Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SEBAGAI PENDUKUNG


ASPEK PERKEMBANGAN ANAK

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
SOPIANI (856695213)

DOSEN PEMBIMBING :
SRI AGUSTINA

UNIVERSITAS TERBUKA PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2022/2023

1
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Pendidikan Anak Usia Dini..............................................................................6
2.2 Ruang Lingkup - Lembaga PAUD Indonesia.................................................7
2.3 Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini..................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................12


3.1 Simpulan.........................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan perlu dimulai sejak sedini mungkin, terutama untuk menciptakan
sumber daya manusia yang unggul dalam memasuki era globalisasi seperti saat ini.
Di Indonesia, banyak orang-orang yang bermoral atau bermental rendah yang tidak
hanya merugikan dirinya sendiri namun juga merugikan banyak pihak. Sebagai
contoh maraknya kasus korupsi seperti yang terjadi saat ini, kebanyakan pelaku
korupsi tersebut merupakan orang-orang pintar sekaligus pejabat pemerintahan
yang mereka semua adalah orang-orang berpendidikan tinggi. Namun yang perlu
dipertanyakan mengapa orang-orang pintar ini atau pejabat-pejabat pemerintahan
ini justru bertindak sangat tidak bermoral yang seharusnya menjadi panutan atau
contoh untuk masyarakat.
Dari sini dapat disimpulkan, dalam membina anak perlu dilakukan sejak
usia sedini mungkin atau awal-awal dari kehidupan setiap individu. Ini karena
dalam usia dini pertumbuhan dan perkembangan anak sangat cepat berlangsung di
segala aspek perkembangannya. Seorang ahli perkembangan anak, Glen Dolman,
menyatakan bahwa pertumbuhan otak manusia pada usia nol sampai tujuh tahun
merupakan tahapan terjadinya perkembangan otak yang paling pesat. Potensi yang
dimiliki anak dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan yang diberikan orang
dewasa selama perkembangan anak berlangsung. Jika terjadi kesalahan dalam
pemberian rangsangan-rangsangan tersebut, maka anak dapat bersikap dan
berperilaku menyimpang dikemudian hari. Pemberian bimbingan dan rangsangan-
rangsangan yang diberikan sejak usia dini dapat mempengaruhi dan mempercepat
atau memperlambat aspek perkembangan anak. Hal ini karena belajar dan
perkembangan merupakan proses yang saling berkesinambungan. Pendidikan anak
usia dini diselenggarakan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
selanjutnya, agar anak saat dewasa mampu berkembang dalam kehidupan yang
luas, baik kehidupan dengan orang tua maupun dengan orang lain sehingga dapat

3
terbentuknya generasi muda yang lebih baik.
Saat ini banyak permasalahan mengenai keadaan pendidikan yang cukup
memprihatinkan yang belum juga teratasi. Yang mana keadaan tersebut sangat
bervariasi, seperti buta huruf, putus sekolah, tidak sekolah dan lain-lain. Untuk
menanggulangi permasalahan tersebut dan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional maka berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya upaya
yang sedang dilakukan yaitu pengembangan kurikulum prasekolah. Pendidikan
prasekolah diselenggarakan di jalur formal maupun jalur non formal bertujuan
untuk membina pertumbuhan dan perkembangan peserta didik (PP RI No. 27
Tahun 1990 Bab 1 Pasal 1). Dalam pencapaian target kurikulum terbaru ini, lebih
menekankan pada pada pencapaian kompetensi pada anak. Agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal, maka kurikulum yang disusun saat ini
harus memperhatikan aspek-aspek perkembangan pada anak. Sehingga dapat
memadukan seluruh aspek perkembangan pada diri anak, baik jasmaniah,
intelektual, sosial, maupun emosional, melalui interaksi yang aktif antara anak
dengan guru, melalui interaksi dengan peserta didik lain, dan melalui bahan
belajar selama proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, alasan dan tujuan orang tua dalam memasukkan anak
mereka kedalam pendidikan anak usia dini memang berbeda-beda satu sama lain,
tergantung pada persepsi dan kepentingan masing-masing individu. Sebagian orang
berpendapat pendidikan anak usia dini sekedar untuk mengisi waktu anak,
menitipkan anak karena sibuk dalam pekerjaannya, untuk sosialisasi anak sebelum
memasuki dunia sekolah, atau bahkan mungkin sekedar ikut-ikutan orang lain.
Keragaman persepsi tersebut wajar terjadi pada masyarakat awam. Adanya
perbedaan persepsi pada pendidik juga sering terjadi dan hal tersebut merupakan
hal yang wajar. Yang terpenting disini adalah setiap individu mampu menyadari
dan memahami bahwa perbedaan pemahaman dan persepsi yang dipegangnya
benar-benar dibangun secara sadar, bukan ikut-ikutan dari orang lain. Dengan
pemahaman tersebut, pendidik diharapkan dapat mempertanggungjawabkan
perlakuan-perlakuan pendidikannya terhadap siswa secara profesional.

