Makalah
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Koperasi dan
UMKM
Oleh :
Kelompok 8 EKIS 4B
1. Pasha Orlanda (2104010035)
2. Desy Marshya Andini (2104010052)
3. Annisa Islamiyah (2104010055)
4. Arkas Maulana Asri (2104010056)
5. Niswa Muafiah Ahmad (2104010064)
Dosen Pengampu :
Muh. Zulkifli, S.E., M.Si.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT.
Salawat serta salam mari kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju ke zaman
yang terang-benderang ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Ekonomi Koperasi dan UMKM, dan kepada semua pihak-
pihak yang sudah membantu dalam pembuatan makalah ini yang berjudul Tantangan
Koperasi Indonesia pada Era Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini,
dan kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak
lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Pada era reformasi ini dihadapi oleh berbagai tantangan baik secara internal
maupun secara eksternal. Secara internal sekarang yaitu menyongsong pelaksanaan
otonomi daerah, dan secara eksternal dihadapi oleh globalisasi ekonomi dengan
perdagangan bebas.
Pada era reformasi ini MPR telah menetapkan politik ekonomi nasional, yaitu
dengan Tap MPR Nomor XVI/1998, selain itu juga tentang reformasi pembangunan
yaitu TAP MPR Nomor XV tentang otonomi daerah.
Meningkatnya penerimaan daerah dari pengelolaan sumber daya alam di
daerah-daerah sebagai hasil pelaksanaan UU Nomor 25/1999 yang telah diubah
menjadi UUNomor 33/2004 akan mampu meningkatkan APBD perkapita.
Secara eksternal Indonesia menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa lepas dari putaran roda
kegiatan ekonomi secara internasional yang penuh dengan berbagai dinamika.
Kesiapan dalam menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi yang dimulai dari
pelaksanaan AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003, APEC (Asia Pasific
Economic Organization) dan era perdagangan bebas secara total dari WTO (World
Trade Organization) ke depan, merupakan tantangan berat dan tidak bisa dihindari.
Bagi Indonesia ini merupakan masalah serius karena pada saat yang sama sedang
dihadapkan pada berbagai permasalahan ekonomi, politik dalam negeri yang
berkepanjangan dan tidak mudah penyelesaiannya. 1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1. Apa dampak Otonomi Daerah terhadap Koperasi?
2. Apa peran Koperasi dalam Perdagangan Bebas?
1
Tia Wulandari, “Koperasi dalam Pembangunan Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas”,
Mei 21, 2012, https://tiawulandari33.wordpress.com/2012/05/21/koperasi-dalam-pengembangan-
otonomi-daerah-dan-perdagangan-bebas/, diakses tanggal 18 Juni, 2023.
3
C. Tujuan
Sejak tahun 2000 hingga tahun 2013, pertumbuhan koperasi di Indonesia rata-
rata sebanyak 4.168 unit per tahun. Apabila dilihat pada masing-masing tahun, hanya
pada tahun 2004, koperasi mengalami penurunan. Sebaliknya, tahun 2008 ke tahun
2009 merupakan waktu dimana koperasi mengalami pertumbuhan tertinggi dalam
satu dekade terakhir. Pada waktu tersebut, koperasi berhasil tumbuh sebesar 11
persen atau sebanyak 11.563 unit, jauh di atas rata-rata pertumbuhan dalam 13 tahun
terakhir (tahun 2000 sampai tahun 2013) yang tercatat hanya sebesar 4%.
Menurut Statistik Perkoperasian dalam Febriantika (2016), suatu koperasi
dikatakan aktif jika dalam dua tahun terakhir mengadakan Rapat Anggota Tahunan
(RAT) atau koperasi dalam satu tahun terakhir melakukan kegiatan usaha.
Kementerian koperasi telah mengumpulkan data rekapitulasi jumlah koperasi aktif
dan tidak aktif di Indonesia. Data tersebut ditunjukkan melalui Gambar 1.
4
5
Gambar 2. Modal Sendiri, Modal Luar, Volume Usaha dan SHU Koperasi di
Indonesia, tahun 2000 – 2013 (satuan Rp)
Menurut Tambunan (2008), salah satu indikator yang umum digunakan untuk
mengukur kinerja koperasi adalah perkembangan volume usaha dan sisa hasil usaha.
