Disusun Oleh:
Kelompok 6
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KOGNISI
DAN EMOSI” tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hanisar Fitriani, S.Psi, M.Psi, selaku
dosen Matakuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
olehnya itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
penyusunan makalah selanjutanya. Besar harapan kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Dalam gejala kognisi proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan
memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,
menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan
sebagai kecerdasan atau inteligensi.
Kepercayaan / pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi
sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu.
mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu yang berupa
perasaan – perasaan tertentu yang dialami saat menghadapi situasi tertentu. Interaksi antara
kognisi, emosi, dan tindakan mencerminkan satu hubungan sebab akibat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kognisi?
2. Apa saja gejala dari pengenalan kognisi?
3. Apa itu emosi?
4. Apa saja macam-macam emosi?
5. Apa saja macam teori emosi?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui teori dan konsep dari kognisi dan emosi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kognisi
Pengertian Kognisi Secara Etimologi
Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi
dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan
Pengertian Kognisi Secara Terminologi
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses
berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Jadi gejala kognisi adalah gejala bagaimana cara
manusia memberi arti pada rangsangan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) kognisi memiliki pengertian (1)
kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau
usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, (2) proses, pengenalan, dan penafsiran
lingkungan oleh seseorang, (3) hasil pemerolehan pengetahuan
Menurut Neisser, (1967) kognisi adalah keseluruhan proses dimana input sensorik
diubah, dikurangi, dimaknai, diambil kembali dan digunakan.
Menurut Chaplin (2002, dalam Desmita 2008) kognisi adalah konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya mengamati, melihat,
memperhatikan, memberikan, menyangga, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan
menilai.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kognisi merupakan usaha
untuk memperoleh sesuatu dengan cara mengamati dan kemudian menafsirkannya dengan
menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
D. Pengertian Emosi
Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion yang berasal lagi dari emouvoir,
”excite” yang berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis
emosi berati “bergerak keluar”.
Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak dapat satu pun definisi
yang diterima secara universal. Emosi sebagai reaksi penilaian(positif atau negatif) yang
kompleksdari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri sendiri
E. Macam-Macam Emosi
Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian yaitu:
1. Emosi sensoris
Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap
tubuh,seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar
2. Emosi psikis.
Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti :
perasaanintelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran perasaan
sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang
bersifat perorangan maupun kelompok seperti
a. Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik
dan burukatau etika (moral)
b. Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan
akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian
c. Perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan
(Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious).
F. Teori-Teori Tentang Proses Terbentuknya Emosi
a. Teori James-Lange
Carl Lange dalam Sarlito, (2000:85-86) mengemukakan bahwa emosi identik
dengan perubahan-perubahan dalam sistem peredaran darah. Pendapat ini kemudian
dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi
seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar.
Teori ini menekankan emosi sebagai respon dari perubahan faal yang tejadi pada
dirinya. Ketika menyaksikan harimau lepas dari kandangnya, kitapun langsung berlari
tunggang-langgang dengan jantung berdebar-debar, dan karena lari disertai debaran
jantung itu maka timbul rasa takut. Dengan perkataan lain bahwa kita menjadi takut
karena lari dan debaran jantung itu, bukan sebaliknya, lari dan jantung yang berdebar-
debar akibat dari rasa takut. Teori ini biasa diumpamakan sebagai pedati mendahului
kuda.
Dapat disimpulkan bahwa teori James-Lange menempatkan aspek persepsi
terhadap respons fisiologis yang terjadi ketika ada rangsangan datang sebagai pemicu
emosi yang dialami oleh manusia. Perubahan fisiologis itu diterjemahkan menjadi
emosi. Pertanyaan mendasar terhadap teori ini adalah bahwa dalam kenyataan sehari-
hari terjadi perubahan fisiologis yang sama, tapi emosi yang dialami berbeda. Teori ini
ditentang oleh W. B. Cannon yang kemudian menyusun teori baru yang sama sekali
bertolak belakang dengan teori James-Lange.
b. Teori Cannon-Bard
Walter bradford Cannon, psikolog Amerika Serikat menolak teori James-Lange
yang lebih dahulu popular. Kembali pada contoh harimau lepas tadi. Pada saat
berpapasan dengan raja hutan itu, maka hypothalamus yang ada di dalam otak
melakukan dua hal secara simultan. Pertama, ia menstimulasi sistem syaraf otonom
(autonomic nervous system) untuk memproduksi atau mengaktifkan perubahan-
perubahan fisiologis, seperti meningkatnya degup jantung, napas yang cepat, dan
sebagainya. Kedua, hypothalamus mengirim pesan ke celebral cortex dimana
pengalaman emosi dirasakan. Philip Bard yang datang kemudian, mendukung teori ini
melalui penelitian-penelitiannya lebih lanjut, sehingga teori ini disebut –teori Cannon-
Bard (Santrocok, 1988:405-406; Morgan et al 1986:330-331).
Teori ini menjelaskan bahwa persepsi terhadap obyek yang dapat menimbulkan
emosi diproses secara stimultan oleh dua tingkatan, yakni system saraf otonom dan
celebral cortex. Emosi dengan perubahan fisiologis terjadi karena adanya dorongan.
Menurut teori ini, tidak mungkin terjadi perubahan secara otomatis yang menyebabkan
kemunculan emosi sebagaimana deskripsi teori James-Lange.
Diantara kedua teori yang bertolak belakang yaitu teori James-Lange dan Cannon-
Bard, tampaknya Atkinson et al . (1991:84-85) memiliki jawaban untuk menyelesaikan
masalah pertentangan ini, yaitu pengalaman sadar seseorang tentang emosi melibatkan
integrasi informasi tentang keadaan fisiologis tubuh dan informasi tentang situasi yang
membangkitkan emosi. Kedua informasi tersebut berkesinambungan dalam waktu, dan
bergabung menentukan intensitas serta sifat keadaan emosional yang dirasakan. Pada
suatu saat ketika tiba-tiba orang berada dalam keadaan bahaya, tanda awal pengalaman
emosional dapat didahului oleh aktifitas otonom (dalam hal ini, James-Lange yang
benar). pada kesempatan lain,kesadaran adanya emosi jelas mendahului aktivtas otonom
(dalam hal ini Cannon-Bard yang benar). Dapat diambil kesimpulan bahwa kedua teori
ini sebenarnya tidak perlu dipertentangkan, karena sama-sama bisa terjadi di dalam
kehidupan manusia. Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya emosi adalah faktor
kognitif. Teori yang banyak membicrakan tentang faktor kognitif ini adalah teori
Schachter-Singer.
Teori ini diperkembangkan secara luas oleh Henry Ellis dkk (semenjak tengah tahun
1980-an). Gagasan dasar dari teori ini ialah pemberian porsi kemampuan perhatian pada
sesuatu pekerjaan yang pas. Ada dua hal yang penting diperhitungkan:
Peran kondisi emosional dalam atur kapasitas jumlah yang ditujukan untuk
beberapa pekerjaan kognitif.
Keinginan atau tuntutan beberapa tugas tersebut pada pemrosesan kemampuan.
Mode ini diambil dari ide mengenai peruntukan pada beberapa sumber kemampuan
yang disebut sisi dari teori kemampuan yang disebut sisi dari teori kemampuan umum untuk
menjelaskan peristiwa perhatian (attention). Teori ini beranggapan jika ada kebatasan sumber
kemampuan perhatian yang bisa didistribusikan oleh seorang ke tiap pekerjaan yang
ditangani.
c. Teori Arousal
Arousal ialah kondisi emosi seorang yang terkait dengan nafsu, gairah, semangat,
terpacu, atau kebangunan. Maka arousal bisa bergerak dari kondisi yang penuh semangat,
nafsu, atau kebangunan, sampai pada kondisi kebalikannya yaitu tidak semangat, tidak
bernafsu benar-benar, atau malas. Emosi-emosi semacam ini benar-benar memepengaruhi
performa seorang menuntaskan beberapa tugas kognitif misalkan ingat, belajar, membuat
keputusan dan pecahkan permasalahan.
Yerkes dan Dodson sudah mengetes jalinan di antara arousal dengan performa seorang
pada suatu pekerjaan. Ia beranggapan jika:
Jalinan di antara tingkat penekanan, semangat, atau kondisi terpacu dengan
performa dalam pekerjaan adalahberbentuk kurva “U” kebalik. Performa
maksimal bisa terjadi jika semangat (arousal) ada di tingkat yang atau moderat.
Tingkat maksimal dari semangat atau nafsu terkait secara kebalik dengan tingkat
kesusahan pekerjaan.
Jika seorang ada di tingkat arousal atau semangat yang tinggi sekali, atau kebalikannya
benar-benar rendah, dia cendeerung memperlihatkan performa yang kurang efisien.
Argumennya ialah:
Performa jelek pada semangat tingkat rendah dikarenakan oleh banyak kode yang
tidak berkaitan pada pekerjaan di saat itu ada dalam pemikiran seorang.
Performa jelek pada semangat tingkat tinggi dikarenakan oleh beberapa kode yang
berkaitan dengan pekerjaan di saat itu diacuhkan.
Kognisi manusia tidak selamanya memiliki sifat logis karena mengikutsertakan banyak
bias dalam pemahaman dan dalam daya ingat manusia. Kebalikannya, emosi tidak selamanya
memiliki sifat logis, emosi bisa menjadikan satu manusia, atur jalannya sebuah jalinan dan
berikan motivasi orang di dalam meraih satu target. Tanpa kekuatan rasakan emosi, manusia
akan alami kesusahan dalam memutuskan atau dalam berencana periode depannya.
A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa kognisi adalah kepercayaan
seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau
sesuatu. Jadi gejala kognisi adalah gejala bagaimana cara manusia memberi arti pada
rangsangan. Pandangan teori kognisi menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak
lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan
kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena
keduanya termasuk kedalam kognisi manusia.
1. Pengamatan
2. Tanggapan
3. Ingatan
4. Fantasi
5. Berpikir
6. Intuisi
Selain itu terkait emosi, emosi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Emosi
dapat mendatangkan keburukan ketika kita tidak dapat mengendalikannya dan kebaikan
ketika diri kitadapat mengolahnya dengan baik. Berbagai macam-macam emosi dimiliki
manusia sebagai makhluk yang sempurna.Baik buruknya suatu emosi tergantung bagaimana
kita menyikapinya
Kognisi manusia tidak selalu bersifat rasional karena melibatkan banyak bias dalam
persepsi dan dalam ingatan manusia. Sebaliknya, emosi juga tidak selalu bersifat rasional,
emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan memotivasi
orang dalam mencapai suatu sasaran. Tanpa kemampuan merasakan emosi, manusia
akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam merencanakan masa
depannya.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Yingxu Wang, 2007 On the Cognitive Processes of Human Perception with Emotions,
Motivations, and Attitudes, Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence,
University of Calgary,Canada
http://www.psychologymania.com/2011/07/hubungan-antara-emosi-motivasi-dan.html
https://makalahcyber.blogspot.com/2012/07/kognisi-emosi-dan-motivasi-dalam.html
https://www.academia.edu/37708229/Makalah_emosi
https://gunabraham.com/emosi-motivasi-dan-proses-kognitif/#:~:text=Teori%20Arousal