4
Dalam penulisan ini dibahas pentingnya pendidikan anak usia dini dalam
mendukung proses aspek perkembangan anak dan aspek-aspek apa saja yang
terkandung di dalam perkembangan anak, serta ruang lingkup lembaga pendidikan
anak usia dini di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun rumusan masalah dari penulisan
ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Anak Usia Dini?


2. Apa saja ruang lingkup dari Pendidikan anak usia dini?
3. Bagaimana saja aspek-aspek yang terdapat dalam Pendidikan anak usia
dini?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari Pendidikan Anak Usia Dini.


2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari Pendidikan Anak Usia Dini.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek yang terdapat dalam Pendidikan Anak Usia
Dini.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan prasekolah dapat diselenggarakan di jalur formal maupun jalur
non formal bertujuan untuk membina pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik (PP RI No. 27 Tahun 1990 Bab 1 Pasal 1). Pasal berikutnya menyebutkan
bahwa pendidikan prasekolah bukanlah persyaratan yang harus terpenuhi sebelum
anak memasuki pendidikan dasar. Sejalan dengan hal tersebut Solehuddin (1997)
berpendapat bahwa pendidikan prasekolah pada hakekatnya merupakan tempat
untuk siswa belajar sambil bermain dan bukan suatu usaha percepatan pengajaran
pada anak saat memasuki sekolah dasar. Menurut Soemiarti Patmonodewo yang
mengutip pendapat Biecheler dan Snowman tentang anak usia dini yaitu mereka
yang berusia tiga sampai enam tahun.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) No. 20 Tahun 2003
Pasal 1 ayat 14, menyatakan pendidikan anak usia dini adalah bentuk pembinaan
yang diselenggarakan untuk anak mulai sejak lahir hingga usia enam tahun melalui
rangsangan pendidikan dalam upaya membantu anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya sebelum memasuki pendidikan ditingkat berikutnya. Di dalam
kegiatan pembinaan tersebut, anak-anak dibina untuk menampilkan perilaku baik
seperti tertib masuk kelas, mengucapkan salam, berbicara jujur, saling berbagi
dengan orang lain, dan sebagainya. Hasil studi dari para ahli mengemukakan bahwa
anak sejak lahir hingga usianya mencapai empat tahun merupakan proses
perkembangan yang sangat drastis cepatnya, terutama dalam pembentukan
kapasitas kecerdasan otak setiap manusia. Pada usia empat belas sampai enam belas
tahun merupakan tahap ketuntasan dalam pembentukan kapasitas kecerdasan
manusia. Pada usia-usia berikutnya tidak lagi terjadi pertumbuhan atau
perkembangan dari kapasitas kecerdasan manusia. Sebab itulah pada usia nol
sampai empat tahun disebut sebagai usia emas (golden age) untuk pembentukan
kapasitas kecerdasan otak manusia.

