Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PENYEBAB DAN MOTIVASI KORUPSI”

Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Mata kuliah Tindak Pidana Korupsi

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Fadlil Rahmi ( 11820523043 )

Fani Sulastri ( 11920521043 )

Fikran Hadi Azryan ( 11820515082 )

Dosen Pengampu :

Robi Sandra, ME.Sy


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2021

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang tak pernah berhenti memberi rahmat-Nya
kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menjalankan rutinitas ibadah kita kepada-Nya.
Shalawat beserta salam senantiasa kita haturkan kepada pembawa syafaat yakni Nabi
Muhammad SAW. Dan dengan memperbanyak shalawatlah kita akan mendapat syafaat beliau di
akhir kelak nantinya. Aamiin.

Karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dari mata kuliah
“Tindak Pidana Korupsi” ini dengan baik dan tepat waktu. Karya tulis ini disusun guna
menyelesaikan tugas kuliah agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Penyebab dan
Motivasi Korupsi”. Mungkin saya tidak bisa membuat makalah ini sesempurna mungkin. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan dari pembaca. Khususnya dari dosen yang telah
membimbing penulis dalam makalah ini.

Dalam makalah ini mungkin terdapat kesalahan yang belum diketahui penulis. Maka dari
itu saya mohon kritik dan saran dari teman-teman sekalian maupun dosen pembimbing demi
tercapainya makalah yang sempurna.
Pekanbaru, 28 April 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULAN............................................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan..............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

A. Faktor Penyebab Korupsi...............................................................................................5

B. Penyebab Korupsi Dalam Perspektif Teoritis.............................................................10

C. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi.....................................................13

D. Motivasi Melakukan Tindakan Korupsi.....................................................................18

BAB III PENUTUP................................................................................................................29

A. Kesimpulan.....................................................................................................................29

B. Saran...............................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi sebagai “masalah keserakahan elite”telah mencoreng citra bangsa dimata
internasional.banyak factor penyebab terjadinya korupsi namun factor tersebut berpusat pada
satu hal yakni “toleransi terhadap korupsi”kita lebih banyak bicara dan upacara ketimbang
aksi.mencermati factor penyebab korupsi sangat tepat sebagai langkah awal bergerak menuju
pemberantasan korupsi yang ril.
Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi.penyebab korupsi meliputi 2 faktor yaitu
factor internal dan eksternal. Korupsi semakin menambah kesenjangan akibat memburuknya
distribusi kekayaan.
Factor lain yang menyebabkan merajalelanya korupsi di negri ini adalah adanya kenyataan
bahwa birokraksi dan penjabat penjabat politik masih banyak didominasi oleh orang orang
lama.dan ada juga factor lainnya adalah hokum yang dibuat tidak benar benar untuk
kesejahteraan masyarakat tetapi justru hokum dijadikan alat untuk mengabdi kepada kekuasaan
atau kepada orang orang yang memiliki akses pada kekuasaan dan para pemilik modal.

B. Rumusan masalah
a. Apakah factor penyebab korupsi?
b. Bagaimana seseorang termotivasi untuk melakukan tindakan korupsi?

C. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui penyebab korupsi
b. Untuk mengetahui motivasi seseorang dalam melakukan korupsi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Korupsi


Pada hakikatnya, awal mula praktik korupsi di Indonesia sudah ada sejak zaman
penjelajahan Belanda, sekitar tahun 1800-an yaitu pada masa VOC yang kemudian terus
berlanjut hingga masa setelah Indonesia merdeka. Pada masa Orde Baru, korupsi semakin
merajalela dikalangan penguasa di republik ini. Berbagai kasus korupsi menjerat para pemegang
kekuasaan publik, hal ini jugalah yang turut menjadi penyebab terjadinya Reformasi 1998. Ini
menandakan bahwa korupsi di Indonesia sudah berlangsung begitu lama dan seolah tidak ada
tindakan untuk memutus mata rantai korupsi.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri pelaku
ataupun dari luar pelaku. Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang
melakukan korupsi adalah karena ketergodaan akan dunia materi atau kekayaan yang tidak
mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan, sementara akses
kearah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan
korupsi. Dengan demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab korupsi seperti ini, maka
salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap kekayaan.