Seperti yang dapat di lihat pada Gambar 2, pada tahun 2000, volume usaha dan SHU
masing-masing mencapai 23.122.224 (Rp juta), kemudian bertambah menjadi
125.584.976 (Rp juta) dan 8.110.180 (juta rupiah) pada tahun 2013. Apabila di rata-
rata, setiap tahunnya terjadikenaikan volume usaha dan SHU masing-masing sebesar
16 persen (7.881.750 (Rp juta)) dan 41 persen (570.437 (Rp juta).
Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi
terdiri dari modal luar dan modal sendiri. Modal berupa pinjaman yang dapat berasal
6
dari anggota, koperasi lainnya, lembaga keuangan sejenis, penerbitan obligasi dan
surat utang lainnya serta sumber lain yang sah. Sementara itu, modal sendiri berasl
dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan cadangan serta hibah.
Modal merupakan sumber daya yang memiliki peran strategis dalam
perkembangan koperasi. Beberapa literatur, salah satunya dari Rahayu dan A.A Ketut
(2018) menyebutkan bahwa modal sendiri dan modal luar berpengaruh signifikan
terhadap pembentukan sisa hasil usaha. Secara parsial, modal sendiri atau modal luar
semakin bertambah, dengan asumsi ceteris paribus, maka sisa hasil usaha juga turut
bertambah. Berdasarkan informasi pada Gambar 2, diketahui bahwa komposisi modal
koperasi berfluktuatif. Pada tahun 2000, perbandingan modal sendiri dan modal luar
adalah 35 persen dan 65 persen. Kemudian di akhir tahun 2013, koperasi mampu
membalik kondisi tersebut, dimana pada saat itu kontribusi modal sendiri lebih besar
dibandingkan modal luar, yakni 53 persen berbanding 47 persen. Dalam kurun waktu
13 tahun, modal sendiri mampu tumbuh sebesar 25 persen per tahun sedangkan
modal luar 16 persen.
koperasi, modal sendiri, modal luar, volume usaha, dan sisa hasil usaha adalah terus
bertambah dari waktu ke waktu.2
2
Abi Pratiwa Siregar, “Dampak Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah Terhadap
Perkembangan Koperasi di Indonesia”, Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA, Vol. 8, No. 1 (Juli
2019): 62-65.
8
3
Forka Indonesia, “Koperasi Indonesia Memasuki Era Perdagangan Bebas”, November 6,
2022, https://forka.id/koperasi-indonesia-memasuki-era-perdagangan-bebas.html, diakses pada Juni
18, 2023
9
dilakukan koperasi agar tidak dilakukan oleh badan usaha lainnya penerapannya,
dilakukan pemerintah dengan cara membuat kebijakan pembangunan ekonomi
sebagai wadah kegiatan ekonomi kerakyatan, yang pelaksanaannya dalam bentuk
badan usaha dan dilakukan secara efisiensi kebersamaan, dan profesional. hal ini,
memberikan kesempatan berusaha pada koperasi untuk dapat melakukan kerjasama
antara koperasi dengan koperasi koperasi dengan swasta, dan koperasi dengan
pemerintah.4 Adapun beberapa tantangan koperasi di era otonomi antara lain:
1. Persaingan dengan sektor swasta Koperasi harus menghadapi persaingan dengan
sektor swasta yang lebih besar dan memiliki modal yang lebih besar. Hal ini
terjadi karena koperasi tidak mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah di era
otonomi. Untuk dapat bersaing, koperasi harus mampu mengembangkan
keunggulan kompetitifnya sendiri.
2. Keterbatasan modal Koperasi sering mengalami keterbatasan modal dalam
menjalankan usahanya. Hal ini terutama terjadi pada koperasi kecil. Dalam
mengatasi hal ini, koperasi perlu mencari sumber pembiayaan tambahan, seperti
pinjaman dari bank atau investor.
3. Manajemen yang kurang baik Banyak koperasi yang mengalami kesulitan dalam
manajemen, terutama dalam hal pengelolaan keuangan. Akibatnya, koperasi
sering mengalami kebangkrutan atau kesulitan dalam memperoleh keuntungan
yang optimal. Untuk mengatasi masalah manajemen, koperasi perlu
meningkatkan kualitas sumber dayanya dan mengelola keuangan dengan baik.
4. Kurangnya pemahaman mengenai keberadaan koperasi Masyarakat masih kurang
memahami keberadaan koperasi dan manfaatnya. Hal ini menyebabkan koperasi
kurang mendapat dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu, koperasi perlu lebih
aktif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keberadaan dan
manfaat koperasi.5
4
Koperasi. N.p., Global Eksekutif Teknologi, 2023. (159-160)
5
Susanti, R., & Rahardjo, M., Analisis Tantangan Koperasi pada Era Otonomi Daerah di
Kabupaten Majalengka, Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 7, No. 2 (2020), 109-117.
10
6
Purbayu Budi Santosa, “Eksistensi Koperasi: Peluang dan Tantangan di Era Pasar Global”,
Dinamika Pembangun Vol. 1, No. 2 (Desember 2004): 115
11
b. Volume usaha semua jenis koperasi, baik koperasi yang berada di pedesaan
maupun koperasi yang berada di perkotaan sampai akhir tahun 1997
berjumlah sekitar Rp. 13 triliun. Sebagai gambaran perbandingan jumlah
volume usaha koperasi tersebut lebih kurang hampir sama dengan omset
sektor eceran besar yang dimiliki oleh beberapa perusahaan, yang dalam hal
ini menurut perkiraan Pusat Data Bisnis Indonesia mencapai Rp. 9,3 triliun.
Di sini terlihat bahwa volume usaha koperasi secara nasional relatif masih
rendah.
c. Di bidang ekspor, jajaran koperasi masih belum bisa berkiprah dengan baik.
Selama ini, koperasi belum memiliki produk unggulan yang memiliki nilai
ekonomis yang memadai untuk tujuan ekspor. Produk-produk koperasi yang
telah memasuki pasar ekspor baru terbatas pada komoditas gaplek, barang
kerajinan, dan bahan tekstil. Sebagai ilustrasi, ekspor gaplek yang selama ini
dilakukan oleh Pusat KUD ditunjukan ke Cina, Australia, dan Eropa Barat
sebagai bahan baku makanan ternak. Namun, jumlah ekspor gaplek ini juga
mengalami penurunan dalam tahun-tahun terakhir sebagai akibat menurunnya
produksi dalam negeri.
d. Peranan koperasi yang sangat penting selama ini adalah dalam rangka
pengadaan beras stok nasional. Dalam kaitan ini koperasi khususnya KUD
telah berperan dalam penyaluran input produksi seperti bubuk dan kredit.
Meskipun jumlah pengadaan beras lewat koperasi untuk stok nasional tidak
terlalu besar kuantitatif, namun koperasi secara efektif telah dapat
dipergunakan sebagai lembaga pembantu untuk menjamin stabilitas harga.
e. Dilihat dari sudut pandang peran yang seharusnya dimainkan oleh koperasi,
baik yang berada di daerah pedesaan maupun yang berada di perkotaan, masih
banyak peran yang seharusnya dapat ditangani oleh koperasi. Di sektor
pertanian, koperasi masih belum berhasil mengelola agribisnis pertanian yang
berwawasan industri. Beberapa bidang usaha yang seharusnya dapat dikelola
oleh koperasi meliputi agribisnis produk-produk pangan, perkebunan,
12
a. Kesempatan koperasi untuk berkembang pada masa depan masih terbuka. Hal
ini disebabkan adanya berbagai faktor yang mendorong. Kekuatan utama
koperasi adalah jumlah yang banyak dan penyebarannya secara geografis dan
kegiatan usahanya di berbagai sektor ekonomi.
b. Sejauh ini komitmen pemerintah untuk membantu koperasi masih sangat
besar, meskipun pendekatan dan bentuk dukungan pemerintah kepada
koperasi kemungkinan berubah disesuaikan dengan tuntutan perubahan
lingkungan. Sebagai wahana dari pengembangan ekonomi rakyat, maka
koperasi sebagai usaha yang dikategorikan sebagai usaha berskala kecil akan
mendapat berbagai kemudahan dari pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah
akan terus mendorong pertumbuhan dan pengembangan koperasi, termasuk
upaya-upaya untuk menata aspek kelembagaan koperasi.
4. Perubahan Lingkungan
a. Globalisasi perdagangan dan investasi yang segera akan dihadapi dunia usaha,
menyebabkan persaingan bebas yang semakin tajam antarpelaku ekonomi
(termasuk koperasi). Hilangnya berbagai macam ketentuan sistem tata niaga
yang selama ini banyak menguntungkan koperasi, serta berkurangnya
perlindungan usaha khususnya bagi koperasi, merupakan tantangan sekaligus
kesempatan bagi koperasi yang harus dapat dijawab dan dimanfaatkan oleh
koperasi.
b. Krises ekonomi yang dialami oleh bangsa Indonesia pada akhir-akhir ini telah
membawa berbagai implikasi antara lain:
1) Penurunan nilai rupiah yang antara lain menyebabkan mahalnya barang
impor. Hal di pihak yang satu telah menyulitkan usaha-usaha yang dalam
aktivitasnya menggunakan bahan baku komponen impor, namun di pihak
yang lain dapat mendorong usaha memproduksi barang/jasa yang dapat
mensubsidi barang impor yang berbasis bahan baku lokal, khususnya pada
sektor pertanian dan industri barang-barang berorientasi ekspor.
15
perencanaan arus kas dan kebutuhan modal mendatang. Ketiga, strategi integrasi
keluar dan kedalam. 7
7
Iman Suhartono, “Kiprah Koperasi dalam Menghadapi Perdagangan Bebas”, Among
Makarti Vol. 2, No. 4 (Desember 2009): 66-71.
17
tidak lain strategi partnering. Kerjasama antara koperasi untuk menciptakan suatu
keunggulan bersaing.
Langkah-Langkah Antisipasi yang Diterapkan Koperasi untuk Menghadapi
Era Globalisasi Sektor-sektor usaha kecil di Indonesia perlu diberi kesempatan untuk
berperan lebih banyak dalam bidang ekonomi di Indonesia. Keistemewaan koperasi
tidak dikenal adanya majikan dan buruh serta tidak ada istilah pemegang saham
mayoritas. Semua anggota berposisi sama dengan hak suara sama. Oleh karena itu,
apabila aktivitas produksi yang dilakukan koperasi ternyata dapat member laba
financial, semua pihak akan turut menikmati laba tersebut. Untuk mengembangkan
koperasi masih banyak hal yang perlu dibenahi baik di sisi ubternal maupun
eksternal.
Di sisi internal dalam tubuh koperasi masih banyak hal-hal yang merugikan.
Misalnya yang paling berbahaya adalah penyalahgunaan koperasi sebagai wahana
social politik. Parahnya lagi para pengurus koperasi kadangkala merangkap jabatan
biropkratis , politis atau jabatan kemasyarakatan sehingga terjadi konflik peran.
Konflik yang berlatarbelakang nonkoperasi dapat terbawa ke dalam koperasi
sehingga mempengaruhi citra koperasi. Dari sisi eksternal, terdapat semacam
ambiguitas pemerintah dalam konteks pengembangan koperasi karena sumber daya
dan budidaya lebih dialokasikan untuk mengurangi konflik-konflik social politik,
maka agenda ekonomi konkret tidak dapat diwujudkan. Koperasi jadi impoten,
dimana fungsi sebagai wahana mobilisasi tidak dan perjuanganperekonomian rakyat
kecil tidak berjalan.
Berikut ini adalah ringkas langkah koperasi untuk menghadapi era-globalisasi:
1. Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan kolektif anggotanya dan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses untuk
menemukan kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan lokal spesifik.
Dengan mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat dimungkinkan
kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda.
18
8
Arsad Matdoan, “Tantangan Koperasi dalam Perkembangannya di Era Global”, Cita
Ekonomika, Jurnal Ekonomi Vol. XI, No.1 (Mei 2017) : 58-59.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
20
B. Saran
21