Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR

ILMU EKONOMI

PERKONOMIAN INDONESIA

DARI DULU HINGGA KINI

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN LABORA


ARISTYA OKTRIZA

Kata Pengantar

Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada akhirnya tugas Makalah Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Ekonomi ini bisa penulis selesaikan. Ucapan terima kasih yang sangat mendalam
tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak Burhanuddin, SE.,MM. yang telah memberikan
materi pengajaran dan memberikan support dukungan moral yang tak terhingga yang secara
tidak langsung dirasakan oleh penulis dalam kegiatan belajar mengajarnya selama ini. Karya
tulis ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi di
Kampus Labora. Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada ratusan pihak-pihak

1
lain yang tidak mungkin disebutkan sat per satu yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini.
I. Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................ 1
Daftar Isi.......................................................................................................................... 2
Pendahuluan.................................................................................................................... 3
Latar Belakang................................................................................................................ 5
Rumusan Masalah........................................................................................................... 5
Pembahasan..................................................................................................................... 5
Perekonomian Indonesia Pra Kemerdekaan.................................................................... 5
Perekonomian Indonesia Pasca Kemerdekaan................................................................ 6
Perekonomian Indonesia Di Masa Sekarang................................................................... 10
Penutup............................................................................................................................. 11
Kesimpulan....................................................................................................................... 11
Saran.................................................................................................................................. 12
Daftar Pustaka.................................................................................................................... i

2
II. Pendahuluan

Bangsa Indonesia sudah mengalami transisi dari masa ke masa. Sistem perekonomian
yang berlaku di Indonesia pun selalu beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Berbagai
macam sistem pemerintahan pun sudah dicicipi negara ini. Penulis ingin memaparkan kronologis
sistem perekonomian yang pernah dianut oleh bangsa Indonesia. Sebagai warga negara yang
baik sudah sepantasnya kita mengenal bangsa kita. Hasil dari bacaan atau diagnosa sejarah
perekonomian yang terjadi di Indonesia akan dapat membuat kita lebih mengenal bangsa ini dan
tentunya akan menambah wawasan kita dari segi perekonomian sebagai salah satu modal yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang praktisi ekonomi yang professional.
Banyak yang bisa kita pelajari dari perjalanan perekonomian Indonesia dari masa ke
masa. Berbagai periode pemerintahan memang mempengaruhi system perekomian yang
berlangsung di Indonesia. Berbagai macam sistem perekonomian telah dicicipi negeri ini seiring
dengan sistem pemerintahan yang kerap berganti sebelum masa orde baru. Penulis akan
menjabarkan secara ringkas setiap fase perekonomian yang pernah bergulir di Indonesia.
Sebagai generasi penerus sudah sepantasnya kita menguasai sejarah perekonomian yang
terjadi di Indonesia. Walaupun tidak menguasai sejarah perekonomian, minimal kita mempunyai
pengetahuan tentang itu. Penulis meyakini bahwa banyak hal positif yang bisa dan seharusnya
kita ambil sebagai generasi penerus yang wajib mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang
baik atas perekonomian di Indonesia.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan tidak pernah melupakan sejarah
bangsanya.” Ini adalah ucapan Bung Karno yang hingga detik ini tetap menjadi wejangan yg luar
bisa bagi kita semua sebagai generasi penerus. Hal ini sebenarnya adalah ucapan yang sangat
logis dan benar – benar dapat dibuktikan.
Mengapa demikian? Hal ini sebenarnya sangat bisa dijelaskan secara logis. Jika suatu bangsa
benar – benar menghargai negaranya, maka ia mengetahui bagaimana perjuangan bangsa
tersebut sehingga bangsa itu mencapai seperti kondisi sekarang. Banyak hikmah dan pelajaran
yang dapat diambil dari perjalanan suatu bangsa hingga masuk ke era millenium sekarang ini.
Begitu halnya dengan negara Indonesia. Naik – turun pergolakan sejarah perekonomian yang
sudah dilalui bangsa ini semata – mata akan menambah pengalaman dan perngetahuan sehingga
membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat. Kita bisa belajar dari negara Jepang dan