Menurut Gradios Nyoman Tio Rae, faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi adalah
sebagai berikut1 : Pertama, lemahnya pendidikan agama yang diterapkan dalam pengaruh
lingkungan dan mental. Kolonialisme yaitu suatu pemerintahan asing tidak mengunggah
kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi. Kurangnya pendidikan,
tetapi saat ini hal tersebut tidak lagi terjadi pada masa kini. Kenyataannya sekarang kasus-kasus
korupsi di Indonesia dilakukan oleh para koruptor yang memiliki kemampuan intelektual yang
tinggi dan terpandang, sehingga alasan ini dapat dikatakan kurang tepat.

Pada kasus korupsi yang merebak di Indonesia, para pelakunya bukan didasari oleh
kemiskinan, karena mayoritas dari mereka bukanlah dari kalangan yang tidak mampu melainkan
para konglomerat. Maka hal ini dapat dikatakan karena didasari oleh ketamakan. Tidak adanya
sanksi yang keras. Hal tersebut juga untuk memperkuat niat para koruptor untuk melakukan
aksinya.

Kedua, faktor yang paling penting dalam dinamika korupsi adalah keadaan moral dan
intelektual para pemimpin masyarakat. Keadaan moral dan intelektual dalam konfigurasi
kondisi-kondisi yang lain. Beberapa faktor yang dapat menjinakkan korupsi, walaupun tidak
akan memberantasnya yaitu2 :

1. Ketertarikan positif pada pemerintahan dan ketertiban spiritual serta tugas kemajuan
nasional dan publik maupun birokrasi.
2. Administrasi yang efisien serta penyesuaian struktural yang layak dari mesin dan aturan
pemerintahan sehingga menghindari penciptaan sumber-sumber korupsi.
3. Kondisi sejarah dan sosiologis yang menguntungkan.
1
Gradios Nyoman Tio Rae, Good Governance dan Pemberantasan Korupsi, (Jakarta : Saberro Inti
Persada, 2020) hlm 55.
2
Ibid. hlm 56.
4. Berfungsinya suatu sistem yang anti korupsi.
5. Kepemimpinan kelompok yang berpengaruh dengan standar moral dan intelektual yang
tinggi.

Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa salah satu penyebab korupsi semakin
berkembang biak ialah Modernisasi. Sebagaimana hal tersebut disampaikan oleh Huntington3 :

1. Modernisasi membawa perubahan-perubahan pada nilai dasar atas masyarakat.


2. Modernisasi juga ikut mengembangkan korupsi karena telah membuka sumber-sumber
kekayaan dan kekuasaan baru. Hubungan sumber-sumber ini dengan kehidupan politik
tidak diatur oleh norma anorma tradisional yang terpenting dalam masyarakat, sedangkan
norma-norma baru dalam hal ini belum dapat diterima oleh golongan yang berpengaruh
dalam masyarakat.
3. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang diakibatkannya
dalam bidang kegiatan sistem politik.

Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum dan ekonomi,
sebagaimana dikutip dalam buku “Peran Parlemen Dalam Membasmi Korupsi” yang
mengidentifikasikan empat faktor penyebabkorupsi yaitu faktor politik, hukum, ekonomi dan
organisasi, sebagai berikut :

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika
terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih
dan mempertahankan kekuasaan. Perilaku korupsi seperti penyuapan dan politik uang
merupakan fenomena yang sering terjadi.

2. Faktor Hukum

Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan
sisi lain lemahnya penegakan hukum. Kemampuan lobi kelompok kepentingan dan pengusaha
terhadap pejabat publik dengan menggunakan uang sogokan, hadiah, hibah dan berbagai bentuk
pemberian yang mempunyai motif koruptif, masyarakat hanya menikmati sisa hasil

3
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, (Depok :
Rajagrafindo Persada, 2012) hlm 19.
pembangunan. Fakta ini memperlihatkan bahwa terjadinya korupsi sangat mungkin karena aspek
perundang-undangan yang lemah atau hanya menguntungkan pihak tertentu saja.

3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Namun bukan sepenuhnya
karena kemiskinan, justru banyak pula koruptor dari kalangan atas ataupun pejabat. Dengan
demikian korupsi bukan disebabkan kemiskinan, namun kemiskinan disebabkan oleh korupsi.

4. Faktor Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau dimana
korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk hal itu. Bilamana organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi
seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi. Adapun aspek-aspek
penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi ; a) Kurang adanya teladan
dari pimpinan, b) Tidak adanya kultur organisasi yang benar, c) Sistem akuntabilitas di instansi
pemerintah kurang memadai, dan d) Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasinya.

B. Penyebab korupsi dalam perspektif teoritis


Determinasi budaya(cultural determinisme)sering dipakai sebagai acuan ketika mempelajari
penyebab terjadinya korupsi.sebagaimana ungkapan Fiona Robertson-snape 1999 bahwa
penjelasan cultural praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti bukti kebiasaan
kebiasaan kuno orang jawa.padahal bila dirunut prilaku korup pada dasarnya merupakan sebuah
fenomena sosiologis yang memiliki implikasi ekonomi dan politik yang terkait dengan jabaran
beberapa teori.teori tersebut antara lain teori means-ends yang diperkenalkan oleh Robert
marton.dalam teori yang ditokohi oleh Robert merton ini sebagai dikutip handoyo 2009;55 ini
dinyatakan bahwa korupsi merupakan seuatu perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan
social,sehingga menyebabkan pelanggaran norma norma.labih jauh handoyo mengelaborasi
bahwa setiap system social memiliki tujuan dan manusia berusaha untuk mencapainya melalui
cara cara means yang telah disepakati.mereka yang menggunakan cara cara yang telah disepakati
bersama untuk mencapai tujuan bersama termasuk dalam golongan kompromis.selain
memberikan ruang bagi anggota anggotanya untuk mewujudkan,sitem social tidak jarang juga
meninmbulkan tekanan yang menyebabkan banyak orang tidak memiliki akses atau kesempatan
didalam struktur social,karena adanya pembatasan pembatasan atau deskriminasi
rasial,etnic,capital,keterampilan dan sebagainya.(handoyo 2009:55)
Teori lain yang menjabarkan terjadinya korupsi dalah teori solidaritas social yang
dikembangkan oleh emil durkhem (1858-1917)teori ini memandang bahwa watak manusia
sebenarnya bersifat pasif dikendalikan oleh masyaraktanya.solidaritas social itu sendiri memang
merupakan unit yang abstrak.emil durkhem berpandangan bahwa individu secara moral,netral
dan masyarakatlah yang menciptakan kepribadiannya.ia juga mengontrol individu lewat fakta
social yang dipelajarinya melalui pendidikan dan lingkungan.karena watak manusia yang pasif
maka norma dan nilai masyarakatlah yang mengendalikan mereka (hangha;2002)menurut
pandangan teori ini masayarakat mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam membentuk
perilaku individu daripada lingkungannya.
Teori yang juga membahas mengenai perilaku korupsi dengan baik dihadirkan jack bologone
(bologone;2006)yang dikenal dengan teori gone.ilustrasi gone teori terkait dengan factor factor
yang menyebabkan terjadinya kecurangan atau korupsi yang meliputi gredes (keserakahan)
opportunities (kesempatan),ends (kebutuhan)dan exposure(pengungkapan) grede terkait
keserakahan dan kerakusan para perilaku korupsi.
Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Oportuni merupakan system
yang memberi peluang untuk melaukan korupsi,yang bias diperluas keadaan organisasi atau
masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempetan bagi seseorang melakukan
kecurangan.endes yaitu sikap mental yang tidak pernah merasa cukup,selalu sarat dengan
kebutuhan yang tidak pernah usai.exposure,hukuman yang dijatuhkan kepada perilaku korupsi
yang tidak memberi efek jera perilaku maupun orang lain.4

C. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi


1. Faktor Internal penyebab korupsi

Ditinjau dari hubungan pelaku korupsi dengan lingkungannya,tindakan korupsi pada


dasarnya bukan merupakan peristiwa yang berdiri sendiri. perilaku korupsi menyangkut berbagai
4
Nanang T.puspito,dkk.pendidikan anti korupsi untuk peguruan tinggi.(Jakarta;perpustakaan nasional:katalog
dalam terbitan.2011).hlm.45-47.
hal yang bersifat kompleks. Faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku korupsi sendiri tetapi
bisa juga berasal dari situasi lingkungan yang mendukung seseorang untuk melakukan korupsi.
Faktor pendorong korupsi dari dalam diri pelaku dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Aspek Perilaku Individu


a. Sifat Tamak/Rakus manusia
Korupsi bisa terjadi pada orang yang tamak/rakus karena walaupun sudah
berkecukupan, tapi masih juga merasa kurang sehingga masih berhasrat besar untuk
memperkaya diri. Penyebab seseorang melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya
akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk
menjadi kaya tidak mampu ditahan,sementara akses kekayarayaan bisa diperoleh melalui
cara korupsi, maka jadilah seseorang melakukan korupsi.
b. Moral yang kurang kuat
Etika merupakan ajaran tentang moral atau norma tingkah laku yang yang berlaku
dalam suatu lingkungan kehidupan manusia. Seseorang yang menjunjung tinggi etika
atau moral dapat terhindar dari perilaku korupsi walau ada kesempatan. Sebenarnya sejak
kecil sudah ditanamkan oleh orang tua tentang moral yang luhur, namun dalam
kenyataannya sering dikalahkan oleh kepentingan duniawi yang menghalalkan segala
cara guna meraih keinginannya.
c. Penghasilan yang kurang mencukupi
Penghasilan seorang pegawai mestinya mampu memenuhi kebutuhan hidup yang
wajar. Bila hal itu tidak terjadi,seseorang akan berusaha memenuhimya dengan berbagai
cara. Namun terkadang segala daya upaya tidak membawa hasil yang
diinginkan,sehingga individu tersebut mendorong untuk melakukan tindak korupsi,
seperti korupsi waktu,tenaga maupun pikiran.
d. Kebutuhan hidup yang mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak
dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil
jalan pintas, yaitu pembuatan melanggar hukum (mencuri) menyuap atau korupsi.
e. Gaya hidup konsumtif
Gaya hidup di kota besar akan mempengaruhi seseorang untuk berpola hidup
konsumtif dan hedonis. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai akan mendorong seseorang untuk melakukan berbagai tindakan guna
memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah korupsi. Ketika perilaku
materialistic dan konsumtif masyarakat serta system politik yang masih mendewakan
materi berkembang, maka akan terjadi permainan uang dan korupsi.
f. Malas atau tidak mau bekerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa susah payah
atau berkeringa. Sifat semacam ini potensial mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan apapun dengan cara mudah dan cepat atau jalan pintas, diantaranya melakukan
korupsi.
g. Ajaran agama yang kurang diamalkan
Indonesia dikenal sebagai bangsa religious yang tentu melarang tindak korupsi dalam
bentuk apapun. Apa yang dikecam agama bukan saja perilaku korup nya tetapi juga
setiap pihak yang ikut terlibat dalam tindakan korupsi itu.Kenyataan dilapangan
menunjukkan korupsi masih berjalan subur ditengah masyarakat.Situasi paradox ini
menandakan bahwa ajaran agama kurang diamalkan dalam kehidupan.

2. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorangan keluarga. Kaum behavioris mengatakan
bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk
korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi sifat
pribadinya.Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan
hukum pada orang ketika menyalahgunakan kekuasaannya.

2.Faktor Eksternal Penyebab Korupsi

Definisi korupsi secara formal ditujukan kepada perilaku pejabat public,baik poltikus
maupun pegawai negeri untuk untuk memperkaya diri sendiri dengan menyalahgunakan
wewenang dan jabatannya. Faktor eksternal merupakan factor dari luar yang berasal dari situasi
lingkungan yang mendukung seseorang untuk melakukan korupsi.
1. Aspek Organisasi
a. Manajemen yang kurang baik sehingga memberikan peluang untuk korupsi
Manajemen adalah sebuah konsep yang harus dikembangkan oleh pimpinan dan
staf sehingga bisa mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang tidak dipahami
dengan baik oleh pimpinan dan staf membuka ruang terjadinya penyalahgunaan yang
termasuk kegiatan korupsi,sehingga menimbulkan kerugian baik materiil maupun
immaterial.seringkali pihak manajemen menutupi kegiatan stafnya yang melakukan
korupsi sebagai usaha mencegah ketidaknyamanan situasi yang ditimbulkan.
b. Kultur Organisasi yang kurang baik
Latar belakang kultur Indonesia yang diwarisi dari kultur colonial turut
menyuburkan budaya korupsi. Masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan sikap
asertif (terbuka ) atau mugkin dianggap kurang sopan kalau terlalu banyak ingin tahu
masalah orgaisasi. Budaya nepotisme juga masih melekat karena mungkin juga ada
dorongan mempertahankan kekuasaan dan kemapanan individu serta keluarga. Sikap
ingin membalas budi juga bisa berujung korupsi,ketika disalahgunakan dengan
melibatkan wewenang atau jabatan seperti yang tergambar dalam kasus gratifikasi.
c. Lemahnya controlling/pengendalian dan pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian adalah penggunaan sumber daya agar dapat
lebih diefesienkan dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih
diefektifkan.Masyarkat bisa juga melakukan pengawasan secara tidak langsung dan
memberikan masukan untuk kepentingan peningkatan organisasi dengan cara-cara yang
dan memperhatikan aturan.
d. Kurangnya transpransi pengelolaan keuangan
Keuangan memegang peranan penting dalam sebuah organisasi.Pengelolaan
keuangan yang baik dan transparan menciptakan iklim yang kondusif dalam sebuah
organisasi,sehingga setiap anggota organisasi sesuai tugas pokok dan fungsinya
masing-masing dapat ikut betanggung jawab dalam penggunaan anggaran sesuai
perencanaan yang telah disusun.

2. Sikap Masyarakat terhadap korupsi


Sikap masyarakat yang makin menyuburkan tindak korupsi di antaranya adalah:
a. Masyarakat enggan menelusuri asal usul pemberian
b. Masyarakat menganggap wajar kekayaan seseorang
c. Masyarakat tidak menyadari bahwa yang dilakukannya juga termasuk korupsi karena
kerugian yang ditimbulkan tidak secara langsung
d. Dampak korupsi tidak kelihatan secara langsung sehingga masyarakat tidak merasakan
kerugian
e. Masyarakat memandang wajar hal-hal umum yang menyangkut kepentingannya.

3. Aspek Ekonomi
Gaya hidup konsumtif dapat mendorong seseorang menilai segala sesuatu dengan uang
sehingga penghasilannya pun sering dianggap tidak cukup untuk memenuhi ongkos gaya
hidupnya. Lingkungan pergaulan juga berperan mendorong seseorang menjadi lebih
konsumtif dan tidak dapat menetapkan prioritas kebutuhan.

4. Aspek Politik atau tekanan kelompok


Seseorang melakukan korupsi mungkin karena tekanan orang terdekatnya seperti
Istri/suami , anak-anak , yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidup. Korupsi juga bisa
terjadi karena tekanan pimpinan atau rekan kerja juga terlibat. Bahkan korupsi cendrung
dimulai dari pimpinan sehingga staf terpaksa terlibat. “power tends to corrupt and absolute
power corrupts absolutely” kekuasaan cenderung ke korupsi dan kekuasaan yang mutlak
mengarah pada korupsi mutlak.

5. Aspek Hukum
Jika dalam suatu Negara masih ditemukan aturan – aturan hukum yang diskriminatif,
berpihak dan tidak adil,rumusan yang tidak jelas sehingga menjadi multitafsir, kontradiksi
dan overlapping dengan peraturan lain, dapat dipastikan kepercayaan masyarakat akan
luntur ,sehingga bersikap apatis terhadap aparat penegak hukum.5

5
Hemien nugtaheni,Tri wiji lestari dan sukini,Mahasiswa pelopor gerakan antikorupsi,(Yogyakarta: CV Budi
utama,2017),hlm. 83-88.
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai