Anda di halaman 1dari 30

TUGAS 3

PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI


MEDIA PEMBELAJARAN PAUD
ANAK USIA 5-6 TAHUN

DISUSUN OLEH :

NAMA : SOPIANI

NIM 856695213

DOSEN PEMBIMBIG : Sri AguStina, SKM., M.Si

PROGRAM PGPAUD-S1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ PALEMBANG TAHUN
AJARAN 2022

1
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................6
1.3 Tujuan..............................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................8
2.1 Internet..................................................................................................8
2.1.1 Internet Sebagai Media Pembelajaran.........................................11
2.2 Internet Sebagai Media Pembelajaran Anak Usia 5-6 Tahun.............15
2.2.1 Media Digital Bagi Anak Usia Dini............................................17
2.3 Peran Guru Dalam Media Pembelajaran Internet Anak Usia Dini.....20

BAB III PENUTUP....................................................................................27


3.1 Kesimpulan....................................................................................27
3.2 Saran..............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................28

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam waktu yang relatif singkat semenjak Internet pertama kali
terbuka penggunaannya untuk pemakaian umum pada tahun 1986, jaringan
komunikasi ini telah merambah dengan kecepatan luar biasa ke seluruh
pelosok dunia tak terkecuali Indonesia. Menurut data terakhir, pada tahun
1999 lebih dari 100 juta orang menggunakan Internet dan jumlah tersebut
masih terus akan bertambah, seiring dengan bertambahnya kesadaran orang
akan perlunya informasi dan semakin banyaknya kemudahan-kemudahan
yang bisa didapat melalui Internet. IDC memperkirakan ada 196 juta
pengguna Internet di seluruh dunia sampai akhir tahun 1999, dan
diramalkan akan menjadi 502 juta pengguna pada tahun 2003. Kegiatan
berinternet akan bertambah dua kali lipat setiap 100 hari, dan diperkirakan
pada tahun 2005 sebanyak 1 milliar penduduk dunia akan tergabung dan
terhubung satu sama lian melalui jaringan Internet.

Sementara itu perkembangan penggunaan Internet di Indonesia tidak


pula kalah mengesankannya. Pusat 'Industri dan Perdagangan Lembaga
Pengembangan Kewirausahaan Bina Mitra Sejahtera, melaporkan bahwa
pada tahun 1995 ada sekitar 10.000 pengguna yang tersambung ke Internet,
dan pada tahun 1997 angka itu menjadi 100.000. Kemudian menurut
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet
di Indonesia pada akhir tahun 2001 mencapai 2,4 juta orang. Angka tersebut
naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan angka pada akhir tahun
200 sebesar 1,9 juta orang. Pengguna sebanyak 2,4 juta orang tersebut
terdiri dari 550 ribu pengguna perumahan, 26 ribu pengguna perusahaan,
2000 sekolah dengan rata-rata 500 pengguna/siswa persekolah, 500
perguruan tinggi dengan rata-rata 1000 mahasiswa per kampus dan 2500
warnet dengan rata-rata 100 orang pelanggan perwanet. Kesempatan untuk
mengakses Internet juga semakin terbuka lebar bagi pengguna yang tidak
memiliki komputer sendiri, dengan bermunculannya warung internet
(warnet) yang tersebar dipelosok kota-kota besar. Warnet yang pada tahun
1999 di ibukota (Jakarta) masih bisa dihitung dengan jari, kini merebak di

3
berbagai pelosok. Sementara itu kesadaran masyarakat baik dari kalangan
content provider maupun khalayak pengguna juga cukup menggembirakan.
Paling tidak pada saat ini ada lima situs di Indonesia yang membentuk
komunitas pendidikan online yaitu supersiswa.com, sekolah 2000.or.id,
pendidikan.net, ksi.plasa.com, esensi.com, ayo.net.com, dan ub.net.id.
Ketujuh situs tersebut tumbuh karena adanya kebutuhan khalayak akan
adanya suatu layanan pendidikan melalui Internet, dan rupanya kebutuhan
tersebut direspon secara positif oleh kalangan swasta, yang mendapat
dukungan dari Departemen Pendidikan Nasional. Di antara situs-situs yang
mengkhususkan diri dalam bidang pendidikan tersebut ialah situs Sekolah
2000 yang semula bernama SMU 2000, yang merupakan suatu situs
pendidikan yang terbesar yang tumbuh dari inisiatif APJII (Asosiasi
Pengusaha Jaringan Internet Indonesia) yang kemudian mendapatkan
dukungan dari Depdiknas dan fihak swasta lain seperti produsen komputer
dll. Dengan dukungan Depdiknas tersebut kini Sekolah 2000 berhasil
membentuk komunitas pendidikan yang memiliki anggota 404 sekolah
SLTP, SMU dan SMK negeri maupun swasta yang tersebar di 20 propinsi
(sekolah2000.or.id, Mei, 2001).

Dengan semakin bertambahnya sekolah yang tergabung dalam


komunitas pendidikan, semakin bertambahnya warnet-warnet secara
mengesankan, dan seiring dengan bertambahnya rumah tangga yang
memiliki komputer yang terhubung ke Internet, maka kesempatan bagi
siswa untuk memanfaatkan Internet juga semakin tinggi. Dengan demikian
bisa diasumsikan pula bahwa peluang memanfaatkan internet untuk
keperluan pendidikan atau secara lebih khusus lagi untuk keperluan
pembelajaran di lingkungan sekolah di Indonesia menjadi hal yang sangat
mungkin dan layak untuk dilaksanakan. Namun tentu saja untuk
memanfatkan internet sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di sekolah
tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan, karena banyak hal
yang harus dipelajari, diperhatikan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh
sebelum menerapkannya.

Pada era yang semakin canggih dan modern teknologi sudah menjadi
kebutuhan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, baik orang

4
dewasa maupun anak-anak tidak lepas dari penggunaan teknologi. Semakin
lama teknologi semakin dekat dengan kehidupan keseharian manusia untuk
mempermudah dan memberikan wawasan baru bagi penggunanya.
Penggunaan gadget/smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang, yang
didukung data dari Assosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII)
bahwa hampir 55 persen penduduk Indonesia adalah pengguna aktif
smartphone dan itu setengah dari jumlah penduduk Indonesia (Khoiri:2019).
Berdasarkan data dari lembaga riset digital marketing emarketer yang
dikutip dalam katadata bahwa jumlah pengguna samartphone terus
bertambah dari tahun 2016 dengan jumlah pengguna sebesar 65,2 juta orang
dan terus bertambah sampai pada angka 92 juta orang pada tahun 2019
(katadata, 2016).

Masyarakat khususnya orangtua yang memiliki anak usia dini tidak


lepas dari penggunaan teknologi seperti smartphone, televisi, dan VCD
player atau semua hal yang berkaitan dengan gadget. Penggunaan
smartphone, televisi, ataupun gadget dikalangan Luthfatun Nisa’ Vol. 8 |
No. 1 | Januari – Juni 2020 3 anak-anak bukan hal baru, bahkan 90%
orangtua menyampaikan bahwa gadget yang banyak digunakan oleh anak
mereka dalam rentang usia 4-6 tahun adalah smartphone (Zaini & Soenarto,
2019:258). Banyak anak mulai usia 2 sampai 6 tahun sudah mengenal cara
penggunaan smartphone (Murdaningsih dan Faqih:2014), dan anak lebih
banyak menggunakan smartphone untuk melihat video dan game melalui
situs youtube dan keadaan ini belum dapat dikontrol dengan baik oleh
orangtua. Berdasarkan hasil observasi di Desa Talun Kecamatan Sumberrejo
Bojonegoro diketahui bahwa anak-anak usia 3-6 tahun telah banyak
mengenal smartphone serta cara penggunaannya. Anak sudah dapat
mengakses aplikasi youtube dan games dan memainkannya, tidak jarang
tanpa adanya pendampingan dari orangtua. Selain itu aktifitas yang banyak
dihabiskan anak setelah pulang dari sekolah selain bermain dengan
smartphone adalah menonton televisi, dan banyak dari anak-anak
menggunakan gadget tanpa pendampingan orangtua yang mengakibatkan
tontonan atau games yang dimainkan anak kurang dapat memberikan
pembelajaran dan aktifitas anak banyak tergantung dengan gadget. Kondisi

5
kecanduan gadget ini biasa disebut dengan Screen Dependency Disorder
(SDD) yang disebabkan oleh penggunaan gadget berlebih tanpa adanya
kontrol dari lingkungan disekitarnya, dan faktanya 70 persen orangtua di
Indonesia mengakui memberikan gadget pada anak mereka mulai usia 6
bulan sampai 4 tahun agar orangtua dapat sambil melakukan pekerjaan
rumah tangga, sedangkan 65 persen melakukan hal yang sama agar anak
tidak rewel saat berada ditempat umum (Chusna:2017:319;Zhallina:2020),
dan kondisi ini perlu diantisipasi oleh orangtua agar anak tidak sampai
masuk dalam kondisi SDD dengan adanya arahan dan pendampingan yang
tepat dari orangtua. Selain dalam kehidupan sehari-hari teknologi juga
banyak digunakan untuk mendukung proses pembelajaran termasuk dalam
pendidikan anak usia dini. Menurut Nisa (2012:94) teknologi dapat
dimanfaatkan sebagai media dalam mengenalkan konsep bilangan, dan
penalaran pada anak. Namun tidak semua guru dapat memaksimalkan dan
memanfaatkan penggunaan teknologi secara tepat. Banyak guru khususnya
di desa belum benar-benar memahami cara mengakses informasi melalui
internet, dan seringnya fasilitas televisi atau VCD player hanya digunakan
sebagai media menyalakan video olahraga untuk anak, padahal pemanfaatan
media ini dapat lebih dari itu. Sebenarnya, terdapat banyak potensi dari
teknologi yang dapat memberikan manfaat atau bahkan bahaya bagi anak
(Keengwe dan Onchwari: 2008). Namun semua itu bergantung pada
bagaimana lingkungan mengembangkan dan memberikan secara tepat
aktifitas apa yang dapat dilakukan anak melalui teknologi, bahkan guru
dapat menyediakan berbagai tontonan yang berfariasi dan menjadikan guru
memiliki pandangan dan inspirasi dalam melakukan kegiatan yang inovatif.
Oleh karena itu, pada penulisan ini penulis akan membahas lebih lanjut
mengenai internet sebagai media pembelajaran PAUD pada anak usia 5-6
tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dari
penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Internet?

6
2. Bagaimana internet sebagai media pembelajaran untuk anak usia 5-6
tahun?
3. Bagaimana peran guru untuk mengelola internet sebagai media
pembelajaran untuk anak PAUD usia 5-6 tahun?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan internet.
2. Untuk mengetahui bagaimana internet sebagai media pembelajaran
untuk anak usia 5-6 tahun.
3. Untuk mengetahui peran guru dalam mengelola internet sebagai
media pembelajaran untuk anak PAUD usia 5-6 tahun.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Internet
Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu
bahkan berjuta jaringan komputer (local/wide ared^ network') dan komputer
pribadi (stand alone), yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung
kepadanya bisa melakukan komunikasi satu sama lain (Brace, 1997).
Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, karena tak satu
pihakpun yang mengatur dan memilikinya. Brace juga menyebutkan
Internet sebagai suatu "kesepakatan", karena untuk bisa saling berhubungan
dan berkomunikasi setiap komputer harus menggunakan protokol standar
yaitu TCP/IP ( Transmission Control Protocol/Internet Protocol) yang
disepakati bersama. Dengan kata lain meskipun suatu komputer terhubung
ke dalam jaringan Internet, tetapi kalau ia tidak menggunakan standar
komunikasi pengiriman dan penerimaan yang telah disepakati tersebut, tetap
saja ia tidak bisa melakukan komunikasi. Awalnya Internet lahir untuk suatu
keperluan militer Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969 Avanced Research
Project Agency (ARPA) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat,
membuat suatu eksperimen jaringan yang diberi nama ARPAnet untuk
mendukung keperluan penelitian (riset) kalangan militer. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya jaringan ini dipergunakan untuk keperluan riset
perguruan tinggi, yang dimulai dengan University of California, Stanford
Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996).

Fasilitas aplikasi Internet cukup banyak sehingga mampu


memberikan dukungan bagi keperluan militer, kalangan akademisi,
kalangan media massa, maupun kalangan Isdiyanto :Di antara keseluruhan
fasilitas Internet tersebut terdapat lima aplikasi standar Internet yang dapat
dipergunakan untuk keperluan pendidikan (Purbo, 1997), yaitu e-mail,
Mailing List (milis), Newsgroup, File Transfer Protocol (FTP), dan World
Wide Web (WWW). Adapun kegunaan dari masing-masing fasilitas
tersebut adalah sebagai berikut:

8
- E-mail

E-mail oleh para pengguna komputer di Indonesia juga


disebut dengan surat elektronik, merupakan fasilitas yang paling
sederhana, paling mudah penggunaannya dan dipergunakan secara
luas oleh pengguna komputer. E-mail merupakan fasilitas yang
memungkinkan dua orang atau lebih melakukan komunikasi yang
bersifat tidak sinkron (asynchronous communication mode) atau
tidak bersifat real time. Tetapi justru karakteristik seperti itulah yang
menjadikan e-mail menjadi sarana komunikasi paling murah.

- Mailing List (mills)

Mailing list merupakan perluasan penggunaan e-mail, dengan


fasilitas ini pengguna yang telah memiliki alamat e-mail bisa
bergabung dalam suatu kelompok diskusi, dan melalui milis ini bisa
dilakukan diskusi untuk memecahkan suatu permasalahan secara
bersama-sama, dengan saling memberikan saran pemecahan (brain
storming). Komunikasi melalui milis ini memiliki sifat yang sama
dengan e-mail, yaitu bersifat tidak sinkron (asynchronous
communication mode) atau bersifat un-real time.