3
China. Gejolak perekonomian yang pernah mereka lalui benar – benar adalah sesuatu yang tidak
mudah. Tapi setelah berhasil melewati itu semua apa yang terjadi? Negara Jepang dan China saat
ini adalah negara – negara yang berhasil menguasai perekonomian dunia. Perekonomian China
kini menduduki peringkat ke-2 terbesar di Dunia, di bawah Amerika Serikat. China berhasil
menggeser Jepang yang sudah 40 tahun menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-2 di
dunia. Perekonomian Jepang di 2010 mencatat angka pertumbuhan 3,9%, jauh di bawah
pertumbuhan ekonomi China yang di 2010 lalu mencatat angka 10,3%. China pun memecahkan
rekor surplus dari ekspornya di tahun 2014 ini.Total ekspor dan impor China mencapai US$ 4,16
triliun atau senilai Rp 41.600 triliun dengan surplus perdagangan Rp 2.500 triliun lebih.
(Selasa, 14/01/2014 15:33 WIB - http://finance.detik.com).

Maka dari pengalaman sejarah bangsa – bangsa besar memberikan pembelajaran kepada
kita bahwa mengenal perjalanan sejarah suatu bangsa, di bidang perekonomian khususnya, dapat
melengkapi pengetahuan dan pengalaman kita agar siap menghadapi globalisasi ekonomi
contohnya AFTA 2014.

4
III. Latar Belakang

Memasuki AFTA 2014 dimana serangan – serangan bangsa asing dari segi komoditi
barang impor dan juga SDM(sumber daya manusia), bangsa Indonesia benar – benar harus
mempersiapkan diri. Karena kalau kita tidak mempersiapkan diri maka sudah pasti semua SDM
kita akan kalah alias dinomor-duakan oleh para Employer (perusahaan yang akan merekrut SDM
Indonesia) karena mereka (Employer) sudah pasti lebih memilih SDM dari luar Indonesia yang
memang sudah terbukti dan lolos kualifikasi adalah individu – individu profesional yang
memiliki kompetensi tinggi.
Langkah pertama yang paling bijaksana dalam usaha mengantisipasi itu semua adalah
dengan mempersiapkan pengetahuan kita agar dapat mengambil keputusan dengan tepat tentang
apa langkah – langkah selanjutnya yang harus segera diambil oleh bangsa Indonesia. Sebab kalau
tidak cepat maka bangsa Indonesia akan “tergilas” oleh roda perekonomian dunia.

IV. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perjalanan ekonomi Indonesia pra kemerdekaan?


2. Bagaimana perjalanan ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan?
3. Bagaimana ekonomi Indonesia sekarang ini?

V. Pembahasan

1. Ekonomi Indonesia Pra Kemerdekaan


Perekonomian Indonesia yang sudah terbentuk dan terpatri dari zaman kolonial Belanda
adalah suatu bentuk yang cukup rumit (di dalamnya termasuk produksi petani/tuan tanah dan
produsen kecil maupun produksi kerajinan dan pertukangan) serta berbagai tingkat produksi
komersial dan kapitalis. Proses revolusi dan industrialisasi berlangsung amat lamban. 
Indonesia belum menjadi masyarakat yang maju seluruhnya, tapi sebagian terbesar masih terdiri
dari tuan tanah dan petani, produsen komoditi kecil dan pejabat negara, serta 
petani tak bertanah(petani yang tak memiliki sawah sendiri) dan pengangguran. Namun demikian
negara di Indonesia sejak abad lalu telah menjadi negara kapitalis, yang menciptakan kondisi

5
bagi masuknya modal asing. Tetapi perkembangan negara ini telah melewati berbagai tahap.
Hanya dalam konteks transformasi atau peralihan bentuk dan fungsi.

