Anda di halaman 1dari 10

Memahami Tentang Psikologi Transpersonal

Ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring berjalannya waktu, hal ini terjadi dalam semua bidang ilmu.
Demikian halnya dengan ilmu psikologi. Setelah mengenal beberapa mazhab seperti psikoanalisis,
bihavioristik dan humanistik, kini dunia psikologi memperkenalkan psikologi transpersonal. Dalam tulisan
ini akan dijelaskan secara singkat mengenai mazhab keempat dalam ilmu psikologi yaitu psikologi
transpersonal.

Psikologi Transpersonal dikembangkan pertama kali oleh para ahli yang sebelumnya mengkaji secara
mendalam bidang humanistik seperti Abraham Maslow, C.G. Jung, Victor Frankl, Antony Sutich, Charles
Tart dan lainnya. Dengan melihat dari para tokoh awalnya maka dapat diketahui bahwa psikologi
transpersonal merupakan turunan langsung dari psikologi humanistik. Yang membedakan antara
psikologi humanistik dan psikologi transpersonal adalah didalam psikologi transpersonal lebih menggali
kemampuan manusia dalam dunia spiritual, pengalaman puncak, dan mistisme yang dialami manusia.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa bidang spiritualitas dan kebatinan hanya didominasi oleh para
ahli-ahli agama dan juga praktisi mistisme, namun ternyata dalam perkembangannya, kesadaran akan
hal ini dapat diaplikasikan dan dibahas dalam ilmu pasti.

Secara garis besar seperti yang dikemukakan oleh Lajoie dan Shapiro dalam Journal of Transpersonal
Psychology didefinisikan psikologi transpersonal sebagai studi mengenai potensi tertinggi dari manusia
melalui pengenalan, pemahaman dan realisasi terhadap keesaan, spiritualitas dan kesadaran-
transendental. Psikologi transpersonal juga melepaskan diri dari keterikatan berbagai bentuk agama yang
ada. Namun walau demikian dalam penelitiannya psikologi transpersonal mengkaji pengalaman spiritual
yang dialami oleh para ahli spiritual yang berasal dari berbagai macam agama sebagai subjek
penelitiannya.

Psikologi transpersonal berpendapat bahwa potensi tertinggi dari individu terdapat dalam dunia spiritual
yang bersifat non-fisik, hal ini ditunjukkan dengan berbagai pengalaman seperti kemampuan melihat
masa depan, extrasensory perception (ESP), pengalaman mistik, pengembangan spiritualitas,
pengalaman puncak, meditasi dan berbagai macam kajian yang bersifat parapsikologi atau metafisik.
Dengan menyadari betul tentang keadaan manusia yang bukan hanya terletak pada dunia fisik semata
dan meyakini bahwa inti terpenting dari individu terletak pada dunia spiritual yang bersifat kasat mata dan
abstrak. dengan kata lain psikologi transpersonal memandang kita sebagai makhluk spiritual yang
memiliki pengalaman manusia dan bukanlah manusia yang memiliki pengalaman spriritual.

Dengan berbekal teori dan juga penelitian yang sesuai dengan sifat keobjektifan ilmu pengetahuan, maka
dalam perkembangan pengkajian terhadap berbagai macam hal-hal mistis dan kebatinan tidak lagi
menjadi suatu hal yang tabu untuk dibahas dan bahkan dipelajari, selama dalam penggunaannya
memberikan manfaat yang baik dan berguna bagi perkembangan kehidupan manusia. Dari hasil
penelitian Telah dibuktikan bahwa Individu cenderung untuk tidak membicarakan pengalaman puncak
mereka dengan orang lain. Alasan yang paling banyak adalah bahwa mereka merasa pengalaman itu
bersifat sangat personal, intim, dan tidak ingin mereka bagi; bahwa mereka tidak mempunyai kata-kata
yang memadai untuk menceritakannya; atau mereka ketakutan jika orang lain akan melecehkan
pengalaman itu atau menganggap mereka tidak waras atau sejenisnya.

Psikologi transpersonal mengkombinasikan ketiga mazhab psikologi yang telah ada sebelumnya dengan
cara mendialogkan semua teori dengan keadaan manusia sebagai makhluk spiritual. Meski selalu
mendapat tentangan keras dari mereka yang beraliran positivis dan juga materialis dilain sisi psikologi
transpersonal mendapatkan tempat yang baik dalam bidang akademik dengan dimulainya berbagai
macam penelitian yang bertujuan mengkaji dimensi spiritual manusia, dengan ini maka era milennium ini
yang disebut-sebut sebagai era aquarian benar-benar telah terwujud.

