Anda di halaman 1dari 24

TANTANGAN KOPERASI INDONESIA PADA ERA OTONOMI

DAERAH DAN PERDAGANGAN BEBAS

Makalah
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Koperasi dan
UMKM

Oleh :
Kelompok 8 EKIS 4B
1. Pasha Orlanda (2104010035)
2. Desy Marshya Andini (2104010052)
3. Annisa Islamiyah (2104010055)
4. Arkas Maulana Asri (2104010056)
5. Niswa Muafiah Ahmad (2104010064)

Dosen Pengampu :
Muh. Zulkifli, S.E., M.Si.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT.
Salawat serta salam mari kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju ke zaman
yang terang-benderang ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Ekonomi Koperasi dan UMKM, dan kepada semua pihak-
pihak yang sudah membantu dalam pembuatan makalah ini yang berjudul Tantangan
Koperasi Indonesia pada Era Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini,
dan kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak
lain yang berkepentingan pada umumnya.

Palopo, 15 Juni 2003

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4


A. Dampak Otonomi Daerah Terhadap Koperasi .................................. 4
B. Peran Koperasi dalam Perdagangan Bebas ....................................... 7
C. Tantangan Koperasi di Era Otonomi Daerah..................................... 8
D. Tantangan Koperasi di Era Perdagangan Bebas ................................ 10
E. Strategi dan Antisipasi Koperasi dalam Menghadapi Era
Globalisasi ....................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 19


A. Kesimpulan ...................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya koperasi adalah sebagai organisasi sosial, yaitu melakukan


kegiatan ekonomi dengan tidak mencari keuntungan. Ada juga yang mengatakan
bahwa koperasi itu hanya memenuhi kebutuhan anggotanya saja. Karena sebenarnya
koperasi adalah bentuk kegiatan usaha yang paling ideal dimana anggotanya, juga
bertindak sebagai produsen, sebagai konsumen dan sekaligus sebagai pemilik. Dalam
konteks Indonesia, koperasi merupakan bentuk usaha yang syah, yang keberadaanya
diakui dalam UUD 1945.
Selama ini pembangunan koperasi di Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil
yang cukup mengembirakan, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pada
waktu terjadi krisis ekonomi terbukti bahwa usaha kecil dan koperasi mampu
bertahan dan menjadi penompang kondisi perekonomian Indonesia yang terpuruk.
Namun, sejak pelaksanaan otonomi daerah, maka pembangunan koperasi seperti
mengalami stagnasi, karena pembinaan koperasi yang tadinya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, sekarang diserahkan kepada daerah. Hal ini terjadi karena masing-
masing daerah mempunyai kebijakan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sehingga ada suatu daerah yang koperasinya menjadi lebih maju karena pemerintah
daerahnya sangat peduli terhadap koperasi, tetapi di daerah lain justru koperasi
mengalami penurunan karena tidak menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi di
daerahnya. Dan bahkan ada suatu daerah yang tidak memasukkan koperasi sebagai
binaan di dalam salah satu struktur organisasi di daerahnya.
Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut maka disusunlah
kebijakan pembangunan dalam upaya memperdayakan usaha mikro, kecil, menengah,
dan koperasi sebagai rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) secara
nasional untuk tahun 2004-2009.

1
2

Pada era reformasi ini dihadapi oleh berbagai tantangan baik secara internal
maupun secara eksternal. Secara internal sekarang yaitu menyongsong pelaksanaan
otonomi daerah, dan secara eksternal dihadapi oleh globalisasi ekonomi dengan
perdagangan bebas.
Pada era reformasi ini MPR telah menetapkan politik ekonomi nasional, yaitu
dengan Tap MPR Nomor XVI/1998, selain itu juga tentang reformasi pembangunan
yaitu TAP MPR Nomor XV tentang otonomi daerah.
Meningkatnya penerimaan daerah dari pengelolaan sumber daya alam di
daerah-daerah sebagai hasil pelaksanaan UU Nomor 25/1999 yang telah diubah
menjadi UUNomor 33/2004 akan mampu meningkatkan APBD perkapita.
Secara eksternal Indonesia menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa lepas dari putaran roda
kegiatan ekonomi secara internasional yang penuh dengan berbagai dinamika.
Kesiapan dalam menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi yang dimulai dari
pelaksanaan AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003, APEC (Asia Pasific
Economic Organization) dan era perdagangan bebas secara total dari WTO (World
Trade Organization) ke depan, merupakan tantangan berat dan tidak bisa dihindari.
Bagi Indonesia ini merupakan masalah serius karena pada saat yang sama sedang
dihadapkan pada berbagai permasalahan ekonomi, politik dalam negeri yang
berkepanjangan dan tidak mudah penyelesaiannya. 1

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1. Apa dampak Otonomi Daerah terhadap Koperasi?
2. Apa peran Koperasi dalam Perdagangan Bebas?