6
Maria Montessori menyatakan pendidikan anak usia dini ialah tempat dimana
anak berkembang sesuai tahapan-tahapan dalam kehidupan mereka. Menurut
pendapat Suyadi, pengertian pendidikan anak usia dini yaitu pendidikan yang
diselenggarakan dengan menitikberatkan pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik, kecerdasan, dan sosio-emosional sesuai dengan tahapan-tahapan
perkembangan yang telah dilalui oleh anak usia dini. Selanjutnya Bredekamp dan
Copple (1997) menyebutkan pendidikan anak usia dini dirancang untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia nol sampai delapan
tahun.
Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian dari pendidikan
anak usia dini adalah usaha bimbingan pada anak usia nol sampai enam tahun
melalui rangsangan-rangsangan pendidikan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pendidikan anak usia dini tidak diselenggarakan untuk
persyaratan dalam memasuki sekolah dasar, namun pendidikan anak usia dini
adalah tempat untuk anak bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
Agar anak dapat berkembangan secara optimal dalam aspek
perkembangannya, sangat penting kedua orang tua memasukkan anak ke dalam
pendidikan anak usia dini sebelum memasuki pendidikan atau sekolah dasar.
Didalam kegiatan pembinaan tersebut, anak-anak dibina untuk menampilkan
perilaku yang baik seperti tertib masuk kelas, mengucapkan salam, berbicara jujur,
saling berbagi dengan orang lain, dan sebagainya.

2.2 Ruang Lingkup - Lembaga PAUD Indonesia


Taman Kanak-Kanak (TK): menurut keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0485/U/1992 Pasal 11 ayat 1 menyebutkan bahwa taman
kanak-kanak adalah satuan pendidikan prasekolah di jalur pendidikan sekolah atau
formal dengan lama pendidikan satu sampai dua tahun untuk anak usia empat tahun
sampai memasuki pendidikan atau sekolah dasar (Depdikbud, 1992: 4). Sedangkan
menurut Helmawati (2015) taman kanak-kanak adalah pendidikan yang
diselenggarakan di jalur formal untuk anak usia empat sampai enam tahun.

7
Raudhatul Athfal (RA): Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 28 ayat
(3) menyatakan bahwa raudhatul athfal adalah pendidikan pengembangkan potensi
diri peserta didik seperti pada penyelenggaran taman kanak-kanak namun lebih
menekankan pada pendidikan keagamaan Islam. Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia No. 367 Tahun 1993 menyebutkan bahwa raudhatul athfal
merupakan pendidikan pra sekolah yang bercirikan pada agama Islam dan
diselenggarakan untuk anak usia sekurang-kurangnya empat tahun sampai anak
memasuki pendidikan atau sekolah dasar.
Kelompok Bermain (KB): Departemen Pendidikan Nasional (2010)
menyatakan bahwa kelompok bermain merupakan layanan pendidikan untuk anak
usia tiga sampai enam tahun dengan fungsi membantu anak dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Kelompok bermain merupakan pendidikan prasekolah
untuk anak usia sekurang-kurangnya tiga tahun sampai memasuki pendidikan dasar
dengan mengutamakan kegiatan bermain. Novan Ardy Wiyana dan Barnawi (2012)
mengemukakan bahwa kelompok bermain yaitu pendidikan pada jalur nonformal
untuk anak usia dua sampai empat tahun.

Taman Penitipan Anak (TPA): menurut Miftkhul Jannah Gayamsari (2000)


taman penitipan anak adalah tempat untuk anak usia dini belajar dan mengalami
pembinaan dalam jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan dalam
memberikan pendidikan pada anak. Sedangkan menurut Daycare (1990) taman
penitipan anak adalah sarana pengasuhan anak dalam suatu kelompok yang
biasanya dilakukan pada saat jam kerja.
Pendidikan Keluarga (PK): Kadar M. Yusuf berpendapat bahwa pendidikan
keluarga merupakan bimbingan dan pembelajaran yang diberikan oleh kumpulan
suatu keturunan atau satu tempat tinggal terhadap anggotannya yang lain.
Sedangkan menurut M. Padil dan Triyo Suprayitno (2007) pendidikan keluarga
adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan keluarga yang di dalamnya melaksanakan bimbingan atau pembelajaran.

8
2.3 Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan fisik-motorik: perkembangan fisik lebih kearah pertumbuhan
ukuran tubuh yang dapat di ukur. Sedangkan perkembangan motorik lebih ke arah
perkembangan dalam mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan-
kegiatan yang terkoordinasikan antara hubungan syaraf pusat, syaraf, dan otot.
Kedua perkembangan ini saling terkait satu sama lain. Hurlock (1978)
mengemukakan bahwa secara langsung perkembangan fisik pada anak akan
menentukan kemampuan bergeraknya.
Slamet Suyanto (2005: 49) mengemukakan perkembangan fisik ini meliputi
perkembangan badan, otot kasar, dan otot halus yang biasanya disebut motorik
kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar seperti berjalan, berlari,
melompat, menarik, dan memukul. Sedangkan perkembangan motorik halus seperti
menulis, menggambar, menggunting, melipat, mengikat tali sepatu, dan
mengancingkan baju. Gerak motorik pada anak usia empat sampai enam tahun
sudah mulai terarah dan terkoordinasi, serta anak mulai bisa menggunakan otot
tangan dan otot kaki.
Perkembangan kognitif: Mansur (2005) berpendapat bahwa perkembangan
kognitif merupakan bentuk gambaran tentang bagaimana pikiran dapat berkembang
dan berfungsi untuk aktivitas berpikir. Keat mengungkapkan bahwa perkembangan
kognitif adalah proses berpikir yang mencakup penemuan dan pemahaman ilmu
pengetahuan untuk di mengerti olehnya (Endang Purwanti dan Nur Widodo, 2005:
40). Seefelt dan Wasik (2008) berpendapat bahwa imajinasi anak usia lima tahun
sudah mulai berkembang, masih berpikir tentang hal-hal yang konkret, mulai
dapat mengkategorikan benda-benda, pemahaman konsep yang meningkat, dan
bisa membedakan apa yang baik dan buruk. Menurut Piaget, pada usia anak dua
sampai tujuh tahun sudah mampu mengkombinasikan dan mentransformasikan
berbagai ilmu, mampu mengemukakan alasan-alasan saat mengemukakan ide-ide,
mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa meskipun logika
tentang sebab akibat tersebut belum tepat, dan cara berpikir yang bersifat
egosentris.

9
Perkembangan bahasa: Wittgeinstein mengemukakan bahasa adalah bentuk
dari pemikiran individu yang dapat di pahami yang berkaitan dengan realitas serta
memiliki bentuk dan struktur yang logis. Menurut Harun Rasyid, Mansyur dan
Suratno (2019) bahasa adalah bentuk dari pemikiran individu bertujuan untuk
berinteraksi dengan orang lain dan mengidentifikasi diri. Menurut Hart dan Risley
(dalam Morrow : 1993), bahwa anak pada usia dua tahun sudah memproduksi tiga
ratus tiga puluh delapan ucapan dalam setiap jamnya, cakupan lebih luasnya antara
rentang empat puluh dua sampai enam ratus tujuh puluh dua. Pada usia empat tahun
anak mampu menggunakan seratus tiga puluh empat kata-kata dalam jam yang
berbeda, dengan rentangan delapan belas sampai dua ratus delapan puluh enam.
Dalam usia anak dua sampai lima tahun, perkembangan bahasa anak termasuk ke
dalam tahapan pengembangan tata bahasa awal, dimana anak mulai
mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat yang mulai bertambah, ucapan-
ucapan yang dihasilkan semakin sempurna, dan mulai menggunakan kata jamak.
Supaya bisa membaca dan menulis, anak terlebih dahulu di perkenalkan beberapa
kata dan beranjak memahami kalimat.
Perkembangan sosial-emosional: proses sosial-emosional mencakup
perubahan dalam relasi individu dengan orang lain, perubahan emosi, dan
perubahan kepribadian. Pengelompokan emosi yang dikemukakan oleh Goleman
yaitu cinta, senang, sedih, terkejut, takut, jengkel, malu, dan marah. Menurut
Hurlock (1998) pola perilaku sosial pada anak dua sampai lima tahun yang terlihat
yaitu kemurahan hati, kerjasama, dan persaingan. Selain itu juga timbul hasrat
pada penerimaan sosial, empati , simpati, sikap ramah, ketergantungan, meniru,
dan perilaku kelekatan. Pada masa ini ketika anak sudah merasa mampu untuk
menguasai anggota tubuhnya dan didukung oleh lingkungannya maka akan
menimbulkan rasa percaya diri dan berani dalam diri anak, sebaliknya jika
lingkungan tidak memberi kepercayaan pada anak hal ini dapat menimbulkan
rasa malu dan ragu-ragu.
Pada masa ini anak sudah mulai menunjukkan sikap lepas dari ikatan dengan
orang tuanya, anak sudah mulai bergerak bebas serta berinteraksi dengan

