Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

NILAI-NILAI DAN PRINSIP ANTI KORUPSI

Dosen Pengampu : Hengky Frengky, M.Pd

OLEH :
Kelompok 1

1. Maria Susan (2222129)


2. Marsya Zulaikha (2222132)
3. Melani Asanofa (2222140)
4. Nabila (2222144)
5. Nabila Ulfaryanti Sudibyo (2222146)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN DELI
HUSADA DELI TUA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini berupa makalah
yang berjudul “NILAI-NILAI DAN PRINSIP ANTI KORUPSI”, makalah ini
disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Hengky Frengky, M.Pd pada
mata kuliah pendidikan budaya anti korupsi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Hengky Frengky, M.Pd selaku dosen pengampu atas tugas yang telah diberikan
ini agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,
kritik dan saran yang diterima dapat membangun penulis untuk menyempurnakan
makalah ini.
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi
penulis selanjutnya.

Medan, 8 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................4
2.1 Definisi Korupsi...............................................................................................4
2.2 Model-Model Korupsi......................................................................................4
2.3 Sebab dan Motif Korupsi.................................................................................5
2.4 Definisi Anti Korupsi.....................................................................................6
2.5 Nilai-Nilai Anti Korupsi.................................................................................7
2.5.1 Kejujuran...............................................................................................7
2.5.2 Kepedulian............................................................................................8
2.5.3 Kemandirian..........................................................................................9
2.5.4 Kedisiplinan..........................................................................................9
2.5.5 Tanggung Jawab...................................................................................10
2.5.6 Kerja Keras..........................................................................................10
2.5.7 Kesederhanaan......................................................................................10
2.5.8 Keberanian............................................................................................11
2.5.9 Keadilan................................................................................................11
2.6 Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.........................................................................12
2.6.1 Akuntabilitas.........................................................................................12
2.6.2 Transparansi.........................................................................................13
2.6.3 Kewajaran.............................................................................................14
2.6.4 Kebijakan..............................................................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................16
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................16
SOAL KELOMPOK 7 MATERI 1...................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18

ii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Nilai -nilai dan prinsip anti korupsi merupakan dasar etika dan moral
yang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi praktik korupsi dalam
berbagai sektor masyarakat. Korupsi merujuk pada penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi untuk keuntungan pribadi, biasanya dalam berbentuk
uang atau fasilitas lainnya. Hal ini memiliki dampak negatif yang luas,
termasuk menghambat pelayanan publik yang adil, dan merusak
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga- lembaga publik.

Korupsi telah ada sepanjang sejarah manusia, dan dampak buruknya


terhadap masyarakat telah menjadi pengalaman yang menyakitkan. Banyak
peradaban kuno dan modern telah menghadapi masalah korupsi dalam
berbagai bentuknya yang menyebabkan kerusakan ekonomi dan politik
yang serius. Banyak agama dan sistem etika yang mengutuk korupsi sebagai
tindakan yang tidak etis. Contohnya hampir semua agama besar
mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan keadilan, yang
bertentangan dengan praktik korupsi. Banyak pemikir filosofis telah
mengembangkan argumen tentang mengapa korupsi harus dihindari.
Misalnya, pemikir abad pencerahan seperti Immanuel Kant menekankan
pentingnya tindakan moral yang universal dan menganggap korupsi
sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan secara moral.

Pemahaman bahwa korupsi menciptakan ketidakadilan dalam


masyarakat, yang mana korupsi dapat merugikan individu dan kelompok
yang tidak memiliki akses atau sumber daya untuk memengaruhi keputusan
atau mendapatkan keuntungan ilegal, hal ini dapat mengakibatkan
kesenjangan sosial yang lebih besar. Sementara ketidakmampuan
pemerintah untuk memberantas korupsi dan melemahnya sistem penegakan
hukum menjadi faktor penting dalam perkembangan nilai-nilai anti korupsi.
Dalam hal ini dapat membuat masyarakat tidak percaya kepada lembaga-
lembaga pemerintah dan penegakan hukum tidak

1
dapat diandalkan dan masyarakat cenderung akan memperjuangkan prinsip-
prinsip anti korupsi.