1
Tia Wulandari, “Koperasi dalam Pembangunan Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas”,
Mei 21, 2012, https://tiawulandari33.wordpress.com/2012/05/21/koperasi-dalam-pengembangan-
otonomi-daerah-dan-perdagangan-bebas/, diakses tanggal 18 Juni, 2023.
3

3. Apa saja tantangan Koperasi di Era Otonomi Daerah?


4. Apa saja tantangan Koperasi di Era Perdagangan Bebas?
5. Bagaimana Strategi dan Antisipasi Koperasi dalam Menghadapi Era Globalisasi?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui dampak otonomi daerah terhadap koperasi
2. Untuk mengetahui peran koperasi dalam perdagangan bebas
3. Untuk mengetahui tantangan koperasi di era otonomi daerah
4. Untuk mengetahui tantangan koperasi di era perdagangan bebas
5. Untuk mengetahui strategi dan anitisipasi koperasi dalam menghadapi era
globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Otonomi Daerah Terhadap Perkembangan Koperasi

Sejak tahun 2000 hingga tahun 2013, pertumbuhan koperasi di Indonesia rata-
rata sebanyak 4.168 unit per tahun. Apabila dilihat pada masing-masing tahun, hanya
pada tahun 2004, koperasi mengalami penurunan. Sebaliknya, tahun 2008 ke tahun
2009 merupakan waktu dimana koperasi mengalami pertumbuhan tertinggi dalam
satu dekade terakhir. Pada waktu tersebut, koperasi berhasil tumbuh sebesar 11
persen atau sebanyak 11.563 unit, jauh di atas rata-rata pertumbuhan dalam 13 tahun
terakhir (tahun 2000 sampai tahun 2013) yang tercatat hanya sebesar 4%.
Menurut Statistik Perkoperasian dalam Febriantika (2016), suatu koperasi
dikatakan aktif jika dalam dua tahun terakhir mengadakan Rapat Anggota Tahunan
(RAT) atau koperasi dalam satu tahun terakhir melakukan kegiatan usaha.
Kementerian koperasi telah mengumpulkan data rekapitulasi jumlah koperasi aktif
dan tidak aktif di Indonesia. Data tersebut ditunjukkan melalui Gambar 1.

Gambar 1. Jumlah Koperasi di Indonesia (aktif, tidak aktif, total),


tahun 2000 – 2013 (satuan unit)

Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa koperasi yang tidak aktif bertambah


seiring berjalannya waktu. Berdasarkan kurun waktu 13 tahun terakhir, rata-rata

4
5

setiap tahunnya, persentase pertumbuhan koperasi tidak aktif melampaui


pertumbuhan jumlah koperasi aktif. Sebagai contoh, pada periode 2000 ke 2001
dimana koperasi aktif tumbuh 1 persen (88.930 unit ke 89.756 unit), tetapi koperasi
tidak aktif tumbuh 6.863 unit atau 49 persen (14.147 unit ke 21.010).
Koperasi menjadi tidak aktif dapat disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya adalah kemampuan sumber daya manusia dan manajemen yang kurang
profesional. Pengelolaan yang tidak profesional sering memicu konflik diantara
pengurus dan anggota. Dampaknya, tingkat kepercayaan anggota menjadi menurun
sehingga tidak aktif dalam aktivitas koperasi. Padahal, tanpa anggota koperasi tidak
bisa melakukan apa-apa (Fatimah dan Darna, 2011).

Gambar 2. Modal Sendiri, Modal Luar, Volume Usaha dan SHU Koperasi di
Indonesia, tahun 2000 – 2013 (satuan Rp)

Menurut Tambunan (2008), salah satu indikator yang umum digunakan untuk
mengukur kinerja koperasi adalah perkembangan volume usaha dan sisa hasil usaha.
Seperti yang dapat di lihat pada Gambar 2, pada tahun 2000, volume usaha dan SHU
masing-masing mencapai 23.122.224 (Rp juta), kemudian bertambah menjadi
125.584.976 (Rp juta) dan 8.110.180 (juta rupiah) pada tahun 2013. Apabila di rata-
rata, setiap tahunnya terjadikenaikan volume usaha dan SHU masing-masing sebesar
16 persen (7.881.750 (Rp juta)) dan 41 persen (570.437 (Rp juta).
Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi
terdiri dari modal luar dan modal sendiri. Modal berupa pinjaman yang dapat berasal
6

dari anggota, koperasi lainnya, lembaga keuangan sejenis, penerbitan obligasi dan
surat utang lainnya serta sumber lain yang sah. Sementara itu, modal sendiri berasl
dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan cadangan serta hibah.
Modal merupakan sumber daya yang memiliki peran strategis dalam
perkembangan koperasi. Beberapa literatur, salah satunya dari Rahayu dan A.A Ketut
(2018) menyebutkan bahwa modal sendiri dan modal luar berpengaruh signifikan
terhadap pembentukan sisa hasil usaha. Secara parsial, modal sendiri atau modal luar
semakin bertambah, dengan asumsi ceteris paribus, maka sisa hasil usaha juga turut
bertambah. Berdasarkan informasi pada Gambar 2, diketahui bahwa komposisi modal
koperasi berfluktuatif. Pada tahun 2000, perbandingan modal sendiri dan modal luar
adalah 35 persen dan 65 persen. Kemudian di akhir tahun 2013, koperasi mampu
membalik kondisi tersebut, dimana pada saat itu kontribusi modal sendiri lebih besar
dibandingkan modal luar, yakni 53 persen berbanding 47 persen. Dalam kurun waktu
13 tahun, modal sendiri mampu tumbuh sebesar 25 persen per tahun sedangkan
modal luar 16 persen.