10
lingkungan sekitarnya yang dapat menimbulkan rasa untuk berinisiatif pada diri
anak. Ini adalah pengembangan suatu keterampilan tertentu yang perlu dimiliki
anak untuk mempersiapkan diri dalam memasuki masa dewasa.
Perkembangan Moral-Agama: perkembangan moral yaitu suatu
perkembangan yang baik dan bersusila dalam bertingkah laku dan berinteraksi
dengan orang lain. Perkembangan spiritual atau agama merupakan perkembangan
suatu tingkatan keyakinan dalam hubungan diri individu dengan Tuhan Yang Maha
Kuasa (Hamid, 1999). Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan merupakan hal
yang sangat penting keberadaannya di dalam pelaksanaan program Pendidikan
Anak Usia Dini. Apabila sejak dini hal ini mampu tertanam dengan baik oleh setiap
individu, maka ini merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak-anak bangsa
untuk menjalani pendidikan di tingkat selanjutnya.
Hal ini sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan. Nilai-nilai luhur ini menjadi motivasi
spiritual bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan luhur dalam Pancasila
(Hidayat, 2007). Hal ini memberikan pemahaman bahwa pengembangan nilai-nilai
moral dan keagamaan sejak dini merupakan salah satu upaya pengokohan mental
dan spiritual pada diri anak.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak
usia dini merupakan bimbingan untuk anak usia nol sampai enam tahun melalui
rangsangan-rangsangan pendidikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pemberian bimbingan dan rangsangan-rangsangan yang diberikan sejak usia
dini dapat mempengaruhi dan mempercepat atau memperlambat aspek
perkembangan anak. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bukan untuk
persyaratan memasuki pendidikan atau sekolah dasar, namun pendidikan anak usia
dini merupakan tempat anak bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain
dalam setiap proses pencapaian aspek perkembangannya.

Anak perlu dibina sejak usia dini mungkin agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan selanjutnya, agar anak saat dewasa mampu
berkembang dalam kehidupan yang luas, baik kehidupan dengan orang tua maupun
dengan orang lain sehingga dapat terbentuknya generasi muda yang lebih baik.
Aspek perkembangan anak usia dini antara lain yaitu perkembangan fisik-motorik,
perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial-emosional,
dan perkembangan moral-agama. Setiap aspek perkembangan pada diri anak ini
saling berhubungan satu sama lain.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil tinjauan diatas, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut : (1) bagi pengelola, menambah sarana dan prasarana dalam
pembelajaran agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan secara
optimal, (2) bagi pendidik, lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
anak serta merencanakan pembelajaran secara cermat dan tepat, (3) bagi orang tua,
lebih menyadari bahwa pendidikan anak usia dini adalah hal penting yang dapat
membantu dan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak serta memantau
kemajuan anak secara bertahap.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, dkk. Oktober 2020. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan
Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka,

Hidayat, Satibi. Maret 2021. Metide Pengembangan dan Nilai-nilai Agama OHB.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Kardipah, Seipah. September 2021. Tehnik Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Lalompoh, Cyrus T, dkk. 2017. Metode Pengembangan Moral Dan Nilai-Nilai


Keagamaan Bagi Anak Usia Dini. Jakarta: PT Grasindo .

Mursid. 2015. Pengembangan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar PAUD. Jakarta: Ditjen dikti.

Undang-undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Paud.id
(online), (https://www.paud.id/2015/03/download-permendikbud-137-
tahun-2014-standar-paud.html), diakses 23 April 2022.

13

Anda mungkin juga menyukai