Korupsi menjadi masalah global yang merugikan negara- negara di


seluruh dunia. Organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa -Bangsa
(PBB) dan Bank Dunia telah mengidentifikasi korupsi sebagai hambatan
utama bagi pembangunan ekonomi, stabilitas politik, dan perlindungan hak
asasi manusia. Nilai-nilai anti korupsi tercermin dalam perkembangan
hukum yang mana banyak negara telah mengadopsi peraturan dan undang-
undang anti korupsi yang memproteksi integritas sistem hukum dan
pemerintahan. Adanya gerakan sosial dan aktivisme juga dapat memainkan
peran penting dalam mempromosikan nilai-nilai anti korupsi seperti aktivis,
LSM, dan masyarakat sipil telah berjuang untuk memerangi korupsi dengan
mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik.

Nilai-nilai dan prinsip anti korupsi merupakan fondasi penting


dalam upaya untuk mengurangi korupsi di berbagai tingkat masyarakat dan
pemerintahan. Dengan menerapkan dan mematuhi nilai-nilai dan prinsip
anti korupsi ini, masyarakat dan pemerintahan dapat bekerja sama untuk
mengurangi korupsi, yang pada gilirannya akan mendukung perkembangan
sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
dari penulisan ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?

2. Apa yang dimaksud dengan anti korupsi?

3. Bagaimana bentk nilai-nilai anti korupsi?

4. Bagaimana bentuk prinsip-prinsip anti korupsi?

1.3 Tujuan Makalah

2
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu korupsi.
2. Untuk mengetahui apa itu anti korupsi.
3. Untuk mengetahui berbagai nilai-nilai anti korupsi.
4. Untuk mengetahui berbagai prinsip-prinsip anti korupsi.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Korupsi

Korupsi secara etimologis berasal dari bahasa latin, corruption atau


corrupto yang berarti merusak, tidak jujur, dapat disuap. Korupsi juga
mengandung arti kejahatan, kebusukan, tidak bermoral dan kebejatan. Korupsi
diartikan pula sebagai perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Korupsi berarti
busuk atau rusak, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya
dapat disuap (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi), dan korupsi
adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk kepentingan
pribadi atau orang lain.
Dengan melihat beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa korupsi
adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan, atau amanah secara melawan
hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok
tertentu yang dapat merugikan kepentingan umum.

2.2 Model – Model Korupsi


Banyak ragam definisi tentang korupsi. Korupsi sering kali didefinisikan
sebagai perilaku yang menyimpang dari etika yang menyangkut tindakan
seseorang disebabkan oleh motif pertimbangan pribadi, seperti kekayaan dan
kekuasaan/status.
Sementara dari ragamnya, korupsi sebagaimana dinyatakan oleh Y.Meny,
ada empat macam, yaitu :
a.) Korupsi Jalan Pintas
Banyak dipraktikkan dalam kasus penggelapan uang negara, perantara
ekonomi dan politik, sector ekonomi membayar untuk kepentingan
politik. Bila masuk dalam kategori ini kasus para pengusaha agar
menginginkan agar UU Perburuhan tertentu diberlakukan; atau
peraturan-peraturan yang menguntungkan usaha tertentu untuk tidak di
revisi. Lalu partai-partai politik mayoritas memperoleh uang sebagai

4
balas jasa.
b.) Korupsi upeti
Bentuk korupsi yang dimungkinkan karna jabatan
strategis. c.) Korupsi kontrak
Korupsi ini tidak bisa dilepaskan dari upaya mendapatkan proyek atau
pasar; masuk dalam kategori ini adalah untuk mendapatkan fasilitas
pemerintah.
d.) Korupsi pemerasan
Korupsi ini sangat terkait dengan jaminan keamanan dan urusan-
urusan gejolak internal maupun dari luar.

2.3 Sebab dan Motif Korupsi


Menurut Prof. Dr H. Abudin Nata, M.A, bahwa penyebab terjadinya
korupsi adalah :
1.) Tekanan sosial yang menyebabkan manusia melakukan pelanggaran
terhadap norma-norma
2.) Karena adanya sikap partikularisme dan nepotisme
3.) Sikap mental yang meremehkan mutu
4.) Sikap mental yang suka menerobos
5.) Sikap tak percaya pada diri sendiri
6.) Sikap tak berdisiplin murni
7.) Sikap mental yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Korupsi termasuk penyelewengan terhadap wewenang publik yang timbul
karena kurangnya kontrol terhadap kekuasaan yang dimiliki dan terbukanya
kesempatan untuk menyelewengkan kekuasaan tersebut. Di samping itu, motif-
motif pribadi juga turut mendukung terjadinya tindakan pidana korupsi seperti
halnya ingin cepat kaya dan memperoleh pengakuan akan status sosial.
Sedangkan dilihat dari motifnya, Abdulloh Hehamahua, 2005
membedakan korupsi menjadi 5, yaitu :

1.) Korupsi karena kebutuhan


2.) Korupsi karena ada peluang

5
3.) Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintahan
4.) Korupsi karena ingin memperkaya diri
5.) Korupsi karena ingin menguasai suatu negara.

2.4 Definisi Anti Korupsi


Anti korupsi adalah serangkaian tindakan, kebijakan, dan upaya yang
bertujuan untuk mencegah, mendeteksi, mengungkap, dan menghentikan praktik
korupsi dalam berbagai aspek kehidupan, baik disektor pemerintahan maupun
sektor swasta. Tujuan anti korupsi lebih menekankan pada pembangunan karakter
antikorupsi ( anti-corruption character building ) pada diri individu mahasiswa
sertamembangun semangat dan kompetensinya sebagai agent of change bagi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari ancaman
korupsi.
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan
suatu Gerakan Anti-korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama
yang bertujuan untuk menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan
tumbuhnya budaya anti- korupsi di masyarakat diharapkan dapat mencegah
munculnya perilaku koruptif. Gerakan Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka
panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran mahasiswa
sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan.
Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai-
nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan
keadilan. Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai
cara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting
dilakukan kepada mahasiswa. Pendidikan anti- korupsi bagi mahasiswa dapat
diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain kegiatan sosialisasi, seminar,
kampanye atau bentuk-bentuk kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Pendidikan
antikorupsi juga dapat diberikan dalam bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk
mata kuliah wajib maupun pilihan (Suryani, 2016)

6
2.5 Nilai – Nilai Anti Korupsi
Nilai-nilai anti korupsi merupakan sikap anti dengan budaya korupsi,
melalui pendidikan nilai diharapkan mampu menjadi solusi atas permasalahan
bangsa terkait dengan korupsi. Dalam konteks pendidikan anti korupsi ini yang
penting untuk ditekankan ialah pendidikan nilai bukan memupuk kemandirian
beretorika tentang nilai-nilai atau tentang suatu ideologi. Akan tetapi
menggunakan pengetahuan dan ketaatan terhadap nilai-nilai untuk memupuk
kemampuan membimbing bangsa ke pembaruan cara hidup sesuai realitas yang
ada.
Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya
korupsi sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa
penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu,
sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya
pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau
setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi
tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain
meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan
oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak
terjadi. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk
dapat dijalankan dengan baik.

2.5.1 Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati,
tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang
sangat penting bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008). Nilai
kejujuran dalam kehidupan kampus yang diwarnai dengan budaya
akademik sangatlah diperlukan.