Konseling Berdasar Psikologi Transpersonal


1 Votes
Setelah memperkenalkan beberapa mazhab Psikologi, seperti: Psikoanalisis, Behavioristik, dan
Humanistik; kini dunia Psikologi memperkenalkan Psikologi Transpersonal. Psikologi Transpersonal
dikembangkan oleh para ahli yang sebelumnya mengkaji secara mendalam bidang humanistik, seperti:
Abraham Maslow, C.G. Jung, Victor Frankl, Antony Sutich, Charles Tart, dan lainnya.
Psikologi Transpersonal merupakan turunan langsung dari Psikologi Humanistik. Yang membedakan
antara Psikologi Humanistik dengan Psikologi Transpersonal adalah bahwa dalam Psikologi
transpersonal lebih menggali kemampuan manusia dalam dunia spiritual, pengalaman puncak, dan
mistisme yang dialami manusia.
Psikologi transpersonal berpendapat bahwa potensi tertinggi individu terdapat dalam dunia spiritual yang
bersifat non-fisik. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai pengalaman, seperti: kemampuan melihat masa
depan, extrasensory perception (ESP), pengalaman mistik, pengembangan spiritualitas, pengalaman
puncak, meditasi, dan berbagai macam kajian yang bersifat parapsikologi atau metafisik.
Dengan menyadari betul tentang keadaan manusia yang bukan hanya terletak pada dunia fisik semata
dan meyakini bahwa inti terpenting individu terletak pada dunia spiritual yang bersifat kasat mata dan
abstrak. Dengan kata lain, Psikologi Transpersonal memandang kita sebagai makhluk spiritual yang
memiliki pengalaman manusia, dan bukannya manusia yang memiliki pengalaman spiritual.
Psikologi Transpersonal berdiri pada pertemuan antara psikologi modern dan spiritualisme, budaya barat
dan timur, modern dan tradisional. Selain itu, Psikologi Transpersonal dianggap sebagai kekuatan
keempat(the fourth force) setelah Psikoanalisis, Behaviorisme dan Humanisme.
Manusia transpersonal adalah manusia yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. Untuk menjadi
manusia transpersonal dapat dilakukan dengan perubahan tingkat-tingkat kesadaran menuju kesadaran
yang lebih tinggi atau disebut dengan istilah superconsciusness. Kaitannya dengan Bimbingan dan
Konseling, hal ini sesuai dengan tujuan Bimbingan dan Konseling yang secara khusus terkait dengan
aspek pribadi, yaitu: memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, di sekolah, di tempat kerja,
maupun di masyarakat pada umumnya. Psikologi Transpersonal dapat memperkuat tercapainya tujuan
ini, karena berpendapat bahwa potensi tertinggi individu terdapat dalam dunia spiritual yang bersifat non
fisik.
Psikologi Transpersonal memiliki konsep dasar yang menyadari betul tentang keadaan manusia yang
bukan hanya terletak pada dunia fisik semata dan meyakini bahwa inti terpenting individu terletak pada
dunia spiritual yang bersifat kasat mata dan abstrak. Hal ini sangat mendukung penerapan misi
Bimbingan dan Konseling, yaitu menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa agar dapat
menjalani kehidupan sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis, serta memiliki
kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam: beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
pemahaman perkembangan diri kea rah dimensi spiritual, pengambilan keputusan berdasarkan IQ, SQ,
EQ, dan untuk mencapai aktualisasi diri secara optimal (Wilber Shambhala, 2003).
Konseling dalam Psikologi Transpersonal adalah bagaimana memberi bantuan agar klien bisa manyadari
kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran dan fisiknya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh dengan pertama
kali seorang klien mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam fisiknya secara sadar.

ALIRAN PSIKOLOGI TRANSPERSONAL


Pengertian
Secara harfiah, istilah transpersonal berasal dari kata trans yang artinya melewati, dan personal berarti
pribadi. Kepribadian dalam bahasa Inggrisnya adalah personality, sementara personality berasal dari kata
persona yang berarti topeng. Oleh karena itu, transpersonal berarti melewati atau melalui topeng, atau
dengan kata lain melewati tingkat personal. Jadi, secara harfiah transpersonal berarti diluar
pribadi/individu; oleh karena itu transpersonal berarti suatu dimensi yang berlangsung di luar pribadi dan
mengarah kepada kenyataan rohani.
Secara etimologis, transpersonal sendiri berakar dari kata trans danpersonal. Trans artinya di atas
(beyond, over) dan personal adalah diri. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa transpersonal membahas
atau mengkaji pengalaman di luar batas diri, seperti halnya pengalaman-pengalaman spiritual.
Di tahun 1992, setelah melakukan penelahaan terhadap kurang lebih 40 definisi,
maka Lajoe dan Saphiro (dua orang pionir utama Psikologi Transpersonal) merangkum dan
merumuskan pengertian Psikologi Transpersonal yang lebih sesuai untuk kondisi saat ini, yaitu sebagai
berikut:
Transpersonal Psychology is concerned with the study of humanitys highest potential, and with the
recognition, understanding, and realization of unitive, spiritual, and transcendent states of
consciousness. (Psikologi Transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi potensial tertinggi umat
manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang
mempersatukan, spiritual dan transenden).
Transformasi kesadaran merupakan tinjauan pokok Psikologi Transpersonal, yakni studi mengenai
pengalaman-pengalaman yang mendalam, perasaan keterhubungan dengan pusat kesadaran semesta,
dan penyatuan dengan alam. Ada kesepakatan umum dari para tokoh cabang psikologi ini, untuk tidak
mengidentikkan mazhab ini dengan keagamaan secara formal, Psikologi Transpersonal bukanlah
agaman, bukan ideologi, bukan juga metafisika dan bahkan bukan New Age(seperti: praktek
aura, crystal, aromatherapy, kajian UFO, dll) meskipun ada sedikit irisan dengannya.
Psikologi Transpersonal adalah suatu cabang psikologi yang memberi perhatian pada studi terhadap
keadaan dan proses pengalaman manusia yang lebih dalam dan luas, atau suatu sensasi yang lebih
besar dari koneksitas terhadap orang lain dan alam semesta atau merupakan dimensi spiritual. Secara
garis besar sebagaimana dikemukakan oleh Lajoe dan Shapiro dalam Journal of Transpersonal
Psychology, didefinisikan Psikologi Transpersonal sebagai studi mengenai potensi tertinggi manusia
melalui pengenalan, pemahaman dan realisasi terhadap keesaan, spiritualitas, dan kesadaran
transendental. Psikologi Transpersonal juga melepaskan diri dari keterikatan berbagai bentuk agama
yang ada. Namun, walaupun demikian dalam penelitiannya Psikologi Transpersonal mengkaji
pengalaman spiritual yang dialami oleh para ahli spiritual yang berasal dari berbagai macam agama
sebagai subyek penelitiannya (Daniel, 2005 dalam Hendro Prabowo, 2008).

Latar belakang Munculnya Aliran Ini


Berdasarkan fakta dari para tokoh awalnya, maka dapat diketahui bahwa Psikologi Transpersonal
merupakan turunan langsung dari Psikologi Humanistik. Beberapa kalangan berpendapat bahwa bidang
spiritual dan kebatinan hanya didominasi oleh para ahli agama dan juga praktisi mistisme, namun
ternyata dalam perkembangannya, kesadaran akan hal ini dapat diaplikasikan dalam ilmu pasti.
Abraham Maslow membagi aliran psikologi yang juga menggambarkan babakan sejarah kehadirannya,
ke dalam empat aliran besar, yakni: (1) Psikoanalisis, (2) Psikologi Behavioristik, (3) Psikologi Humanistik,
(4) Psikologi Transpersonal. Meskipun sains empiris menjadi basis bagi psikologi modern, tetapi pada
kenyataannya perkembangan psikologi tidak dikendalikan oleh kaidah-kaidah saintifik. Perkembangan
psikologi lebih lanjut terutama pada abad ke-20, kembali diwarnai oleh pemikiran filosofis
yakni eksistensialisme dan fenomenologi. Bahkan beberapa tahun sesudahnya, psikologi mulai
mendapatkan pengaruh dari kebangkitan spiritualisme gaya baru. Inilah awal mula hadirnya Psikologi
aliran keempat ini yaitu Psikologi Transpersonal.
Secara umum, kehadiran Psikologi dipicu oleh pertanyaan mengenai kesadaran atau pikiran manusia.
Ada dua pandangan terhadap permasalahan ini. Pertama, Psikologi Faculty yang beranggapan bahwa
manusia memiliki mental bawaan, menurut teori ini, pikiran memiliki beberapa faculty atau badan mental
yang independen. Mazhab Behaviorisme termasuk dalam kelompok ini.
Kelompok kedua, bernaung dalam Psikologi Asosiasi yang justru memiliki anggapan yang berlawanan.
Mereka menyangkal adanyafaculty bawaan, dan sebagai gantinya mereka menawarkan konsep asosiasi
ide, yaitu ide yang masuk melalui alat indera dan kemudain oleh pikiran diasosiasikan melalui prinsip-
prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras dan kedekatan.
Mazhab Behavioristik, Psikoanalisis, dan Humanistik semenjak Wilhelm Wundt menetapkan Psikologi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, beragam reaksi sekaligus pengayaan terhadap ilmu ini mulai
bermunculan. Secara hampir bersamaan, di Amerika Serikat berdiri aliran Psikologi Behaviorisme. Di
Jerman muncul aliran Psikologi Gestalt, dan di Wina berdiri Psikoanalisis dengan tokohnya Freud. Apa
yang menjadi pemicu timbulnya aliran-aliran Psikologi tersebut, setidaknya memperlihatkan kondisi
masyarakat saat ini.

Sejarah Munculnya Aliran Psikologi Transpersonal


Di penghujung tahun 1960-an dan permulaan tahun 1970-an, pintu-pintu gerbang antara Barat dan Timur
mulai terbuka lebar. Beragam tradisi dan budaya Timur yang eksotis mulai mendapat perhatian orang-
orang Barat, yang sedang mengalami kejenuhan dan rasa frustasi yang mendalam. Krisis kemanusiaan
yang melanda dunia Barat ini, kemudian dicari akar masalahnya, dan sebagian menuduh arah atau
orientasi peradaban yang terlampau materialis lah yang menjadi penyebabnya. Alih-alih menggali akar
tradisi spiritualnya sendiri, yakni tradisi Judeo Kristiani, mereka malah ramai-ramai menoleh ke belahan
Timur, terutama negeri India demi memuaskan dahaga spiritualnya.
Agama dan filasafat India memang menawarkan kekayaan yang luar biasa. Di India, yang kaya tradisi
filasafatnya telah melahirkan spektrum aliran filsafat, mulai dari materialisme ekstrim (seperti; ajaran Rsi
Ajagara) sampai dengan idealisme ekstrim; dari modernisme absolut; kemudian dualisme; hingga
pluralisme. Tradisi filsafat India ini menawarkan beragam pendekatan yang canggih terhadap struktur
kedirian manusia, meskipun kadang tampak saling bertentangan antara satu suku dengan suku yang
lainnya.
Tradisi-tradisi Timur ini, mulai dari tradisi Vedanta, Yoga, Buddhisme, dan Taoisme lebih menyerupai
Psikoterapi daripada suatu Agama atau Filsafat. Ini dikarenakan penekanan yang kental terhadap
pengaturan aspek-aspek fisik dan psikis dari tradisi Timur dalam transformasi kesadaran manusia.
Kebangkitan spiritualisme baru atau New Age di Barat, tidak hanya mengantarkan orang-orangnya pada
tradisi Timur yang eksotis, tetapi juga tradisi kesukuan lainnya atau tribalisme (semacam tradisi Amerika
asli-Indian). Orang-orang Barat teutama generasi mudanya mulai melakukan gerakan kontra kultural,
yang melahirkan Flower Generation. Mereka hidup dan berperilaku seperti suku-suku primitif, kadang
dengan sengaja berkelompok pergi ke daerah-daerah pinggiran dan hutan dengan pakaian seadanya dan
nyaris telanjang. Imbas dari gerakan ini juga mengantarkan banyak generasi muda Amerika kepda
pengalaman-pengalaman trance, melalui tarian dan nyanyian serta obat-obatan psikodelik (semacam
morfin, LSD, mariyuana, dan ganja). Di bawah ini adalah sekelumit kisah bagaimana terjadinya sebuah
perubahan kesadaran akibat dari obat-obatan tersebut, yakni sebagi berikut:
Selama beberapa bulan setelah aku menggunakan LSD untuk pertama kalinya, aku yakin telah
menemukan rahasia alam semesta. Aku juga reinkarnasi dan sekaligus Buddha dan kristus. Kitab suciku
setebal 47 halaman, halaman diskusiku dengan arwah-arwah orang suci; kuharapkan bisa
mempersatukan bangsa-bangsa seluruh dunia dalam membangun masyarakat baru.
Cerita tadi adalah pengalaman David Lukoff, tatkala dirinya bersentuhan dengan kesadaran di luar
kebiasaan, saat mengalamitrance akibat pengaruh LSD. Di bersama Francis Lu dan Robert Tuner,
kemudian mempelopori sebuah gerakan baru dalam bidang Psikiatri yang melihat psikosis tidak hanya
dari perspektif biomedik semata. Mereka berusaha memahami jiwa manusia dengan membuka diri pada
pengalaman spiritual.
Pengalaman spiritual yang dalam Psikoanalisis dianggap sebagai pengalaman kecil yang traumatis,
terutama akibat dari pengaruh ibu yang menderita kecemasan. Orang dikatakan gila karena penekanan
pengalaman tersebut dalam alam tak sadarnya. Sehingga beberapa pelopor gerakan New Age menolak
Psikoanalisis dan pendekatan lain yang memandang rendah dan negatif pengalaman-pengalaman
spiritual, sebagai akibat dari perubahan kondisi kesadaran (altered states of consciousness). Mereka
mendesak diakuinya angkatan dalam Psikologi, yaitu Psikologi Transpersonal.
Istilah Transpersonal sendiri pertama kalinya dipakai oleh Carl Gustav Jung, yang dalam bahasa Jerman-
nya uberpersonlich (transpersonal), yang artinya kurang lebih sama dengan ketidaksadaran
kolektif(collective unconscious); yang dimiliki oleh semua orang dari berbagai ras yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Dalam ketidaksadaran kolektif terdapat ribuan arketif, seperti ide tentang Tuhan,
anima, animus, arketif diri, dll; yang beberapa diantaranya berkaitan dengan pengalaman-pengalaman
spiritual.
Psikologi Transpersonal sebagai kekuatan atau mazhab keempat dalam bidang Psikologi itu
dideklarasikan oleh Abraham Maslow. Di tahun 1968, Maslow mengatakan: Saya melihat Psikologi
Humanistik sebagai angkatan ketiga sedang mengalami transisi, sedang mengalami persiapan menuju
psikologi angkatan keempat yang lebih tinggi, transpersonal, transhuman, yang lebih berpusat kepada
kosmos daripada terhadap kebutuhan manusia; melewati kemanusiaan, identitas, aktualisasi diri, dan
semacamnya.
Maslow menemukan bahwa aktualisasi diri pada beberapa orang memiliki frekuensi puncak atau
transenden, dan pada beberapa orang lagi tidak. Ini menegaskan adanya suatu perbedaan antara
aktualisasi diri dan transendensi diri. Inilah alasan mengapa ada suatu pergerakan dari Psikologi
Humanistik ke Psikologi Transpersonal. Ada dua buku Maslow yang membahas masalah ini,
yakni Toward a Psychology of Being (1968) dan The Farther Reaches of Human Nature (1971).
Gagasan dasar dari Psikologi Transpersonal adalah dengan mencoba melihat manusia selaras
pandangan religious, yakni sebagai makhluk yang memiliki potensi spiritual. Jika Psikoanalisis melihat
manusia sebagai sosok negatif yang dijejali oleh pengalaman traumatis masa kecil, Behaviorisme melihat
manusia layaknya binatang dan Humanistik berpijak atas pandangan manusia yang sehat secara mental;
maka Psikologi Transpersonal melihat semua manusia memiliki aspek dukun dan shaman masa lalu. Ini
adalah kelompok pertama.

Hypnotherapy
Sebuah cara pengobatan yang menjangkau pikiran bawah sadar yang merupakan sumber "program
kecemasan" tersimpan. Hypnotherapy bisa membenarkan program pikiran yang salah tersebut.
Cara Kerja Hypnotherapy
Kita bisa mengucapkan suatu afirmasi atau sugesti kepada seseorang dalam kondisi sadar tanpa hasil
apapun, tetapi apabila kita mengucapkan sugesti yang sama dalam kondisi hypnosis, maka hasilnya
sangat luar biasa.