- File Transfer Protocol (FTP)

FTP adalah fasilitas Internet yang memberikan kemudahan


kepada pengguna untuk mencari dan mengambil arsip file (down
load) di suatu server yang terhubung ke Internet pada alamat tertentu
yang menyediakan berbagai arsip (file), yang memang diizinkan
untuk diambil oleh pengguna lain yang membutuhkannya. File ini
bisa berupa hasil penelitian, artikel-artikel jurnal dan lain-lain. Di
samping itu FTP juga dipergunakan untuk meng-upload file materi
situs (homepage) sehingga bisa diakses oleh pengguna dari seluruh
pelosok dunia.

- News group

Newsgroup dalam Internet adalah fasilitas untuk melakukan


komunikasi antara dua orang atau lebih secara serempak dalam

9
pengertian waktu yang sama (real time), dan dengan demikian
berarti komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi yang sinkron
(synchronous communication mode). Bentuk pertemuan ini lazim
disebut sebagai konferensi, dan fasilitas yang digunakan bisa
sepenuhnya multimedia (audio-visual) dengan mengggunakan
fasilitas video conferencing, ataupun text saja atau text dan audio
dengan menggunakan fasilitas chat (IRC).

- World Wide Web

WWW merupakan kumpulan koleksi besar tentang berbagai


macam dokumentasi yang tersimpan dalam berbagai server di
seluruh dunia, dan dokumentasi tersebut dikembangkan dalam
format hypertext dan hypermedia, dengan menggunakan Hypertext
Markup Language (HTML) yang memungkinkan terjadinya koneksi
(link) dokumen yang satu dengan yang lain atau bagian dari
dokumen yang satu dengan bagian yang lainnya, baik dalam bentuk
teks, visual dan lain-lainnya. WWW bersifat multimedia karena
merupakan kombinasi dari teks, foto, grafika, audio, animasi dan
video, dengan demikian maka WWW pada saat ini merupakan
puncak pencapaian yang tidak mungkin dicapai oleh media-media
yang tergabung di dalamnya secara sendiri-sendiri. Untuk bisa
memanfaatkan seluruh fasilitas Internet tersebut, seorang pengguna
seyogyanya cukup mahir dalam menggunakan program browser
seperti Microsoft Internet Explorer (MSIE) dan Netscape, program
e-mail seperti Outlook Express yang ier-bundle dengan. MSIE, atau
program lain yang terpisah seperti Eudora dan lain-lain. la juga
hendaknya memiliki kemampuan dalam menggunakan program
pencarian atau dikenal dengan nama search engine yang tentunya
akan lebih baik apabila dilengkapi pengetahuan tentang metode
Boelan.

Di samping itu seorang pengguna juga sebaiknya menguasai


program untuk chat dalam rangka melakukan komunikasi realtime
dengan orang lain dan FTP yang berguna untuk men-download dan

10
meng-upload sumber-sumber informasi, serta program-progarm
pendukung lain untuk keperluan compress-decompress file (seperti
WinZip, PKZip dll).

2.1.1 Internet Sebagai Media Pembelajaran


Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin
meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang
menunjukkan bahwa dengan media memang dimungkinkan
diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu
terjadi karena dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas,
sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran
sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio,
televisi, CD-ROM Interkatif dan lain-lain. Sebagai media yang diharapkan
akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet
harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses
komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang
dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus
mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi
pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara
sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk
mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam
memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan
tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).

Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca,


penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya
tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar dialog/komunikasi
sebagai berikut (Boettcher 1999): - dialog/komunikasi antara guru dengan
siswa. - dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar. -
dialog/komunikasi di antara siswa. Apabila ketiga aspek tersebut bisa
diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan
terjadi proses pembelajaran yang optimal. Para pakar pendidikan
menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari pembelajaran
sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut (Pelikan,
1992). Kemudian dinyatakan pula bahwa perancangan suatu pembelajaran

11
dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga dialog/komuniaksi
tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis Web
(Bottcher, 1995).

Sebagaimana telah dibahas secara sepintas di bagian depan,


sesungguhnya internet merupakan media yang bersifat multi-rupa, pada satu
sisi Internet bisa digunakan-untuk berkomunikasi secara interpersonal
misalnya dengan menggunakan e-mail dan chat sebagai sarana
berkomunikasi antar pribadi (one-to-one communications), di sisi lain
dengan e-mail-pun pengguna bisa melakukan komunikasi dengan lebih dari
satu orang atau sekelompok pengguna yang lain (one-to-many
communications). Bahkan sebagaimana telah disinggung di bagian depan,
internet juga memiliki kemampuan memfasilitasi kegiatan diskusi dan
kolaborasi oleh sekelompok orang. Di samping itu dengan kemampuannya
untuk menyelenggarakan komunikasi tatap muka (teleconference),
memungkinkan pengguna internet bisa berkomunikasi secara audiovisual
sehingga dimungkinkan terselenggaranya komunikasi verbal maupun non-
verbal secara real-time. Dengan demikian terlihat bahwa secara nyata
internet memang akan bisa digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah,
karena memiliki karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media
interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya
komunikasi one-to-one maupun one-to-many, (2) memiliki sifat interkatif,
dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron (syncronous)
maupun tertunda (asyncronous), sehingga memungkinkan terselenggaranya
ketiga jenis dialog/komunikasi yang merupakan syarat terselengaranya suatu
proses belajar mengajar. Secara lebih rinci, tabel di bawah ini menunjukan
bentuk-bentuk kegiatan pembelajaran secara tatap muka yang bisa
diselenggarakan dengan mempergunakan fasilitas pada internet. Dari
sejumlah studi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa internet memang
bisa dipergunakan sebagai media pembelajaran, seperti studi telah dilakukan
oleh Center for Applied Special Technology (CAST) padatahun 1996, yang
dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima dan enam sekolah dasar. Ke
500 murid tersebut dimasukkan dalam dua kelompok yaitu kelompok

12
eksperimen yang dalam kegiatan belajamya dilengkapi dengan akses ke
Internet dan kelompok control.

Global Talent Competitiveness Index (GTCI) merupalan


pemeringkatan daya saing suatu negara yang diukur berdasarkan
kemampuan sumber daya manusia disuatu negara tersebut (Gerintya:2019).
Salah satu indikator yang digunakan dalam menilai adalah pendidikan.
Berdasarkan skor daya saing SDM Indonesia menempati peringkat ke enam,
dengan skor sebesar 38,61. Salah satu penyebab dari rendahnya daya saing
Indonesia dengan negara lain di ASEAN adalah rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas
pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan era saat ini, yaitu
dengan memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran. Teknologi
termasuk salah satu media dalam penyampaian informasi pembelajaran dan
juga sumber belajar. Teknologi dapat banyak membantu dalam dunia
pendidikan jika digunakan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan.

Teknologi dapat digunakan sebagai media penyampai pesan


pembelajaran yang menarik dan interaktif sehingga dapat meningkatkan
minat anak saat mengikuti pembelajaran. Pada abad ini dalam proses
pendidikan memaksa penggunaan teknologi informasi sebagai salah satu
fasilitas belajar anak. penddidik dituntut mampu dan menguasai bidang
teknologi informasi sebagai media penyampai pesan dalam pembelajaran,
sehingga guru dan anak dapat mebgikuti dan update dengan informasi sesuai
dengan zamannya. Memasuki abad 21 ini Daryanto dan Saiful (2017:3-5)
merinci lima kategori keterampilan yang perlu dikuasai oleh pendidik
diantaranya:

a. Pendidik mampu memberikan fasilitas serta menginspirasi anak


didik dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kreatifitas anak
b. Pendidik mampu merancang dan mengembangkan pengalaman dan
assessmen pembelajaran di era teknologi ini
c. Pendidik dapat menjadi model bagi anak baik cara belajar dan
bekerja pada era digital

13
d. Pendidik mampu mendorong serta menjadi model yang
bertanggungjawab dan bagaimana menjadi masyarakat digital
e. Pendidik wajib berpartisipasi dalam pengembangan dan
kepemimpinan professional Salah satu usaha untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan adalah
melalui pemanfaat teknologi sebagai media penyampai materi ajar
pada anak. Hal ini dapat mempermudah guru dalam mengelola dan
menyampaikan pembelajaran kepada anak. Untuk menunjang
penyampaian pembelajaran

Hardiyana (2016:5) menjelasakan beberapa jenis teknologi informasi


yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran PAUD antara lain:

a. Audio dan Video Player Media audio berhubungan dengan


pendengaran, karena hal ini menyangkut komunikasi melalui
pendengaran secara langsung. Sementara media video visual
berkaitan dengan pelibatan indra penglihatan. Hal ini
sesungguhnya terdapat dua pesan yang dimuat dalam media
visual yakni pesan verbal dan nonverbal.
b. Komputer Komputer merupakan perangkat yang melibatkan
teknologi software dan hardware. Melalui penggunaan
komputer ini mempunyai pengaruh secara signifikan dalam
proses pembelajaran. komputer dapat membantu guru
mengoperasionalkan pembelajaran yang menantang dan
menyenangkan bagi anak didik.
c. Internet Internet merupakan layanan teknologi yang
menyiapkan seluruh aplikasi dan informasi yang dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran. internet
dapat dioptimalkan dengan cepat, nyaman, aman bagi
penggunananya. Penggunaan internet dapat mempermudah
guru dalam mencari dan menelusuri informasi berkaitan
materi pembelajaran yang diajarkan kepada anak.
Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran dapat
memberikan manfaat baik dalam mengembangkan aspek

14
perkembangan anak secara umum juga dapat
mengembangkan aspek kognitif kususnya.

Berdasarkan penelitian yang dialakukan oleh Hsin, Li, dan Tsai


(2014:94-95) bahwa rata-rata anak yang berpartisipasi dalam pembelajaran
yang menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran mendapatkan
dampak positif dalam perkembangan aspek kognitif, sosial, emosi, dan juga
fisik, dari anak yang mengikuti pembelajran hanya dua anak yang
mengelami dampak negatif dari aspek kognitif dan satu anak pada aspek
sosial. Pada penelitian kemampuan anak pada aspek kognitif dari sisi
bahasa, literasi, matematika, sains, literasi digital, kemampuan kognitif, dan
lain-lain mengalami banyak dampak positif dan berkembang dengan sangat
baik.

2.2 Internet Sebagai Media Pembelajaran Anak Usia 5-6 Tahun


Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur (2001: 48) mengemukakan secara
umum peranan seorang guru ialah mendidik, yaitu membantu dalam
mengupayakan perkembangan peserta didik dalam mengoptimalkan segala
potensi hidupnya. Dalam hal ini setidaknya ada tiga persyaratan yang harus
dimiliki oleh seseorang agar bisa menjadi seorang guru, yaitu:

1) Kewibawaan yaitu pengaruh positif normatif yang diberikan kepada


orang lain atau anak didik dengan tujuan agar yang bersangkutan
dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Dengan
kewibawaan, maka secara langsung maupun tidak langsung akan
menimbulkan kepercayaan diri peserta didik kepada pendidik
sehingga dengan sendirinya akan timbul suatu kepatuhan dari peserta
didik kepada pendidik.;
2) Pendidik harus mengenal secara pribadi peserta didiknya. Sebagai
contoh, secara otomatis pendidik hafal nama asuhannya (terutama
untuk pendidik anak luar biasa) dan
3) Pendidik harus mengetahui bahwa peserta didik adalah ‘’aku’’ yang
berpribadi dan ingin bertanggung jawab, dan ingin menentukan diri
sendiri.

15
Hal ini diperkuat oleh Ma’arif Syamsul (2011: 32) berpendapat bahwa
terdapat beberapa hal terkait peran guru antara lain guru sebagai pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor,
perencana, supervisor, motivator, elevator, konselor. Semua peran ini harus
dikuasai oleh guru agar mampu melaksanakan proses belajar mengajar
secara optimal dan merealisasikan apa yang menjadi tujuan pendidikan yaitu
mencerdasakan generasi muda. Sebagai pengajar guru sudah seharusnya
mampu merencakan secara profesional materi dan silabus yang akan
diajarkan kepada peserta didik. Setiap kali masuk kelas, seseorang guru
harus siap dengan materi apa yang akan diajarkannya kepada peserta didik.
Bahkan sampai materi pendalamannya, sehingga memungkin kan bagi guru
memberikan pengetahuan secara detail, mendalam dan luas kepada peserta
didiknya. Jangan sampai ada kasus, seorang guru tidak siap dengan materi
yang akan diajarkannya sehingga, ketika ditanya oleh peserta didiknya
terkesan selalu berkelit dan mencari pembenaran. Selain itu, guru harus
senantiasa menjadi sosok yang mampu menumbuhkan inspirasi dan
kreatifitas peserta didiknya, dengan menjadikan diri mereka sendiri sebagai
model percontohan hal ini sangat memungkinkan sebab, guru adalah
seseorang yang sangat dekat dengan peserta didik bahkan menjadi pengganti
dari kedua orang tua mereka. Arief S Sadiman (2006: 6) menyatakan bahwa

Media merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memegang


peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima
pesan (a reciver). Gagne (1970) dalam Arief S Sadiman: 2006)
menyebutkan bahwa media adalah berbagai jenis komponen lingkungan
anak yang merangsangnya untuk belajar. Pendapat ini diperkuat oleh Briggs
(1970) dalam Mutmainnah (2013: 373) bahwa media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak untuk belajar,
misalnya buku, film, kaset, film bingkai dan sebagainya. Salah satu nilai
media pembelejaran adalah mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak
dapat disampaikan dengan lebih sederhana melalui pemanfaatan media
pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran bukanlah fungsi tambahan,

16
tetapi merupakan fungsi tersendiri untuk membantu pencapaian tujuan dan
proses pembelajaran yang efektif.

Media digital merupakan salah satu komponen yang berbentuk


komputer, Internet, gadget, PDA dan peralatan digital lain. Denis Mc Quail,
200 dalam Ibrahim dan akhmad, 2014) berpendapat bahwa terdapat empat
kategori utama dalam media digital yaitu:

a. Media komunikasi interpersonal seperti email.


b. Media permainan interaktif seperti game.
c. Media pencarian informasi seperti mesin pencarian di internet.
d. Media partisipatoris seperti ruang chat di internet.

Oleh sebab itu, semua materi yang diajarkan perlu dirancang secara
menarik dan memudahkan peserta didiknya dengan dikemas menggunakan
media digital. Jurnal Kreatif 9 (2) 2019| 90 Seseorang guru wajib menguasai
dan terampil menggunakan media digital dan metodologi pengajaran
sehingga guru dapat membuat media digital secara mandiri. Tidak itu saja,
seseorang guru juga harus senantiasa melakukan evaluasi, untuk bisa
memperoleh suatu pengukuran secara objektif tentang keberhasilan belajar
mengajar.

2.2.1 Media Digital Bagi Anak Usia Dini


Menurut Priyanto, Aris (2014: 42) definisi anak usia dini yang
dikemukan oleh NAEYC (National Assosiation Education for Young
Chlidren) adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara
0 – 8 tahun. Anak usia dini merupakan sekelompok manusia yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia tersebut para ahli
menyebutnya sebagai masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali
dalam perkembangan kehidupan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan
anak usia dini perlu diarahkan pada fisik, kognitif, sosio emosional, bahasa,
dan kreativitas yang seimbang sebagai peletak dasar yang tepat guna
pembentukan pribadi yang utuh. Dapat disimpulkan bahwa media digital
dapat menunjang pembelajaran anak usia dini. Karena sejak masa golden
age, yaitu masa-masa anak usia dini banyak belajar hal-hal yang baru dan

17
dapat menarik minat anak, sehingga guru dapat mempersiapkan media
berbasis digital dengan baik

Pengguanaan media digital dalam pembelajaran di PAUD memiliki


alasan yang mendasar. Media digital sangat penting dalam proses
pembelajaran di era teknologi. Berdasarkan Kemp, E J. (1980) dalam
Muthmainanah (2013: 374) menyatakan bahwa media pembelajaran
memiliki tiga manfaat yaitu memberikan motivasi, menyajikan informasi,
memberikan instruksi. Hal ini diperkuat pendapat dari Hamalik dalam Azhar
Arsyad (2006: 15) bahwa pemanfaatan media pembelajaran dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologi terhadap anak.

Pemanfaatan media pembelajaran di PAUD juga memungkinkan


anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungan, memungkinkan
adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing
anak, membangkitkan motivasi belajar, menyajikan informasi secara
konsisten dan dapat diulang maupun disimpan secara konsisten, menyajikan
pesan atau informasi belajar serempak bagi seluruh anak, mengatasi
keterbatasan waktu dan ruang serta dapat mengontrol arah dan kecepatan
belajar anak. Dari beberapa manfaat tentang media digital dapat
disimpulkan bahwa media dapat membantu guru dalam memberikan
informasi secara detail dan memotivasi anak usia dini untuk menerima
pembelajaran. Media digital juga dapat memberikan variasi pada metode
mengajar bagi guru sehingga anak tidak bosan pada saat proses
pembelajaran.

Masyarakat tidak lagi menganggap teknologi suatu barang yang


sangat mewah, karena saat ini sudah menjadi kebutuhan semua kalangan
(Pebriana, 2017:2). Salah satu teknologi yang sangat familiar dikalangan
keluarga adalah televisi dan smartphone, dan 9 dari 10 orangtua wali di desa
Talun Bojonegoro menyampaikan bahwa masing-masing orangtua memiliki
televisi dirumahnya dan memiliki smartphone yang sering digunakan dan
dibawa pada saat keluar rumah, khusunya ibu-ibu muda dengan kisaran usia

18
25-35 tahun. Saat ini anak-anak tumbuh dan berkembang bersama dengan
tumbuh dan berkembangnya teknologi. Berbagai macam teknologi
diciptakan dan digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi. Saat teknologi
tersebut digunakan secara bijak dan tepat dapat memberikan banyak
manfaat dan bahkan dapat membantu memberikan stimulasi dan media
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak (NAEYC dan FRC :2012).
Namun jika sebaliknya, teknologi tidak dimanfaatkan dengan tepat dapat
mengganggu perkembangan anak, dan bijak atau tidaknya dalam
menggunakan teknologi ini sangat bergantung pada orangtua. Orangtua
merupakan sekolah pertama dan lingkungan pertama bagi anak dan orangtua
yang bertanggungjawab penuh terhadap apapun yang dilakukan dan yang
terjadi kepada anak, peran orangtua sangat dibutuhkan dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan anak termasuk dalam mengontrol dan
memilihkan tayangan yang tepat saat anak menoton televisi. Batasan yang
dimaksudkan adalah adanya pemberian waktu tertentu bagi anak dalam
penggunaan gadget di waktu senggang, seperti setelah anak pulang sekolah
atau di malam hari. Orangtua yang tidak memberikan batasan dalam
penggunaan gadget menjadikan anak menggunakan waktu senggangnya
untuk bermain game, atau melihat youtube, sehingga menjadikan waktu
istirahat anak terganggu. Selain itu anak cenderung kurang responsif saat
dipanggil atau saat diajak berkomunikasi oleh orangtua, dan anak yang lebih
sering menggunakan gadget diwaktu senggang cenderung kurang mampu
dalam hal kecakapan hidup, yaitu seperti tidak mau makan sendiri,
mengembalikan tempat atau gelas pada tempatnya dan hal-hal yang
menyangkut kemandirian anak (Chusna, 2017:319). Hal tersebut
dikarenakan anak kurang banyak mengamati dan diajak terlibat dalam
kegiatan keseharian yang dapat membantu kecakapan hidup anak.

Anak banyak menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri dan


orangtua cenderung membiarkan dan memaklumi karena masih dalam usia
dini. Beberapa orangtua yang lebih banyak membiarkan anak tanpa
memberikan batasan saat bermain gadget (Pebriana, 2017:3), dikarenakan
alasan berupa yang penting anak mau makan walaupun sambil bermain
gadget, asal anak tidak bermain keluar rumah, asal anak tidak banyak

19
mengganggu aktifitas orangtua. Berbagai pandangan orangtua tentang posisi
dan peran gadget dalam keseharian anak memang beragam, diluar yang
telah dijabarkan diatas gadget juga banyak dimanfaatkan orangtua sebagai
media dalam membantu dalam memberikan stimulasi pada anak khususnya
memberikan motivasi belajar anak (Zaini & Soenarto, 2019:257). Melalui
video interaktif yang dapat diunduh melalui youtube dan dengan
pendampingan serta arahan orangtua. Selain itu, dampak yang dapat
ditimbulkan dan paling banyak muncul pada anak yang menggunakan
internet pada komputer adalah mengakses situs yang seharusnya untuk
orang dewasa, atau konten yang mengandung ujaran kebencian
(NSBF:2000), dampak lain dari sisi sosial adalah menjadikan anak kurang
bergaul dengan lingkungan sosial disekeliing mereka, dan kemampuan
akademik anak menurun dan dampak ini lebih banyak dialami anak-anak
usia sekolah dasar. Untuk mengurangi hal ini lembaga kesehatan Amerika
dan lembaga gedung putih yang menangani obesitas pada anak membatasi
tontotan pada semua media yang memiliki layar (televisi, smartphone,
komputer) dan intensitas menonton khususnya bagi anakanak dibawah 2
tahun tidak lebih dari 2 jam sehari. Selain itu menurut institusi kesehatan
nasional (2011) merekomendasikan pemberian batasan pada anak saat
berhubungan dengan media-media berlayar (screen time) meliputi televisi,
video, media digital, video game, media yang ada di smartphone, telfon
genggam, dan juga internet.

Bagi anak usia dini usia 2 sampai dengan 5 tahun mendapat


kesempatan menonton selama 30 menit sehari bagi anak-anak yang sekolah
separuh waktu. Pemberian batasan seperti contoh diatas perlu dilakukan
untuk meningkatkan kepedulian dan waspada orangtua agar dapat
memberikan kontrol dan memberikan tontonan yang lebih tepat pada anak,
dan hal-hal diatas dapat menjadi acuan untuk dapat diterapkan. Selain
memberikan batasan, cara lain yang dapat dilakukan orangtua adalah saat
dirumah usahakan untuk selalu berkomunikasi dengan anak. Saat anak-anak
bermain game atau menonton video atau televisi tanyai anak game apa yang
sedang dimainkan, atau program televisi apa yang sedang dilihat. Melalui

20
komunikasi ini juga dapat membantu orangtua mengontrol tontonan dan
aktifitas anak saat menggunakan teknologi (Spatariu, Peach, dan Bell:2012).

2.3 Peran Guru Dalam Media Pembelajaran Internet Anak Usia Dini
Untuk mendukung pembelajaran di era digital terutama dimasa
pandemic seperti saat ini, kemampuan guru PAUD dalam pengunakan
perangkat teknologi juga masih masih belum optimal. 56% guru PAUD
yang sudah menguasai pengunaan komputer, dan hanya 25% yang dapat
membuat presentasi baik dengan power poin atau membuat video
pembelajaran. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan guru PAUD di Kecamatan Curug Kota Serang masih belum
optimal. Pelaksanaan Belajar dari Rumah (BDR) untuk anak usia dini
dilakukan dengan berbagai metode baik secara daring (dengan jarinagn)
maupun luring (tanpa jaringan). Pembelajaran secara daring dilakukan
dengan memanfaatkan berbagai media diantaranya wa grup, google
meet/zoom/video call, berbagai media sosial, memanfaatkan siaran televisi,
dan tetap memanfaatkan buku tema yang ada di sekolah. Pemanfaatan
media yang dilakukan oleh guru PAUD dalam melaksanakan kegiatan
belajar dari rumah (BDR) di masa pandemic ini paling optimal dengan
menggunakan aplikasi whatsapp, informasi pembelajaran disampaikan
kepada orang tua/wali melalui whatsapp group kemudian orang tua/wali
yang membantu memfasilitasi anak belajar dari rumah.

Kurangnya pemahaman orang tua terhadap pemanfaatan teknologi


untuk pembelajaran menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan belajar
dari rumah dengan media lainnya. Berbagai perasalah muncul saat
pelaksanaan kegiatan belajar dari rumah untuk anak usia dini, yang datang
dari berbagai aspek baik dari guru PAUD sebagai pendidik serta dari siswa
dan orang tua. Permasalahan tersebut diantaranya pemahaman penggunakan
IT yang terbatas, jaringan, kuota internet, minimnya fasilitas (ketersidiaan
HP andoid) serta masih banyaknya orang tua yang belum memahami
penggunaan teknologi. Sehingga mengakibatkan kegiatan pembelajaran
yang kurang efektif. Dengan berbagai permasalahan yang muncul tersebut,
menuntut guru PAUD sebagai pendidik melakukan berbagai Tindakan agar
kegiatan Belajar dari rumah tetap terlaksana diantaranya melakukan

21
kegiatan pendampingan ke rumah siswa (Home Visit) dengan tetap
memperhatikan protocol kesehatan. Pemerintah juga cukup berperan dalam
memberikan subsidi kuota untuk guru dan siswa yang diberikan setiap
bulannya. Kegiatan penyelenggaraaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
bertujuan untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas sesuai dengan
tingkat perkembangannya yang tumbuh dan berkemabang untuk memiliki
kesiapan memasuki Pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak usia dini
menyelenggarakan upaya pembinaan bagi anak melalui pemberian
rangsangan Pendidikan dalam membantu pertumbuhan untuk perkembangan
jasmani dan rohani yang menitik beratkan pada perkembangan fisik
(motoric kasar dan halus), kecerdasan/kognitif, perkembangan moral dan
agama, social emosional, serta Bahasa dan komunikasi sesuai usianya
seperti yang tercantum dalam Permendiknas no 58 tahun 2009. Penerapan
teknologi bagi anak-anak menawarkan banyak kesempatan untuk belajar
dengan cara yang menarik dan berbeda. Para pendidik harus bijak dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
sebagai media pendukung pembelajaran yang sesuai peruntukannya.
Pendidik harus ingat bahwa anak-anak perlu belajar secara langsung,
beriteraksi dengan orang sekitar dan bahan bahan yang nyata. Pendidik
diupayakan dapat menyediakan kegiatan interaktif bagi anak, yang dapat
memacu anak untuk merefleksikan apa yang mereka alami dari kegiatan
pembelajaran. Gunakan teknologi yang tepat dan seimbang sehingga dapat
mendukung implementasi kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Secara
kreatif. Pendidik harus memperhatikan penggunaan dan pengembangan
media untuk pembelajaran, khususnya untuk Pendidikan Anak Usia Dini.
Saat ini masih banyak pendidik yang beranggapan bahwa peran media
pembelajaran hanya terbatas sebagai alat yang membantu dalam proses
pembelajaran saja, seorang guru PAUD yang profesional harus memiliki
pandangan yang berbeda bahwa media merupakan bagian integral dari
keseluruhan dalam proses pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam


pembelajaran yang tidak dapat berdiri sendiri, komponen ini salaing
berhubungan dengan komponen lainnya untuk mencapi tujuan pembelajaran

22
yang diharapkan pendidik. Dengan adanya media pembelajaran akan lebih
menarik dan menyenangkan. Penggunaan media pembelajaran yang
menarika dan bervariasi dapat mempengaruhi motivasi dan kreativitas anak
sehingga dapat mempercepat pemahaman anak terhadap konsep
pembelajaran. Pendidik harus mampu memilik media yang tepat, mudah
diperoleh, serta aman digunakan oleh peserta didik. Adapun beberapa upaya
yang dapat mengoptimalkan kegiatan Belajar dari Rumah (BDR) untuk anak
usia dini diantaranya sebagai berikut :

a. Kemampuan Pendidik Menggunakan Media Pembelajaran


Seorang pendidik wajib memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dan
menggunakan berbagai jenis media pembelajaran. Namun apabila pendidik
tidak mampu menguasai seluruhnya, maka pendidik gunakanlah media
pembelajaran yang benar-benar dikuasai. Sebagai contoh, Jika pendidik
mampu mengoperasikan komputer, maka gunakanlah computer untuk
mendukung proses pembelajaran. Namun apabila pendidik tidak mampu
dalam menggunakanya jangan memaksakan diri, karena hal itu dapat
menjadi hambatan dalam proses pembelajaran. Namun apabila pembelajaran
tersebut mengharuskan pendidik menggunakan suatu media pembelajaran
tertentu yang tidak dikuasai oleh pendidik, maka sebaiknya pendidik
didampingi oleh orang yang dapat membantu mengoperasikan media
pembelajaran tersebut. Terutama disaat pandemic seperti saat ini,
gunakanlah media yang dikuasai pendidik dan orang tua untuk membantu
kegiatan belajar dari rumah bagi anak usia dini, supaya kegiatan belajar
dilakukan oleh anak.

b. Peran Orang Tua Terhadap Pengguna Teknologi Pada Anak

Munculnya teknologi canggih membuat anak-anak bahkan balita


mengenal media lebih cepat. Di era digital seperti saat ini, memudahkan
siapa saja dapat mengakses berbagai jenis informasi dengan mudah dan
cepat. Anak-anak di era generasi digital menjadi sangat cepat beradaptasi
terhadap perkembangan teknologi informasi tersebut. Oleh karena itu, peran
orangtua sanagat penting dalam menghadapi berbagai tantangan untuk
mengasuh anak-anak di era digital sepeti saat ini. Pendidikan karakter tidak

23
dapat diajarkan dengan pendekatan teori untuk anak usia dini, melainkan
harus diberikan contoh perbuatan dengan perilaku untuk mengajarkannya.
Karena anak lebih suka mencontoh perbuatan yang diajarkan oleh orang
tuanya. Kebiasaan orang tua menggunakan gadget memberikan pengaruh
terhadap anak dalam mengenal gadget tersebut, jangan sampau anak lebih
kecanduan gadget disbanding berinteraksi dengan sekitar. Peran orang tua
sangatlah penting dalam mengontrol penggunaan gadget oleh anak. Pola
asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya (parenting) menjadi
solusi dari berbagai persoalan yang muncul dalam pengasuhan anak.
Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama serta cerminan pertama
sang anak sebelum ia berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.
Pendidikan dalam keluarga membentuk anak agar memiliki kekebalan
terhadap pengaruh negative diluar lingkungannya. Sangat tidak mungkin di
era digital ini, anak seratus persen dapat terbebas dari pengaruh buruk
perkembangan teknologi saat ini. Sehingga sebagai orang tua harus mampu
berupaya mempersiapkan serta mendidik anak secara matang, namun tidak
memaksakan untuk selalu menolak dan menjauhi segala aktivitas yang
mempengaruhi kehidupannya. Anak-anak adalah peniru yang baik dengan
tingkat kepolosan yang cenderung sangat mudah untuk dipengaruhi dan
diarahkan kepada hal yang bersifat negatif. Seharusnya orang tua bertindak
dengan melakukan pendampingan ekstra terhadap tumbuh kembang
anakanaknya. Karena anak-anak lebih suka meniru apapun yang mereka
lihat tanpa tahu sebab akibatnya dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, maka diperlukannya peran orang tua yaitu sebagai ‘model’ bagi
anaknya. Semakin sering anak melihat orang tuanya lebih terfokuskan ke
gadget, maka semakin besar pula ketertarikan mereka terhadap gadget. Oleh
karena itu, keluarga menjadi ujung tombak dalam perkembangan sosio-
emosinya. Terutama dimasa pandemic seperti saat ini, peran orang tua
menjadi keberhasilan yang utama terhadap pelaksanaan kegiatan Belajar
dari Rumah (BDR) bagi anak usia dini.

Peranan guru tak kalah menentukannya terhadap keberhasilan


pemanfaatan internet di sekolah. Dari berbagai pengalaman menunjukkan
bahwa inisiatif pemanfaatan internet di sekolah justru banyak yang datang

24
dari guru-guru yang memiliki kesadaran lebih awal tentang potensi internet
guna menunjang proses belajar mengajar. Keberhasilan pembelajaran
berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru-
guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Guru perlu diberikan pemahaman berbagai keuntungan,


termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet untuk
pembelajaran, sehingga mereka memiliki motivasi dan komitmen
yang cukup tinggi.
 Guru, baik nantinya dia akan berperan sebagai pengembang dan
pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola sistem
pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran,
wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang internet
 Guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan
pemanfaatan internet untuk pembelajaran hendaknya memiliki
pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup.
 Jumlah guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan
pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap. -
Guru harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani
pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran.
 Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap guru. karena hal itu akan
dicerminkan dalam cara pembelajaran mereka kelak di sistem
pembelajaran dengan internet.

Peranan internet di sini adalah untuk menyediakan sumber-sumber


yang sangat kaya dengan memberikan alamat-alamat atau membuat
hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sesuai yang bisa diakses
secara online, untuk meningkatkan kuantitas dan memperluas kesempatan
berkomunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara timbal balik.
Dialog atau komunikasi tersebut adalah untuk keperluan berdiskusi,
berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok. Komunikasi timbal
balik bisa dilakukan antara siswa dengan siswa, siswa dengan teman di luar
kelas/sekolah, siswa dengan kelompok, siswa dengan guru maupun guru

25
dengan siswa atau dengan kelompok. Siswa lebih memahami pembelajaran
dengan adanya media yang menarik untuk digunakan. Selain media video,
teks juga digunakan sebagai media pembelajaran yang digunakan guru
untuk contohdalam menyampaikan materi. Media teks yang digunakan ada
dua yaitu: media teks deskripsi dan teks prosedur. Video yang diunduh dari
sumber internet dapat memudahkan guru dalam pembelajaran. Sedangkan
teks didapatkan melaui sumber google. Dengan adanya video dan teks, guru
dapat membantu siswa untuk memahami setiap pembelajaran yang
digunakan. Berikut jenis video yang sering digunakan oleh guru dalam
pembelajaran. Guru sering mengunakan aplikasi youtube untuk mencari
video pembelajaran.Youtube merupakan aplikasi yang bersumber dari
internet dengan menggunakan jaringan untuk menjalankanya.

guru saat pembelajaran. Dalam pembelajaran mendeskripsikan suatu


objek, selain buku ajar yang digunakan sebagai jenis media pembelajaran.
Guru menggunakan jenis media video yang bersumber melalui internet
dalam pembelajaran. Video deskripsi tersebut sebagai bahan ajar untuk
diperlihatkan kepada siswa cara mendeskripsikan objek. Guru mencari
video deskrispi melalui jaringan internet yang secara langsung digunakan
oleh guru atau online. Dalam pembelajaran online tersebut, guru mencari
video melalui youtube dan diberikan kepada siswa sebagai contoh
pembelajaran. Dalam pembelajaran yang berlangsung guru menggunakan
buku ajar dalam pembelajaran. Selain itu guru menggunakan video dalam
pembelajaran. Guru menggunakan video dalam pembelajaran agar
memotivasi setiap siswa lebih giat dalam belajar. Selain itu guru juga lebih
kreatif dalam membuat media pembelajaran tidak bergantung pada buku
ajar. Dalam pembelajaran teks prosedur guru juga menggunakan video
sebagai media pembelajaran. Guru menggunakan jenis media pembelajaran
video agar siswa lebih mengetahui cara membuat sesuatu dan cara
menyusuin dengan sistematis pembuatan kerajinan dengan baik. Media
video yang digunakan oleh guru ialah video tentang “cara membuat
kerajinan”. Dalam video tersebut terdapat cara-cara membuat kerajinan.
Guru menggunakan video tersebut karena guru ingin mengajak siswa lebih
fokus terhadap video yang diguankan. Video tersebut dapat menarik minat

26
siswa untuk lebih tertarik dalam pembelajaran teks prosedur. Dengan
adanya video tersebut guru membuktikan bahwa media pembelajaran video
sangat membantu dalam berlangsungnya proses belajar-mengjar. Media
video yang bersumber dari internet dapat membantu guru secara langsung
memberikan materi yang kurang dipahami oleh siswa. Dengan bantuan
media pembelajaran jenis video ini siswa menjadi termotivasi untuk lebih
giat dalam belajar.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan teknologi bagi anak-anak menawarkan banyak
kesempatan untuk belajar dengan cara yang menarik dan berbeda. Para
pendidik harus bijak dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai media pendukung pembelajaran yang
sesuai peruntukannya. Pendidik harus ingat bahwa anak-anak perlu belajar
secara langsung, beriteraksi dengan orang sekitar dan bahan bahan yang
nyata. Pendidik diupayakan dapat menyediakan kegiatan interaktif bagi
anak, yang dapat memacu anak untuk merefleksikan apa yang mereka alami
dari kegiatan pembelajaran. Gunakan teknologi yang tepat dan seimbang
sehingga dapat mendukung implementasi kurikulum Pendidikan Anak Usia
Dini Secara kreatif. Pendidik harus memperhatikan penggunaan dan

27
pengembangan media untuk pembelajaran, khususnya untuk Pendidikan
Anak Usia Dini.

3.2 Saran
Teknologi juga dapat di manfaatkan dalam dunia pendidikan. Teknologi
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan membantu dalam
proses pembelajaran agar pesan pembelajaran dapat lebih mudah diterima
oleh anak. namun tidak semua pendidik dapat memanfaatkan teknologi
sebagai media pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan dan
pendampingan dari pemerintah terkait agar pendidik dapat memaksimalkan
pemafaatan teknologi dalam dunia pendidikan. Sehingga penulis
memberikan tawaran solusi dari sisi perencanaan pembelajaran sampai
dengan alur regulasi dengan pemerintah terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Alfi P. (2017). Pembelajaran Berbasis Smartphone sebagai Trend


Pendidikan Abad 21 (Kajian Toritis dalam Mendesain Pembelajaran
Berbasis Smartphone). Prosiding KMP Education Research
Conference “21st Century Trends and Innovations in Education
Endeavor: Integrating 21st Century Skills into practice”. Universitas
Negeri Yogyakarta. Hal 26-36

Boettcher, Judith V., 1999, Faculty Guide for Moving Teaching and
Learning to the Web, League for Innovation in the Community
College, USA

28
Blake Sally, Winsor Denise, dan Allen Lee. (2012). Technology and Young
Children Bridging the Communication-Generation Gap.

Cronin, Mary J., 1996, The Internet Strategy Hanbook: Lessons from the
New Frontier Business, Library of Congress, USA.

USA:Information Science REFERENCE Broto, G. S. D (2014). Riset


Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja dalam
Menggunakan Internet. Diambil 01 April 2020, dari
https://kominfo.go.id/content/detail/3834/siaran-pers-no-
17pihkominfo22014- tentang-riset-kominfo-dan-unicef-mengenai-
perilaku-anak-dan-remaja-dalammenggunakan-
internet/0/siaran_pers

Chusna Puji Asmaul. (2017). Pengaruh Media Gdget pada Perkembangan


Karakter Anak. Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Sosial
Keagamaan. IAIN Tulungagung. Vol. 17, No. 2.

Daryanto dan Saiful, K. (2017). Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava


Media Green, TD dan A. Brown. (2002). Multimedia Project in the
Classroom. USA: Corwin Press, Inc.

Hardiyana Andri. (2016). Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi


dan Komunikasi dalam Pembelajaran PAUD. Artikel Kata data.
(2016). Data Pengguna Smartphone dari tahun 2016-2019. Diambil
01 Mei 2020, dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/penggunasma
rtphone- di-indonesia-2016-2019#

Hardjito, 2001, Pola Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pemanfaaian Internet: Studi Survai Motif Pemanfaatan Internet
Siswa SMU dan SMK DKI Jakarta, (Tests), Program Pasca Sarjana,
Universitas Indonesia,

Heinich, Robert, 1996, Instructional Media and Technologies for Learning,


Prentice-Hall, IncPengembangan Pendidikan, Vol. 2, No. 2, hal 8-26,
Desember 2005

29
Kasali, Rhenald, 1999, Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi, Targeting
dan Postioning, Cetakan ketiga, Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Keengwe, J dan Onchwari, G. (2008). Constructivism technology, and


meaningful learning. In T. Kids & H. Song (Eds). Handbook of
reasearch on instructional systems and technology. Hershey, PA:
Information Science Reference

Keengwe, J dan Onchwari, G. (2009). Technology and Early Childhood


education; A Technology Integration professional Development
Model for Practicing. Early Childhood Education Journal. Doi: 10.
1007/s 10643-009-0341-0

Khoiri Alfian Nur . (2019). Efek Penggunaan Gadget Bagi Anak-anak.


Diambil 04 Mei 2020, dari h- daya-saing-pun-lemah

McCormack, Colin, 1998, Building a Web-Based Education System, Wiley


Computer Publishing, Canada.

Purbo, Onno W., 1996, Internet untuk Duma Pendidikan, Makalah, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

Suryadi, MT, 1997, TCP/IP dan Internet, Sebagai Jaringan Komunikasi


Global, Satu Referensi Internet, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Williams, Bard, 1999, The Internet/or Teachers, 3rd Edition, IDG Books
Worldwide, USA

30

Anda mungkin juga menyukai