7
Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang berlaku dimana-
mana termasuk dalam kehidupan di kampus. Jika mahasiswa terbukti
melakukan tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup akademik maupun
sosial, maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu untuk
mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai akibatnya mahasiswa akan
selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain karena
selalu merasa curiga terhadap mahasiswa tersebut yang terlihat selalu
berbuat curang atau tidak jujur. Selain itu jika seorang mahasiswa pernah
melakukan kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat
memperoleh kembali kepercayaan dari mahasiswa lainnya. Sebaliknya jika
terbukti bahwa mahasiswa tersebut tidak pernah melakukan tindakan
kecurangan maupun kebohongan maka mahasiswa tersebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela tersebut. Prinsip
kejujuran harus dapat dipegang teguh oleh setiap mahasiswa sejak masa-
masa ini untuk memupuk dan membentuk karakter mulia di dalam setiap
pribadi mahasiswa.

2.5.2 Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan (Sugono : 2008). Nilai kepedulian
sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam kehidupan di kampus dan
dimasyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan, seorang mahasiswa
perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan
di dalam kampus maupun lingkungan di luar kampus.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian
diantaranya adalah dengan menciptakan suasana kampus sebagai rumah
kedua. Hal ini dimaksudkan agar kampus menjadi tempat untuk
mahasiswa berkarya, baik kurikuler maupun ekstra-kurikuler, tanpa
adanya batasan ruang gerak. Selain itu dengan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
sebagai manusia yang utuh dengan berbagai kegiatan di kampus,
Kegiatan-

8
kegiatan tersebut dapat meningkatkan interaksi antara mahasiswa satu
dengan mahasiswa yang lainnya sehingga hubungan saling mengenal dan
saling belajar dapat dicapai lebih dalam.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan
bagi mahasiswa untuk menggalang dana guna memberikan bantuan biaya
pendidikan bagi mahasiswa yang membutuhkan. Dengan adanya aksi
tersebut, maka interaksi mahasiswa satu dengan lainnya akan semakin erat.
Tindakan lainnya adalah dengan memperluas akses mahasiswa kepada
dosen di luar jam kuliah melalui pemanfaatan internet dan juga
meningkatkan peran dosen sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator.
Ini penting dilakukan karena hubungan baik mahasiswa dengan dosen
akan memberikan dampak positif bagi tertanamnya nilai kepedulian

2.5.3 Kemandirian
Kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah
laku sesuai keinginannya. Perkembangan kemandirian merupakan bagian
penting untuk dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam
Patriana, 2007:20) menjelaskan kemandirian merupakan kemampuan
individu untuk bertingkah laku secara seorang diri dan kemandirian remaja
dapat dilihat dengan sikap remaja yang tepat berdasarkan prinsip diri
sendiri sehingga bertingkah laku sesuai keinginannya, mengambil
keputusan sendiri, dan mampu mempertanggung jawabkan tingkah
lakunya.

2.5.4 Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan (Sugono:2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik
akademik maupun sosial mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin
tidak berarti harus hidup seperti pola militer di barak militer namun hidup
disiplin bagi mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang
ada untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan
tugas baik dalam lingkup akademik maupun sosial kampus.

9
2.5.5 Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).Tanggung jawab adalah
menerima segala sesuatu dari sebuah perbuatan yang salah, baik itu
disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa
perwujudan kesadaran akan kewajiban menerima dan menyelesaikan
semua masalah yang telah di lakukan. Tanggung jawab juga merupakan
suatu pengabdian dan pengorbanan. Maksudnya pengabdian adalah
perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai
perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari
semua itu dilakukan dengan ikhlas.
2.5.6 Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan“
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan
jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Adalah
penting sekali bahwa kemauan mahasiswa harus berkembang ke taraf yang
lebih tinggi karena harus menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa
menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh dengan harapan dan
percaya, maka akan menjadi lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaannya.
Jika interaksi antara individu mahasiswa dapat dicapai bersama dengan
usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan semakin optimum.

2.5.7 Kesederhanaan
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam
interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana
sebaiknya perlu dikembangkan sejak mahasiswa mengenyam masa
pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa
dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya
dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan

10
diidentikkan dengan keinginan semata, padahal tidak selalu kebutuhan
sesuai dengan keinginan dan sebaliknya.
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, mahasiswa dibina
untuk memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup
sederhana ini merupakan parameter penting dalam menjalin hubungan
antara sesama mahasiswa karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan
kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan yang sikap-sikap negatif
lainnya. Prinsip hidup sederhana juga menghindari seseorang dari
keinginan yang berlebihan.

2.5.8 Keberanian
Untuk mengembangkan sikap keberanian demi mempertahankan
pendirian dan keyakinan mahasiswa, terutama sekali mahasiswa harus
mempertimbangkan berbagai masalah dengan sebaik-baiknya.
Pengetahuan yang mendalam menimbulkan perasaan percaya kepada diri
sendiri. Jika mahasiswa menguasai masalah yang dia hadapi, dia pun akan
menguasai diri sendiri. Di mana pun dan dalam kondisi apa pun sering kali
harus diambil keputusan yang cepat dan harus dilaksanakan dengan cepat
pula. Salah satu kesempatan terbaik untuk membentuk suatu pendapat atau
penilaian yang sebaik-baiknya adalah dalam kesunyian di mana dia bisa
berpikir tanpa diganggu.

2.5.9 Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali
dibina sejak masa perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar
mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan benar. Di
dalam kehidupan sehari-hari, pemikiran-pemikiran sebagai dasar
pertimbangan untuk menghasilkan keputusan akan terus berkembang
seiring dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Dalam masa perkuliahan setiap mahasiswa perlu didorong untuk mencari
pengalaman dan pengetahuan melalui interaksinya dengan sesama

11
mahasiswa lainnya. Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat
semakin bijaksana dalam mengambil keputusan dimana permasalahannya
semakin lama semakin kompleks atau rumit untuk diselesaikan (Kurniadi
et al., 2017)

2.6 Prinsip-Prinsip Anti Korupsi


Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai
anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip
anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu hubungan
antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.

2.6.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan
kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan
main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure) ,
baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
lembaga(Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam
sektor bisnis, masyarakat, publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya,
antara lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas
keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas
politik (Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus
dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan
dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka
panjang dari sebuah kegiatan. Terkait dengan penjelasan tersebut maka
mata kuliah ini memiliki peran penting dalam penegakan akuntabilitas,
terutama dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena
itu mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademik pemilik masa depan

12
merupakan target pelaku penegakan akuntabilitas masa kini dan masa
depan. Dengan harapan bahwa integritas atau kesesuaian antara aturan
dengan pelaksanaan kerja pada diri mahasiswa dapat semakin
ditingkatkan.

2.6.2 Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik
(Prasojo : 2007).
Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses
penganggaran, proses penyusunan kegiatan, proses pembahasan, proses
pengawasan, dan proses evaluasi. Proses penganggaran bersifat bottom up
mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan
penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Di dalam proses
penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan)
dan alokasi anggaran (anggaran belanja). Proses pembahasan membahas
tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi
penggalangan(pemungutan) dana, mekanisme pengelolaan proyek mulai
dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan
pertanggungjawaban secara teknis. Proses pengawasan dalam pelaksanaan
program dan proyek pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik
dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh
masyarakat sendiri. Proses lainnya yang penting adalah proses evaluasi.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan
secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif,
tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja
pembangunan.

2.6.3 Kewajaran

13
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip
fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk
mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini
terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas,
terprediksi, kejujuran, dan informatif.
Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan
aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan
tidak melampaui batas (off budget) , sedangkan fleksibilitas artinya adalah
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas
value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip
fairness di dalam proses perencanaan pembangunan. Selain itu, sifat
penting lainnya adalah kejujuran. Kejujuran tersebut mengandung arti
tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang
disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis.
Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Sifat yang
terakhir dalam prinsip kewajaran adalah informatif. Tujuan dari sifat ini
adalah dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif. Sifat informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja,
kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan
ciri khas dari kejujuran.

2.6.4 Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini berperan
untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyarakat.
Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti-korupsi

14
akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada
kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-
nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap
hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan
ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi.
2.6.5 Kontrol Kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas
mengenai lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating
organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia, problematika
pengawasan di Indonesia. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi.
Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol
terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan
pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa oposisi yaitu mengontrol
dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
Sedangkan kontrol kebijakan berupa revolusi yaitu mengontrol dengan
mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai. Setelah memahami
prinsip yang terakhir ini, mahasiswa kemudian diarahkan agar dapat
berperan aktif dalam melakukan tindakan kontrol kebijakan baik berupa
partisipasi, evolusi maupun reformasi pada kebijakan-kebijakan kehidupan
mahasiswa dimana peran mahasiswa adalah sebagai individu dan juga
sebagai bagian dari masyarakat, organisasi, maupun institusi (Kurniadi et
al., 2017).

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pendidikan antikorupsi bagi mahasiswa/siswa mengarah pada pendidikan


nilai, yaitu nilai-nilai kebaikan. Suseno (dalam Djabbar, 2009) berpendapat bahwa
pendidikan yang mendukung orientasi nilai adalah pendidikan yang membuat
orang merasa malu apabila tergoda untuk melakukan korupsi, dan marah bila ia
menyaksikannya. Menurut Suseno, ada tiga sikap moral fundamental yang akan
membuat orang menjadi kebal terhadap godaan korupsi. Ketiga sikap moral
fundamental tersebut adalah kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.
Untuk mendukung Pendidikan Anti Korupsi masuk kurikulum adalah
melalui Pendidikan Anti Korupsi para mahasiswa/siswa sejak usia dini sudah
mengetahui tentang seluk-beluk praktik korupsi sekaligus konsekuensi yang akan
diterima oleh para pelaku. Ketiga , memberikan proses pembelajaran tentang
kepekaan terhadap praktik-praktik korupsi yang ada di sekitar kita. Keempat ,
mendidik para mahasiswa/siswa dari usia dini tentang akhlak atau moral yang
sesuai dengan ajaran-ajaran sosial keagamaan. Kelima , menciptakan generasi
penerus yang bersih dari perilaku penyimpangan, dan keenam , membantu seluruh
cita-cita warga bangsa dalam menciptakan clean and good-goverment demi masa
depan yang lebih baik dan beradab
3.2 Saran
Kajian pendidikan anti korupsi dapat dilakukan dengan pendekatan
positivistik untuk mengevaluasi capaian persepsi tentang gerakan antikorupsi.
Pendidikan anti korupsi sebagai kelanjutan dari masa pendidikan dasar,
menengah sampai perguruan tinggi untuk membangun kesadaran etik dan moral.
Kesadaran ini yang membimbing tindakan dan perilaku anti korupsi, dan
tentunya anti suap. Upaya persuasif dan tindakan nyata dapat dibangun secara
tidak eksplisit dalam proses belajar di kampus dengan pemberian ganjaran bagi
yang jujur dan pemberian sangsi yang tegas bagi yang tidak jujur. Pandangan ini
tidak saja langkah utopia, tetapi memang secara sadar dibangun.

16
SOAL KELOMPOK 7 MATERI 1 “NILAI –NILAI DAN PRINSIP ANTI KORUPSI”
1.Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corupption atau corrupto yang artinya yaitu...
a. kejujuran, kepedulian dan kemandirian
b. kesederhanaan, tidak jujur,dan kebijakan
c. Jalan pintas, kemandirian dan kesederhanaan
d. Merusak,tidak jujur dan dapat disuap

Jawabannya: d. Merusak, tidak jujur dan dapat disuap


Alasannya: korupsi diartikan sebagai perbuatan yang busuk seperti penggelapan uang, penerima
uang sogok dan sebagainya

2. Nilai nilai dan prinsip Anti korupsi merupakan dasar etika dan moral yang bertujuan untuk....
a. Mencegah dan mengurangi anti korupsi dalam berbagai sektor masyarakat
b. Memperbaiki kualitas dalam masyarakat
c. Memperkaya diri sendiri
d. Memperkaya orang lain dengan cara melawan hukum

Jawabannya: a. Mencegah dan mengurangi anti korupsi dalam berbagai sektor dalam masyarakat

Alasannya: korupsi merupakan salah satu ciri" dari penyuapan oleh karena itu mencegah
penyuapan yaitu mengurangi korupsi dalam sektor masyarakat

3. Dibawah ini yang tidak termasuk dari model model korupsi, kecuali...
a. jalan pintas
b. korupsi kontrak
c. Sedekah
d. pemerasan

Jawabannya: c.sedekah
Alasannya: sedekah merupakan tindakan yang baik untuk dilakukan oleh karena itu sedekah tidak
termasuk dalam model korupsi

4. Menurut prof.Dr H. Abudin nata,M.A bahwa penyebab terjadinya Anti korupsi kecuali....
a.karena adanya sikap partikularisme dan nepotisme
b. Sikap tak percaya pada diri sendiri
c. Sikap mental yang suka menerobos
d. Sikap kepedulian terhadap masyarakat

Jawabannya: d. Sikap kepedulian terhadap masyarakat


Alasannya: karena sikap kepedulian terhadap masyarakat itu tidak termasuk dalam kategori
terjadinya korupsi

5. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap
individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip
anti korupsi yaitu....
a. kepedulian,kemandirin, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras
b. akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan
c. transparansi, kemandirian dan tanggung jawab
d. Kontrol kebijakan, kejujuran dan keadilan

Jawabannya: b.akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan


Alasannya: karena akuntabilitas,transparansi,kewajaran,kebijakan,dan kontrol kebijakan dalam
suatu organisasi institusi/masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara prinsip-prinsip dan nilai-
nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

A.S. Burhan dkk. 2004. Memerangi Korupsi; Geliat Agamawan atas Problem
Korupsi di Indonesia. Jakarta: Kemitraan Partnership & P3M.

Maheka, Arya. 2006. Mengenali dan Memberantas Korupsi, Jakarta : KPK


Justiana,Sandri,dkk. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Antikorupsi
(PBAK). Jakarta: Pusat Pendidikan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Kadir, Y. (2018). Kebijakan Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi.
Gorontalo Law Review , 1 (1), 25. https://doi.org/10.32662/golrev.v1i1.95
Kristiono, N. (2018). Penanaman Nilai Anti korupsi Bagi Mahasiswa Fis
UnnesMelalui Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi. Refleksi Edukatika :
Jurnal Ilmiah Kependidikan , 9 (1). https://doi.org/10.24176/re.v9i1.2807
Kurniadi, N. T. P. M. E. S. I. S. U. Y., Karsona, A. I. S. A. M., Bura, G. L. B.
R.O., & Wibowo, A. P. (2017). Anti-Korupsi Pendidikan
Suryani, I. (2016). PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI
DILEMBAGA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI
UPAYAPREVENTIF PENCEGAHAN KORUPSI Ita. Jurnal Visi
Komunikasi , 14 (02), 285–301.
http://publikasi.mercubuana.ac.id/files/journals/16/articles/425/submission/copyed
it/425-1086-1-CE.pdf
http://www.pa-sintang.go.id/artikel-1426-memahami-bentukbentuk-perbuatan-
korupsi.html
http://pencegahankorupsi.blogspot.com/2016/06/strategi-pemberantasan-korupsi-
nasional.html

18

Anda mungkin juga menyukai