Pikiran sadar / conscious mind adalah proses mental yang Anda sadari dan bisa Anda
kendalikan. Pikiran bawah sadar / subconscious mind adalah proses mental yang berfungsi secara
otomatis sehingga Anda tidak menyadarinya.Besarnya pengaruh pikiran sadar terhadap seluruh aspek
kehidupan seseorang, misalnya sikap, kepribadian, perilaku, kebiasaan, cara pikir, dan kondisi mental
seseorang hanya 12%. Sedangkan besarnya pengaruh pikiran bawah sadar adalah 88%. Untuk
mudahnya kita bulatkan menjadi 10% dan 90%. Dari sini dapat kita ketahui bahwa pikiran bawah sadar
mengendalikan diri kita 9 kali lebih kuat dibandingkan pikiran sadar.Pikiran sadar mempunyai fungsi
mengidentifikasi informasi yang masuk, membandingkan dengan data yang sudah ada dalam memori
kita, menganalisa data yang baru masuk tersebut dan memutuskan data baru akan disimpan, dibuang
atau diabaikan sementara.Sementara itu pikiran bawah sadar yang kapasitasnya jauh lebih besar dari
pikiran sadar mempunyai fungsi yang jauh lebih komplek. Semua fungsi organ tubuh kita diatur cara
kerjanya dari pikiran bawah sadar. Selain itu nilai-nilai yang kita pegang, sistem kepercayaan dan
keyakinan terhadap segala sesuatu juga disimpan di sini. Memori jangka panjang kita juga terdapat
dalam pikiran bawah sadar.Garis putus-putus (pada gambar di atas) meng-ilustrasi-kan Critical
Factor. Critical Factor adalah bagian dari pikiran yang selalu menganalisis segala informasi yang
masuk dan menentukan tindakan rasional seseorang. Critical Factor ini melindungi pikiran bawah
sadar dari ide, informasi, sugesti atau bentuk pikiran lain yang bisa mengubah program pikiran yang
sudah tertanam di bawah sadar.Ketika kita dalam kondisi sadar seperti sekarang ini, Critical Factor akan
menghalangi afirmasi atau sugesti yang ingin kita tanamkan ke pikiran bawah sadar. Sugesti yang
diucapkan dalam kondisi sadar terhalang oleh Critical Factor, sehingga efeknya sangat kecil atau bahkan
tidak ada sama sekali.Saat hypnotist melakukan hypnosis, yang terjadi adalah hypnotist mem-by-pass
Critical Factor subjek (orang yang dihipnotis) dan langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar
subjek. By-pass di sini jangan disalah artikan sebagai suatu bentuk manipulasi. Menembus Critical Factor
ini dilakukan dengan suatu teknik yang dinamakan "induksi".

Induksi bisa dilakukan dengan cara membuat pikiran sadar subjek dibuat sibuk, lengah, bosan, bingung
(tidak memahami) atau lelah sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar, yaitu Critical Factor
terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Karena Critical Factor terbuka atau pengawasannya
lemah maka sugesti akan langsung menjangkau pikiran bawah sadar.Critical Factor menjadi tidak aktif
ketika seseorang dalam kondisi trance hypnosis. Maka dari itu, semua sugesti - selama tidak
bertentangan dengan sistem kepercayaan dan nilai-nilai dasar yang dianut seseorang - akan diterima
oleh pikiran bawah sadar sebagai kebenaran, kemudian disimpan sebagai program pikiran. Program
pikiran yang sudah ditanamkan melalui sugesti dalam kondisi hypnosis, akan menjadi pemicu perubahan
yang seketika dan permanen.

Lima Tips untuk Menghilangkan Gangguan Kecemasan


Ada berbagai jenis gangguan kecemasan, tetapi karakteristik utama yang mendasarinya adalah karena
pemikiran yang tidak rasional, khawatir dan ketakutan berlebihan. Serangan kegelisahan dan kepanikan
terjadi secara acak dan sering timbul bagi mereka yang menderita atau mempunyai masalah gangguan
kecemasan. Ketika gangguan kecemasan terjadi, maka menyebabkan sakit kepala, mual, tremor dan
ketakutan irasional dan gugup.
Ada pemicu yang berbeda untuk berbagai jenis gangguan kecemasan, tapi di sini ada 5 tips untuk
membantu Anda mengatasi serangan kegelisahan dan kepanikan yang akan terjadi.
Belajarlah untuk Santai. Teknik relaksasi dapat membantu Anda untuk mengurangi efek dari
gejala serangan kegelisahan dan kepanikan, seperti sakit kepala dan berkeringat. Dengan berkonsentrasi
pada diri sendiri dan menghalangi semua emosi negatif dan lingkungan di sekitar Anda, Anda dapat
merilekskan tubuh dan bernapas. Hal ini akan mengurangi intensitas gejala, tetapi tidak boleh digunakan
sebagai alternatif dari perawatan medis yang tepat.Mendekatkan diri kepada Allah juga sangat membantu
Anda untuk bersantai, biasakan untuk melakukannya di pagi hari atau di malam hari. Ini akan membantu
Anda belajar untuk menenangkan tubuh dan pikiran. Juga, sisihkan waktu untuk diri sendiri untuk
beristirahat dan bersantai setiap hari, dan ini akan mengurangi stres dan ketegangan dari pekerjaan atau
kehidupan.

Carilah Perawatan Tepat. Ada berbagai perawatan yang tersedia untuk gangguan kecemasan,
dan sangat penting untuk memilih perawatan yang benar dan efektif dengan melakukan perawatan yang
berbeda untuk jenis yang berbeda. Obat dapat membatasi gejala-gejala, tetapi bukan obat cepat yang
memiliki banyak efek samping yang sering lebih parah. Terapi kognitif dan perilaku lebih cocok karena
membantu Anda mentoleransi dengan penyebab serangan kecemasan, dan akan membantu Anda untuk
mengatasi gangguan Anda.

Ubah Gaya Hidup Anda . Ambil latihan setidaknya dua kali seminggu, untuk membantu Anda
mendapatkan tubuh bugar kembali. Ada banyak bentuk latihan, dan sebagai saran mungkin termasuk
jalan cepat atau berenang. Diet Anda juga memainkan bagian besar, dan Anda harus mencoba untuk
menjaga diet seimbang. Kurangi makanan olahan dan makanan ringan tinggi gula. Zat-zat seperti
alkohol, rokok dan kafein juga sangat tidak disarankan karena mereka bertindak sebagai stimulan atau
depresan, dan dapat memicu serangan kegelisahan Anda. Jika Anda merasa bahwa pekerjaan Anda
terlalu stres, coba ubah ke salah satu yang lebih santai sebagai gantinya. Ingat, kesehatan Anda adalah
kekayaan.
Mencari Dukungan. Memendam emosi adalah tidak sehat, dari itu dianjurkan bahwa Anda
berbagi emosi dan pengalaman Anda dengan teman dan keluarga. Berbagi dengan mereka tentang
masalah Anda, dan menceritakan bagaimana Anda akan mencoba mengatasi dan memulihkan masalah
yang sedang Anda hadapi. Mereka mungkin memiliki saran yang berharga, setidaknya, mereka dapat
membantu untuk mendukung Anda secara emosional. Dukungan kelompok dan konseling profesional
juga menjadi alternatif. Berbicara tentang kecemasan Anda juga akan membantu Anda untuk menerima
keadaan, dan memahami dengan lebih baik penyebab serangan kecemasan Anda.
Self Monitoring. Luangkan waktu untuk bersantai dan bersantai, dan pastikan tubuh dan pikiran
Anda tenang. Buatlah daftar penyebab serangan kegelisahan/kepanikan Anda, dan mencoba untuk
mengidentifikasi apa yang memicunya. Setelah Anda melakukan itu, Anda dapat mencari solusi yang
tepat, apakah itu menghadapi masalah atau cukup menghindari.

http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/05/penanganan-dan-terapi-untuk-gangguan.html

GangguanKecemasan(AnxietyDisorders)

Gangguan Kecemasan (AnxietyDisorders)

Kecemasan berhubungan dengan sesuatu yang mengancam ataupun dirasa mengancam. Kecemasan
terkadang tidak jelas objeknya, mengapa seseorang bisa menjadi cemas. Seseorang sering cemas
terhadap sesuatu, dapat mengembangkan kepribadian yang pencemas (apapun akan disikapi dengan
kecemasan) sehingga akan menimbulkan gangguan.

Kecemasan secara umum jika seseorang merasa khawatir karena menghadapi situasi yang tidak bisa
memberikan jawaban yang jelas, tidak bisa mengharapkan suatu pertolongan, dan tidak ada harapan
yang jelas akan mendapatkan hasil (Sumadinata, 2004).

Definisi Kecemasan

Kecemasan sebagai keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan
tegang yang tidak menyenangkan dan keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan
segera terjadi (Nevid, dkk. 2003)

Kecemasan adalah suatu keadaan yang memotivasi individu untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah
untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal dari ego yang akan terus meningkat jika
tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan
kecemasan melalui cara-cara rasional dan cara-cara langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara
yang tidak realistik, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego atau defence mechanism
(Freud & Corey, 2005)

Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang disertai dengan menigkatnya
ketegangan fisiologis. Suatu dorongan yang menjadi perantara antara suatu situasi yang mengancam
dan perilaku menghidar. Kecemasan dapat diukur dengan self report, dengan mengukur ketegangan
fisiologis, dan dengan perilaku yang tampak (davison, dkk. 2006).

Ciri-ciri Kecemasan

Fisik : Gelisah, gugup. Tangan dan angoota badan yang lain bergetar, banyak berkeringat, mulut atau
kerongkongn terasa kering, sulit bicara, sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, pusing, merasa
lemas, mati rasa, sering buang air kecil.

Kognitif : Khaawatir tentang sesuatu, perasaan tegang, keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan
segera terjadi tanpa alasan yang jelas, takut kehilangan kontrol, takut akan tidak mampu mengatasi
masalah, dll.

Perilaku : Menghidar, lekat dan dependen, terguncang, sensitif, mudah marah (Nevid, 2003)

Manifestasi Kecemasan
Kognitif (dalam pikiran individu)
Motorik ( dalam tingkah laku)
Somatik (dalam reaksi, baik fisik maupun biologis)
Afektif ( dalam emosi individu)

Jenis-jenis Kecemasan Menurut Sigmund Freud

1 Kecemasan Realistik

2 Kecemasan Moral

3 Kecemasan Neurotik

1. Kecemasan Realistik. Secara normal, kecemasan realistik sering dialami dalam kehidupan
sehari-hari. Sering juga kecemasan realistik disebut degan ketakutan. Sumber dari kecemasan
realistik sangat jelas karena memang membahayakan secara fisik. Misalkan dalam kondisi
perang, terancam dengan binatang buas, dll.
2. Kecemasan Moral. Kecemasan moral tidak dirasakan dari dunia luar atau dari fisik. Tetapi
dari dunia sosial individu. Super ego yang sudah terintregasi dalam inidividu. Kecemasan
moral ini diantara lain adalah misalkan rasa malu, rasa bersalah, atau rasa takut mendapat
teguran maupun hukuman, dll.
3. Kecemasan Neurotik. Kecamasan neurotik ini menimbulkan perasaan takut yang muncul
akibat rangsangan-rangsangan dari id. Induvidu akan menjadi gugup, tidak mampu
mengandalikan diri, perilaku, akal, bahkan pikiran. Kecemasan neurotik merurpakan sumber
terbanyak yang membuat individu terganggu secara psikologis
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/05/gangguan-kecemasan-anxiety-disorders.html

Obsesi merupakan pikiran yang berkali-kali mengganggu dan tampak rasional dan tidak dapat dikontrol,
sehingga mengganggu hidup.
Obsesi dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrem, penangguhan dan tidak fapat mengambil
keputusan.
Biasanya penderita tidak dapat mengambil kesimpulan dari suatu hal.

Kompulsi merupakan impuls yang tidak dapat ditolak, mengulangi tingkah laku ritualistik berkali-kali.
Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan.

Penderita obsesif-kompulsif sering merasa apa yang dilakukannya adalah hal yang asing.

Ada 5 jenis obsesi :


1. Kebimbangan yang obsesif. Merupakan pikiran bahwa suatu tugas yang telah selasai tidak
dilakukan secara baik (75% dari penderita)
2. Pikiran yang obsesif pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada kejadian
yang akan datang (34% dari penderita)
3. Impuls yang obsesif. Dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17% dari penderita)
4. Ketakutan yang obsesif. Kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang
memalukan (26% dari penderita)
5. Bayangan obsesif. Bayangan terus meerus mengenai sesuatu yang dilihat (7% dari penderita)

Ada 2 jenis kompulsi :


1. Dorongan kompusif yang memaksa suatu perbuatan. Misalnya melihat pintu berkali-kali (61%
dari penderita)
2. Kompulsi mengontrol. Mengontrol dorongan kompulsi(tidak menuruti dorongan tersebut).
Mengontrol dorongan inses dengan berkali-kali menghitung hingga hitungan tertentu.

Menurut Rochman dan hodgson ada dua jenis kompulsi yaitu membersihkan dan mengecek.

Penyebab Obsesi-kompulsif
Psikoanalaitik : fiksasi masa anal.
Adler : anak terhalang mengembangkan kompetensinya sehingga si anak menjadi rendah diri. Sehingga
secara tidak sadar mengembangkan ritual yang kompulsif untuk membuat daerah yang dapat dikontrol
dan merasa mampu untuk membuat orang tersebut menguasai cara menguasai sesuatu.
Teori belajar : konsisioning operan. Tingkah laku yang dipelajari yang dikuatkan akibat-akibatnya.

Terapi untuk penderita obsesif kompusif


Terapi sama dengan penderita fobia dan GAD, menggunakan psikoanalisis.
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/05/gangguan-kecemasan-obsesif-kompulsif.html

Meditasi (Part 1) Kesadaran dalam Pencapaian Kebahagiaan


Sebagai manusia kita menderita karena tidak mendapatkan apa yang kita inginkan dan tidak bisa
mempertahankan apa yang sudah kita miliki Kalu Rinpoche

Saya tidak bahagia. Mungkin pernyataan tersebut yang membawa saya mengikuti pelatihan meditasi
selama 7 hari di Vihara Mendut. Berangkat seorang diri dari Jakarta dengan segudang harapan untuk
menemukan kunci jawaban atas pertanyaan yang bergelut di pikiran saya. Apa tujuan hidup saya?
Apakah yang bisa saya lakukan dengan emosi negatif yang menganggu dan terus muncul? Amarah dan
rasa takut yang tidak bisa saya jelaskan.
Sebelum membahas lebih dalam, meditasi adalah salah satu cara untuk menggali faktor positif dalam diri
seseorang. Dalam pencapaian kebahagiaan, meditasi bisa digunakan sebagai alat untuk menyadari
dinamika emosi dan pikiran yang dialami manusia.
Ketika saya pertama bermeditasi, saya dibimbing oleh Pak Hudoyo. Instruksinya sangat sederhana: amati
pikiran Anda, sadari ke enam indera penciuman, penglihatan, peraba, pengecap, pendengaran, dan
batin. Ia juga menekankan bahwa selama meditasi jangan mengharapkan apapun, jangan mengharap
menemukan jawaban, jangan mengharap memperoleh pencerahan, amati saja semua pikiran yang
muncul di dalam batin. Kala itu, saya sudah menyiapkan cangkir kosong saya untuk diisi air, saya
tinggalkan semua harapan dan pencarian. Saya biarkan Pak Hudoyo mengisi cangkir saya dengan
pengalaman baru.

Hari pertama biasanya adalah hari terberat, begitu juga dengan apa yang saya alami. Kami diharapkan
untuk tidak berkomunikasi sama sekali, menganggap diri berada sendirian di hutan belantara, handphone
pun harus dititipkan. Sehingga yang saya miliki hanyalah diri saya terisolasi dari dunia. Ternyata ketika
kita tidak bicara dan berdiam diri, suara dalam pikiran sangat terdengar jelas. Bahkan ketika saya berpikir
kalau saya tidak mau berpikir, pikiran mengalir terus menerus tanpa henti! Pikiran seakan berkudeta,
mengambil alih diri saya. Saya tidak bisa mengendalikan pikiran saya sendiri!
Saya teringat kutipan Masaru Emoto WE ARE WHAT WE FEEL AND THINK. Bayangkan hampir seluruh
kehidupan, kita tidak menyadari bahwa kita terus menerus berpikir tanpa henti! Untung-untung kalau
pikiran berbicara hal positif, bagaimana jika pikiran terus menerus mensugesti diri dengan hal-hal
negatif? We become what we think.
Setelah hari pertama, saya berhasil menyadari pikiran saya yang terus mengalir. Maka pada hari kedua
muncul emosi-emosi dari kenangan masa lalu, baik emosi positif maupun negatif. Bercerita sedikit
tentang tujuan saya ikut berlatih meditasi, salah satunya, adalah agar saya bisa mengendalikan emosi
saya dengan lebih baik. Hal-hal kecil dapat membuat saya meledak. Sehingga tanpa saya sadari saya
menumpuk amarah dan benci. Kembali kepada meditasi, saya menyadari bahwa saya menolak emosi-
emosi negatif dan mencoba mempertahankan emosi positif. Kenangan bersama dengan mantan kekasih
yang membuat saya bahagia, terus mengembara di pikiran. Padahal saya sudah putus dari dia sejak
setahun yang lalu! Pikiran saya mencoba mempertahankan kenangan tersebut, padahal saya menderita
karena kenangan manis itu sudah berlalu dan tidak akan terulang lagi. Begitu juga dengan emosi negatif
yang muncul, yaitu perasaan bersalah ketika salah satu binatang peliharaan saya wafat akibat
kecerobohan saya sendiri. Pada saat itu, saya mati-matian menolak emosi negatif tersebut dengan
menghibur diri saya, dengan pembenaran-pembenaran diri. Mekanisme pertahanan yang sangat jelas
mengindikasikan bahwa saya mencoba melarikan diri dari kenyataan. Dalam menyikapi emosi yang
muncul, pembimbing meditasi hanya menasehati amati saja emosi dan kenangan, sadari tanpa berusaha
untuk mempertahankan ataupun menolak.
Ajaran Budha mengajarkan bahwa tidak ada yang kekal. Setiap kesenangan terhadap segala sesuatu
tidak akan bertahan lama. Mungkin kita akan berapi-api ketika mendapatkan promosi jabatan tapi
kesenangan itu pun tidak berlangsung lama. Begitu juga dengan kesedihan, kita tidak selamanya
menangisi kegagalan, tidak lama kita akan segera pulih. Itu adalah bagian dari ketidak kekalan, seperti
juga pikiran yang terus menerus mengalir. Emosi pun terus mengalir, muncul dan menghilang.
Lalu bagaimana mekanisme menyadari dan mengamati pikiran menjadi sebuah cara menuju manajemen
emosi? Pak Hudoyo memberikan ilustrasi yang indah: Dengan mengamati pikiran, kita menyadari
berbagai macam pikiran dan emosi. Kita bisa menyadari emosi, katakanlah, marah sebelum marah itu
menjadi besar. Sama seperti api tidak lah serta merta langsung besar, api disulut oleh api yang kecil.
Nah, dengan menyadari marah sebelum membesar, amarah akan lebih mudah untuk diredakan.
Bagaimana dengan emosi-emosi masa lalu yang selalu datang dan mengganggu? Emosi itu sudah
terlanjur membesar bukan? Pak Hudoyo juga memberikan tips untuk menangani emosi masa lampau:
Silahkan amati dan sadari jika emosi masa lampau itu muncul, tanpa berusaha untuk menolak. Sadari
saja dan amati perasaan yang silih berganti muncul bersamaan dengan ingatan. Lama kelamaan seperti
foto yang pudar, ingatan masih tetap ada, namun emosi yang mengganggunya hilang.
Terus terang sampai saya menulis artikel ini sekarang, saya belum sepenuhnya merasakan hilangnya
emosi masa lalu yang telah hinggap cukup lama di batin ini. Tapi saya bisa merasakan memudarnya
emosi, walaupun belum sepenuhnya hilang. Yah, bisa dimaklumi karena ini adalah pertama kalinya saya
berlatih meditasi. Dalam bukunya yang berjudul Joyful Wisdom: Embracing Change and Finding
Freedom, Yongey Mingyur Rinpoche mengatakan agar kita menjadikan masalah sebagai penangkal.
Dengan kata lain, emosi negatif bukanlah sesuatu yang harus ditakuti dan dihindari, namun justru dengan
berjalan bersamanya kita bisa menemukan kelegaan.
Saya jadi ingat salah satu kasus hysteria yang dialami pasien Freud bernama Anna O. Anna O ketika itu
menolak untuk minum, entah apa yang menyebabkan dia seperti itu. Pada sesi hypnosis diketahui bahwa
pada suatu hari Anna merasa jijik melihat seekor anjing minum, setelah Anna berhasil me-recall
ingatannya itu, ia dapat minum secara normal. Sama seperti Anna O, kadang-kadang kita juga
memendam emosi di dalam ketidaksadaran kita. Bahkan kita mencoba menghindar, melarikan diri,
ataupun sekedar melakukan pembenaran diri atas kejadian tertentu. Efek dari melarikan diri itu ternyata
terus terbawa walaupun mungkin tidak lagi teringat di kesadaran. Ajaran meditasi memberikan solusi
alternatif, jauh sebelum Freud, untuk mengamati pikiran. Yakni, untuk jujur dan menghadapi emosi serta
pikiran yang mengganggu secara langsung.
Singkat cerita, selama 7 hari saya rasakan latihan meditasi memberikan saya bekal untuk self-help di
dunia nyata, ketika saya dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang membuat saya tidak
bahagia dikarenakan pikiran yang mengembara.
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/03/meditasi-part-1-kesadaran-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai