugatan
(pembubaran parpol dan sengketa hasil pemilu)
PERMOHONAN
• Syarat mengajukan permohonan :
a. Permohonan ditulis dalam bahasa Indonesia.
b. Ditandatangani oleh pemohon / kuasanya.
c. Diajukan dalam 12 rangkap.
d. Sistematika permohonan :
# Identitas Pemohon (termasuk Legal standing)
# Uraian yg jelas mengenai perihal yg menjadi dasar
permohonan (posita)
. # Hal-hal yang diminta (Petitum)
e. Disertai bukti pendukung. (Psl 29-31 UU MK)
f. Dalam waktu 3 x 24 Jam sejak KPU mengumumkan
hasil pemilu (khusus perkara sengketa hasil pemilu)
CONTOH SISTEMATIKA
PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU

• Kepala surat (Nomor, Lamp, Hal : permohonan


pembatalan Kep KPU No,Tgl, tentang.., tujuan
surat)
• Identitas Pemohon (anggota DPD / ketua &
sekretaris parpol)
• Pemberian kuasa
• Termohon dan turut termohon (KPU dan KPUD)
• Kewenangan MK
• Kedudukan hukum
CONTOH SISTEMATIKA
PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU

• Tenggang waktu permohonan


• Pokok permohonan (ambang batas
suara,perolehan suara)
• Petitum (hal yg dimohonkan)
• Penutup
• Alat bukti identitas( copi KTP, kartu
pemilih, bukti peserta Pemilu dll)
CONTOH SISTEMATIKA
PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU

• Bukti Pendukung
a. Surat (ketetapan KPU, berita acara,
salinan putusan pengadilan)
b. Keterangan saksi
c. Keterangan ahli
d. Informasi elektronik
PENDAFTARAN PERMOHONAN

• Pendaftaran permohonan di MK tanpa dipungut


biaya
• Pendaftaran permohonan dapat dilakukan
secara offline maupun secara online
• Pemohon yang akan mengajukan pendaftaran
terlebih dulu melakukan registrasi secara
online/offline kepada Kepanitraaan MK untuk
mendapatkan nama identitas (user name) dan
kode akses (password) yg memungkinkan
pemohon/kuasa mengakses Sistem informasi
manajemen permohonan elektronik (SIMPEL)
PENDAFTARAN PERMOHONAN

• Pemohon / kuasanya menandatangi perjanjian


yg menyatakan bahwa nama identitas dan kode
akses yg mereka gunakan akan berfungsi pula
sebagai tanda tangan elektronik dalam
mengajukan permohonan kepada MK
• Permohonan dianggap diterima setelah
permohonan elektronik tersebut masuk ke dalam
sistem komputer kepaniteraan MK
• Ketentuan lainnya mengenai pendaftaran online
dapat dilihat dalam Peraturan MK Nomor 18
Tahun 2009
PENDAFTARAN PERMOHONAN
• Setiap permohonan yang diajukan akan
diperiksa oleh Panitera MK untuk memeriksa
kelengkapan administrasi permohonan
• Permohonan yang belum lengkap wajib
dilengkapi oleh pemohon dalam jangka waktu 7
hari sejak pemberitahuan kekuranglengkapan
tsb diterima oleh pemohon
• Permohonan yang belum lengkap belum dapat
didaftarkan
• Permohonan yang telah lengkap dicatat dalam
Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK)
PENDAFTARAN PERMOHONAN

• Registrasi perkara tersebut akan menentukan


nomor perkara yang telah didaftarkan
• Sebelum atau selama pemeriksaan dilakukan
oleh MK, permohonan dapat ditarik kembali.
Penarikan ini mengakibatkan permohonan
serupa tidak dapat lagi diajukan
PENJADWALAN SIDANG

• Setelah permohonan didaftarkan, MK


harus menetapkan sidang pertama dalam
waktu paling lambat 14 hari kerja
• Khusus perselisihan hasil pemilu,
penjadwalan sidang paling lambat 7 hari
sejak permohonan didaftar dalam BRPK
PENJADWALAN SIDANG
• Penetapan sidang pertama diberitahukan
kepada para pihak dan diumumkan
kepada publik melalui papan pengumu-
man MK dan website MK
• Pemberitahuan hari sidang pertama
diterima pemohon selambatnya 3 hari
kerja sebelum hari persidangan oleh Juru
Panggil melalui surat, telepon atau
faksmile
JENIS PERSIDANGAN

• SIDANG PENDAHULUAN
Pemeriksaan kelengkapan administrasi dan
kejelasan permohonan / legal standing yang
dilakukan oleh panel hakim sekurang-kurangnya
3 hakim
• SIDANG PLENO
Pemeriksaan pokok perkara dan alat bukti yang
dilakukan oleh pleno hakim berjumlah 9 hakim
atau 7 hakim dalam keadaan luar biasa
PERSIDANGAN

• Sidang MK terbuka untuk umum, kecuali


rapat permusyawaratan hakim
• Setiap orang yang hadir dalam persida-
ngan wajib mentaati tata tertib persida-
ngan, dan pelanggaran terhadap tata tertib
merupakan penghinaan terhadap MK
• Apabila dianggap perlu, pemeriksaan
persidangan dapat dilakukan dengan
persidangan jarak jauh (teleconference)
AGENDA PERSIDANGAN
• Agenda persidangan di MK terdiri :
a. pemeriksaan pokok Permohonan;
b. pemeriksaan alat bukti tertulis;
c. mendengarkan keterangan para pihak yang berperkara;
d. mendengarkan keterangan saksi;
e. mendengarkan keterangan ahli;
f. mendengarkan keterangan pihak terkait;
g. pemeriksaan rangkaian data, keterangan, perbuatan,
keadaan, dan/atau peristiwa yang sesuai dengan alat
bukti lain yang dapat dijadikan petunjuk; dan
h. pemeriksaan alat bukti lain
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

• Sebelum mulai memeriksa pokok perkara,


MK mengadakan pemeriksaan kelengka-
pan dan kejelasan materi permohonan
• Dalam pemeriksaan pendahuluan, MK
wajib memberikan nasihat kepada
pemohon untuk melengkapi dan atau
memperbaiki permohonan dalam jangka
waktu paling lambat 14 hari
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
• Obyek yang diperiksa dalam pemeriksaan
pendahuluan :
1. Pemeriksaan kualifikasi pemohon, kewena -
ngan bertindak dan surat kuasa
2. Kedudukan hukum/legal standing pemohon
3. Penyederhanaan masalah yang diajukan
termasuk penyempurnaan posita dan petitum
4. Kebutuhan perubahan permohonan, agar
sesuai dengan UU, baik saran Hakim MK
atau keinginan pemohon sendiri
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
5. Masalah konstitusi yang diajukan
6. Alat-alat bukti yang diajukan secara terbuka
7. Saksi dan Ahli yang pokok-pokok pernyataan-
nya mendukung permohonan yang telah diaju-
kan dahulu
8 Jumlah saksi dan ahli yang relevan harus
dibatasi
9. Pengaturan jadwal persidangan dan tertib
persidangan
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN DALAM
SIDANG PLENO
• Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim
konstitusi wajib memanggil para pihak untuk
memberika keterangan yang dibutuhkan dan
atau meminta keterangan secara tertulis kepada
lembaga negara yang terkait
• Lembaga negara yang terkait wajib
menyampaikan keterangannya dalam waktu
paling lama 7 hari sejak permintaan diterima
• Dalam persidangan hakim konstitusi memeriksa
permohonan beserta alat bukti yang diajukan
PEMERIKSAAN DALAM
SIDANG PLENO
• Pemohon dan atau termohon dapat didampingi
atau diwakili oleh kuasanya berdasarkan surat
kuasa khusus (dlm hal ini tidak tepat dlm uji UU)
• Sidang di buka oleh ketua sidang dengan
memeriksa kehadiran pihak-pihak yang dipang-
gil melalui perkenalan diri.
• Sesuai dengan asas audit et alteram partem,
pihak-pihak berperkara harus diberi kesempatan
yang sama untuk memberikan keterangan dan
menyatakan pendapat.
PEMERIKSAAN DALAM
SIDANG PLENO
PEMBUKTIAN
• MK menilai alat-alat bukti yang diajukan ke
persidangan dengan memperhatikan
persesuaian antara alat bukti yang satu
dengan yang lain (Psl 35 UUMK)
• Asas umum pembuktian yang juga berlaku
di MK : Barang siapa mendalilkan satu
hal, keadaan atau peristiwa maupun hak,
maka ia wajib membuktikan
APA YANG HARUS DIBUKTIKAN

• Sebelum mendalilkan substansi permoho-


nan, pemohon harus membuktikan legal
standing yang dimilikinya, yaitu kualifikasi
pemohon dan atau pemohon dirugikan
dengan diberlakukannya suatu UU
• Ada 6 dalil yang dapat diajukan dan
dibuktikan pemohon (memiliki legal
standing), yaitu :
APA YANG HARUS DIBUKTIKAN

1. Pembentukan UU tdk memenuhi syarat formal


(kelembagaan & prosedur)
2. Materi muatan ayat,pasal dan atau bagian UU
yang bertentangan dgn UUD 1945
3. Kewenangan lembaga negara yang diberikan
UUD 1945, baik sebagian atau seluruhnya
tumpang tindih atau diambil alih oleh lembaga
negara lain
APA YANG HARUS DIBUKTIKAN

3. Parpol tertentu melakukan atau mengubah


ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan
yg bertentangan dgn UUD
4. Hasil perhitungan suara dalam pemilu yg
dilakukan KPU salah sehingga mempengaruhi
terpilihnya pemohon sebagai anggota
DPR,DPD,DPRD, Presiden & Wkl Presiden
5. Presiden dan atau wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum, perbuatan
tercela atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden atau wakil Presiden
ALAT-ALAT BUKTI
• Pasal 36 UUMK menentukan alat bukti yang
dapat digunakan para pihak untuk membuktikan
dalilnya, yaitu :
1. surat atau tulisan
2. keterangan saksi;
3. keterangan ahli;
4. keterangan para pihak
5. petunjuk;
6. alat bukti berupa informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima/disimpan secara elektronik

dengan optik atau yang serupa dengan itu


ALAT-ALAT BUKTI
• Para pihak, saksi, dan ahli wajib hadir
memenuhi panggilan MK
• Surat panggilan harus sudah diterima oleh yang
dipanggil dalam jangka waktu paling lambat 3
hari sebelum hari sidang.
• Para pihak yang merupakan lembaga negara
dapat diwakili oleh pejabat yang ditunjuk atau
kuasanya
• Jika saksi tidak hadir tanpa alasan yang sah,
meskipun sudah dipanggil secara patut, MK
dapat meminta bantuan polri untuk
menghadirkan secara paksa
PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• MK memutus perkara berdasarkan UUD 1945 sesuai
dengan alat bukti dan keyakinan hakim
• Putusan MK yang mengabulkan permohonan harus
didasarkan pada sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti
yang sah
• Putusan MK tidak boleh memuat amar putusan yang
tidak diminta oleh pemohon atau melebihi Permohonan
pemohon, kecuali terhadap hal tertentu yang terkait
dengan pokok Permohonan (Psl 45A UU No 8 Th 2011)
• Putusan MK wajib memuat fakta yang terungkap dalam
persidangan dan pertimbangan hukum yang menjadi
dasar putusan
PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• MK memberi putusan demi keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa
• Setiap putusan MK harus memuat :
1. Kepala Putusan
2. Identitas pihak
3. Ringkasan Permohonan
4. Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam
persidangan
5. Pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan
6. Amar putusan
7. Hari, tanggal putusan, nama hakim & Panitera
PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Putusan Mahkamah Konstitusi sejak diucapkan
di sidang terbuka untuk umum, memiliki 3 (tiga)
kekuatan :
a. kekuatan mengikat (erga omnes)
b. kekuatan pembuktian (putusan dianggap be -
nar & tidak ada pembuktian sebaliknya)
c. kekuatan eksekutorial (dianggap diketahui
dan dilaksanakan setelah dimuat dalam
Berita Negara
PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Jenis putusan Mahkamah Konstitusi
bersifat : Declatoir Constitutief (mencip-
takan atau meniadakan suatu kedaan).
Misalnya : pengujian UU terhadap UUD,
pembubaran parpol, pemakzulan Pres/Wk
• Jenis putusan Mahkamah Konstitusi yang
bersifat Comdemnatoir (menghukum)
Misalnya : Sengketa antar lembaga
negara, Perselisihan hasil pemilu
PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Putusan Mahkamah Konstitusi merupa-
kan upaya yang pertama sekaligus upaya
yang terakhir
• Isi putusan Mahkamah Konstitusi :
1. Permohonan tidak dapat diterima
2. Permohonan dikabulkan
3. Permohonan ditolak
PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI

• Putusan MK memperoleh kekuatan hukum tetap


sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno
terbuka untuk umum (Ps 47 UUMK)
• Dalam UU MK tidak diatur upaya hukum dan
mekanisme bagi pihak yang merasa tidak puas
atau dirugikan terhadap putusan Mahkamah
Konstitusi
PELAKSAAN PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh
kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dalam
sidang pleno terbuka untuk umum
• Pada dasarnya eksekusi putusan Mahkamah
Konstitusi lebih menekankan self respect dan
kesadaran hukum bagi pihak yang berperkara
untuk melaksanakan putusan secara suka rela
tanpa adanya pemaksaan
PELAKSAAN PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Putusan MK yang bersifat Declatoir Constitutief,
tidak diperlukan tindakan2 dari MK untuk
memaksakan dilaksanakannya putusan
(eksekusi otomatis)
• Putusan MK yang bersifat Comdemnatoir, dapat
diperlukan paksaan dari pemohon kepada
termohon untuk melaksanakan putusan
• Kelemahannya, hukum acara Mahkamah
Konstitusi hanya memuat perintah dan larangan,
tanpa adanya sanksi bagi yang tidak mematuhi
putusan Mahkamah Konstitusi.
PELAKSAAN PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Tidak adanya upaya paksa dan ketidakpatuhan
pihak yang berperkara untuk melaksanakan
putusan MK, sedikit banyak dapat mempenga-
ruhi kewibawaan MK (pelecehan putusan MK)
• Contoh : PERADI Pusat tetap menolak APHI
menjadi anggota kesembilan di PERADI.
(Padahal MK telah memutuskan bahwa
penyebutan 8 organisasi advokat di dalam UU
Advokat tidak bersifat limitatif)
AKIBAT PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
• Mengingat isi putusan Mahkamah
Konstitusi dapat mengabulkan, menolak,
atau tidak dapat diterima, maka putusan
Mahkamah Konstitusi akan membawa
akibat tertentu yang mempengaruhi satu
keadaan hukum atau hak dan atau
kewenangan
PUTUSAN
PENGUJIAN UU TERHADAP UUD

 Permohonan tidak diterima, apabila


permohonan tidak memenuhi syarat yang
telah ditentukan (UU yang diuji dan legal
standing)
 Pemohonan dikabulkan, apabila permoho-
nan pemohon beralasan
 Pemohonan ditolak, apabila UU yang diuji
tidak bertentangan dgn UUD
PUTUSAN
PENGUJIAN UU TERHADAP UUD

 Ruang lingkup pemeriksaan :


1. Materi ayat,pasal atau bagian UU yang
bertentangan atau tidak dengan UUD
2. Pembentukan UU yang diuji tidak
memenuhi ketentuan pembentukan UU
PELAKSANAAN PUTUSAN
PENGUJIAN UU TERHADAP UUD
 Pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi :
1. Putusan yang mengabulkan permohonan
wajib dimuat dalam Berita Negara paling
lambat 30 hari sejak diputuskan (Pasal 53 (3)
2. Putusan pengujian UU disampaikan kepada
DPR,DPD, Presiden dan MA
3. Tidak membutuhkan aparat untuk melaksana
kan putusan, karena bersifat declatoir
constitutief
AKIBAT PUTUSAN
PENGUJIAN UU TERHADAP UUD

 Akibat hukum putusan Mahkamah Konstitusi :


1. Materi ayat,pasal atau bagian UU yang
dinyatakan bertentangan dengan UUD, tidak
memiliki kekuatan hukum mengikat sejak
diucapkan dan wajib dimuat dalam Berita
Negara paling lambat 30 hari sejak
diputuskan
2. Tidak berlaku surut (Psl 58) (Putusan MK No
013/PUU-I/2003 ttg pengujian UU Terorisme)
AKIBAT PUTUSAN
PENGUJIAN UU TERHADAP UUD

3.Perbuatan yang dilakukan atas dasar materi


ayat, pasal /bagian UU yang sudah dinyatakan
batal & tidak memiliki kekuatan hukum mengikat
adalah batal demi hukum.
4. Materi UU yang telah diuji tidak dapat dimohon
untuk diuji kembali
5. Perlu dikaji akibat putusan MK yang menyata-
kan suatu ketentuan pidana tidak memiliki
kekuatan mengikat terhadap tersangka/ terdak-
wa yang belum diputus pengadilan (retroaktif)
PUTUSAN
SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA

 Permohonan tidak diterima, apabila permoho-


nan tidak memenuhi syarat yang telah diten-
tukan (lembaga negara dan kewenangannya
diberikan oleh UUD)
 Pemohonan dikabulkan, apabila permohonan
pemohon beralasan
 Pemohonan ditolak, apabila permohonannnya
tidak beralasan
5

PUSAT
UUD 1945

BPK Presiden DPR MPR DPD MA MK


kpu bank
sentral
kementerian badan-badan lain KY
negara
yang fungsinya
dewan berkaitan dengan
pertimbangan
kekuasaan
TNI/POLRI kehakiman

Perwakilan Pemerintahan Daerah


BPK Provinsi Provinsi
Gubernur DPRD Umum
Agama
Pemerintahan Daerah Lan
Kabupaten/Kota
Bupati/
Militer
Perad
DPRD
TUN
Walikota

SISTEM KONTROL ANTAR LEMBAGA NEGARA


PUTUSAN
SENGKETA KEWENANGAN
ANTAR LEMBAGA NEGARA
 Atas permintaan pemohon atau tidak, Mahka
mah Konstitusi dapat mengeluarkan Penetapan
(Putusan Sela/Provisi) yang memerintahkan
pemohon dan atau termohon untuk menghen-
tikan sementara pelaksanaan kewenangan yang
disengketakan
 Putusan sela tersebut atau dengan sendirinya
tidak berlaku lagi setelah adanya putusan
Mahkamah Konstitusi
PELAKSANAAN PUTUSAN
SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA

 Putusan MK yg amar putusannya menyatakan


bahwa termohon tidak mempunyai kewenangan
untuk melaksanakan kewenangan yang diseng-
ketakan, maka termohon wajib melaksanakan
putusan tersebut dalam waktu paling lambat 7
hari kerja sejak putusan diterima.
 Selain disampaikan kepada para pihak yang
bersengketa, putusan MK juga disampaikan
kepada DPR, DPD & Presiden
PELAKSANAAN PUTUSAN
SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA

 Jika putusan tidak dilaksanakan dalam jangka


waktu yang ditentukan, maka pelaksanaan
kewenangan lembaga yang bersangkutan
(termohon) batal demi hukum
 Pemohon dapat meminta MK mengingatkan
termohon atau meminta pihak lain agar
termohon melaksanakan putusan MK
PUTUSAN PEMBUBARAN
PARTAI POLITIK
• Permohonan tidak diterima, apabila
permohonan tidak memenuhi syarat yang telah
ditentukan (pemohon adalah pemerintah,
permohonan berisi hal ihwal yang bertentangan
dengan UUD 45)
• Pemohonan dikabulkan, apabila permohonan
pemohon beralasan
• Pemohonan ditolak, apabila permohonannya
tidak beralasan
PELAKSANAAN PUTUSAN
PEMBUBARAN PARTAI POLITIK
• Permohonan yang dikabulkan oleh putusan
Mahkamah Konstitusi, maka pelaksanaan
putusannya dilakukan dengan cara memba-
talkan pendaftaran partai politik yang bersang-
kutan pada pemerintah
• Putusan Mahkamah Konstitusi tentang pemba-
talan pendaftaran partai politik tersebut,
diumumkan dalam Berita Negara paling lambat
14 hari sejak putusan diterima
AKIBAT HUKUM PUTUSAN
PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

• Partai politik yang dibubarkan oleh Mahkamah


Konstitusi tidak lagi berstatus / diakui sebagai
partai politik yang berbadan hukum dan
melaksanakan UU Partai Politik
• Segala aktivitas partai politik yang dibubarkan
oleh Mahkamah Konstitusi tidak sah dan
melawan hukum
PUTUSAN PERSELISIHAN
HASIL PEMILIHAN UMUM
 Permohonan tidak diterima, apabila permoho-nan
tidak memenuhi syarat yang telah ditentu-kan
(pemohon : caleg, pasangan calon,parpol peserta
pemilu, sengketa terhdp penetapan hasil oleh KPU,
diajukan dalam wtk 3 hari sejak ditetapkan)
 Pemohonan dikabulkan, apabila permohonan
pemohon beralasan
 Pemohonan ditolak, apabila permohonannnya tidak
beralasan
PUTUSAN PERSELISIHAN
HASIL PEMILIHAN UMUM
 Dalam hal pemohonan dikabulkan, Mahkamah Konstitusi
menyatakan membatalkan hasil perhitungan suara yang
diumumkan KPU dan menetapkan hasil perhitungan
suara yang benar
 Penetapkan hasil perhitungan suara yang diputus MK
berdasarkan hasil perhitungan ulang atau hasil pemilu
ulang
 Putusan disampaikan kepada Para Pihak, Presiden dan
pihak terkait
PELAKSANAAN
PUTUSAN PERSELISIHAN
HASIL PEMILU
 KPU/KPUD wajib menindaklanjuti putusan
Mahkamah Konstitusi membatalkan hasil perhitungan
suara yang telah diumumkan.
 KPU/KPUD wajib merubah penetapan KPU hasil
perhitungan suara yang disengketakan dengan
mengganti hasil perhitungan suara yang diputus oleh
Mahkamah Konstitusi
 KPU/KPUD wajib melaksanakan pemilu ulang di
daerah pemilihan tertentu yang hasil pemilunya
dibatalkan oleh MK
AKIBAT HUKUM
PUTUSAN PERSELISIHAN
HASIL PEMILU

 Penetapan Hasil perhitungan suara yang telah


diumumkan KPU/KPUD sebelumnya batal demi
hukum.
 Putusan Mahkamah Konstitusi yang membatal-kan
hasil perhitungan suara yang diumumkan
KPU/KPUD dan menetapkan hasil perhitungan suara
yang baru, harus dianggap benar
PUTUSAN DUGAAN PELANGGARAN
OLEH PRESIDEN & / WAKIL
PRESIDEN
 Membenarkan (menyetujui dugaan DPR bahwa
Presiden & Wkl Presiden melakukan perbuatan
pelanggaran hukum, perbuatan tercela atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden & Wkl
Presiden berdasarkan alat bukti yang ada)
 Tidak membenarkan (Tidak menyetujui dugaan
DPR bahwa Presiden & Wkl Presiden melaku-kan
perbuatan hukum, perbuatan tercela atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden & Wkl
Presiden berdasarkan alat bukti yang ada)
PUTUSAN DUGAAN PELANGGARAN
OLEH PRESIDEN & / WAKIL PRESIDEN

 Apabila Mahkamah Konstitusi membenarkan


pendapat DPR bahwa Presiden dan atau Wakil
Presiden melakukan pelanggaran yang
dituduhkan, maka dalam putusan Mahkamah
Konstitusi menyatakan bahwa Presiden dan
atau Wakil Presiden terbukti melakukan
pelanggaran yang dituduhkan.
PELAKSANAAN PUTUSAN DUGAAN
PELANGGARAN OLEH PRESIDEN & /
WAKIL PRESIDEN

 Putusan Mahkamah Konstitusi mempunyai


kekuatan mengikat secara hukum dan sepanjang
mengenai amar yang menyatakan Presiden dan
atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran
hukum yang dituduhkan DPR
 Putusan Mahkamah Konstitusi mempunyai
kekuatan mengikat, meskipun putusan atas
pendapat DPR tidak mengakibatkan Presiden
dan atau Wakil Presiden diberhentikan oleh MPR
PELAKSANAAN PUTUSAN DUGAAN
PELANGGARAN OLEH PRESIDEN
DAN ATAU WAKIL PRESIDEN

 Putusan Mahkamah Konstitusi dijadikan


dasar pertimbangan bagi DPR untuk
mengusukan atau membatalkan
mengusulkan pemberhentian Presiden dan
atau Wakil Presiden kepada MPR
 Putusan Mahkamah Konstitusi dijadikan
lampiran bagi DPR untuk mengusulkan
pemberhen-tian Presiden dan atau Wakil
Presiden kepada MPR
AKIBAT HUKUM PUTUSAN DUGAAN
PELANGGARAN OLEH PRESIDEN
DAN ATAU WAKIL PRESIDEN
 Kalau putusan MK menyatakan pendapat DPR terbukti,
maka DPR dapat meminta MPR untuk menggelar Sidang
Istimewa mengagendakan pemberhentian Presiden dan
atau Wkl Presiden yang harus dihadiri minimal 3/4
anggota MPR. Presiden dan atau Wkl Presiden
diberhentikan setelah disetujui 2/3 anggota MPR yang
hadir
 Presiden dan atau Wkl Presiden yang diberhentikan
dapat diproses pidana berdasarkan alat bukti putusan
MK yang menyatakan Presiden dan atau Wkl Presiden
terbukti melalukan pelanggaran hukum (bukan ne bis in
idem kata hakim konstitusi)
HUKUM ACARA KHUSUS
PENGUJIAN UU TERHADAP UUD 1945

Oleh :
Oleh

Muhammad Yasir, SH. MH.


PEMOHON
• Pemohon dalam pengujian UU terhadap UUD 1945
adalah :
1. Perorangan warga negara Indonesia atau kelompok
orang yang mempunyai kepentingan sama;
2. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diatur dalam UU;
3. Badan hukum publik atau badan hukum privat, atau;
4. Lembaga negara.
JENIS PENGUJIAN

• Permohonan pengujian UU meliputi PENGUJIAN


MATERIIL dan/atau PENGUJIAN FORMIL
• Pengujian materiil adalah pengujian UU yang
berkenaan dengan materi muatan dalam ayat, pasal,
dan/atau bagian UU yang dianggap bertentangan
dengan UUD 1945.
• Pengujian formil adalah pengujian UU yang berkenaan
dengan proses pembentukan UU dan hal-hal lain yang
tidak termasuk pengujian materiil
JENIS PENGUJIAN
• Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
proses pembuatan Peraturan PerUUan yang mencakup
tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan (Psl 1
UU No 12 Th 2011)
• Pembentukan UU diawali penyusunan prolegnas oleh
DPR dan Pemerintah, penyusunan RUU dari DPR
/Pemerintah disertai naskah akademik, pembahasan di
DPR melalui rapat khusus (rapat komisi dll) dan rapat
paripurna, persetujuan bersama RUU, pengesahan RUU
oleh Presiden, terakhir pengundangan melalui Lembaran
Negara (LN) oleh menteri hukum.
ISI PERMOHONAN

Permohonan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia oleh


Pemohon atau kuasanya dalam 12 rangkap yang memuat :

a. Identitas Pemohon(Nama,Tempat tanggal lahir/ umur,Agama, Peker-


jaan,Kewarganegaraan,Alamat Lengkap,No telepon/faks/Hp/e-mail
(bila ada)
b. Uraian mengenai hal yang menjadi dasar permohonan :
1. kewenangan Mahkamah
2. kedudukan hukum (legal standing) yang berisi uraian yang jelas
mengenai anggapan Pemohon tentang hak dan/atau kewenangan
konstitusional Pemohon yang dirugikan dengan berlakunya UU
yang dimohonkan untuk diuji;
3. Alasan permohonan pengujian yg diuraikan secara jelas dan rinci.
ISI PERMOHONAN
c. Hal-hal yang dimohonkan untuk diputus dalam permohonan
pengujian formil yaitu:
1. mengabulkan permohonan Pemohon;
2. menyatakan bahwa pembentukan UU dimaksud tidak memenuhi
ketentuan pembentukan UU berdasarkan UUD 1945;
3. menyatakan UU tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
d. Hal-hal yang dimohonkan untuk diputus dalam permohonan
pengujian materiil yaitu :
1. mengabulkan permohonan Pemohon;
2. menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/ atau bagian
dari UU dimaksud bertentangan dengan UUD 1945;
3. menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/ atau bagian
dari UU dimaksud tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
e. Permohonan ditandatangani oleh Pemohon atau kuasanya;
BUKTI PENDUKUNG PERMOHONAN

a. Bukti diri Pemohon sesuai dengan kualifikasi legal standing, yaitu:


foto kopi identitas diri berupa KTP dalam hal Pemohon adalah
perorangan warga negara Indonesia, bukti keberadaan masyarakat
hukum adat menurut UU dalam hal Pemohon adalah masyarakat
hukum adat, akta pendirian dan pengesahan badan hukum baik
publik maupun privat dalam hal Pemohon adalah badan hukum,
peraturan perundang-undangan pembentukan lembaga negara
yang bersangkutan dalam hal Pemohon adalah lembaga negara;
b. Bukti surat atau tulisan yang berkaitan dengan alasan permohonan;
c. Daftar calon ahli dan/atau saksi disertai pernyataan singkat tentang
hal-hal yang akan diterangkan terkait dengan alasan permohonan,
serta pemyataan bersedia menghadiri persidangan, dalam hal
Pemohon bermaksud mengajukan ahli dan/atau saksi;
d. Daftar bukti-bukti lain yang dapat berupa informasi yang disimpan
dalam atau dikirim melalui media elektronik, bila dipandang perlu.
TATA CARA PENDAFTARAN
• Permohonan diajukan dalam bentuk tertulis atau dalam format
digital yang disimpan secara elektronik dalam media penyimpanan
berupa disket, cakram padat (compact disk) atau yang serupa
dengan itu.
• Proses pemeriksaan kelengkapan administrasi permohonan bersifat
terbuka yang dapat diselenggarakan melalui forum konsultasi oleh
calon Pemohon dengan Panitera.
• Petugas Kepaniteraan wajib memeriksa kelengkapan alat bukti
yang mendukung permohonan
• Apabila berkas permohonan dinilai telah lengkap, berkas
permohonan dinyatakan diterima oleh Petugas Kepaniteraan
dengan memberikan Akta Penerimaan Berkas Perkara kepada
Pemohon.
TATA CARA PENDAFTARAN
• Apabila permohonan belum lengkap, Panitera Mahkamah
memberitahukan kepada Pemohon tentang kelengkapan permoho-
nan yang harus dipenuhi, dan Pemohon harus sudah meleng-
kapinya dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
diterimanya Akta Pemberitahuan Kekuranglengkapan Berkas.
• Apabila kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud tidak
dipenuhi, maka Panitera menerbitkan akta yang menyatakan bahwa
permohonan tersebut tidak diregistrasi dalam BRPK dan
diberitahukan kepada Pemohon disertai dengan pengembalian
berkas permohonan.
• Permohonan pengujian undang-undang diajukan tanpa dibebani
biaya perkara.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
• Permohonan yang sudah lengkap dan memenuhi
persyaratan dicatat dalam BRPK dan diberi nomor
perkara. Kemudian Panitera memberikan akta sebagai
bukti pencatatan permohonan tersebut.
• MK menyampaikan salinan permohonan kepada DPR dan
Presiden melalui surat yang ditandatangani Panitera
untuk diketahui, dalam jangka waktu paling lambat 7 hari
kerja sejak permohonan dicatat dalam BRPK.
• MK memberitahukan kepada MA melalui surat yang
ditandatangani Ketua yang isinya mengenai adanya
permohonan pengujian UU dimaksud dan memberitahu-
kan agar MA menghentikan pengujian perUUan di bawah
UU yang sedang diuji dalam jangka waktu paling lambat 7
hari kerja sejak permohonan dicatat dalam BRPK.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
• Dalam hal permohonan ditarik oleh Pemohon, maka
Panitera menerbitkan Akta Pembatalan Registrasi per-
mohonan yang telah diajukan Pemohon dan diberita-
hukan kepada Pemohon disertai dengan pengembalian
berkas permohonan.
• Berkas perkara yang sudah diregistrasi disampaikan
Panitera kepada Ketua MK untuk menetapkan susunan
Panel Hakim yang memeriksa perkara tersebut, setelah
terlebih dahulu Panitera menetapkan Panitera Peng-ganti.
• Ketua Panel Hakim menetapkan hari sidang pertama
dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja sejak permohonan dicatat dalam BRPK.
• Penetapan hari sidang dimaksud diberitahukan kepada
Pemohon dan diumumkan kepada masyarakat.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
• Pengumuman juga ditempel pada papan pengumuman
yang khusus dibuat untuk itu dan dalam situs MK
(www.mahkamahkonstitusi.go.id), serta disampaikan
kepada media cetak dan elektronik.
• Pemberitahuan di atas sebagai surat panggilan yang
ditandatangani oleh Panitera dan disampaikan secara
langsung oleh Juru Panggil atau melalui telepon,
faksimili, dan/atau surat elektronik, yang harus diterima
oleh Pemohon atau kuasanya dalam jangka waktu paling
lambat 3 hari sebelum hari persidangan.
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
• Pemeriksaan pendahuluan dilakukan dalam sidang
terbuka untuk umum oleh Panel Hakim yang seku-rang­
kurangnya terdiri atas 3 orang Hakim Konstitusi, dan
dapat dilakukan dalam Sidang Plano yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 7 orang Hakim Konstitusi
• Dalam pemeriksaan pendahuluan, hakim memeriksa
kelengkapan dan kejelasan materi permohonan yang
meliputi kewenangan Mahkamah, kedudukan hukurn
(legal standing) Pemohon, dan pokok permohonan.
• Dalam pemeriksaan Hakim wajib memberi nasihat
kepada Pemohon dan/ atau kuasanya untuk melengkapi
dan/atau memperbaiki permohonan dalam jangka waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari. Nasihat juga
berkaitan dengan pelaksanaan tertib persidangan.
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
• Apabila Hakim berpendapat permohonan telah lengkap
dan jelas, dan/atau telah diperbaiki sesuai dengan nasi-
hat dalam sidang panel, Panitera menyampaikan salinan
permohonan dimaksud kepada Presiden, DPR, dan MA
• Hasil pemeriksaan pendahuluan dan rekomendasinya
dilaporkan kepada Rapat Pleno Permusyawaratan
Hakim untuk proses selanjutnya.
• Laporan panel diatas termasuk pula usulan penggabu-
ngan pemeriksaan persidangan terhadap beberapa
perkara dalam hal memiliki kesamaan pokok permoho-
nan, memiliki keterkaitan materi permohonan atau
pertimbangan atas permintaan Pemohon;
• Pemeriksaan penggabungan perkara dapat dilakukan
setelah mendapat Ketetapan Ketua Mahkamah;
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
• Pemeriksaan persidangan dilakukan dalam sidang pleno yang terbuka
untuk umum, atau dapat dilakukan oleh Panel Hakim dalam keadaan
tertentu yang diputuskan oleh Rapat Permusyawaratan Hakim.
• Pemeriksaan persidangan meliputi :
1. pemeriksaan pokok permohonan;
2. pemeriksaan alat-alat bukti tertulis;
3. mendengarkan keterangan Presiden/Pemerintah;
4. mendengarkan keterangan DPR dan/atau DPD;
5. mendengarkan keterangan saksi;
6. mendengarkan keterangan ahli;
7. mendengarkan keterangan Pihak Terkait;
8. pemeriksaan rangkaian data, keterangan, perbuatan, keadaan, dan/atau
peristiwa yang bersesuaian dengan alat-alat bukti lain yang dapat
dijadikan petunjuk;
9. pemeriksaan alat-alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik
atau yang serupa dengan itu.
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
• Atas permintaan Hakim, keterangan yang terkait dengan
permohonan, wajib disampaikan baik berupa keterangan tertulis,
risalah rapat, dan/atau rekaman secara elektronik, dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya
permintaan dimaksud.
• Pemeriksaan persidangan dapat dilakukan dengan persidangan
jarak jauh (teleconference).
• Setelah pemeriksaan persidangan dinyatakan selesai, pihak­pihak
diberikan kesempatan menyampaikan kesimpulan akhir secara
lisan dan/atau tertulis selambat lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
hari persidangan terakhii, kecuali ditentukan lain dalam
persidangan.
• Pihak Terkait yang diperiksa adalah pihak yang berkepentingan
langsung atau tidak langsung dengan pokok permohonan. Pihak
Terkait yang berkepentingan langsung adalah pihak yang hak
dan/atau kewenangannya terpengaruh oleh pokok permohonan.
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
• Pihak Terkait dapat diberikan hak-hak yang sama dengan Pemohon
dalam persidangan dalam hal keterangan dan alat bukti yang
diajukannya belum cukup terwakili dalam keterangan dan alat bukti
yang diajukan oleh Presiden/Pemerintah, DPR, dan/atau DPD.
• Pihak Terkait yang berkepentingan tidak langsung adalah:
a. pihak yang karena kedudukan, tugas pokok, dan fungsinya perlu
didengar keterangannya; atau
b. pihak yang perlu didengar keterangannya sebagai ad
informandum, yaitu pihak yang hak dan/atau kewenangannya
tidak secara langsung terpengaruh oleh pokok permohonan tetapi
karena kepeduliannya yang tinggi terhadap permohonan dimaksud.
• Pihak Terkait harus mengajukan permohonan kepada Mahkamah
melalui Panitera.
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
• Apabila dipandang perlu, pemeriksaan persidangan dapat diikuti
dengan pemeriksaan setempat yang bertujuan untuk memperoleh
petunjuk (alat bukti). Segala biaya yang timbul dalam pemeriksaan
setempat dibebankan kepada masing-masing pihak.
• Dalam hal Pemohon mendalilkan adanya dugaan perbuatan pidana
dalam pembentukan UU yang dimohonkan pengujiannya dan
disertai dengan bukti-bukti, maka MK dapat menghentikan
sementara pemeriksaan permohonan atau menunda putusan;
• Adanya dalil mengenai dugaan perbuatan pidana tersebut , MK
dapat menyatakan menunda pemeriksaan dan memberitahukan
kepada pejabat yang berwenang untuk menindaklanjuti adanya
persangkaan tindak pidana yang diajukan oleh Pemohon.
• Dalam hal dugaan perbuatan pidana tersebut telah diproses secara
hukum oleh pejabat yang berwenang, untuk kepentingan
pemeriksaan dan pengambilan keputusan, Mahkamah dapat
meminta keterangan kepada pihak-pihak berwenang yang
melakukan penyidikan dan/atau penuntutan.
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
• Penghentian proses pemeriksaan permohonan atau penundaan
putusan di atas ditetapkan dengan Ketetapan Mahkamah yang
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
• Dalam hal Pemohon mengajukan permohonan penarikan kembali,
Rapat Pleno Permusyawaratan Hakim atau Panel Hakim yang
bersangkutan melalui Rapat Pleno Permusyawaratan Hakim
memberikan rekomendasi kepada Mahkamah untuk menerbitkan
Ketetapan Ketua Mahkamah.
• Ketua MK menerbitkan Ketetapan Penarikan Kembali yang
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, dengan
memerintahkan kepada Panitera untuk mencatat dalam BRPK,
yang salinannya disampaikan kepada Pemohon.
PEMBUKTIAN
• Pembuktian dibebankan kepada Pemohon, tapi apabila
dipandang perlu, Hakim dapat pula membebankan
pembuktian kepada Presiden/Pemerintah, DPR, DPD,
dan/atau Pihak Terkait.
• Presiden/Pemerintah, DPR, DPD, dan/atau Pihak Terkait
dapat mengajukan bukti sebaliknya
• Macam-macam alat bukti yang dapat diajukan untuk
diperiksa di persidangan, adalah :
a. surat atau tulisan
b. keterangan saksi di bawah sumpah mengenai fakta
yang dilihat, didengar, dan dialaminya sendiri;
c. keterangan ahli di bawah sumpah sesuai dengan
keahliannya;
PEMBUKTIAN
d. keterangan Pemohon, Presiden/Pemerintah, DPR,
dan/atau DPD,serta keterangan pihak yang terkait
langsung;
e. petunjuk yang diperoleh dari rangkaian data, keterangan,
perbuatan, keadaan, dan/atau peristiwa yang
bersesuaian dengan alat-alat bukti lain; dan/atau
f. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima atau disimpan secara elektronik
dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.
• Pemeriksaan alat bukti surat atau tulisan yang berupa
fotokopi meliputi : materai, legalisasi dan/atau
pencocokan dengan surat aslinya.
PEMBUKTIAN
• Saksi dapat diajukan oleh Pemohon, Presiden/ Pemerin-
tah, DPR, DPD, Pihak Terkait, atau dipanggil atas
perintah Mahkamah.
• Pemeriksaan saksi dimulai dengan menanyakan
identitas (nama, tempat tanggal lahir/umur, agama,
pekerjaan, dan alamat) saksi dan kesediaannya diambil
sumpah atau janji berdasarkan agamanya untuk
menerangkan apa yang didengar, dilihat, dan dialaminya
sendiri.
• Ahli dapat diajukan oleh Pemohon, Presiden/ Pemerin-
tah, DPR, DPD, Pihak Terkait, atau dipanggil atas
perintah Mahkamah.
PEMBUKTIAN
• Keterangan ahli yang dapat dipertimbangkan oleh
Mahkamah adalah keterangan yang diberikan oleh
seorang yang tidak memiliki kepentingan yang bersifat
pribadi (conflict of interest) dengan subjek dan/atau
objek perkara yang sedang diperiksa.
• Pemeriksaan ahli dimulai dengan menanyakan identitas
(nama, tempat tanggal lahir/umur, agama, pekerjaan,
dan alamat) dan riwayat hidup serta keahliannya; dan
ditanyakan pula kesediaannya diambil sumpah atau janji
menurut agamanya untuk memberikan sesuai dengan
keahliannya.
• Pemeriksaan ahli dalam bidang keahlian yang sama
yang diajukan oleh pihak-pihak dilakukan dalam waktu
yang bersamaan.
PEMBUKTIAN
• Pemeriksaan terhadap pihak terkait dilakukan dengan mendengar
keterangan yang berkaitan dengan pokok permohonan, baik lisan
dan atau tertulis. Dapat pula mengajukan pertanyaan kepada ahli
dan/atau saksi, dan menyampaikan kesimpulan akhir
• Mengajukan ahli atau saksi sepanjang berkaitan dengan hal-hal
yang dinilai belum terwakili dalam keterangan ahli /saksi yang
telah didengar keterangannya dalam persidangan;
• Penerjemah adalah seseorang yang karena kemahirannya,
mampu menerjemahkan dari bahasa asing ke dalam Bahasa
Indonesia dan sebaliknya.
• Pemeriksaan untuk Penerjemah dimulai dengan menanya-kan
identitas, nama, tempat tanggal lahir/ umur, agama, pekerjaan,
dan alamat penerjemah dan kesediaannya diambil sumpah
berdasarkan agamanya untuk menerjemah-kan atau yang ia
dengar.
PEMBUKTIAN
• Keterangan Presiden adalah keterangan resmi pemerintah baik
secara lisan maupun tertulis mengenai pokok permo-honan dan
dikuasakan dengan hak substitusi kepada Menteri Hukum dan
HAM beserta para menteri, dan/atau pejabat setingkat menteri
yang terkait dengan pokok permohonan. Kuasa
Presiden/Pemerintah dapat mengikuti seluruh rangkaian
pemeriksaan persidangan dan wajib hadir sekurang-kurangnya
satu kali untuk setiap perkara, dalam hal Mahkamah memerlukan
dan memanggilnya.
• Keterangan DPR adalah keterangan resmi DPR baik secara lisan
maupun tertulis yang diwakili oleh Pimpinan DPR yang dapat
memberi kuasa kepada pimpinan dan/atau anggota komisi
hukum, komisi terkait dan/atau anggota DPR yang ditunjuk.
• Dalam hal pengujian UU yang dalam proses pembentukan-nya
melibatkan peranan DPD, MK harus mendengar dan/atau
meminta keterangan DPD.
PEMBUKTIAN
• Dalam hal pengujian UU yang materi muatannya
berkaitan dengan kepentingan daerah, meskipun dalam
proses pembentukannya tidak melibatkan DPD, MK
dapat mendengar dan/atau meminta keterangan DPD
• Atas izin dan melalui Ketua Sidang, pihak-pihak dalam
persidangan dapat saling mengajukan pertanyaan dan/
atau tanggapan mengenai pokok permasalahan yang
diajukan oleh masing-masing pihak, dan mengajukan
pertanyaan kepada saksi dan/atau ahli yang diajukan
oleh pihak-pihak.
• Pemohon dapat memperoleh dan menanggapi
keterangan tertulis baik dari Presiden/Pemerintah, DPR,
dan/atau DPD, maupun Pihak Terkait.
RAPAT PERMUSYAWARATAN
• Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) dilakukan secara tertutup dan
rahasia serta putusan diambil sekurang2nya dihadiri 7 hakim
• RPH mendengar, membahas, dan/atau mengambil keputusan mengenai:
1. laporan panel tentang pemeriksaan pendahuluan;
2. laporan panel tentang pemeriksaan persidangan;
3. rekomendasi panel tentang tindak lanjut hasil pemeriksaan
permohonan;
4. pendapat hukum (legal opinion) para Hakim Konstitusi;
5. hasil pemeriksaan persidangan pleno dan pendapat hukum para
Hakim Konstitusi;
6. hakim Konstitusi yang menyusun rancangan putusan;
7. rancangan putusan akhir;
8. penunjukan Hakim Konstitusi yang bertugas sebagai pembaca
terakhir rancangan putusan;
9. pembagian tugas pembacaan putusan dalam sidang pleno.
PUTUSAN
• Putusan Mahkamah tentang pengujian UU memuat :
1. Kepala putusan yang berbunyi: "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA";
2. Identitas Pemohon;
3. Ringkasan permohonan yang telah diperbaiki;
4. Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam
persidangan;
5. pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan;
6. amar putusan;
7. pendapat berbeda dari Hakim Konstitusi; dan
8. hari dan tanggal putusan, nama dan tanda tangan
Hakim Konstitusi, serta Panitera.
PUTUSAN
• Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam
persidangan meliputi ringkasan pendirian Pemohon
terhadap permohonannya, keterangan tambahan
dipersidangan,keterangan Presiden/ Pemerintah,
DPR,dan/atau DPD, keterangan Pihak Terkait; dan hasil
pemeriksaan alat-alat bukti;
• Pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan
meliputi : Maksud dan tujuan permohonan, kewenangan
MK, legal standing, alasan dalam pokok permohonan,
dan kesimpulan mengenai semua hal yang telah
dipertimbangkan.
PUTUSAN
• Amar putusan berbunyi:
1. "Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat
diterima” dalam hal permohonan tidak memenuhi
syarat legal standing atau permohonan yang kabur
2. "Mengabulkan permohonan Pemohon";
"Menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal,
dan/atau bagian dari UU dimaksud bertentangan
dengan UUD 1945";
"Menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal,
dan/atau bagian dari UU dimaksud tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat",
dalam hal permohonan beralasan
PUTUSAN
3 "Mengabulkan permohonan Pemohon";
"Menyatakan bahwa pembentukan UU dimaksud tidak
memenuhi ketentuan pembentukan UU berdasarkan
UUD 1945";
"Menyatakan UU tersebut tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat",
dalam hal permohonan beralasan
4. "Menyatakan permohonan Pemohon ditolak",
dalam hal UU yang dimohonkan pengujian tidak
bertentangan dengan UUD 1945, baik mengenai
pembentukan maupun materinya sebagian atau
keseluruhan
PUTUSAN
• UU yang diuji oleh Mahkamah tetap berlaku, sebelum
ada putusan yang menyatakan bahwa undang-undang
tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
• Putusan Mahkamah memperoleh kekuatan hukum tetap
sejak selesai diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka
untuk umum.
• Salinan putusan Mahkamah mengenai pengujian UU
terhadap UUD 1945 dikirimkan kepada Pemohon dalam
jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
putusan diucapkan dan disampaikan kepada DPR, DPD,
Presiden/Pemerintah, dan Mahkamah Agung.
KETETAPAN
• MK mengeluarkan ketetapan dalam hal:
1. permohonan tidak merupakan kewenangan MK
untuk mengadilinya, dengan amar : "Menyatakan
Mahkamah Konstitusi tidak berwenang mengadili
permohonan Pemohon".
2. Pemohon menarik kembali permohonannya, dengan
amar : "Mengabulkan permohonan Pemohon untuk
menarik kembali permohonannya”. "Menyatakan
permohonan Pemohon ditarik kembali"; "Memerintah-
kan kepada Panitera untuk mencatat perihal penari-
kan kembali permohonan Pemohon dalam BRPK".
• Permohonan yang telah ditarik tidak dapat diajukan
kembali.
PELAKSAAAN DAN AKIBAT
PUTUSAN
• Putusan Mahkamah yang mengabulkan
permohonan wajib dimuat dalam Berita Negara
dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak putusan diucapkan dalam
sidang pleno terbuka untuk umum.
• Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau
bagian dalam UU yang telah diuji, tidak dapat
dimohonkan pengujian kembali, kecuali dengan
syarat-syarat konstitusionalitas yang menjadi
alasan permohonan yang bersangkutan
berbeda.
HUKUM ACARA KHUSUS
PEMBUBARAN PARPOL

Oleh :
PEMOHON DAN TERMOHON

 Pemohon adalah Pemerintah yang dapat diwakili


oleh Jaksa Agung dan/ atau Menteri yang
ditugasi oleh Presiden untuk itu.
 Termohon adalah partai politik yang diwakili oleh
pimpinan partai politik yang dimohonkan untuk
dibubarkan.
 Termohon dapat didampingi atau diwakili oleh
kuasa hukumnya.
Pasal 3 PMK
ALASAN PEMBUBARAN
PARTAI POLITIK
 Partai Politik dapat dibubarkan oleh Mahkamah
Konstitusi apabila :
1. Ideologi, asas, tujuan, program partai politik
bertentangan dengan UUD 1945; dan/atau
2. Kegiatan partai politik bertentangan dengan
UUD 1945 atau akibat yang ditimbulkannya
bertentangan dengan UUD 1945
TATA CARA MENGAJUKAN
PERMOHONAN
 Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia oleh Pemohon atau kuasanya kepada MK
 Permohonan ditandatangani oleh Pemohon atau
kuasanya dalam 12 (dua belas) rangkap.
 Permohonan sekurang-kurangnya memuat :
1. Identitas lengkap pemohon dan surat kuasa
2. Uraian yang jelas tentang ideologi, asas, tujuan,
program dan kegiatan partai politik yang dimohonkan
pembubaran yang dianggap bertentangan dengan
UUD 1945
3. Alat-alat bukti yang mendukung permohonan.
(Pasal 4 PMK)
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
 Panitera memeriksa kelengkapan permohonan.
 Permohonan yang belum memenuhi ketentuan Pasal 3
PMK wajib dilengkapi oleh Pemohon dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
pemberitahuan kekuranglengkapan permohonan
tersebut diterima oleh Pemohon.
 Panitera mencatat permohonan yang sudah lengkap
dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK).
 Panitera mengirimkan satu berkas permohonan yang
sudah diregistrasi kepada Termohon disertai permintaan
tanggapan tertulis Termohon atas permohonan
Pemohon.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
 Tanggapan tertulis Termohon dibuat dalam 12 rangkap
dan ditandatangani oleh Termohon atau kuasanya, serta
sudah harus diterima oleh Panitera paling lambat satu
hari sebelum sidang pertama dimulai.
 Mahkamah menetapkan hari sidang pertama paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan dicatat
dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK).
 Penetapan hari sidang pertama diberitahukan kepada
para pihak (Pemohon dan Termohon) dan diumumkan
kepada masyarakat melalui penempelan salinan
pemberitahuan di papan pengumuman Mahkamah yang
khusus untuk itu.
PERSIDANGAN
 Pemeriksaan permohonan dilakukan dalam Sidang Pleno
terbuka umum yang sekurang-kurangnya dihadiri oleh 7
(tujuh) orang hakim Konstitusi, yang dipimpin oleh Ketua
Mahkamah Konstitusi.
 Sidang pertama adalah sidang pemeriksaan pendahuluan
untuk memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi
permohonan, serta wajib memberi nasihat kepada Pemohon
untuk melengkapi dan/atau mem­perbaiki permohonan jika
dipandang perlu dalam jangka waktu paling lambat 7
(tujuh) hari.
 Persidangan selanjutnya ditentukan oleh Ketua Sidang.
 Dalam persidangan pemohon dan Termohon diberikan
kesempatan yang sama untuk menyampaikan dalil-dalilnya,
baik secara lisan maupun tertulis, dengan dilengkapi bukti-
bukti.
ALAT BUKTI
 Alat-alat bukti yang diajukan para pihak dapat
berupa :
1. surat atau tulisan,
2. keterangan saksi,
3. keterangan ahli,
4. keterangan para pihak,
5. petunjuk, dan
6. alat-alat bukti lainnya.
RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM

 Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) diselenggarakan


untuk mengambil putusan setelah pemeriksaan
persidangan oleh Ketua Mahkamah dipandang cukup.
 Rapat Permusyawaratan Hakim dilakukan secara tertutup
oleh Pleno Hakim dengan sekurang-kurangnya dihadiri
oleh 7 (tujuh) orang hakim Konstitusi.
 Pengambilan keputusan dalam Rapat Permusyawaratan
Hakim dila­kukan secara musyawarah untuk mufakat.
 Dalam hal musyawarah tidak mencapai mufakat,
keputusan diambil dengan suara terbanyak.
 Dalam hal putusan tidak dapat dicapai dengan suara
terbanyak, suara terakhir Ketua Rapat Permusyawaratan
Hakim menentukan.
PUTUSAN
 Putusan yang telah diambil dalam Rapat Permusyawa-ratan
Hakim diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk umum.
 Putusan Mahkamah tentang permohonan pembubaran partai
politik dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam
puluh) hari kerja setelah permohonan dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi.
 Amar putusan Mahkamah dapat menyatakan:
1. Permohonan tidak dapat diterima apabila tidak
memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 3 dan
Pasal 4 PMK
2. Permohonan dikabulkan apabila permohonan
beralasan;
3. Permohonan ditolak apabila permohonan tidak
beralasan.
PUTUSAN
 Dalam hal permohonan dikabulkan, amar putusan:
1. mengabulkan permohonan pemohon;
2. menyatakan membubarkan dan membatalkan status
badan hukum partai politik yang dimohonkan
pembubaran;
3. memerintahkan kepada Pemerintah untuk:
4. menghapuskan partai politik yang dibubarkan dari
daftar pada Pemerintah paling lambat dalam jangka
waktu 7 hari kerja sejak putusan Mahkamah diterima;
5 mengumumkan putusan Mahkamah dalam Berita
Negara paling lambat 14 hari sejak putusan diterima.
AKIBAT HUKUM PUTUSAN
PENGADILAN
 Pelarangan hak hidup partai politik dan penggunaan
simbol-simbol partai tersebut di seluruh Indonesia;
 Pemberhentian seluruh anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
berasal dari partai politik yang dibubarkan;
 Pelarangan terhadap mantan pengurus partai politik
yang dibubarkan untuk melakukan kegiatan politik;
 Pengambilalihan oleh negara atas kekayaan partai politik
yang dibubarkan.
 Putusan Mahkamah tentang pembubaran partai politik
disampaikan kepada Pemerintah sebagai Pemohon,
Termohon, Komisi Pemilihan Umum, Dewan Perwakilan
Rakyat, Mahkamah Agung, Kepolisian Republik
Indonesia, dan Kejaksaan Agung.
HUKUM ACARA KHUSUS
SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA

Oleh :

Muhammad Yasir, SH. MH.


PEMOHON DAN TERMOHON

 Pemohon adalah lembaga negara yang menganggap


kewenangan konstitusionalnya diambil, dikurangi,
dihalangi, diabaikan, dan / atau dirugikan oleh lembaga
negara yang lain.
 Pemohon harus mempunyai kepentingan langsung
terhadap kewenangan yang dipersengketakan.
 Termohon adalah lembaga negara yang dianggap telah
mengambil, mengurangi, menghalangi, mengabaikan,
dan/atau merugikan pemohon
PEMOHON DAN TERMOHON
 Lembaga negara yang dapat menjadi pemohon atau
termohon dalam perkara sengketa kewenangan
konstitusional lembaga negara adalah :
1. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
2. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
4. Presiden;
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);
6. Pemerintahan Daerah (Pemda); atau
7. Lembaga negara lain yang kewenangannya diberikan
oleh UUD45
PEMOHON DAN TERMOHON
 Kewenangan yang dipersengketakan adalah kewenangan yang
diberikan atau ditentukan oleh UUD 1945.
 Mahkamah Agung (MA) dapat menjadi pihak, baik sebagai pemohon
ataupun termohon dalam sengketa kewenangan teknis peradilan
(yustisial).
 Pemohon dan/atau termohon dapat didampingi atau di wakili oleh
kuasa hukumnya berdasarkan surat kuasa khusus untuk itu.
 Dalam hal pemohon dan/atau termohon didampingi oleh selain
kuasanya, pemohon dan/atau termohon harus membuat surat
keterangan yang khusus untuk itu.
 Surat kuasa khusus dan surat keterangan khusus harus ditunjukkan
dan diserahkan kepada majelis Hakim dalam persidangan.
PERMOHONAN DAN
TATA CARA PENGAJUAN
 Permohonan ditulis dalam bahasa Indonesia dan harus
memuat :
1. Identitas lembaga negara yang menjadi pemohon,
seperti nama lembaga negara, nama ketua lembaga,
dan alamat lengkap lembaga negara;
2. nama dan alamat lembaga negara yang menjadi
termohon;
3. uraian yang jelas tentang:
4. kewenangan yang dipersengketakan;
5. kepentingan langsung pemohon atas kewenangan
tersebut;
6. hal-hal yang diminta untuk diputuskan.
PERMOHONAN DAN
TATA CARA PENGAJUAN
 Permohonan dibuat dalam 12 rangkap dan
ditandatangani oleh Presiden atau Pimpinan lembaga
negara yang mengajukan permohonan atau kuasanya.
 Selain dibuat dalam bentuk tertulis, permohonan dapat
pula dibuat dalam format digital yang tersimpan secara
elektronik dalam media penyimpanan berupa disket,
cakram pa­dat (compact disk), atau yang sejenisnya.
 Permohonan harus disertai alat-alat bukti pendukung,
misalnya dasar hukum keberadaan lembaga negara atau
surat/dokumen pendukung.
 Alat-alat bukti tertulis yang diajukan, seluruhnya dibuat
dalam 12 (duabelas) rangkap dengan bukti yang asli
diberi materai secukupnya.
PERMOHONAN DAN
TATA CARA PENGAJUAN

 Apabila pemohon bermaksud mengajukan ahli dan/atau


saksi, pemohon hams menyertakan daftar ahli dan/atau
saksi yang akan memberi keterangan yang berisi
identitas, keahlian, kesaksian dan pokok-pokok
keterangan yang akan diberikan.
 Dalam hal pemohon belum mengajukan ahli dan/atau
saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemohon
ma­sih dapat mengajukan ahli dan/atau saksi selama
dalam pemeriksaan persidangan.
PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
DAN REGISTRASI
 Petugas kepaniteraan memeriksa kelengkapan adminis-
trasi permohonan beserta lampirannya. Apabila permo-
honan belum lengkap, pemohon wajib melengkapi dalam
jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
pemberitahuan kekuranglengkapan tersebut diterima oleh
pemohon.
 Apabila pemohon tidak melengkapi permohonannya,
Panitera menerbitkan akta yang menyatakan bahwa
permohonan tidak diregistrasi dan mengembalikan berkas
permohonan kepada pemohon
 Panitera mencatat permohonan yang sudah memenuhi
persyaratan, dalam BRPK disertai penomoran perkara.
Lalu Panitera memberikan Akta Registrasi Perkara kepada
pemohon.
PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
DAN REGISTRASI
 Juru panggil menyampaikan permohonan yang sudah
diregistrasi kepada termohon dalam waktu paling lambat 7
hari kerja sejak permohonan dicatat dalam BRPK, yang
dibuktikan dengan berita acara.
 Dalam hal pemohon menarik kembali permohonan yang
telah diregistrasi sebelum diterbitkannya ketetapan
tentang Panel Hakim, Panitera menerbitkan Akta
Pembatalan Registrasi yang harus diberitahukan kepada
termohon.
 Dalam hal permohonan yang telah dicatat dalam BRPK
dan dilakukan penarikan kembali oleh Pemohon, maka
Panitera menerbitkan Akta Pembatalan Registrasi permo-
honan yang telah diajukan Pemohon dan diberitahukan
kepada Pemohon disertai dengan pengembalian berkas
permohonan.
PENJADWALAN DAN
PANGGILAN SIDANG
 Panitera menyampaikan berkas permohonan yang sudah
diregistrasi kepada Ketua MK untuk ditetapkan susunan
Panel Hakim.
 Ketua Panel Hakim menetapkan hari sidang pertama
dalam jangka waktu paling lambat 14 hari kerja sejak
permohonan diregistrasi. Penetapan hari sidang tersebut
diberitahukan kepada pemohon dan termohon, serta
diumumkan kepada masyarakat melalui papan
pengumuman Mahkamah dan situs Mahkamah
(www.mahkamah­konstitusi.go.id), serta media lainnya.
 Pemberitahuan yang merupakan panggilan sidang
ditandatangani oleh Panitera dan harus sudah diterima
oleh pemohon dan termohon dalam waktu paling lambat
3 hari kerja sebelum hari persidangan.
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
 Pemeriksaan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Panel
Hakim yang sekurang-kurangnya terdiri atas 3 (tiga) orang Hakim
 Pemeriksaan Pendahuluan dihadiri oleh pemohon dan/atau kuasanya,
kecuali dalam hal adanya permohonan putusan sela, dihadiri pula oleh
termohon dan/atau kuasanya.
 Dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Majelis Hakim :
1. memeriksa kelengkapan permohonan;
2. meminta penjelasan pemohon tentang materi permohonan yang
mencakup kewenangan MK, legal standing pemohon, dan pokok
permohonan
3. wajib memberi nasihat kepada pemohon, baik mengenai kelengkapan
administrasi, materi permohonan, maupun pelaksanaan tertib
persidangan;
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
4. wajib mendengar keterangan termohon dalam hal adanya
permohonan untuk menghentikan sementara pelaksanaan
kewenangan yang dipersengketakan;
5. memeriksa kelengkapan alat-alat bukti yang telah dan akan
diajukan oleh pemohon.
 Dalam hal permohonan belum lengkap dan/atau belum jelas,
Majelis Hakim memberi kesempatan kepada pemohon untuk
melengkapi dan/atau memperbaiki permohonannya dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari.
 Dalam hal permohonan telah lengkap dan jelas, hasil Pemeriksaan
Pendahuluan dilaporkan kepada Rapat Permusyawaratan Hakim.
PUTUSAN SELA
 Setelah Pemeriksaan Pendahuluan, Mahkamah dapat
mengeluarkan putusan sela yang memerintahkan kepada
pemohon dan/atau termohon untuk menghentikan
sementara pelaksanaan kewenangan yang dipersengke-
takan sarnpai ada putusan Mahkamah.
 Putusan sela dapat ditetapkan atas permintaan pemohon,
yang harus disertai alasan-alasan yang jelas
 Putusan sela dapat dijatuhkan apabila:
1. Terdapat kepentingan hukum yang mendesak yang,
apabila pokok permohonan dikabulkan, dapat menim-
bulkan akibat hukum yang lebih serius;
2. Kewenangan yang dipersoalkan itu bukan merupakan
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
 Pemeriksaan dalam sidang terbuka oleh sekurang-
kurangnya terdiri atas 7 orang Hakim, yang meliputi :
1. memeriksa materi permohonan yang diajukan
pemohon;
2. mendengarkan keterangan dan/atau tanggapan
termohon;
3. memeriksa dan mengesahkan alat bukti tertulis
maupun alat bukti lainnya.
4. mendengarkan keterangan pihak-pihak terkait yang
mempunyai kepentingan langsung & tidak langsung;
5. mendengarkan keterangan ahli dan saksi, yang
diajukan oleh pemohon maupun oleh termohon.
PEMBUKTIAN
 Beban pembuktian berada pada pihak pemohon.
 Dalam hal terdapat alasan yang cukup kuat, Majelis
Hakim dapat membebankan pembuktian kepada pihak
termohon.
 Majelis Hakim dapat meminta pihak terkait untuk
memberikan keterangan dan/atau mengajukan alat bukti
lainnya.
 Alat-alat bukti yang diajukan dapat berupa : surat atau
tulisan, keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan
para pihak, dan alat bukti lainnya
 Apabila dipandang perlu Majelis Hakim dapat melakukan
pemeriksaan setempat, dengan dihadiri oleh para pihak.
PENARIKAN KEMBALI
PERMOHONAN
 Pemohon dapat menarik kembali permohonannya sebe-
lum/selama pemeriksaan dengan mengajukan permoho-
nan penarikan kembali secara tertulis. Apabila pemerik-
saan sudah dimulainya, MK dapat mempertimbangkan-nya
setelah mendengar keterangan termohon.
 Dalam hal MK mengabulkan permohonan penarikan
kembali setelah dimulainya pemeriksaan, Mahkamah
menerbitkan ketetapan. Apabila MK menolaknya maka
pemeriksaan dilanjutkan.
 Penarikan kembali permohonan mengakibatkan permo-
honan tidak dapat diajukan kembali oleh pemohon, kecuali
substansi sengketa memerlukan penyelesaian secara
konstitusional, atau tidak terdapat forum lain untuk
menyelesaikan sengketa dimaksud; atau adanya
kepentingan umum yang memerlukan kepastian hukum.
RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM

 Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) dilakukan secara


tertutup dan rahasia, yang dipimpin Ketua MK dan diha-
diri sekurang-kurangnya 7 hakim, untuk pengambilan
keputusan antara lain meliputi pengambilan keputusan
mengenai mekanisme pemeriksaan dan kelanjutan
perkara, putusan sela, serta putusan akhir.
 Pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah
untuk mufakat.
 Dalam RPH untuk pengambilan keputusan mengenai pu­
tusan akhir, setiap Hakim wajib menyampaikan
pendapat hukum secara tertulis.
 Pendapat yang berbeda (dissenting opinion) ataupun
alasan yang berbeda (concurring opinion) dimuat dalam
putusan.
PUTUSAN

 Putusan diucapkan dalam Sidang Pleno yang terbuka


untuk umum dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 7
(tujuh) orang hakim.
 Putusan bersifat final dan mengikat.
 Putusan diambil berdasarkan ketentuan UUD 1945
menurut keyakinan Hakim dengan didukung sekurang-
kurangnya 2 (dua) alat bukti.
 Putusan wajib memuat fakta yang terungkap dalam
persidangan dan pertimbangan hukum yang menjadi
dasar putusan.
PUTUSAN
 Putusan harus memuat sekurang-kurangnya :
1. Kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADILAN BERDA­SARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA";
2. identitas pemohon dan termohon;
3 ringkasan permohonon;
4. ringkasan keterangan dan/atau tanggapan termohon;
5. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap di persidangan;
6. pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan;
7. amar putusan;
8. pendapat berbeda atau alasan berbeda dari hakim; dan
9. hari dan tanggal putusan, nama dan tanda tangan hakim, serta
panitera.
PUTUSAN
 Amar putusan dalam putusan dapat menyatakan :
1. Permohonan dikabulkan, apabila permohonan beralasan
2. Permohonan ditolak, apabila permohonan tidak
beralasan
3. Permohonan tidak dapat diterima, apabila pemohon
dan/atau permohonannya tidak memenuhi ketentuan
 Dalam hal permohonan dikabulkan, amar putusan
menyatakan dengan tegas bahwa pemohon berwenang
untuk melaksanakan kewenangan yang dipersengketakan
dan/atau termohon tidak mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan kewenangan yang dipersengketakan.
PELAKSANAAN DAN AKIBAT
HUKUM PUTUSAN
 Mahkamah wajib mengirimkan salinan putusan kepada
pemohon, termohon, dan pihak-pihak terkait dalam jang­
ka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
putusan diucapkan.
 Dalam hal isi amar putusan mengabulkan permohonan,
termohon wajib melaksanakan putusan tersebut dalam
jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
putusan diterima oleh termohon.
 Apabila putusan tidak dilaksanakan oleh termohon,
maka pelaksanaan kewenangan termohon batal demi
hukum.
 Putusan Mahkamah disampaikan kepada DPR, DPD, dan
Presiden, serta lembaga negara lain apabila dipandang
perlu
HUKUMACARA
HUKUM ACARA KHUSUS
KHUSUS
PERSELISIHAN HASILPEMILU
PERSELISIHAN HASIL PEMILU
DPR,DPD,DPRD
ANGGOTA DPR,DPD,DPRD
Oleh :
Oleh :
PARA PIHAK
PERSELISIHAN HASIL PEMILU
• Para pihak yang mempunyai kepentingan langsung
dalam PHPU Anggota DPR, DPD, dan DPRD adalah:
1. Perorangan warga negara Indonesia calon anggota
DPD peserta Pemilu sebagai Pemohon;
2. partai politik peserta Pemilu sebagai Pemohon;
3. partai politik dan partai politik lokal peserta Pemilu
anggota DPRA dan DPRK di Aceh sebagai Pemohon;
4. KPU sebagai Termohon.
• Peserta Pemilu selain Pemohon yang berkepentingan
dapat menjadi Pihak Terkait dengan penetapan MK
• Pemohon, Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait
dapat diwakili oleh kuasa hukumnya
OBJEK
PERSELISIHAN HASIL PEMILU
• Objek PHPU adalah penetapan perolehan suara hasil
Pemilu yang telah diumumkan secara nasional oleh KPU
yang mempengaruhi :
1. Terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5%
sebagaimana dimaksud Pasal 202 ayat (1) UU Nomor
10 Tahun 2008
2. Perolehan kursi partai politik peserta Pemilu di suatu
daerah pemilihan;
3. Perolehan kursi partai politik dan partai politik lokal
peserta Pemilu di Aceh;
4 Terpilihnya calon anggota DPD.
TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN
• Permohonan pembatalan penetapan perolehan suara
basil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat
diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling
lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan
perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.
• Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia oleh Pemohon atau kuasanya kepada
Mahkamah dalam 12 (dua bells) rangkap setelah
ditandatangani oleh:
1. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dari DPP dari
partai politik peserta Pemilu atau kuasanya;
2. Calon anggota DPD peserta Pemilu atau kuasanya.
TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN
• Permohonan sekurang-kurangnya memuat:
1. nama, alamat, no telpon (kantor, rumah, Hp), no faks,
dan/atau surat elektronik;
2. uraian yang jelas tentang:
3. kesalahan basil penghitungan suara yang diumumkan
oleh KPU dan hasil penghitungan yang benar menurut
Pemohon;
4. permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan
suara yang diumumkan oleh KPU dan menetapkan
hasil penghitungan suara yang benar menurut Pemohon.
• Permohonan yang diajukan disertai dengan bukti-bukti yang
mendukung.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
• Permohonan yang diterima Mahkamah diperiksa persyaratan dan
kelengkapannya oleh Panitera.
• Permohonan yang sudah lengkap dan memenuhi persyaratan dicatat
dalam BRPK, sedangkan permohonan yang tidak lengkap dan tidak
memenuhi syarat diberitahukan kepada Pemohon untuk diperbaiki
dalam waktu 1 x 24 jam.
• Panitera mengirimkan salinan permohonan yang sudah dicatat dalam
BRPK kepada KPU dalam jangka waktu paling lambat 3 hari kerja
sejak permohonan dicatat dalam BRPK disertai permintaan jawaban
tertulis KPU dan bukti-bukti basil penghitungan suara yang
diperselisihkan.
• Jawaban tertulis KPU harus sudah diterima Mahkamah paling lambat
1 hari sebelum hari persidangan.
• MK menetapkan hari sidang pertama dalam jangka waktu paling
lambat 7 hari kerja sejak permohonan dicatat dalam BRPK.
• Penetapan hari sidang pertama diberitahukan kepada Pemohon clan
KPU paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari persidangan.
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

• Pemeriksaan Pendahuluan dilakukan dalam sidang


terbuka untuk umum oleh Panel Hakim yang sekurang-
kurangnya dihadiri 3 (tiga) orang hakim.
• Dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Panel Hakim
memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi
permohonan serta memberi nasihat kepada Pemohon
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki permohonan
apabila terdapat kekurangan.
• Pemohon wajib melengkapi dan/atau memperbaiki
permohonannya dalam jangka waktu paling lambat 1 x
24 jam.
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
• Pemeriksaan Persidangan dilakukan dalam sidang terbu-ka
untuk umum oleh Panel Hakim dan/atau Pleno Hakim, dan
segera melakukan pemeriksaan dalam persidangan
• Proses pemeriksaan persidangan dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. jawaban Termohon;
2. keterangan Pihak Terkait;
3. pembuktian
4. kesimpulan.
• Untuk kepentingan pembuktian MK dapat memanggil KPU
provinsi/ kab/kota tertentu untuk memberi keterangan dalam
persidangan.
• Apabila dipandang perlu, MK dapat menetapkan putusan sela
sebelum putusan akhir.
• Pemeriksaan dan diputus secara cepat dan sederhana.
ALAT BUKTI
• Alat bukti dalam perselisihan hasil Pemilu terdiri
atas :
1. surat atau tulisan;
2. keterangan saksi;
3. keterangan ahli;
4. keterangan para pihak;
5. petunjuk; dan
6. informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik.
SURAT

• Alat bukti surat atau tulisan terdiri atas:


1. berita acara dan salinan pengumuman,penetapan,
rekapitulasi hasil pemilu
2. salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap yang mempengaruhi perolehan

suara
3. dokumen tertulis lainnya.
• Bukti surat / tulisan diajukan sebanyak 12 (dua belas)
rangkap yang aslinya dibubuhi materai secukupnya
SAKSI
• Saksi adalah saksi yang melihat, mendengar, atau
mengalami sendiri proses penghitungan suara yang
diperselisihkan.
• Saksi dalam perselisihan hasil Pemilu terdiri alas:
1. saksi resmi peserta Pemilu; dan
2. saksi pemantau Pemilu yang bersertifikat.
• Mahkamah karena kewenangannya dapat memanggil
saksi lain untuk hadir dalam persidangan dan didengar
keterangannya.
• Sebelum memberikan keterangan dalam persidangan,
saksi dan/atau ahli diambil sumpah atau janji sesuai
dengan agama atau kepercayaan yang dianut dengan
didampingi rohaniwan yang dipandu oleh hakim.
RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM

• Rapat Permusyawaratan Hakim diselenggarakan untuk


mengambil putusan setelah Pemeriksaan Persidangan
dipandang cukup. Rapat Permusyawaratan Hakim
dilakukan secara tertutup oleh Pleno Hakim Konstitusi
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hakim
• Pengambilan keputusan dalam Rapat Permusyawaratan
Hakim dilakukan secara musyawarah mufakat setelah
mendengarkai pendapat hukum para Hakim Konstitusi.
• Dalam hal musyawarah tidak tercapai mufakat bulat
maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
suara terbanyak.
• Dalam hal musyawarah tidak dapat diambil dengan
suara terbanyak maka suara terakhir Ketua Rapat
Permusyawaratan Hakim menentukan.
PUTUSAN DAN
PELAKSANAAN PUTUSAN
• Putusan Mahkamah dijatuhkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak permohonan dicatat dalam BRPK.
• Amar Putusan Mahkamah dapat menyatakan:
1. Permohonan tidak dapat diterima apabila tidak memenuhi syarat
2. Permohonan dikabulkan apabila terbukti beralasan dan
selanjutnya MK membatalkan hasil penghitungan suara oleh
KPU, serta menetapkan hasil penghitungan suara yang benar
3. Permohonan ditolak apabila permohonan terbukti tidak beralasan
• Salinan Putusan Mahkamah disampaikan kepada Pemohon, KPU,
Presiden, dan Pihak Terkait.
• KPU, KPU provinsi atau KIP dan KPU kabupaten / kota wajib
menindaklanjuti Putusan Mahkamah.
• Putusan merupakan putusan pada tingkat pertama dan terakhir
yang bersifat final dan mengikat.
HUKUM ACARA KHUSUS
PERSELISIHAN HASIL PEMILU
KEPALA DAERAH

Oleh

Muhammad Yasir, SH. MH.


PARA PIHAK
• Para pihak yang mempunyai kepentingan langsung
dalam perselisihan hasil Pemilukada adalah :
a. Pasangan Calon sebagai Pemohon;
b. KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP kabupaten/kota
sebagai Termohon.
c. Pasangan Calon selain Pemohon dapat menjadi
Pihak Terkait dalam perselisihan hasil Pemilukada;
• Pemohon, Termohon, dan PihakTerkait dapat diwakili
dan/ atau didampingi oleh kuasa hukumnya masing-
masing yang mendapatkan surat kuasa khusus dan/atau
surat keterangan untuk itu.
OBYEK PERSELISIHAN

• Objek perselisihan Pemilukada adalah hasil


penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon
yang mempengaruhi :
1. Penentuan Pasangan Calon yang dapat
mengikuti putaran kedua Pemilukada; atau
2. Terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala
daerah dan wakil kepala daerah.
TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN
• Permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara Pemilu-
kada diajukan ke MK paling lambat 3 hari kerja setelah Termohon
menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang
bersangkutan;
• Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia sebanyak
12 (dua belas) rangkap yang ditandatangani oleh Pemohon atau kuasa
hukumnya yang mendapatkan surat kuasa khusus dari Pemohon;
• Permohonan sekurang-kurangnya memuat :
a. identitas Pemohon (KTP) dan bukti sebagai peserta Pemilukada;
b. uraian yang jelas mengenai:
c. kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon;
d. permintaan/petitum untuk membatalkan hasil penghitungan suara
yang ditetapkan oleh Termohon;
e. permintaan/petitum untuk menetapkan hasil penghitungan suara
yang benar menurut Pemohon.
• Permohonan yang diajukan disertai alat bukti.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
• Panitera memeriksa persyaratan dan kelengkapan
permohonan
• Panitera mencatat permohonan yang sudah memenuhi
syarat dan lengkap dalam BRPK
• Dalam hal permohonan belum memenuhi syarat dan belum
lengkap, Pemohon dapat melakukan perbaikan sepanjang
masih dalam tenggang mengajukan permohonan
• Panitera mengirim salinan permohonan yang sudah diregis-
trasi kepada Termohon, disertai pemberitahuan hari sidang
pertama dan permintaan keterangan tertulis yang dilengkapi
bukti-bukti hasil penghitungan suara yang diperselisihkan;
• Penentuan hari sidang pertama dan pemberitahuan kepada
pihak-pihak dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak
registrasi.
PERSIDANGAN
• Sidang untuk memeriksa permohonan dapat dilakukan oleh
Panel Hakim dengan sekurang2nya 3 orang hakim
• Proses pemeriksaan persidangan dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. penjelasan permohonan & perbaikan yg diperlukan
b. jawaban Termohon;
c. keterangan Pihak Terkait apabila ada;
d. pembuktian oleh Pemohon, Termohon, dan Pihak
Terkait; dan
e. kesimpulan.
• Untuk kepentingan pembuktian, MK dapat melakukan
pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh
• Untuk kepentingan pemeriksaan, MK dapat menetapkan
putusan sela yang terkait dengan penghitungan suara ulang.
ALAT BUKTI
• Alat bukti dalam perselisihan hasil Pemilukada dapat
berupa:
a. keterangan para pihak;
b. surat atau tulisan;
c. keterangan saksi;
d. keterangan ahli;
e. petunjuk; dan
f. alat bukti lain berupa informasi dan/atau
komunikasi elektronik.
• Alat bukti adalah alat bukti yang terkait langsung dengan
objek perselisihan hasil Pemilukada yang dimohonkan
ke Mahkamah.
SURAT

• Alat bukti surat atau tulisan terdiri atas:


1. berita acara dan salinan pengumuman, sertifikat ,
rekapitulasi hasil perhitungan suara
2. penetapan calon terpilih dari KPU/KIP provinsi atau
kabupaten/kota
3. dokumen tertulis lainnya.
• Alat bukti surat dibubuhi materai secukupnya sesuai
dengan peraturan perundang­undangan yang berlaku.
SAKSI
• Saksi adalah saksi yang melihat, mendengar,
atau mengalami sendiri proses penghitungan
suara yang diperselisihkan.
• Saksi dalam perselisihan hasil Pemilukada
terdiri atas:
a. saksi resmi peserta Pemilukada; dan
b. saksi pemantau Pemilukada.
• Mahkamah dapat memanggil saksi lain yang
diperlukan, antara lain, panitia pengawas
pemilihan umum atau Kepolisian;
RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM

• Rapat Permusyawaratan Hakim diselenggarakan untuk


mengambil putusan setelah pemeriksaan persidangan
dipandang cukup;
• Rapat Permusyawaratan Hakim dilakukan secara
tertutup oleh sekurangkurangnya 7 (tujuh) orang hakim
konstitusi;
• Pengambilan putusan dalam Rapat Permusyawaratan
Hakim dilakukan secara musyawarah untuk mufakat;
• Dalam hal musyawarah tidak mencapai mufakat bulat,
pengambilan putusan diambil dengan suara terbanyak;
• Dalam hal pengambilan putusan dengan suara
terbanyak tidak tercapai, suara terakhir Ketua Rapat
Pennusyawaratan Hakim menentukan.
PUTUSAN
• Putusan diucapkan paling lama 14 hari kerja sejak
permohonan dicatat dalam BRPK dan diucapkan dalam
Sidang Pleno terbuka untuk umum
• Amar Putusan dapat menyatakan:
• a. permohonan tidak dapat diterima apabila Pemohon dan/
atau permohonan tidak memenuhi syarat
b. permohonan dikabulkan apabila permohonan terbukti
beralasan dan selanjutnya MK menyatakan
membatalkan hasil penghitungan suara yang ditetapkan
oleh KPU Kab/kota, serta menetapkan hasil
penghitungan suara yang benar menurut Mahkamah;
• c. Permohonan dtolak apabila permohonan tidak
beralasan.
PELAKSANAAN PUTUSAN

• Putusan Mahkamah bersifat final dan mengikat;


• Putusan Mahkamah disampaikan kepada
Pemohon, Termohon, DPRD setempat, Peme-
rintah, dan Pihak Terkait;
• KPU provinsi/kabupaten/kota, DPRD setempat,
dan Pemerintah wajib menindaklanjuti Putusan
Mahkamah sebagaimana mestinya
HUKUM ACARA KHUSUS
PERSELISIHAN HASIL PEMILU
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Oleh :

Muhammad Yasir, SH. MH.


PARA PIHAK
• Para pihak dalam PHPU Presiden dan Wakil Presiden
adalah:
1. Pasangan Calon sebagai Pemohon;
2. KPU sebagai Termohon.
• Pasangan Calon selain Pemohon dapat menjadi Pihak
Terkait dalam persidangan, baik atas permintaan sendiri,
maupun atas penetapan Mahkamah.
• Pihak Terkait ditetapkan oleh Mahkamah.
• Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait dapat diwakili
oleh kuasa hukumnya
OBJEK PERSELISIHAN

• Objek PHPU Presiden dan Wakil Presiden adalah


penetapan perolehan suara hash Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden yang dilakukan secara nasional oleh
KPU yang mempengaruhi:
1. penentuan pasangan calon yang masuk pada putaran
kedua Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; atau
2. terpilihnya pasangan calon sebagai Presiden dan
Wakil Presiden.
TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN
• Permohonan pembatalan penetapan perolehan suara
hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden diajukan ke
MK paling lambat 3 x 24 jam sejak penetapan secara
nasional hasil perolehan suara Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden oleh KPU.
• Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia sebanyak 12 rangkap yang ditandatangani
oleh Pemohon atau kuasa hukumnya
• Permohonan yang diajukan disertai dengan bukti-bukti
yang mendukung.
TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN
• Permohonan sekurang-kurangnya memuat:
1. identitas lengkap Pemohon (KTP) dan bukti sebagai
Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;
2. uraian yang jelas mengenai:
3. kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan
KPU dan hasil penghitungan yang benar menurut
Pemohon;
4. permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan
suara yang ditetapkan oleh KPU dan menetapkan
hasil penghitungan suara yang benar menurut
Pemohon.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
• Panitera memeriksa persyaratan dan kelengkapan permohonan.
Panitera mencatat permohonan yang telah memenuhi syarat dan
kelengkapan dalam BRPK.
• Dalam hal permohonan belum memenuhi syarat dan/atau belum
lengkap, Pemohon dapat memperbaiki dalam jangka waktu 1 x
24 jam
• Panitera mengirimkan salinan permohonan yang sudah
diregistrasi kepada KPU dalam waktu paling lambat 1 hari
setelah permohonan dicatat dalam BRPK disertai permin-taan
jawaban tertulis dari KPU dan bukti -bukti hasil penghitungan
suara yang diperselisihkan.
• Hari sidang pertama diselenggarakan setelah 3 hari sejak
permohonan diregistrasi.
• Pemberitahuan hari sidang pertama kepada Pemohon dan KPU
paling lambat 1 x 24 jam sebelum persidangan.
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
• Pemeriksaan Pendahuluan dilakukan dalmn sidang
terbuka untuk umum oleh Panel Hakim yang sekurang-
kurangnya dihadiri oleh 3 (tiga) orang Hakim Konstitusi
atau Pleno Hakim.
• Dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Panel Hakim atau
Pleno Hakim memeriksa kelengkapan dan kejelasan
materi permohonan dan wajib memberi nasihat kepada
Pemohon untuk melengkapi dan/atau memperbaiki
permohonan apabila terdapat kekurangan.
• Perbaikan permohonan dapat dilakukan oleh Pemohon
hanya dalam persidangan hari pertama, baik atas
kemauan sendiri maupun alas nasihat hakim.
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
• Pemeriksaan Persidangan dilakukan dalam sidang terbuka untuk
umum oleh Pleno Hakim yang sekurang-kurangnya dihadiri oleh 7
(tujuh) orang Hakim Konstitusi.
• Proses Pemeriksaan Persidangan dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. jawaban Termohon;
2. keterangan Pihak Terkait;
3. pembuktian oleh Pemohon, Termohon, Pihak Terkait; dan
4. kesimpulan.
• Untuk kepentingan pembuktian, MK dapat memanggil KPU prov/
kab/kota tertentu untuk memberi keterangan dalam persidangan.
• Apabila dipandang perlu, Mahkamah dapat menetapkan putusan
sela sebelum putusan akhir.
• PHPU Presiden dan Wakil Presiden diperiksa dan diputus secara
cepat dan sederhana.
ALAT BUKTI
• Alat bukti dalam perselisihan hasil Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden terdiri atas:
1. surat atau tulisan;
2. keterangan saksi;
3. keterangan ahli;
4. keterangan para pihak; dan
5. petunjuk;
6. Informasi elektronik;
7. Dokumen elektronik.
SURAT
• Alat bukti surat atau tulisan terdiri atas:
1. berita acara & salinan pengumuman, rekapitulasi hasil
pemungutan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
2. salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap yang mempengaruhi perolehan suara peserta
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; dan
3. dokumen tertulis lainnya.
• Bukti surat atau tulisan adalah yang memiliki keterkaitan langsung
dengan objek PHPU Presiden dan Wakil Presiden yang dimohonkan ke
Mahkamah.
• Bukti surat atau tulisan diajukan dalam 12 (dua belas) rangkap yang
aslinya dibubuhi materai secukupnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
• Dalam hal terbukti KPU tidak melaksanakan kewajiban hukumnya untuk
memberikan dokumen-dokumen kepada saksi peserta Pemilu maka
Mahkamah dapat menetapkan putusan sela untuk penghitungan suara
ulang secara berjenjang atau permohonan dianggap beralasan.
SAKSI
• Saksi : seseorang yang melihat, mendengar, atau mengala-
mi sendiri proses penghitungan suara yang diperselisihkan.
• Saksi dalam PHPU Presiden dan Wakil Presiden terdiri
atas:
1. saksi resmi peserta Pemilu Presiden & Wkl Presiden
2. saksi pemantau Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
yang bersertifikat.
• MK karena kewenangannya dapat memanggil saksi lain
untuk hadir dalam persidangan & didengar keterangannya.
• Sebelum memberikan keterangan dalam persidangan saksi
dan/atau ahli diambil sumpah atau janji sesuai dengan
agama atau kepercayaan yang dianut dengan didampingi
rohaniwan yang dipandu oleh hakim.
RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM

• Rapat Permusyawaratan Hakim diselenggarakan untuk


mengambil putusan setelah Pemeriksaan Persidangan
dipandang cukup. Rapat Permusyawaratan Hakim
dilakukan secara tertutup oleh Pleno Hakim Konstitusi
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hakim
• Pengambilan keputusan dalam Rapat Permusyawaratan
Hakim dilakukan secara musyawarah mufakat setelah
mendengarkai pendapat hukum para Hakim Konstitusi.
• Dalam hal musyawarah tidak tercapai mufakat bulat
maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
suara terbanyak.
• Dalam hal musyawarah tidak dapat diambil dengan
suara terbanyak maka suara terakhir Ketua Rapat
Permusyawaratan Hakim menentukan.
PUTUSAN
• Pemeriksaan perkara PHPU Presiden dan Wakil Presiden diputus
paling lambat 14 hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi.
• Putusan mengenai permohonan PHPU Presiden dan Wakil
Presiden diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk umum.
• Amar Putusan Mahkamah mengenai PHPU Presiden dan Wakil
Presiden dapat menyatakan :
1. Permohonan tidak dapat diterima apabila Pemohon dan/atau
permohonan tidak memenuhi syarat
2. permohonan dikabulkan apabila permohonan terbukti beralasan,
dan selanjutnya Mahkamah membatalkan hasil penghitungan
suara yang ditetapkan oleh KPU, serta menetapkan hasil
penghitungan suara yang benar;
3. permohonan ditolak apabila permohonan terbukti tidak beralasan
PELAKSANAAN PUTUSAN
• Salinan Putusan MK disampaikan kepada MPR,
Presiden, KPU, Pasangan Calon, dan Partai
Politik atau Gabungan Partai Politik yang
mengajukan talon.
• KPU wajib menindaklanjuti Putusan Mahkamah.
• Putusan PHPU Presiden dan Wakil Presiden
merupakan putusan pada tingkat pertama dan
terakhir yang bersifat final dan mengikat.
HUKUM ACARA MEMUTUS PENDAPAT
DPR MENGENAI DUGAAN PELANGGARAN
OLEH PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL
PRESIDEN

Oleh :

MUHAMMAD YASIR, SH. MH,


SUMBER HUKUM

• Pasal 7B dan Pasal 24C ayat (2) UUD Tahun


1945
• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi
• Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 21
Tahun 2009 tentang Pedoman beracara dalam
memutus pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan atau wakil
presiden
KEWAJIBAN
MAHKAMAH KONSTITUSI

• Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa


Presiden dan atau Wakil Presiden diduga telah
melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhi-natan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau
perbuatan tercela dan atau tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau
Wakil Presiden sebagaimana yang dimaksud
dalam UUD 1945 (UUD dan UU MK)
ALASAN PEMBERHENTIAN
PRESIDEN DAN ATAU WAKIL PRESIDEN

• Diduga telah melakukan pelanggaran hukum


berupa pengkhinatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya

• Diduga telah melakukan perbuatan tercela

• Diduga tidak lagi memenuhi syarat sebagai


Presiden dan atau Wakil Presiden
PELANGGARAN HUKUM

• Pengkhianatan terhadap Negara adalah


tindak pidana terhadap keamanan Negara
sebagaimana diatur dalam KUHP

• Korupsi adalah tindak pidana korupsi


sebagaimana diatur dalam UU Nomor 31
Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
PELANGGARAN HUKUM

• Penyuapan adalah tindak pidana


penyuapan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Suap dan UU Nomor 31
Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
• Tindak pidana berat lainnya adalah
tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
PERBUATAN TERCELA

• Perbuatan tercela adalah perbuatan yang


dapat merendahkan martabat Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
SYARAT PRESIDEN
DAN WAKIL PRESIDEN

• Pasal 6 UUD 1945 :


• Calon Presiden dan Wakil Presiden harus WNI
sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri
• Tidak pernah mengkhinati negara
• Mampu melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai Presiden dan Wakil Presiden
• Syarat lainnya diatur lebih lanjut oleh UU
SYARAT PRESIDEN
DAN WAKIL PRESIDEN
• Berdasarkan UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden :
• Bertakwa, setia kepada Pancasila, UUD 1945, & Proklamasi), WNI,
berusia sekurangnya 35 tahun, pendidikan serendahnya SMA atau
sederajat, paling rendah mampu secara rohani dan jasmani
melaksanakan tugas & kewajiban, bertempat tinggal di Indonesia,
melaporkan kekayaannya,terdaftar sebagai pemilih, memiliki NPWP
dan membayar pajak selama 5 tahun terakhir, memiliki visi, misi dan
program.
• Tidak pernah mengkhianati negara, korupsi, dan tindak pidana
berat, tidak memiliki tanggungan utang yang menjadi tanggung-
jawabnya yg merugikan negara, tidak dinyatakan pailit, tidak
melakukan perbuatan tercela, tidak pernah dijatuhi pidana penjara
selama 5 tahun atau lebih, belum pernah menjabat Presiden atau
Wakil Presiden selama 2 kali masa jabatan dalam jabatan yang
sama, dan bukan bekas anggota organisasi terlarang.
PEMOHON
• Presiden dan atau Wakil Presiden dapat diberhentikan
dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR, baik
apabila terbukti telah melakukan pelenggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan
tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden (Psl 7A
UUD )
• Usul pemberhentian Presiden dan atau Wkl Presiden
dapat diajukan oleh DPR kepada MPR hanya terlebih
dahulu mengajukan putusan MK terhadap pendapat DPR
tersebut (Psl 7B ayat 1 UUD )
PEMOHON
• Pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran atau
tidak lagi memenuhi syarat Presiden dan atau Wakil
Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi
pengawasan DPR (Psl 7 B ayat 2 UUD)
• Pengajuan permintaan putusan terhadap pendapat DPR
tersebut, dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-
kurangnya 2/3 anggota DPR dan disetujui sekurang-
kurangnya 2/3 anggota DPR yang hadir (Psl 7B ayat 3
UUd)
• Pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran atau
tidak lagi memenuhi syarat Presiden dan atau Wakil
Presiden, diwakili oleh Pimpinan DPR yang dapat
menunjuk kuasa hukumnya. (Psl 2 PMK)
PEMOHON
• Apabila dalam putusan MK pendapat DPR tersebut
terbukti, DPR menyelenggarakan sidang Paripurna untuk
meneruskan usul pemberhentian Presiden dan atau Wkl
Presiden kepada MPR (Psl 7B ayat 5 UUD)
• MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutus
usul pemberhentian paling lambat 30 hari sejak MPR
menerima usulan tersebut (Psl 7B ayat 6 UUD)
• Keputusan MPR atas usul pemberhentian Presien dan
atau Wkl Presiden harus dihadiri sekurang-kurangnya ¾
dari jumlah anggota MPR dan sekurang-kurangnya
disetujui 2/3 anggota MPR yang hadir (Psl 7B ayat 7
UUD)
TERMOHON

• Pihak termohon dalam perkara yang


diajukan DPR kepada Mahkamah
Konstitusi adalah :

PRESIDEN DAN ATAU WAKIL PRESIDEN


TERMOHON

• Pihak yang diduga melakukan pelangga-


ran adalah Presiden dan / atau Wakil
Presiden yang dapat didampingi dan/atau
diwakili oleh kuasa hukumnya.
TATA CARA MENGAJUKAN
PERMOHONAN
• Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia, dibuat dalam 12 rangkap yang ditandata-
ngani oleh Pimpinan DPR atau kuasa hukumnya
kepada Mahkamah Konstitusi
• Permohonan dibuat DPR wajib menguraikan dengan
jelas dalam permohonannya mengenai dugaan:
1. Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela;
2. Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden berdasarkan UUD 1945.
TATA CARA MENGAJUKAN
PERMOHONAN
• Dalam hal Pendapat DPR berkaitan dengan dugaan
bahwa Presiden dan / atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum, permohonan harus
memuat secara rinci mengenai jenis, waktu, dan tempat
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
• Dalam hal pendapat DPR berkaitan dengan dugaan
bahwa Presiden dan/ atau Wakil Presiden berkaitan
dengan tidak lagi dipenuhinya syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden berdasarkan UUD 1945,
permohonan harus memuat uraian yang jelas mengenai
syarat-syarat apa yang tidak dipenuhi dimaksud.
TATA CARA MENGAJUKAN
PERMOHONAN
• DPR wajib melampirkan dalam permohonannya alat
bukti berupa:
1. Risalah dan/atau berita acara proses pengambilan
keputusan DPR bahwa Pendapat DPR didukung oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR
yang hadir dalam Sidang Paripurna yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR;
2. Dokumen hasil pelaksanaan fungsi pengawasan oleh
DPR yang berkaitan langsung dengan materi
permohonan;
3. Risalah dan/atau berita acara rapat DPR;
4. Alat-alai bukti mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden yang menjadi dasar
Pendapat DPR.
TATA CARA MENGAJUKAN
PERMOHONAN
• Alat-alat bukti yang mendukung Pendapat DPR
dapat berupa surat atau tulisan, keterangan
saksi, keterangan ahli, keterangan pihak-pihak,
pe­tunjuk, dan alat bukti lain berupa informasi
yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat optik
atau yang serupa dengan itu.
• Alat-alat bukti dimaksud di atas harus dilengkapi
dengan daftar alat bukti.
• Alat bukti surat atau tulisan harus dibubuhi
materai secukupnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
REGISTRASI PERKARA DAN

PENJADWALAN SIDANG
• Panitera memeriksa kelengkapan dan persyaratan
permohonan sebagaimana diatur dalam UU MK dan PMK
• Permohonan yang belum lengkap dan / atau belum
memenuhi syarat diberitahukan kepada DPR untuk
diperbaiki dan/atau dilengkapi dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) hari kerja sejak pemberitahuan
kekuranglengkapan tersebut diterima oleh DPR.
• Panitera mencatat permohonan yang sudah lengkap dalam
Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK).
• Panitera mengirimkan satu berkas permohonan yang sudah
diregistrasi kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak
permohonan dicatat dalam BRPK disertai permintaan
tanggapan tertulis atas permohonan dimaksud.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG

• Tanggapan tertulis Presiden dan/atau Wakil Presiden


dibuat dalam 12 (dua belas) rangkap dan sudah harus
diterima oleh Panitera paling lambat satu hari sebelum
sidang pertama dimulai.
• Mahkamah Konstitusi menetapkan hari sidang pertama
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan
diregistrasi oleh Panitera.
• Penetapan hari sidang pertama diberitahukan kepada
pihak-pihak dan diumumkan kepada masyarakat melalui
penempelan salinan pemberitahuan di papan pengumu-
man MK yang khusus digunakan untuk itu.
PERSIDANGAN
• Persidangan dilakukan oleh Pleno Hakim yang sekurang-kurangnya
dihadiri oleh 7 (tujuh) orang Hakim Konstitusi.
• Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Mahkamah Konstitusi dan
bersifat terbuka untuk umum.
• Persidangan berlangsung dalam 6 (enam) tahapan sebagai berikut :
a. Tahap I : Sidang Pemeriksaan Pendahuluan;
b. Tahap II : Tanggapan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden;
c. Tahap III : Pembuktian oleh DPR;
d. Tahap IV : Pembuktian oleh Presiden dan atau Wakil Presiden
e. Tahap V : Kesimpulan, baik oleh DPR maupun oleh Presiden
dan atau Wakil Presiden
f. Tahap VI : Pengucapan Putusan
• Alokasi waktu setiap tahapan persidangan ditentukan oleh MK
SIDANG
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

• Sidang Pemeriksaan Pendahuluan wajib dihadiri oleh


Pimpinan DPR dan kuasa hukumnya.
• Presiden dan/atau Wakil Presiden berhak untuk mengha-
diri Sidang Pemeriksaan Pendahuluan.
• Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak dapat
menghadiri sidang, maka dapat diwakili oleh kuasa
hukumnya.
• Dalam Pemeriksaan Pendahuluan, MK melakukan
peme-riksaan atas kelengkapan permohonan dan
kejelasan materi permohonan.
• Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud di atas, Mah
kamah Konstitusi memberikan kesempatan kepada Pim-
pinan DPR dan/atau kuasa hukumnya untuk melengkapi
dan/atau memperbaiki permohonan seketika itu juga.
SIDANG
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

• Setelah dilengkapi dan/atau dilakukan perbaikan, MK


memerintahkan Pimpinan DPR untuk membacakan
dan/atau menjelaskan permohonannya.
• Setelah pembacaan dan/atau penjelasan permohonan,
Ketua Sidang memberikan kesempatan kepada Presiden
dan/atau Wakil Presiden atau kuasa hukum yang
mewakilinya untuk mengajukan pertanyaan dalam
rangka kejelasan rnateri permohonan.
• Ketua Sidang dapat memberikan kesempatan kepada
hakim untuk mengajukan pertanyaan kepada Pimpinan
DPR berkaitan dengan kejelasan materi permohonan.
TANGGAPAN PRESIDEN
DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN

• Dalam persidangan Tahap II, Presiden dan/atau Wakil Pre-siden


wajib hadir secara pribadi dan dapat didampingi oleh kuasa
hukumnya untuk menyampaikan tanggapan terhadap Pendapat
DPR.
• Tanggapan sebagaimana dimaksud dapat berupa:
a. Sah/tidaknya proses pengambilan keputusan pendapat
DPR
b. Materi muatan Pendapat DPR; dan
c. Perolehan dan penilaian alat bukti tulis yang diajukan DPR
• Dalam persidangan Tahap II, Mahkamah memberikan kesem-patan
kepada Pimpinan DPR dan/atau kuasa hukumnya untuk
memberikan tanggapan balik.
• Ketua Sidang memberikan kesempatan kepada hakim untuk
mengajukan pertanyaan kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden.
SIDANG PEMBUKTIAN
• Dalam persidangan Tahap III, DPR wajib membuktikan dalil-
dalilnya dengan alat-alat bukti sebagai berikut:
1. alat bukti surat;
2. keterangan saksi;
3. keterangan ahli;
4. petunjuk;
5. alat bukti lainnya
• Mahkamah melakukan pemeriksaan terhadap alat-alat bukti
tersebut yang urutannya dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
• Dalam pemeriksaan alat bukti yang diajukan oleh DPR,
Mahkamah Konstitusi memberikan kesempatan kepada
Presiden dan/atau Wakil Presiden dan/atau kuasa hukumnya
untuk mengajukan pertanyaan dan/atau menelitinya.
SIDANG PEMBUKTIAN
• Dalam persidangan Tahap IV, Presiden dan/atau Wakil
Presiden berhak memberikan bantahan terhadap alat-
alat bukti yang diajukan oleh DPR dan melakukan
pembuktian yang sebaliknya.
• Jenis alat bukti yang diajukan oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden pada dasarnya sama dengan jenis alat
bukti yang diajukan oleh DPR.
• Urutan pemeriksaan alat bukti yang diajukan oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden oleh Mahkamah
disesuaikan dengan kebutuhan.
• Mahkamah Konsitusi memberikan kesempatan kepada
DPR dan/atau kuasa hukumnya untuk mengajukan
pertanyaan, meminta penjelasan, dan meneliti alat bukti
yang diajukan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden.
KESIMPULAN
• Setelah sidang-sidang untuk pembuktian oleh
Mahkamah dinyatakan cukup, Mahkamah
Konstitusi memberi kesempatan baik kepada
DPR maupun Presiden dan/atau Wakil Presiden
untuk menyampaikan kesimpulan akhir dalam
jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari
setelah berakhirnya Sidang Tahap IV.
• Kesimpulan sebagaimana dimaksud di atas
disampaikan secara lisan dan/atau tertulis dalam
persidangan Tahap V.
RAPAT
PERMUSYAWARATAN HAKIM

• Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) diselenggarakan untuk


mengambil putusan setelah pemeriksaan persidangan oleh
Ketua Mahkamah dipandang cukup.
• Rapat Permusyawaratan Hakim dilakukan secara tertutup
oleh Pleno Hakim dengan sekurang-kurangnya dihadiri oleh 7
(tujuh) orang Hakim Konstitusi.
• Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk
mufakat.
• Apabila dalam musyawarah dimaksud tidak mencapai
mufakat, keputusan diambil dengan suara terbanyak.
• Dalam hal putusan tidak dapat mengambil dengan suara
terbanyak, suara terakhir Ketua RPH menentukan.
• Dalam hal pengambilan putusan dilakukan dengan suara
terbanyak, apabila ada hakim konstitusi yang ingin
mengajukan pendapat berbeda, maka pendapat hakim
konstitusi yang berbeda dimuat dalam putusan.
PUTUSAN
• Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap
Pendapat DPR wajib diputus dalam jangka
waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
sejak permohonan dicatat dalam BRPK.
• Putusan Mahkamah Konstitusi yang diputuskan
dalam Rapat Permusyawaratan Hakim
dibacakan dalam Sidang Pleno terbuka untuk
umum.
PUTUSAN
• Amar putusan Mahkamah dapat menyatakan :
1. Permohonan tidak dapat diterima apabila tidak
memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan
2. Membenarkan Pendapat DPR apabila Mahkamah
berpendapat bahwa Presiden dan/atati Wakil Presiden
terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela,
dan/atau terbukti tidak memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
3 Permohonan ditolak apabila Pendapat DPR tidak
terbukti.
PUTUSAN

• Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai Pendapat DPR


wajib disampaikan kepada DPR dan Presiden dan/atau
Wakil Presiden.
• Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final secara
yuridis dan mengikat bagi DPR selaku pihak yang
mengajukan permohonan.
• Putusan Mahkamah yang mengabulkan permohonan
DPR tidak menutup kemungkinan diajukannya Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam persidangan pidana,
perdata, dan/atau tata usaha negara sesuai dengan
asas dan hukum acara masing-masing.
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 10
Pengusulan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden

Presiden
DPR MPR dan/atau Wakil
Presiden terus
Pendapat DPR bahwa Presiden DPR wajib menyelenggarakan
menjabat
dan/atau Wakil Presiden telah menyelenggarakan sidang untuk memutuskan
melakukan pelanggaran hukum sidang paripurna usul DPR paling lambat 30
ataupun telah tidak lagi untuk meneruskan hari sejak usul diterima
usul DPR
memenuhi syarat usul pemberhentian [Pasal 7B (6)***]
tidak diterima
[Pasal 7B (2)***] kepada MPR
[Pasal 7B (5)***]
Keputusan diambil dalam
Pengajuan permintaan DPR
sidang paripurna, dihadiri
kepada MK hanya dapat
sekurang-kurangnya 3/4
dilakukan dengan dukungan
sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota, disetujui usul DPR
sekurang-kurangnya 2/3
jumlah anggota yang hadir
dalam sidang paripurna yang
jumlah yang hadir, setelah diteri
Presiden dan/atau wakil
dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah
presiden diberi kesempatan ma Wakil
Presiden
dan/atau
menyampaikan penjelasan
anggota Presiden
[Pasal 7B (7)***]
[Pasal 7B (3)***] diberhentikan

MK terbukti

wajib memeriksa, mengadili,


dan memutus paling lama 90 tidak terbukti
hari setelah permintaan
diterima
[Pasal 7B (4)***]
KETENTUAN LAIN

• Dalam hal hukum acara pemeriksaan atas


Pendapat DPR belum diatur dalam
Peraturan ini, mutatis mutandis berlaku
asas-asas hukum acara yang terkait, balk
hukum acara pidana, hukum acara
perdata, maupun hukum acara tata usaha
negara.
KETENTUAN LAIN

• Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden


mengundurkan diri pada saat proses
pemeriksaan di Mahkamah, proses pemeriksaan
tersebut dihentikan dan permohonan dinyatakan
gugur oleh Mahkamah.
• Pernyataan penghentian pemeriksaan dan
gugurnya permohonan yang dimaksud
dituangkan dalam Ketetapan Mahkamah yang
diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk
umum.

Anda mungkin juga menyukai