Anda di halaman 1dari 17

KOGNISI DAN EMOSI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kognitif

Dosen Pengampu : Hanizar Fitriani, S.Psi, M.Psi

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Samuel Deopin Saragih 208600036


Nur Apriliani 208600111
Irvan Veryantho S 208600167

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KOGNISI
DAN EMOSI” tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hanisar Fitriani, S.Psi, M.Psi, selaku
dosen Matakuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
olehnya itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
penyusunan makalah selanjutanya. Besar harapan kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Medan, Mei 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................2


DAFTAR ISI ..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................4
A. Latar Belakang ..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan Masalah ................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................5
A. Pengertian Kognisi ...........................................................................................5
B. Teori Psikologi Kognisi ....................................................................................5
C. Gejala-gejala dari pengenalan (Kognisi) ..........................................................6
D. Pengertian Emosi ..............................................................................................7
E. Macam-Macam Emosi......................................................................................8
F. Teori-Teori Tentang Proses Terbentuknya Emosi ...........................................9
G. Hubungan Antara Emosi dengan kognisi .......................................................12
H. Dampak dari kognisi pada emosi ...................................................................15
BAB III PENUTUP .................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam gejala kognisi proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan
memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,
menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan
sebagai kecerdasan atau inteligensi.
Kepercayaan / pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi
sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu.
mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu yang berupa
perasaan – perasaan tertentu yang dialami saat menghadapi situasi tertentu. Interaksi antara
kognisi, emosi, dan tindakan mencerminkan satu hubungan sebab akibat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kognisi?
2. Apa saja gejala dari pengenalan kognisi?
3. Apa itu emosi?
4. Apa saja macam-macam emosi?
5. Apa saja macam teori emosi?

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui teori dan konsep dari kognisi dan emosi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kognisi
Pengertian Kognisi Secara Etimologi
Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi
dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan
Pengertian Kognisi Secara Terminologi
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses
berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Jadi gejala kognisi adalah gejala bagaimana cara
manusia memberi arti pada rangsangan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) kognisi memiliki pengertian (1)
kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau
usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, (2) proses, pengenalan, dan penafsiran
lingkungan oleh seseorang, (3) hasil pemerolehan pengetahuan
Menurut Neisser, (1967) kognisi adalah keseluruhan proses dimana input sensorik
diubah, dikurangi, dimaknai, diambil kembali dan digunakan.
Menurut Chaplin (2002, dalam Desmita 2008) kognisi adalah konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya mengamati, melihat,
memperhatikan, memberikan, menyangga, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan
menilai.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kognisi merupakan usaha
untuk memperoleh sesuatu dengan cara mengamati dan kemudian menafsirkannya dengan
menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

B. Teori Psikologi Kognisi


Menurut para ahli, teori psikologi kognisi dapat dikatakan berawal dari pandangan
psikologi Gestalt di Jerman. Mereka berpendapat bahwa dalam meresepsi lingkungannya,
manusia tidak sekedar mengendalikan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya,
tetapi masukan dari penginderaan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk
diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.
Pandangan teori kognisi menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain
adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran
(kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya
termasuk kedalam kognisi manusia.
C. Gejala-gejala dari pengenalan (Kognisi)
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan
tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara
langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan
anak untuk mengingat angka dari 1-10, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki,
kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi. Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang
proses berpikir manusia.
Gejala-gejala kognisi meliputi :
1. Pengamatan
Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu
proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan
dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk
melanjutkan suatu penelitian.
Proses-proses pengamatan adalah sebagai berikut:
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Rabaan
d. Pembauan(penciuman)
e. Pengecapan
Agar orientasi pengamatan dapat berhasil dengan baik, diperlukan aspek
pengaturan terhadap objek yang diamati, yaitu:
a. Aspek ruang
b. Aspek waktu
c. Aspek gestal
d. Aspek arti
2. Tanggapan
Yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan
pengamatan.
Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan
b. Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan
c. Tanggapan masa kini atau tanggapan representative (mengimajinasikan)
Perbedaan Pengamatan dan Tanggapan
a. Pengamatan terikat pada tampat dan waktu, sedangkan pada tanggapan tidak
terikat pada waktu dan tempat.
b. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek tanggapan
tidak mendetail dan kabur.
c. Pengamatan memerlukan stimulis, sedangkan tanggapan tidak perlu.
d. Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan tanggapan bersifat imajenir.
3. Ingatan
Ingatan adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan pengalaman
masa lalunya dan menggunakannya sebagai sumber informasi saat ini. Proses dari
mengingat adalah menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan memanggil
kembali informasi tersebut.
Pada dasarnya ingatan dapat dibagi dua kategori yaitu:
a. Ingatan eksplisit
Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan
ingatan otobiografi.
b. Ingatan implisit
Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan
prosedural, pengkondisian rangsang - respon.
4. Fantasi
Fantasi dapat dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk
berorientasi dalam alam imajinasi melampaui dunia riil. Ada beberapa macam sifat
fantasi yaitu, Fantasi bersifat mengabstraksikan, kalau dalam berfantasi itu ada bagian-
bagian yang dihilangkan. Fantasi bersifat mendeterminasikan kalau dalam berfantasi itu
sudah ada semacam skema tertentu, lalu diisi dengan gambaran lain. Fantasi bersifat
mengkombinasikan kalau menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu dengan
yang lainnya.
5. Berfikir
Berfikir merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan dengan proses atau
jalannya. Proses jalannya berfikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu:
a. Pembentukan pengertian.
b. Pembentukan pendapat
c. Penarikan kesimpulan
d. Psikologi Fikir
6. Intuisi
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui
penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba datang dan
diluar kesadaran. Misalnya, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah
buku, ternyata, didalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama
bertahun-tahun.