Berdasarkan hasil analisis tren, diketahui bahwa jumlah koperasi, modal


sendiri, modal luar, volume usaha, dan sisa hasil usaha memiliki nilai signifikansi
yang signifikan (<0,05) dan tanda koefieisen regresi positif. Artinya, tren jumlah
7

koperasi, modal sendiri, modal luar, volume usaha, dan sisa hasil usaha adalah terus
bertambah dari waktu ke waktu.2

B. Peran Koperasi Dalam Perdagangan Bebas

Koperasi memiliki peran penting dalam menghadapi perdagangan bebas.


Berikut adalah beberapa peran koperasi dalam perdagangan bebas menurut hasil
pencarian:
Mengembangkan jaringan usaha bukan hanya kerjasama sesama koperasi,
tetapi juga kerja sama koperasi dengan badan usaha lain baik skala lokal, nasional,
maupun internasional.
1. Mampu memberi makna yang lebih besar bagi upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan dimasukkan kerjasama sebagai salah satu prinsip dasar
Koperasi Indonesia
2. Menjadi wahana kerjasama pasar bagi para anggotanya untuk mencapai tingkat
daya saing yang lebih baik
3. Mendorong perkembangan bisnis memasuki pasar terbuka
4. Menggunakan kandungan lokal sehingga dapat memanfaatkan sumberdaya yang
ada di dalam negeri dan dapat dijadikan penghasil produk unggulan.
5. Menjadi alternatif bagi ekonomi kerakyatan yang mampu menunjukkan daya
tahannya terhadap gem-puran badai krisis moneter yang melanda Indonesia
6. Mendorong terwujudnya demokrasi ekonomi untuk kemakmuran seluruh
masyarakat
7. Menjadi badan usaha yang punya azas kekeluargaan dan mengutamakan
kesejahteraan anggota, tidak hanya melulu mencari keuntungan saja

2
Abi Pratiwa Siregar, “Dampak Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah Terhadap
Perkembangan Koperasi di Indonesia”, Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA, Vol. 8, No. 1 (Juli
2019): 62-65.
8

8. Mengembangkan jaringan usaha bukan hanya kerjasama sesama koperasi, tetapi


juga kerja sama koperasi dengan badan usaha lain baik skala lokal, nasional,
maupun internasional
9. Mampu memberi makna yang lebih besar bagi upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan dimasukkan kerjasama sebagai salah satu prinsip dasar
Koperasi Indonesia
10. Menjadi wahana kerjasama pasar bagi para anggotanya untuk mencapai tingkat
daya saing yang lebih baik
11. Mendorong perkembangan bisnis memasuki pasar terbuka
12. Menggunakan kandungan lokal sehingga dapat memanfaatkan sumberdaya yang
ada di dalam negeri dan dapat dijadikan penghasil produk unggulan.
13. Menjadi alternatif bagi ekonomi kerakyatan yang mampu menunjukkan daya
tahannya terhadap gem-puran badai krisis moneter yang melanda Indonesia
14. Mendorong terwujudnya demokrasi ekonomi untuk kemakmuran seluruh
masyarakat
15. Menjadi badan usaha yang punya azas kekeluargaan dan mengutamakan
kesejahteraan anggota, tidak hanya melulu mencari keuntungan saja.3

C. Tantangan Koperasi di Era Otonomi Daerah

Koperasi menghadapi tantangan dalam melakukan efisiensi terutama dalam


membangun jaringan guna meningkatkan pangsa pasarnya. untuk itu, pemerintah
daerah sebagai fasilitator dapat memanfaatkan infrastruktur yang dimilikinya.
pemerintah dalam gerakan koperasi dapat melakukan perannya dengan cara
memberikan penyuluhan pendidikan, penelitian, pengawasan, dan fasilitas.
Pemerintah berperan besar dalam mengembangkan koperasi titik strategi yang
digunakan pemerintah dengan memberikan perlindungan pada kegiatan yang

3
Forka Indonesia, “Koperasi Indonesia Memasuki Era Perdagangan Bebas”, November 6,
2022, https://forka.id/koperasi-indonesia-memasuki-era-perdagangan-bebas.html, diakses pada Juni
18, 2023
9