Periode-periode yang terpenting ialah:

a. 1870-1940: Periode enclave atau kantong-kantong produksi yang menghasilkan komoditi


ekspor (terutama gula di Jawa, karet dan kopi di Sumatra). Dalam periode ini negara
terutama mewakili kepentingan modal Belanda. 
b. 1941-1958: Periode ini memperlihatkan kemerosotan ekonomi enclave dan produksi
komoditi ekspor yang disebabkan oleh situasi ekonomi dunia maupun melemahnya
investasi modal Belanda dan merosotnya daya-mampu borjuasi Belanda dalam
mendominasi aparatus negara. Negara republik yang menggantikannya berada dalam
kekosongan ("vacuum") kekuasaan sosial karena lemah dan terpecah-belahnya kekuatan
kelas sosial. 

Sesudah periode ini berakhir, maka periode berikutnya adalah periode dimana bangsa
Indonesia banyak melakukan transformasi sistem. Termasuk di dalamnya adalah sistem
perekonomian.

2. Ekonomi Indonesia Pasca Kemerdekaan


Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang Repoeblik
Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti
menjadi Rupiah. Langkah – langkah awal bangsa Indonesia dalam usaha perbaikan sistem
ekonominya pasca kemerdekaan adalah :
1. 1958-1965: Negara melakukan nasionalisasi terhadap ekonomi kolonial yang runtuh, dan
melakukan mediasi (perantaraan) dalam kemelut pertentangan yang semakin sengit antara
persekutuan sosial-olitik yang bertujuan revolusi sosial di satu pihak, dengan persekutuan
yang bertujuan membangkitkan kembali kapitalisme di lain pihak.
Periode ini berakhir dengan kemenangan kekuatan-kekuatan kapitalis dan kalahnya
kekuatan revolusi sosial.

6
2. 1965-1981: Negara Orde Baru yang didominasi militer mengkonsolidasikan kekuasaan
atas dasar persekutuan antara modal asing, pemodal Tionghoa (cukong), dan modal besar
pribumi; negara bersandar pada sistem produksi kapitalis yang digerakkan investasi
Amerika Serikat dan Jepang dalam sektor sumber daya dan energi serta dalam produksi
industri ekspor dan substitusi impor yang semakin meningkat. Percepatan transformasi ini
merasuki kekuasaan sosial ekonomi borjus, borjuasi Belanda mulai menekan monopoli
negara ini dan membuka negeri jajahan bagi investasi modal swasta. Pada 1970 undang-
undang tanah baru memungkinkan para kapitalis Belanda menyewa tanah-tanah luas yang
"tidak digunakan" untuk tujuan pertanian perkebunan dan melengkapi kapitalis ini
dengan sewa tanah milik desa jangka pendek (21 tahun). Negara tidak lagi camput tangan
langsung dalam proses produksi yang memaksakan penyediaan tenaga kerja dan
menjamin penyerahan hasil bumi, melainkan menjamin kondisi umum bagi eksistensi dan
reproduksi ekonomi perkebunan kolonial.

Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem
ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang
belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang
berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik,
mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.
Di era orde baru, bangsa Indonesia berhasil mencapai prestasi yang luar biasa, yaitu
Indonesia berhasil swasembada beras. Di masa ini bangsa Indonesia juga memiliki “gigi” di
kancah perekonomian dunia. Nilai tukar mata uang rupiah pun mencapau rekor yang cukup
fantastis. 1 US$ = Rp.378,-
Berikut adalah perjalanan nilai tukar mata uang USD terhadap IDR :

Inilah sejarah perjalanan rupiah kita dari semula 1 US$ = Rp. 1.88 hingga 1 US$ = Rp. 9.200

 6 Maret 1946 : 1 rupiah menjadi 3 sen. Satu rupiah Jepang disamakan dengan tiga sen
uang NICA yang mulai saat itu dinyatakan sebagai pengganti uang Jepang di daerah yang
diduduki Sekutu.
 7 Maret 1946 : Devaluasi rupiah sebesar 29,12%. Semula US$ 1 = Rp 1,88 menjadi US$
1 = Rp 2,6525. Akan tetapi nilai tukar US$ dipasar bebas 19,50 pada Januari 1948