D. Pengertian Emosi
Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion yang berasal lagi dari emouvoir,
”excite” yang berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis
emosi berati “bergerak keluar”.
Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak dapat satu pun definisi
yang diterima secara universal. Emosi sebagai reaksi penilaian(positif atau negatif) yang
kompleksdari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri sendiri

Pengertian Menurut Para Ahli

1. Diungkap Prezz (1999) seorang EQ organizational consultant dan pengajarsenior di


Potchefstroom University, Afrika Selatan, secara tegas mengatakanemosi adalah
suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat danintensitas emosi biasanya
terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir)manusia sebagai hasil persepsi
terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksikognitif terhadap situasi spesifik.
2. Hathersall (1985) merumuskan pengertian emosi sebagai suatu psikologisyang
merupakan pengalaman subyektif yang dapat dilihat dari reaksi wajahdan tubuh.
Misalnya seorang remaja yang sedang marah memperlihatkanmuka merah, wajah
seram, dan postur tubuh menegang, bertingkah lakumenendang atau menyerang,
serta jantung berdenyut cepat.
3. Selanjutnya Keleinginna and Keleinginan (1981) berpendapat bahwa emosiseringkali
berhubungan dengan tujuan tingkah laku. Emosi seringdidefinisikan dalam istilah
perasaan (feeling), misalnya pengalaman- pengalaman afektif, kenikmatan atau
ketidaknikmatan, marah, takut bahagia,sedih dan jijik.
4. Sedangkan menurut William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan
emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkandirinya dengan suatu
perubahan yang jelas pada tubuh

E. Macam-Macam Emosi
Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian yaitu:

1. Emosi sensoris
Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap
tubuh,seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar
2. Emosi psikis.
Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti :
perasaanintelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran perasaan
sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang
bersifat perorangan maupun kelompok seperti
a. Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik
dan burukatau etika (moral)
b. Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan
akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian
c. Perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan
(Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious).
F. Teori-Teori Tentang Proses Terbentuknya Emosi
a. Teori James-Lange
Carl Lange dalam Sarlito, (2000:85-86) mengemukakan bahwa emosi identik
dengan perubahan-perubahan dalam sistem peredaran darah. Pendapat ini kemudian
dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi
seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar.
Teori ini menekankan emosi sebagai respon dari perubahan faal yang tejadi pada
dirinya. Ketika menyaksikan harimau lepas dari kandangnya, kitapun langsung berlari
tunggang-langgang dengan jantung berdebar-debar, dan karena lari disertai debaran
jantung itu maka timbul rasa takut. Dengan perkataan lain bahwa kita menjadi takut
karena lari dan debaran jantung itu, bukan sebaliknya, lari dan jantung yang berdebar-
debar akibat dari rasa takut. Teori ini biasa diumpamakan sebagai pedati mendahului
kuda.
Dapat disimpulkan bahwa teori James-Lange menempatkan aspek persepsi
terhadap respons fisiologis yang terjadi ketika ada rangsangan datang sebagai pemicu
emosi yang dialami oleh manusia. Perubahan fisiologis itu diterjemahkan menjadi
emosi. Pertanyaan mendasar terhadap teori ini adalah bahwa dalam kenyataan sehari-
hari terjadi perubahan fisiologis yang sama, tapi emosi yang dialami berbeda. Teori ini
ditentang oleh W. B. Cannon yang kemudian menyusun teori baru yang sama sekali
bertolak belakang dengan teori James-Lange.

b. Teori Cannon-Bard
Walter bradford Cannon, psikolog Amerika Serikat menolak teori James-Lange
yang lebih dahulu popular. Kembali pada contoh harimau lepas tadi. Pada saat
berpapasan dengan raja hutan itu, maka hypothalamus yang ada di dalam otak
melakukan dua hal secara simultan. Pertama, ia menstimulasi sistem syaraf otonom
(autonomic nervous system) untuk memproduksi atau mengaktifkan perubahan-
perubahan fisiologis, seperti meningkatnya degup jantung, napas yang cepat, dan
sebagainya. Kedua, hypothalamus mengirim pesan ke celebral cortex dimana
pengalaman emosi dirasakan. Philip Bard yang datang kemudian, mendukung teori ini
melalui penelitian-penelitiannya lebih lanjut, sehingga teori ini disebut –teori Cannon-
Bard (Santrocok, 1988:405-406; Morgan et al 1986:330-331).
Teori ini menjelaskan bahwa persepsi terhadap obyek yang dapat menimbulkan
emosi diproses secara stimultan oleh dua tingkatan, yakni system saraf otonom dan
celebral cortex. Emosi dengan perubahan fisiologis terjadi karena adanya dorongan.
Menurut teori ini, tidak mungkin terjadi perubahan secara otomatis yang menyebabkan
kemunculan emosi sebagaimana deskripsi teori James-Lange.
Diantara kedua teori yang bertolak belakang yaitu teori James-Lange dan Cannon-
Bard, tampaknya Atkinson et al . (1991:84-85) memiliki jawaban untuk menyelesaikan
masalah pertentangan ini, yaitu pengalaman sadar seseorang tentang emosi melibatkan
integrasi informasi tentang keadaan fisiologis tubuh dan informasi tentang situasi yang
membangkitkan emosi. Kedua informasi tersebut berkesinambungan dalam waktu, dan
bergabung menentukan intensitas serta sifat keadaan emosional yang dirasakan. Pada
suatu saat ketika tiba-tiba orang berada dalam keadaan bahaya, tanda awal pengalaman
emosional dapat didahului oleh aktifitas otonom (dalam hal ini, James-Lange yang
benar). pada kesempatan lain,kesadaran adanya emosi jelas mendahului aktivtas otonom
(dalam hal ini Cannon-Bard yang benar). Dapat diambil kesimpulan bahwa kedua teori
ini sebenarnya tidak perlu dipertentangkan, karena sama-sama bisa terjadi di dalam
kehidupan manusia. Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya emosi adalah faktor
kognitif. Teori yang banyak membicrakan tentang faktor kognitif ini adalah teori
Schachter-Singer.

c. Teori dua faktor Scachter dan singer


Ketika banyak peneliti memperbaharui idea James tentang factor-faktorfisik yang
mempengarui emosi. Psikolog lainnya mengembangkan teori Jamesdengan
menitikberatkan pada pada proses kognitif seseorang. Diantara para psikolog ini adalah
Stanley Schachter dan Jerome Singer. Berdasarkan dua factorteori terbentuknya emosi
tersebut. Pengalaman emosi seseorang tergantung pada perubahan fisik dan interpetasi
kognitif pada perubahan tersebut. Interpretasikognitif ini memungkinkan seseorang
menyebutnya sebagai kondisi umum dari perubahan fisik pada emosi tertentu
(Schacher, 1964).
Bagaimana kita dapat membuktikan adanya peran kognitif dalam emosisesorang?
Setiap hari dalam kehidupan kita, munculnya emosi dan proses kognitifyang berkaitan
dengannya adalah saling berkaitan antara satu dengan yanglainnya. Kondisi ini yang
membuat Stanley Schachter dan Jerome Singer tertarikuntuk mempelajarinya. Mereka
mengajak kita berfikir tentang kondisi yang diluarkebiasaan kita. Mereka mencoba
memisahkan antara kondisi munculnya emosidengan proses kognisi yang dilakukan
seseorang. Apa yang akan kita lakukan, jika kita merasakan sensasi emosi akan tetapi
tidak ada sebab yang nyata untukemosi tersebut? Schachter dan Singer menjelaskan
bahwa ketika kita merasakansuatu emosi, maka kita perlu menjelaskan perasaan kita ini
dengan berbagai caradan mencari sebab yang masuk akal di sekitar kita. Hasilnya, kita
memberi arti pada setiap kondisi emosi kita dengan perasaan senang, cinta, cemburu,
atau benci, berdasarkan keadaan kognisi yang terjadi pada kita.
Untuk mencoba mendesign suatu ekperimen untuk mengukur hipotesisini,
Schachter dan Singer menemui beberapa hambatan. Pertama, merekakesulitan untuk
mencari cara yang nonemosional untuk memunculkan perubahanfisik seseorang.
Mereka menemukan solusi dari permasalahan ini denganmenyuntikkan hormone
epinefrin, dengan alasan bahwa mereka ingin mempelajari efek suntikan pada
penglihatan. Subjek penelitian secara acakditempatkan pada salah satu dari empat
kondisi yang berbedaa)

a. Informed condition, peneliti menginformasikan bahwa suntikan


akanmenyebabkan efek samping seperti tangan gemetar, jantung berdebar
yangmerupakan efek samping sebenarnya dari suntikan tersebut.
b. Misinformed condition, subjek penelitian diarahkan untuk menduga
bahwaefek suntikan berupa sakit kepala dan gatalc)
c. Ignorant condition, subjek diberitahukkan bahwa suntikan tidak
menimbulkanefek samping sama sekali
d. Placebo condition, subyek diberitahukan bahwa suntikan yang diberikan berisi
larutan garam yang tidak mempunyai efek apa-apa.

Schachter dan Singer memprediksi bahwa subyek dengan misinformeddan


ignorant condition akan kekurangan penjelasan untuk keadaan yang diarasakan. Dan
akan mencoba mencari informasi dari lingkungannya yang akanmembatu untuk
menjelaskannya dari apa yang dia rasakan.

Setelah itu subyek dengan misinformed dan ignorant conditiondiperintahkan


untuk melakukan tes penglihatan di sebuah ruangan, denganseorang asisten penelitian
yang telah diatur untuk membantu melakukan tindakan-tindakan tertentu. Di kasus
tertentu, asisten melakukan tindakan yang membuatsuasana menyenangkan seperti
tertawa, bermain hulahoop. Pada kasus yang lain,asisten tersebut melakukan tindakan
yang membuat subjek menjadi marah. Lalusubyek menjadi marah, bertengkar mulut
dengan asisten dan menyobek kertasquestionnaire.

Dari penelitian Schachter dan Singer, mereka memprediksi bahwa subjekyang


tidak memiliki alasan untuk menjelaskan keadaan emosi yang dia rasakan,akan
memberi label berdasarkan emosi yang dilakukan oleh asisten. Jadi subjekdengan
kondisi misinformed dan ignorant condition akan memberi label terhadapkeadaan emosi
sama dan mereka tidak mengerti berdasarkan isyarat darilingkungannya. Berlainan
dengan kondisi diatas, subyek dengan informedcondition, yang telah diberi penjelasan
tentang efek dari epinefrin adalah sedikituntuk berperilaku seperti apa yang dilakukan
oleh asisten .

Akan tetapi eksperimen ini mempunyai kekurangan antara lain, penelitian


Schachter dan Singer gagal untuk memonitor respon psikologi dari subyek penelitian,
dikarenakan efek suntikan epinefrin adalah bervariasi dan terkadangdalam waktu yang
singkat. Emosi yang dimunculkan subjek mungkin bukan darisebab kondisi lingkungan
yang sesaat tersebut akan tetapi ingatan dari masalalunya.
d. Teori kognitif tentang Emosi
Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari
rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh
Magda Arnold(1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer
(1962).
Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua
langkah: pertama, Interpretasi stimuli dari lingkungan. Interpretasi pada stimulus, bukan
stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. Contohnya, jika suatu hari kamu
menerima kado dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu, maka kamu akan
merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut berbahaya. Tetapi akan
berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman karibmu,maka kamu akan dengan
senang hati menerima dan membuka kado tersebut tanpa curiga. Jadi dalam teori
kognitif pada emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali kecerebral cortex,
dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan lamapau. Lalu pesan
tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem saraf otonom yang kemudian akan
menghasilkan arousl secara fisiologis. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan
dari arousal saraf otonom. Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu
interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari arousal otonom. Teori
kognitif menyerupai teori James-Lange teori menekankan pentingnya stimuli internal
tubuh dalammengalami emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif
dari stimuli, dimana hal tersebut lebih penting dari pada stimuli internal itu sendiri.

G. Hubungan Antara Emosi dengan kognisi


Beragam penemuan yang memberikan indikasi ada dampak-pengaruh kondisi emosi
seorang pada kegiatan kognisi bisa disaksikan dalam beberapa pendekatan teoritis. Khusus
pendekatan arousal, di sini mengulas mengenai emosi, motivasi dan dampaknya pada proses
kognitif yang berjalan.

a. Network Theory (teori jaringan kerja)


Teori ini diperkembangkan oleh Gordon Bower dkk (1980). Teori ini didasari atas
anggapan jika emosi-emosi diletakkan sebagai node-node atau beberapa komponen dalam
daya ingat semantik. Tiap emosi yang mencolok seperti senang, muram (depresi), atau
ketakutan, mempunyai elemen atau unit khusus dalam daya ingat yang terkumpul bersama
dengan beberapa emosi lainnya seperti jaringan. Masing-masing unit emosi itu disambungkan
oleh asumsi yang memvisualisasikan kejadian-peristiwa yang terjadi saat seorang mengalami
emosi itu. Node-node emosi ini bisa diaktifkan kembali oleh beragam stimulan, misalkan
simbol-simbol bahasa atau beberapa objek fisik. Contoh: masa lalu cantik yang sempat
dirasakan di saat masih terbilang muda, bisa ditampilkan datang dari daya ingat seorang saat
dengarkan beberapa lagu atau masa lalu periode kemarin.
b. Schema Theory (Teori Skema)
Teori ini berpandangan jika beberapa orang yang mempunyai emosi atau situasi hati
tertentu mempunyai satu bungkai kerja yang digeneralisasikan yang disebutkan pola yang
sama dengan situasi hati itu . Maka, orang yang alami duka cita akan mempunyai pola
bersedih dan memakainya untuk mengordinasikan info.
Teori pola secara konseptual nyaris sama dengan teori network, karena ke-2 nya
mendasarkan penglihatan pada susunan pengetahuan (knowledge structures) yang berbentuk
satu jaringan atau pola dalam sistem kognitif manusia. Ketidaksamaan yang mencolok di
antara ke-2 teori ini ialah:
 Teori network bertumpu pada anggapan jika satu unit emosi bisa diaktifkan
datang dari jaringan seorang, sementara teori pola memakai anggapan berbentuk
pemerlakukan rangka kerja yang disebutkan pola pada info yang baru atau di
setelah itu.
 Teori network lebih populer dibanding teori pola. Tetapi, saat ini teori pola alami
perubahan dan perkembangan, hingga saat ini beberapa pakar psikologi banyak
mulai memakai teori pola untuk menerangkan beragam peristiwa kognitif
manusia.
 Resource Allocation or Capasity Mode (Teori Peruntukan Sumber kemampuan)

Teori ini diperkembangkan secara luas oleh Henry Ellis dkk (semenjak tengah tahun
1980-an). Gagasan dasar dari teori ini ialah pemberian porsi kemampuan perhatian pada
sesuatu pekerjaan yang pas. Ada dua hal yang penting diperhitungkan:

 Peran kondisi emosional dalam atur kapasitas jumlah yang ditujukan untuk
beberapa pekerjaan kognitif.
 Keinginan atau tuntutan beberapa tugas tersebut pada pemrosesan kemampuan.
Mode ini diambil dari ide mengenai peruntukan pada beberapa sumber kemampuan
yang disebut sisi dari teori kemampuan yang disebut sisi dari teori kemampuan umum untuk
menjelaskan peristiwa perhatian (attention). Teori ini beranggapan jika ada kebatasan sumber
kemampuan perhatian yang bisa didistribusikan oleh seorang ke tiap pekerjaan yang
ditangani.
c. Teori Arousal
Arousal ialah kondisi emosi seorang yang terkait dengan nafsu, gairah, semangat,
terpacu, atau kebangunan. Maka arousal bisa bergerak dari kondisi yang penuh semangat,
nafsu, atau kebangunan, sampai pada kondisi kebalikannya yaitu tidak semangat, tidak
bernafsu benar-benar, atau malas. Emosi-emosi semacam ini benar-benar memepengaruhi
performa seorang menuntaskan beberapa tugas kognitif misalkan ingat, belajar, membuat
keputusan dan pecahkan permasalahan.

Yerkes dan Dodson sudah mengetes jalinan di antara arousal dengan performa seorang
pada suatu pekerjaan. Ia beranggapan jika:
 Jalinan di antara tingkat penekanan, semangat, atau kondisi terpacu dengan
performa dalam pekerjaan adalahberbentuk kurva “U” kebalik. Performa
maksimal bisa terjadi jika semangat (arousal) ada di tingkat yang atau moderat.
 Tingkat maksimal dari semangat atau nafsu terkait secara kebalik dengan tingkat
kesusahan pekerjaan.

Jika seorang ada di tingkat arousal atau semangat yang tinggi sekali, atau kebalikannya
benar-benar rendah, dia cendeerung memperlihatkan performa yang kurang efisien.
Argumennya ialah:

 Performa jelek pada semangat tingkat rendah dikarenakan oleh banyak kode yang
tidak berkaitan pada pekerjaan di saat itu ada dalam pemikiran seorang.
 Performa jelek pada semangat tingkat tinggi dikarenakan oleh beberapa kode yang
berkaitan dengan pekerjaan di saat itu diacuhkan.

Kognisi manusia tidak selamanya memiliki sifat logis karena mengikutsertakan banyak
bias dalam pemahaman dan dalam daya ingat manusia. Kebalikannya, emosi tidak selamanya
memiliki sifat logis, emosi bisa menjadikan satu manusia, atur jalannya sebuah jalinan dan
berikan motivasi orang di dalam meraih satu target. Tanpa kekuatan rasakan emosi, manusia
akan alami kesusahan dalam memutuskan atau dalam berencana periode depannya.

Contoh-contoh dampak emosi dan proses kognitif ialah:

 Situasi hati dan penyeleksian info


Ide berkenaan dampak situasi hati pada penyeleksian info disebutkan suasana hati
conqruence efek. Dampak yang menunjuk pada penemuan jika beberapa orang lebih
condong ingat info yang selaras ataukah sama dengan kondisi situasi hati yang
dirasakan di saat mereka pelajari satu materi atau mengolah info.
 Situasi hati dan mengingat lagi
Dampak keterikatan pada situasi hati ada jika materi dalam situasi hati tertentu
dikenang kembali secara baik jika seorang dites dalam situasi hati yang sama dengan
saat dia pelajari atau terima info itu.
 Situasi hati dan proses alih bentuk info
Alih bentuk info dikenali sebagai incoding, adalah info diletakkan di dalam
gudang daya ingat sesudah info itu diterima lewat alat indera (sensory).
 Situasi hati dan keakuratan memandang jalinan
Bila pada proses-proses kognisi lainnya orang menyaksikan dampak dari kondisi
emosi bersedih seperti stres dan depresi lebih memiliki sifat menghancurkan atau
mengusik daripada memberikan keuntungan. Tetapi ini bisa terjadi kebalikannya.
 Situasi hati dan penggalian info
Ada dua peluang, di mana situasi hati akan memengaruhi proses penggalian info,
memberikan keuntungan atau bikin rugi.
 Situasi hati dan proses usaha
Dampak ini benar-benar tergantung pada tipe pekerjaan yang dikasih ke seorang.
 Kekhawatiran dan performa
Banyak riset memperlihatkan jika kekhawatiran mempunyai dampak negatif yang
berkibat turunkan dampak negatif yang berpengaruh turunkan kemampuan kognitif
seorang dalam kerjakan beberapa tugas yang lebih sulit atau konplek.
 Emosi dan kesaksian
Banyak ditemui jika, kondisi depresi atau kuatir bisa mengakibatkan daya ingat
seorang terusik. Depresi berat bisa kurangi keakuratan pemberian kesaksian dengan
seorang saksi mata saat ada di ruangan pengadilan.
 Situasi hati dan atribusi
Susana hati yang bagus atau jelek bisa mengakibatkan kesuksesan atau
ketidakberhasilan dari performa. Hasil dari riset riset memperlihatkan jika situasi hati
memiliki dampak yang memiliki sifat moderat pada atribusi yang sudah dilakukan
seorang.
 Situasi hati dan perpecahan permasalahan secara inovatif
Pada umumnya bisa disebutkan jika situasi hti positif lebih tingkatkan sikap
inovatif dibanding situasi hati yang netral, sedang situasi hati yang negatif condong
turunkan sikap inovatif.
 Situasi hati dan pembikinan keputusan
Proses pembikinan keputusan bisa dipengaruhi oleh factor afeksi. Factor afeksi
yang kerap jadi faktor riset ialah situasi hati (mood), misalkan bersedih, geram atau
kuatir atau kebalikannya berbahagia atau suka.

H. Dampak dari kognisi pada emosi


Hal terpenting yang patut untuk diskusikan adalah studi-studi tentang penelitian
interaksi antara kognisi dan emosi yang dikenal dengan cognitiveemotion regulation (Ochsner
and Gross, 2005; Ochsner and Gross, 2008).Terutama sekali tentang Strategi pengaturan
informasi yang disebut “cognitivereappraisal”, yang meliputi proses memikirkan kembali
makna dari stimuli afektifyang terbebani atau kejadian yang merubah pengaruh emosi
mereka. Reappraisal (penilaian kembali) muncul berdasarkan pada interaksi antara prefrontal
and daerah cingulate yang sering terlibat pada mengontrol kognitif dan system
sepertiamygdala dan insula yang terlibat pada peresponan stimuli. Menariknya, tujuanuntuk
memikirkan kembali tentang stimuli yang mengatur dan mengurangi emosimungkin bisa
mendorong aktivitas amygdala sehingga emosi menjadi berkurang. Lebih jauh lagi, perubahan
pengalaman emosi dan respon autonomic mungkin berkorelasi dengan seiring naik atau
turunnya prefrontal dan/atau aktivitas amygdala
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa kognisi adalah kepercayaan
seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau
sesuatu. Jadi gejala kognisi adalah gejala bagaimana cara manusia memberi arti pada
rangsangan. Pandangan teori kognisi menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak
lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan
kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena
keduanya termasuk kedalam kognisi manusia.

Gejala kognisi antara lain:

1. Pengamatan
2. Tanggapan
3. Ingatan
4. Fantasi
5. Berpikir
6. Intuisi

Selain itu terkait emosi, emosi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Emosi
dapat mendatangkan keburukan ketika kita tidak dapat mengendalikannya dan kebaikan
ketika diri kitadapat mengolahnya dengan baik. Berbagai macam-macam emosi dimiliki
manusia sebagai makhluk yang sempurna.Baik buruknya suatu emosi tergantung bagaimana
kita menyikapinya

Kognisi manusia tidak selalu bersifat rasional karena melibatkan banyak bias dalam
persepsi dan dalam ingatan manusia. Sebaliknya, emosi juga tidak selalu bersifat rasional,
emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan memotivasi
orang dalam mencapai suatu sasaran. Tanpa kemampuan merasakan emosi, manusia
akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam merencanakan masa
depannya.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Yingxu Wang, 2007 On the Cognitive Processes of Human Perception with Emotions,
Motivations, and Attitudes, Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence,
University of Calgary,Canada

KUMPULAN MAKALAH: MAKALAH KOGNISI (semuamakalahpembelajaran.blogspot.com)

(47) MAKALAH EMOSI PSIKOLOGI UMUM | togar gara - Academia.edu

http://www.psychologymania.com/2011/07/hubungan-antara-emosi-motivasi-dan.html

https://makalahcyber.blogspot.com/2012/07/kognisi-emosi-dan-motivasi-dalam.html

https://www.academia.edu/37708229/Makalah_emosi

https://gunabraham.com/emosi-motivasi-dan-proses-kognitif/#:~:text=Teori%20Arousal

Anda mungkin juga menyukai