dilakukan koperasi agar tidak dilakukan oleh badan usaha lainnya penerapannya,
dilakukan pemerintah dengan cara membuat kebijakan pembangunan ekonomi
sebagai wadah kegiatan ekonomi kerakyatan, yang pelaksanaannya dalam bentuk
badan usaha dan dilakukan secara efisiensi kebersamaan, dan profesional. hal ini,
memberikan kesempatan berusaha pada koperasi untuk dapat melakukan kerjasama
antara koperasi dengan koperasi koperasi dengan swasta, dan koperasi dengan
pemerintah.4 Adapun beberapa tantangan koperasi di era otonomi antara lain:
1. Persaingan dengan sektor swasta Koperasi harus menghadapi persaingan dengan
sektor swasta yang lebih besar dan memiliki modal yang lebih besar. Hal ini
terjadi karena koperasi tidak mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah di era
otonomi. Untuk dapat bersaing, koperasi harus mampu mengembangkan
keunggulan kompetitifnya sendiri.
2. Keterbatasan modal Koperasi sering mengalami keterbatasan modal dalam
menjalankan usahanya. Hal ini terutama terjadi pada koperasi kecil. Dalam
mengatasi hal ini, koperasi perlu mencari sumber pembiayaan tambahan, seperti
pinjaman dari bank atau investor.
3. Manajemen yang kurang baik Banyak koperasi yang mengalami kesulitan dalam
manajemen, terutama dalam hal pengelolaan keuangan. Akibatnya, koperasi
sering mengalami kebangkrutan atau kesulitan dalam memperoleh keuntungan
yang optimal. Untuk mengatasi masalah manajemen, koperasi perlu
meningkatkan kualitas sumber dayanya dan mengelola keuangan dengan baik.
4. Kurangnya pemahaman mengenai keberadaan koperasi Masyarakat masih kurang
memahami keberadaan koperasi dan manfaatnya. Hal ini menyebabkan koperasi
kurang mendapat dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu, koperasi perlu lebih
aktif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keberadaan dan
manfaat koperasi.5

4
Koperasi. N.p., Global Eksekutif Teknologi, 2023. (159-160)
5
Susanti, R., & Rahardjo, M., Analisis Tantangan Koperasi pada Era Otonomi Daerah di
Kabupaten Majalengka, Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 7, No. 2 (2020), 109-117.
10

D. Tantangan Koperasi di Era Perdagangan Bebas

Pada waktu krisis moneter dan ekonomi menghantam Indonesia, ternyata


BUMS dan BUMN/BUMD banyak yang kelimpungan gulung tikar, meninggalkan
hutang yang demikian besr. Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK) yang
biasanya dianggap tidak penting dan disepelekan justru sebagian besar dapat eksis
dalam menghadapi badai krisis. Dengan demikian sektor yang disebut belakangan
(UKMK) dapat menjadi pengganjal untuk tidak terjadinya kebangkrutan
perekonomian, bahkan sebaliknya dapat diharapkan sebagai motor penggerak roda
perekonomian nasional untuk keluar dari krisis. Sebagai misal banyak peluang pasar
yang semula tertutup sekarang menjadi terbuka. 6
Tantangan koperasi ke depan semakin besar akibat dari perubahan lingkungan
yang sangat kompleks dan dinamis. Persoalan lingkungan yang sedang dihadapi oleh
gerakan koperasi adalah fenomena ekonomi global yang sangat menuntut daya saing
serta persoalan krisis ekonomi yang sedang melanda ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu, untuk menghadapi masa depan yang sangat kompleks dan
dinamis sifatnya, diperlukan strategi pengembangan yang tepat. Penetapan strategi
pengembangan koperasi harus tetap mengacu pada upaya untuk mengembalikan
jatidiri koperasi sebagai badan usaha yang dikembangkan dari dan untuk masyarakat.
1. Kinerja Usaha Koperasi
a. Secara kuantitatif perkembangan jumlah koperasi (sebagaimana dikemukakan
pada item 1) cukup menggembirakan, dengan jumlah anggota sekitar 29 juta
orang. Jumlah koperasi terbesar terdapat di daerah pedesaan, yang di
dalamnya pertumbuhan dan perkembangannya tidak terlepas dari
kebijaksanaan pemerintah untuk melibatkan dalam berbagai program
pembangunan pertanian, khususnya dalam program peningkatkan produksi
pangan.

6
Purbayu Budi Santosa, “Eksistensi Koperasi: Peluang dan Tantangan di Era Pasar Global”,
Dinamika Pembangun Vol. 1, No. 2 (Desember 2004): 115
11

b. Volume usaha semua jenis koperasi, baik koperasi yang berada di pedesaan
maupun koperasi yang berada di perkotaan sampai akhir tahun 1997
berjumlah sekitar Rp. 13 triliun. Sebagai gambaran perbandingan jumlah
volume usaha koperasi tersebut lebih kurang hampir sama dengan omset
sektor eceran besar yang dimiliki oleh beberapa perusahaan, yang dalam hal
ini menurut perkiraan Pusat Data Bisnis Indonesia mencapai Rp. 9,3 triliun.
Di sini terlihat bahwa volume usaha koperasi secara nasional relatif masih
rendah.
c. Di bidang ekspor, jajaran koperasi masih belum bisa berkiprah dengan baik.
Selama ini, koperasi belum memiliki produk unggulan yang memiliki nilai
ekonomis yang memadai untuk tujuan ekspor. Produk-produk koperasi yang
telah memasuki pasar ekspor baru terbatas pada komoditas gaplek, barang
kerajinan, dan bahan tekstil. Sebagai ilustrasi, ekspor gaplek yang selama ini
dilakukan oleh Pusat KUD ditunjukan ke Cina, Australia, dan Eropa Barat
sebagai bahan baku makanan ternak. Namun, jumlah ekspor gaplek ini juga
mengalami penurunan dalam tahun-tahun terakhir sebagai akibat menurunnya
produksi dalam negeri.
d. Peranan koperasi yang sangat penting selama ini adalah dalam rangka
pengadaan beras stok nasional. Dalam kaitan ini koperasi khususnya KUD
telah berperan dalam penyaluran input produksi seperti bubuk dan kredit.
Meskipun jumlah pengadaan beras lewat koperasi untuk stok nasional tidak
terlalu besar kuantitatif, namun koperasi secara efektif telah dapat
dipergunakan sebagai lembaga pembantu untuk menjamin stabilitas harga.
e. Dilihat dari sudut pandang peran yang seharusnya dimainkan oleh koperasi,
baik yang berada di daerah pedesaan maupun yang berada di perkotaan, masih
banyak peran yang seharusnya dapat ditangani oleh koperasi. Di sektor
pertanian, koperasi masih belum berhasil mengelola agribisnis pertanian yang
berwawasan industri. Beberapa bidang usaha yang seharusnya dapat dikelola
oleh koperasi meliputi agribisnis produk-produk pangan, perkebunan,
12

perikanan, dan peternakan. Sementara di sektor nonpertanian, koperasi


seharusnya juga dapat berkiprah di bidang usaha distribusi barang konsumsi,
perbankan dan lembaga keuangan lainnya, serta usaha-usaha jasa yang
berkembang dengan pesat mengikuti kebutuhan masyarakat.
2. Kondisi Aspek Kelembagaan Koperasi
a. Kinerja keseluruhan koperasi tidak dapat dipisahkan dari kondisi
kelembagaannya sebagai perwujudan dari jatidiri koperasi. Sejauh ini potensi
keunggulan koperasi yang dibangun dari identitas jatidirinya masih belum
dapat diimplementasikan dengan baik.
b. Implementasi dari konsep bahwa pemilik koperasi adalah juga pelanggan
koperasi, masih belum dapat diwujudkan dengan nyata. Kenyataan yang
ditemukan dalam masyarakat adalah bahwa belum banyak koperasi yang
benar-benar berkembang dari kebutuhan dan prakarsa masyarakat yang
dikelola secara mandiri oleh masyarakat pula. Kurangnya dukungan anggota
terhadap kemajuan lembaga dan usaha koperasi dapat dijadikan sebagai
indikasi rasa kepemilikan terhadap koperasi yang relatif masih rendah.
c. Pendirian koperasi selama ini banyak diwarnai oleh ikatan-ikatan kesatuan
domisili, profesi, dan kesamaan fungsi dari lembaga yang didalamnya para
anggota terikat, meskipun dilihat dari aspek legal dan kebijaksanaan
pengembangan koperasi, hal yang demikian tidk bertentangan. Fenomena
seperti ini memperlihatkan bahwa kepentingan ekonomi anggota kurang
mendapat perhatian yang proposional dalam pembentukan koperasi, sehingga
selain kinerja koperasi yang kurang menggembirakan juga adanya
penyimpangan-penyimpangan dari konsepsi jatidiri koperasi. Sebagai
ilustrasi, banyak dijumpai koperasi fungsional (koperasi pegawai, koperasi
karyawan, koperasi mahasiswa) yang kecil-kecil tetap dipertahankan
meskipun secara ekonomis kurang layak.
d. Prakarsa masyarakat kurang dapat ditumbuh-kembangkan dan didayagunakan
dalam pengembangan koperasi. Dengan demikian, beban pemerintah untuk
13

memajukan koperasi masih sangat besar. Secara konsepsi, koperasi


seharusnya tumbuh dari kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah
hanya berfungsi sebagai fasilitator dalam rangka mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan koperasi. Meskipun secara sistematik pemerintah telah
mencanangkan tahapan dalam pengembangan koperasi mulai dari tahap
ofisialisasi, deofisialisasi, dan tahap kemandirian, namun dalam kenyataannya
sampai saat ini prakarsa pengembangan koperasi masih banyak tergantung
pada pihak luar koperasi terutama dari pemerintah.
e. Partisipasi, solidaritas, dan kebersamaan anggota koperasi umumnya masih
lemah/semu sehingga masih kurang tumbuh gerakan menolong diri sendiri
dari kalangan gerakan koperasi. Dalam banyak jenis koperasi yang ada,
keanggotaannya masih bersifat stelsel pasif sehingga asas sukarela dan
terbuka dalam keanggotaanya koperasi masih belum dapat diterapkan dengan
benar.
f. Karena pembentukan koperasi masih banyak yang dilakukan bukan atas dasar
kesamaan kepentingan ekonomi yang spesifik dari para anggotanya, sulit pula
upaya untuk mengembangkan kerja sama antara koperasi secara optimal,
padahal kerja sama merupakan potensi keunggulan koperasi, baik melalui
peningkatan skala ekonomi maupun lingkup usahanya.
g. Koperasi belum memiliki posisi tawar yang memadai, baik dalam pembelian
maupun penjualan barang/jasa. Hal ini terjadi sebagai akibat ikatan anggota
dengan koperasi yang masih lemah. Umummya dalam usaha koperasi masih
dikembangkan melalui sistem jual-beli, yakni antara koperasi dan anggotanya
yang dilakukan transaksi langsung, sehinga tidak jarang bahwa transaksi
anggota dengan koperasi tidak jauh lebih baik daripada transaksi dengan
pelaku lain (non koperasi). Padahal khusus untuk koperasi produsen, sistem
pooling dengan berbagai pengembangannya merupakan cara yang sesuai
dengan jatidiri koperasi.
3. Kesempatan Pengembangan Koperasi
14

a. Kesempatan koperasi untuk berkembang pada masa depan masih terbuka. Hal
ini disebabkan adanya berbagai faktor yang mendorong. Kekuatan utama
koperasi adalah jumlah yang banyak dan penyebarannya secara geografis dan
kegiatan usahanya di berbagai sektor ekonomi.
b. Sejauh ini komitmen pemerintah untuk membantu koperasi masih sangat
besar, meskipun pendekatan dan bentuk dukungan pemerintah kepada
koperasi kemungkinan berubah disesuaikan dengan tuntutan perubahan
lingkungan. Sebagai wahana dari pengembangan ekonomi rakyat, maka
koperasi sebagai usaha yang dikategorikan sebagai usaha berskala kecil akan
mendapat berbagai kemudahan dari pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah
akan terus mendorong pertumbuhan dan pengembangan koperasi, termasuk
upaya-upaya untuk menata aspek kelembagaan koperasi.
4. Perubahan Lingkungan
a. Globalisasi perdagangan dan investasi yang segera akan dihadapi dunia usaha,
menyebabkan persaingan bebas yang semakin tajam antarpelaku ekonomi
(termasuk koperasi). Hilangnya berbagai macam ketentuan sistem tata niaga
yang selama ini banyak menguntungkan koperasi, serta berkurangnya
perlindungan usaha khususnya bagi koperasi, merupakan tantangan sekaligus
kesempatan bagi koperasi yang harus dapat dijawab dan dimanfaatkan oleh
koperasi.
b. Krises ekonomi yang dialami oleh bangsa Indonesia pada akhir-akhir ini telah
membawa berbagai implikasi antara lain:
1) Penurunan nilai rupiah yang antara lain menyebabkan mahalnya barang
impor. Hal di pihak yang satu telah menyulitkan usaha-usaha yang dalam
aktivitasnya menggunakan bahan baku komponen impor, namun di pihak
yang lain dapat mendorong usaha memproduksi barang/jasa yang dapat
mensubsidi barang impor yang berbasis bahan baku lokal, khususnya pada
sektor pertanian dan industri barang-barang berorientasi ekspor.
15

2) Penurunan pendapatan masyarakat sebagai akibat menurunnya nilai


rupiah, kegiatan ekonomi yang produktif serta kenaikan inflasi.
Pemenuhan kebutuhan pokok menjadi perhatian yang besar dari
masyarakat. Pada penduduk yang pendapatannya makin rendah tersebut,
maka pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan pokok akan menjadi
prioritas utama. Dalam kaitan ini, usaha pemenuhan kebutuhan pokok
merupakan salah satu kegiatan yang prospektif sehingga dapat
memberikan peluang yang lebih besar bagi kopersi konsumsi. Di samping
itu, juga mendorong tumbuh dan berkembangnya koperasi produsen,
khususnya di sektor pertanian.
3) Terganggunya sistem distribusi barang/jasa akibat krisis ekonomi
merupakan suatu kesempatan untuk meningkatkan peran koperasi dalam
distribusi kebutuhan pokok nasional dan sekaligus mendukung
pembangunan kopersi konsumen.
c. Gerakan antikorupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang berkembang dalam
masyarakat telah membawa konsekuensi terhadap kebutuhan akan
transparansi, keterbukaan, demokrasi keadilan/kewajaran perlakuan. Karena
keterbukaan demokrasi, keadilan merupakan sifat yang melekat pada koperasi
maka diharapkan hal tersebut akan meningkatkan kekuatan koperasi.
Terhadap pengelolaan koperasi, hal ini diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan anggota koperasi dan masyarakat, sehingga partisipasi dan rasa
memiliki koperasi akan lebih mudah ditumbuhkembangkan.
Jadi langkah pembenahan koperasi, pertama-tama harus dapat
merestrukturisasi hambatan internal, dengan mengkikis habis segala konflik yang ada.
Untuk mengganti mentalitas pencarian rente yang oportunitis, dibutuhkan upaya
penumbuhkembangan etos dan mentalitas kewirausahaan para pengurus dan angota
koperasi. Langkah-langkah inovasi usaha perlu terus ditumbuhkembangkan. Kedua,
pembenahan manajerial. Manajemen koperasi dimasa datang menghendaki
pengarahan fokus terhadap paasr, sistem pencatatan keuangan yang baik, serta
16

perencanaan arus kas dan kebutuhan modal mendatang. Ketiga, strategi integrasi
keluar dan kedalam. 7

E. Strategi dan Antisipasi Koperasi dalam Menghadapi Era Globalisasi

Pada tahun 2015 nanti Indonesia akan menghadapi ACFTA, di mana 10


negara ASEAN akan berintegrasi secara ekonomi. Semua aturan mengenai investasi
berlaku sama bagi 10 negara ASEAN. Pada saat itu kita jangan terkejut jika tidak
mempersiapkan diri menjadi negara yang tangguh dan mampu berkompetisi. Oleh
karena itu, koperasi harus mempunyai strategi dalam menghadapi persaingan global.
1. Strategi pertama, pertumbuhan yang cepat. Penambahan jumlah karyawan
maupun unit bisnis sambil mempertahankan bauran produk dan jangkauan pasar.
Tindakan yang demikian itu akan mengubah ukuran koperasi daripada ruang
lingkupnya.
2. Strategi kedua, yaitu, perubahan bauran produk. Bauran produk yang dirubah
senantiasa berdampak pada operasi koperasi di Indonesia juga strategi pemasaran
dan strategi penjualan dimana penambahan produk dapat dilakukan seperti
dengan akuisisi.
3. Strategi ketiga, ialah perubahan jangkauan pasar. Fokus pasar dirubah pada
bauran produk yang sama sehingga menjamah pasar internasional atau jangkauan
geografis meluas dan menemukan konsumen sasaran yang baru.
4. Strategi keempat, tidak lain repositioning. Repositioning bertujuan mengubah
persepsi konsumen dan atau calon konsumen akan koperasi.
5. Strategi yang kelima, adalah diversifikasi. Diversifikasi dalam kenyataannya
mencakup juga penambahan produk dan perluasan pasar yang berhubungan
dengan bisnis inti maupun bukan bisnis inti. Strategi keenam, dan yang terakhir

7
Iman Suhartono, “Kiprah Koperasi dalam Menghadapi Perdagangan Bebas”, Among
Makarti Vol. 2, No. 4 (Desember 2009): 66-71.
17

tidak lain strategi partnering. Kerjasama antara koperasi untuk menciptakan suatu
keunggulan bersaing.
Langkah-Langkah Antisipasi yang Diterapkan Koperasi untuk Menghadapi
Era Globalisasi Sektor-sektor usaha kecil di Indonesia perlu diberi kesempatan untuk
berperan lebih banyak dalam bidang ekonomi di Indonesia. Keistemewaan koperasi
tidak dikenal adanya majikan dan buruh serta tidak ada istilah pemegang saham
mayoritas. Semua anggota berposisi sama dengan hak suara sama. Oleh karena itu,
apabila aktivitas produksi yang dilakukan koperasi ternyata dapat member laba
financial, semua pihak akan turut menikmati laba tersebut. Untuk mengembangkan
koperasi masih banyak hal yang perlu dibenahi baik di sisi ubternal maupun
eksternal.
Di sisi internal dalam tubuh koperasi masih banyak hal-hal yang merugikan.
Misalnya yang paling berbahaya adalah penyalahgunaan koperasi sebagai wahana
social politik. Parahnya lagi para pengurus koperasi kadangkala merangkap jabatan
biropkratis , politis atau jabatan kemasyarakatan sehingga terjadi konflik peran.
Konflik yang berlatarbelakang nonkoperasi dapat terbawa ke dalam koperasi
sehingga mempengaruhi citra koperasi. Dari sisi eksternal, terdapat semacam
ambiguitas pemerintah dalam konteks pengembangan koperasi karena sumber daya
dan budidaya lebih dialokasikan untuk mengurangi konflik-konflik social politik,
maka agenda ekonomi konkret tidak dapat diwujudkan. Koperasi jadi impoten,
dimana fungsi sebagai wahana mobilisasi tidak dan perjuanganperekonomian rakyat
kecil tidak berjalan.
Berikut ini adalah ringkas langkah koperasi untuk menghadapi era-globalisasi:
1. Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan kolektif anggotanya dan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses untuk
menemukan kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan lokal spesifik.
Dengan mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat dimungkinkan
kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda.
18

2. Adanya efektifitas biaya transaksi antara koperasi dengan anggotanya sehingga


biaya tersebut lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang dibebankan oleh
lembaga non-koperasi.
3. Kesungguhan kerja pengurus dan karyawan dalam mengelola koperasi.
Disamping kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang
amanah, jujur serta transparan.
4. Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi, pengertian koperasi,
nilai-nilai koperasi dan prinsip-prinsip gerakan koperasi harus dijadikan point
penting karena hal itu yang mendasari segala aktifitas koperasi. Aparatur
pemerintah terutama departemen yang membidangi masalah koperasi perlu pula
untuk memahami secara utuh dan mendalam mengenai perkoperasian.
5. Kegiatan koperasi bersinergi dengan aktifitas usaha anggotanya.
6. Koperasi produksi harus merubah strategi kegiatannya dengan mereorganisasi
kembali supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi. Dengan demikian,
koperasi pun mampu setidaknya menghadapi era globalisasi saat ini, bukan malah
terseret arus globalisasi yang berdampak koperasi akan tenggelam. Mari kita
benahi koperasi sejak dini, karena koperasi di Indonesia juga merupakan jati diri
bangsa dalam memajukan perekonomian.8

8
Arsad Matdoan, “Tantangan Koperasi dalam Perkembangannya di Era Global”, Cita
Ekonomika, Jurnal Ekonomi Vol. XI, No.1 (Mei 2017) : 58-59.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari materi tantangan koperasi di era otonomi daerah dan


perdagangan bebas adalah sebagai berikut:
1. Otonomi daerah membawa tantangan dan peluang bagi koperasi. Perbedaan
kebijakan dan regulasi di setiap daerah dapat mempersulit tata kelola koperasi.
Namun, koperasi juga dapat memanfaatkan otonomi daerah untuk mengakses
dukungan pemerintah lokal dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan
setempat.
2. Keterbatasan sumber daya menjadi tantangan bagi koperasi. Beberapa pemerintah
daerah mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mendukung
pengembangan koperasi. Koperasi perlu mencari sumber daya alternatif, seperti
kerjasama dengan lembaga keuangan atau program bantuan ekonomi.
3. Persaingan yang semakin ketat dengan bisnis swasta membutuhkan koperasi
untuk meningkatkan daya saing mereka. Koperasi perlu melakukan inovasi,
meningkatkan kualitas produk dan layanan, serta memperkuat branding dan
pemasaran untuk tetap relevan dan diminati oleh konsumen.
4. Perdagangan bebas memberikan peluang ekspansi pasar bagi koperasi, tetapi juga
membawa persaingan global yang lebih intensif. Koperasi perlu meningkatkan
daya saing, meningkatkan kualitas produk, memenuhi standar teknis dan regulasi
yang berlaku, serta mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk
berhasil di pasar global.
5. Peningkatan kapasitas dan keterampilan manajemen menjadi kunci sukses dalam
menghadapi tantangan tersebut. Koperasi perlu melakukan pelatihan dan
pendidikan bagi anggotanya, memperkuat manajemen internal, dan

19
20

memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas


operasional.
Dalam menghadapi tantangan koperasi di era otonomi daerah dan
perdagangan bebas, kolaborasi antara koperasi, pemerintah daerah, lembaga
keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting. Dukungan dari
pemerintah daerah dalam bentuk kebijakan, regulasi yang kondusif, dan pemberian
sumber daya dapat membantu koperasi mengatasi tantangan dan mencapai
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dengan demikian, penting bagi koperasi untuk terus beradaptasi, berinovasi,
dan berkolaborasi dalam menghadapi tantangan di era otonomi daerah dan
perdagangan bebas. Dalam melakukan hal tersebut, koperasi dapat memainkan peran
yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, memberdayakan
masyarakat lokal, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

B. Saran

Koperasi harus lebih di tingkatkan lagi mutunya untuk Indonesia. Karena


koperasi mengambil peranan penting dalam perkembangan ekonomi. Salah satunya
sebagai wadah untuk pelayanan jasa ataupun barang. Dan pemerintah harus lebih
memperhatikan lagi pembangunan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, Forka. “Koperasi Indonesia Memasuki Era Perdagangan Bebas”.


November 6, 2022. https://forka.id/koperasi-indonesia-memasuki-era-
perdagangan-bebas.html, diakses pada Juni 18, 2023.
Koperasi. N.p.. Global Eksekutif Teknologi, 2023. (159-160)
Matdoan, Arsad. “Tantangan Koperasi dalam Perkembangannya di Era Global”. Cita
Ekonomika, Jurnal Ekonomi Vol. XI, No.1 (Mei 2017) : 58-59.
Santosa, Purbayu Budi. “Eksistensi Koperasi: Peluang dan Tantangan di Era Pasar
Global”. Dinamika Pembangun Vol. 1, No. 2 (Desember 2004): 115
Siregar, Abi Pratiwa Siregar. “Dampak Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah
Terhadap Perkembangan Koperasi di Indonesia”. Berkala Ilmiah Agribisnis
AGRIDEVINA, Vol. 8, No. 1 (Juli 2019): 62-65.
Suhartono, Iman. “Kiprah Koperasi dalam Menghadapi Perdagangan Bebas”. Among
Makarti Vol. 2, No. 4 (Desember 2009): 66-71.
Susanti, R., Rahardjo, M.. Analisis Tantangan Koperasi pada Era Otonomi Daerah di
Kabupaten Majalengka. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 7, No. 2 (2020):
109-117.
Wulandari, Tia. “Koperasi dalam Pembangunan Otonomi Daerah dan Perdagangan
Bebas”. Mei 21, 2012. https://tiawulandari33.wordpress.com/2012/05/21/
koperasi-dalam-pengembangan-otonomi-daerah-dan-perdagangan-bebas/.
diakses tanggal 18 Juni, 2023.

21

Anda mungkin juga menyukai