7
 20 September 1949 Devaluasi rupiah 1 US$ = Rp 3,80 Dengan catatan saldo perdagangan
Indonesia sedang mengalami fase sangat tidak normal akibat kondisi perang dan revolusi
 23 Oktober 1949 : Rp 100 = satu rupiah ORI (berlaku di luar Jawa dan Madura). Khusus
di Jawa dan Madura, kurs penukaran adalah 5 : 1
 Februari 1952 : Devaluasi Rupiah sebesar 66,67%. Semula US$ 1 = Rp 3,80 menjadi
US$ 1 = Rp 11,40. Dipasar gelap tahun 1954 1 US$ = Rp. 44,- dan tahun 1955 1 US$=
Rp.48,-
 25 Agustus 1959, uang harus dikebiri lagi. Uang kertas Rp 1.000,- (yang disebut si
Gajah) dan Rp 500,- (si Macan) dinyatakan susut nilainya hingga tinggal 10%. Simpanan
di bank yang nilainya melebihi Rp 25.000,- dibekukan. Maka cerita pilu pun
bermunculan.
 Tahun 1964 Rupiah didevaluasi 1 US$ = Rp. 250 namun dipasar gelap Januari 1964 =
Rp. 2000,- Desember 1964 = Rp. 4700, Januari hingga Desember 1965 berturut-turut =
Januari =Rp. 9.000, Feb = 8.500, Mar = 9000, Apr = 10.000, Mei = 10.000, Jun = 9.000,
Jul = 11.000, Ags = 13.000, Sep = 12.000, Okt = 14500, Nov = 28.000, dan Desember
1965 Rp. 35.000 per Dolar AS. Kejatuhan Bung Karno
 13 Desember 1965, Rp 1.000,- uang lama harus ditukarkan dengan uang baru senilai Rp
1,-. Keparahan ekonomi ini terlihat dari nilai AS $ 1 yang mencapai Rp 10.000,- uang
lama (sama dengan kurs di awal 1998) atau Rp 10,- uang baru.
 17 April 1970 Devaluasi 1 US $ = Rp. 378,- Orde Baru perlahan-lahan mulai
membangun perekonomian, pun dengan langkah devaluasi. Nilai rupiah dipotong 10%
menjadi Rp 415,-/AS $ 1 pada 23 Agustus 1971.
 Pada 1978 mematok AS $ 1 pada Rp 625,-. Orang miskin makin menjerit karena harga
barang langsung melonjak. Karena tak sanggup menyangga rupiah, apa mau dikata,
pemerintah harus memangkas lagi rupiah pada 29 Maret 1983. Dari Rp 700,- menjadi Rp
970,- per AS $ 1. Itulah mimpi buruk ketujuh.
 Pakto 88, kependekan dari Paket Oktober 1988, berupa deregulasi perbankan dan upaya
peningkatan kegairahan berinvestasi, dalam jangka pendek berhasil mendongkrak
pertumbuhan. Namun, rakyat kebanyakan hanya bisa menyimpulkan, deregulasi tak lebih
dari pengukuhan kejutan keuangan dua tahun sebelumnya, saat dolar AS melonjak ke
angka Rp 1.600,an.

8
 Sejak Oktober 1997, rupiah dibiarkan mengambang bebas (free floating) sesuai pasar.
Benar saja, dolar AS naik dari Rp 2.300,- ke Rp 3.100,- , ke Rp 4.000,-, melompat ke Rp
5.500,-, dan seterusnya. Pengamat pasar uang Theo Francisco Toemion mengistilahkan
rupiah terjun bebas karena depresiasi puluhan persen tak lagi dalam kurun tahunan atau
bulanan, melainkan harian.
 Puncaknya adalah ketika AS $ 1 bernilai Rp 17.200,- pada April 1998, berarti rupiah
terdevaluasi 750% dalam setahun. Terbayang akibat kejutan kesembilan ini, orang makan
ayam goreng beserta kentang impor dan sayurannya harus membayar Rp 100.000,-,
walau jika didolarkan tak lebih dari AS $ 6.’ Kejatuhan pak Harto’
 Rupiah didevaluasi dari 1 US$ = Rp. 11.40 menjadi 1 US$ = Rp. 45. Dipasar gelap 1 Us
$ = Rp. 93,75 pada akhir September 1959 naik menjadi Rp. 250 akhir Desember 1959
dan Rp.550 pada akhir Januari 1960 dan Rp. 1000 pada akhir Desember 1962, Rp. 1300
akhir Januari 1963 menjadi Rp. 1900 Desember 1963

3. Ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden SBY sekarang ini.


Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 relatif lebih baik dibanding pertumbuhan di
negara-negara lain. Karena itu, meskipun pada 2014 merupakan tahun politik karena
dilaksanakannya Pemilu dan Pemilihan Presiden, menurut pakar ekonomi perekonomian
Indonesia diperkirakan justru akan makin membaik dibanding tahun 2013 lalu.
Menurut Prof. Firmanzah, PhD, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
(2013), “Segala hal yang telah kita lakukan sepanjang tahun ini merupakan modal berharga
menyongsong tahun 2014”. Menurut Firmanzah, kita perlu beryukur bahwa sepanjang tahun
2013, kita telah mampu melewati sejumlah tantangan di bidang ekonomi. “Berkat kerja keras
kita semua termasuk Pemerintah (Pusat-Daerah), parlemen (Pusat-Daerah), dunia usaha,
akademisi serta segenap elemen bangsa lainnya perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif
ditengah sejumlah tantangan.”
Ada enam tantangan strategis yang diyakini oleh Prof. Firmanzah, PhD dimana bangsa
Indonesia telah mampu melaluinya. Sesuai analisa beliau maka di era pemerintahan SBY ini
bangsa Indonesia akan mampu naik ke level yang lebih tinggi lagi, dimana perekonomian
Indonesia akan lebih stabil lagi. Berikut adalah 6 (enam) tantangan strategis yang telah berhasil
dilalui oleh bangsa Indonesia menurut penelitian Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia ini :

9
 Pertama, membuat struktur fiskal tetap sehat, kuat dan berkelanjutan. Salah satu titik
krusial dalam hal ini adalah keberhasilan pemerintah melakukan penyesuaian harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Juni 2013. “Melalui hal ini, Indonesia
terhindar dari ancaman defisit anggaran akibat melonjaknya subsidi yang tanpa
penyesuaian melonjak menjadi Rp. 297 triliun. Melalui penyesuaian harga BBM
bersubsidi maka defisit fiskal sampai akhir 2013 diperkirakan tetap sehat dan dalam
kisaran 2,41 persen dari PDB atau sekitar Rp. 225,5 triliun,” papar Firmanzah.
 Kedua, lanjut Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan itu, terkait
dengan mengelola inflasi akibat sejumlah faktor seperti dampak penyesuaian harga BBM
bersubsidi, volatilitas harga komoditas pangan dunia dan meningkatnya konsumsi akibat
tingginya permintaan domestik. Menurut Firmanzah, dari sisi ini, ekonomi Indonesia
berjalan lebih efisien dan efektif bila kita bandingkan dengan periode dimana
penyesuaian harga BBM bersubsidi dilakukan. Diuraikannya, pada 2005, ketika
penyesuaian harga BBM bersubsidi inflasi mencapai 17,11 persen. Penyesuaian harga
BBM bersubsidi dilakukan kembali di tahun 2008 dan inflasi pada saat itu mencapai
11,06 persen. Pada 2013, ketika pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM
bersubsidi, inflasi dapat dikendalikan dan diprediksi dibawah 8,5 persen.
 Ketiga, kata Firmanzah, terkait menjaga daya saing nasional khususnya usaha
meningkatkan investasi di sektor riil di tengah gejolak pasar keuangan dunia. Menurut
World Econmic Forum (WEF), posisi daya saing nasional pada 2013 meningkat dari
posisi sebelumnya 50 meningkat menjadi peringkat 38 dunia. “Hal ini juga menjelaskan
meningkatnya realisasi investasi baik di sektor riil maupun infrastruktur nasional di
sepanjang tahun 2013,” jelas Firmanzah. Ia menyebutkan, sesua data BKPM, sampai
kuartal III-2013 realisasi investasi mencapai Rp. 290 triliun atau meningkat sebesar 22,9
persen (yoy). Diperkirakan sampai akhir 2013 investasi di sektor riil dan infrastruktur
dapat mencapai Rp 390 triliun.
 Keempat, lanjut Firmanzah, terkait dengan mitigasi dampak rencana tapering-
off stimulus moneter di amerika Serikat. Dampak atas rencana ini mengakibatkan
tertekannya pasar keuangan dunia ditandai dengan terdepresiasinya nilai tukar mata
uang, tertekannya indeks pasar modal, tertekannya cadangan devisa meningkatnya yield
obligasi dan suku bunga acuan di banyak negara emerging dan berkembang. Firmanzah
menjelaskan, bagi Indonesia, selain masih tertekannya nilai tukar rupiah akibat juga
tingginya permintaan dolar Amerika Serikat di akhir tahun, sejumlah indikator
menunjukkan arah perbaikan. Hal ini dapat dibandingkan dengan 2008 dimana Indonesia
harus mengatasi dampak krisis Subprime-Mortgage dan sekaligus menjelang Pemilu
2009.  Indeks harga saham gabungan berada dalam rentan 4.240-4.400 bandingkan
dengan posisi terakhir penutupan perdagangan 2008 dimana IHSG hanya sebesar 1.355.
Cadangan devisa pada akhir November 2013 mencapai 97 miliar dollar AS jauh lebih
tinggi dibandingkan pada 2008 sebesar 51,6 miliar dollar AS. BI rate sampai akhir 2013
sebesar 7,5 persen jauh lebih rendah dibandingkan pada desember 2008, saat BI rate
mencapai 9,25 persen. “Sejumlah lembaga pemeringkat internasional seperti Fitch,
Moody’s, R&I, dan Standard and Poor’s tetap mempertahankan investment-
grade Indonesia di tahun 2013,” tambah Firmanzah.
 Kelima, kata Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan itu, terkait
dengan upaya untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Ketidakseimbangan antara
permintaan domestik yang tinggi dengan masih perlu waktu dalam meningkatkan

10
produksi nasional, kata Firmanzah, membuat defisit transaksi berjalan menjadi tantangan
penting bagi perekonomian nasional. Ia menyebutkan, dari sisi fiskal, pemerintah telah
mengeluarkan 4 paket kebijakan disusul dengan dikeluarkannya 17 paket kebijakan
untuk memduahkan doing-business di Indonesia.“Defisit transaksi berjalan berhasil
diturunkan pada kuartal III-2013 menjadi 8,4 miliar dollar ASatau 3,8 persen dari PDB
dari posisi kuartal II-2013 yang mencapai 9,9 miliar dollar AS atau 4,4 persen dari
PDB,” papar Firmanzah sembari menyebutkan, Bank Indonesia memperkirakan defisit
transaksi berjalan 2013 akan dapat ditekan pada 3,5 persen dari PDB nasional.
 Terakhir atau tantangan keenam, lanjut Firmanzah, terkait dengan upaya menjaga terus
bergeraknya sektor riil utamanya sektor mikro, kecil dan menengah di
Indonesia.  Terjaganya daya beli masyarakat serta perbaikan infrastruktur, kata
Firmanzah, membuat terus bergeraknya dunia usaha di sektor ini.

VI. Penutup
Perekonomian bangsa Indonesia memang mengalami pasang surut. Terbukti dari nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang juga naik turun. Sudah sepantasnya kita sebagai
warga negara yang baik mendukung semua program pemerintah demi terciptanya perbaikan dan
stabilitas perekonomian seperti yang selama ini kita inginkan.
VII. Kesimpulan
Memang terdapat perbedaan yang mencolok diantara 3 (tiga) masa perjalanan sistem
perekonomian di Indonesia. Perbedaan mendasarnya adalah :
 Sebelum zaman kemerdekaan dimana sistem perekonomian yang dipakai lebih
kepada adaptasi sistem dari zaman Hindia Belanda. Melalui serikat dagang
Belanda VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) bangsa Belanda banyak
memberikan pengaruh terhadap sistem perekonomian Indonesia. Contoh
peninggalan sistem VOC yang masih dipakai di Indonesia diantaranya adalah :
 Pos hansip (Gardu. Bahasa belanda yang artinya pos penjagaan)
 Sistem pajak.
 Pemakaian uang kertas (jaman dahulu sebelum VOC masuk ke Indonesia
masyarakat Indonesia sudah memiliki mata uang yang terbuat dari emas.

Pemberlakuan hak monopoli oleh suatu golongan. (UUD 1945 pasal 33.) Hal ini
adalah warisan bangsa Belanda (VOC) yang masih kita anut sampai sekarang.
Pada saat Indonesia baru merdeka pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat
difokuskan terhadap investasi masuknya modal asing ke Indonesia. Hal ini
memang dijadikan hal utama di masanya karena pada saat itu bangsa Indonesia
11
memang membutuhkan investasi yang tidak sedikit untuk membangun sistem
perekonomian.

 Di zaman pasca kemerdekaan ini bangsa Indonesia benar – benar membuka


kesempatan investasi bagi negara – negara yang mau berinvestasi di Indoneia.
Maka masuklah investasi dari bangsa asing. Walaupun saat itu investasi
masyarakat dunia sedang lesu tapi Indonesia berhasil menarik investor – investor
untuk masuk ke Indonesia. Maka warisan dari masa itu masih kita rasakan hingga
detik ini, dimana banyak sekali perusahaan – perusahaan besar dan vital yang
ternyata kepemilikannya dikuasai bangsa asing. Seperti Telkomsel adalah salah
satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia yang ternyata kepemilikan
saham terbesarnya adalah milik Amdocs perusahaan telekomunikasi dari Israel
dengan Proyek Customer Relationship Management bersama Telkomsel. Investasi
sebesar Rp. 1,8 triliun ini pun menjadi gerbang pertama masuknya investasi
telekomunikasi terbesar di Indonesia yang dilakukan oleh Amdocs perusahaan
telekomunikasi dari Israel.
 Dimasa sekarang ini sudah banyak program – program pemerintah yang dibuat
untuk mengembalikan stabilitas perekonomian Indonesia. Sehingga kita bisa
kembali ke masa jaya kita atau bahkan lebih baik lagi dengan swasembada pangan
(tidak perlu impor beras) dan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika lebih baik
dari hari ini. Data – data yang didapat dari lapangan pun mendukung terciptanya
kondisi yang ideal ini. Penulis punya harapan terhadap nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS yaitu US$1 = Rp. 1, -
VIII. Saran

Melihat adanya kemajuan di sistem perekonomian Indonesia sekarang ini maka saran
yang mau disampaikan penulis adalah hendaknya kita sebagai seorang warga negara yang baik
bisa berpartisipasi mensukseskan program perekonomian Indonesia menuju perekonomian yang
lebih stabil dengan harapan US$1 = Rp. 1, -. Cara yang bisa kita tempuh adalah dengan berusaha
dan bekerja keras sesuai dengan keahlian atau bidang profesionalismenya masing – masing.

12
Daftar Pustaka

John S. Wilson & Benjamin Taylor. 2008. Deeper Integration in ASEAN: Why Transport and
Technology Matter for Trade. The World Bank: Trade Facilitation Reform

Zhang Xiaoming. 2006.The Rise of China and Community Building in East Asia. Asia:Asian
Perspective

http://www.aseansec.org/16580.htm( ASEAN Plus Three Cooperation)

Stubbs, R. 2012. ASEAN Plus Three: Emerging East Asian Regionalism. web

2004. Epistemology Debate in the Management Field: Critical Theory Perspective. Management
Usahawan Indonesia.

2003. Environment and Organization: Information Interpretation and Strategic Decision


Perspective. Jurnal Administrasi and Bisnis.

2002. Autonomy Strategy in Subsidiary: Headquarter Control Perspective. Manajemen


Usahawan Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai