TENTANG:
“PERKEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN KOPERASI DI NEGARA SEDANG
BERKEMBANG (PELUANG DAN HAMBATAN)”
DOSEN PENGAMPU:
SAFWIRA GUNA PUTRA, M.Ec., Dev
OLEH: KELOMPOK 1
1. RODIATAN MARDIYAH - 210501008
2. SALSABILA AMALINA - 210501013
3. AKRAB - 210501015
4. ENI FATMAWATI - 210501017
5. BAIQ ALUH WIDIA SAPUTRI - 210501024
6. RIKA HARIYANI - 210501029
KELAS 4A
PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kesehatan dan kesempatan sehingga Makalah Ekonomi Koperasi tentang Perkembangan
dan Pembangunan Koperasi di Negara Sedang Berkembang (Peluang dan Hambatan) dapat
kami selesaikan. Shalawat dan salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam
Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada ummat-Nya
sehingga dapat menikmati nikmatnya Islam dan terlepas dari masa kejahiliyahan.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi Koperasi”.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap adanya saran dan kritik dari semua pihak yang membaca makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang mendukung
penulisan dan penyusunan makalah ini hingga selesai.
Terakhir, kami memohon maaf apabila ada isi ataupun bagian dalam makalah kami
yang kurang berkenan atau menyinggung pihak lain karena kami hanya manusia biasa
yang tidak luput dari dosa dan kesalahan serta kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 1
C. TUJUAN..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. PERKEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN KOPERASI DI NEGARA SEDANG
BERKEMBANG ......................................................................................................... 3
B. PELUANG SERTA HAMBATAN PERKEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
KOPERASI DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG ............................................ 6
BAB III KESIMPULAN ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1
Lms-paralel.esaunggul.ac.id. PERKEMBANGAN KOPERASI DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
[PDF]. Hlm 1.
1
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Lms-paralel.esaunggul.ac.id. PERKEMBANGAN KOPERASI DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
[PDF]. Hlm 2.
3
Ibid. Hlm 2-3.
3
merugikan negara, serta tentunya rakyat. Hal tersebut tidak salah, namun dikotomi
koperasi dengan kapitalis seakan bagai minyak dan air sangatlah tidak tepat.4
Yang membedakaan koperasi di negara-negara maju dengan negara-negara
berkembang yaitu kinerja dalam pengelolaan koperasi. Koperasi di negara-negara
maju dikelola secara profesional sehingga mampu bersaing atau bahkan melebihi
perusahaan-perusahaan konvensional dikarenakan koperasi memiliki keunggulan
lebih, yaitu kesetiaan anggota dan azas kebersamaan. Koperasi di negara-negara
berkembang cenderung dipaksakan untuk hadir, karena merupakan dasar
perekonomian negara, bukan sebagai usaha murni dan niat sungguh-sungguh dari
masyarakat. Efeknya, koperasi dinegara-negara berkembang cenderung banyak yang
tidak dikelola secara profesional bahkan tidak jarang menjadi alat keuntungan
sebagian kelompok saja. Pengelolaan yang tidak profesional, tidak transparan, serta
terlalu banyak campur tangan pemerintah menjadikan banyak koperasi asal jadi;
hidup segan mati tak mau. Ini juga banyak kita jumpai di Indonesia.5
Konsepsi mengenai sponsor pemerintah dalam perkembangan koperasi yang
otonom dalam bentuk model tiga tahap, yaitu: 6
a. Tahap pertama: Offisialisasi.
Mendukung perintisan pembentukan Organisasi Koperasi.Tujuan utama
selama tahap ini adalah merintis pembentukan koperasi dari perusahaan koperasi,
menurut ukuran, struktur dan kemampuan manajemennya, cukup mampu
melayani kepentingan para anggotanya secara efisien dengan menawarkan barang
dan jasa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya dengan harapan agar dalam
jangka panjang mampu dipenuhi sendiri oleh organisasi koperasi yang otonom.
b. Tahap kedua: De-Offisialisasi.
Melepaskan koperasi dari ketergantungannya pada sponsor dan
pengawasan teknis, manajemen dan keuangan secara langsung dari organisasi
yang dikendalikan oleh Negara. Tujuan utama dari tahap ini adalah mendukung
perkembangan sendiri koperasi ketingkat kemandirian dan otonomi. Artinya
bantuan, bimbingan dan pengawasan atau pengendalian langsung harus
dikurangi.
4
Lms-paralel.esaunggul.ac.id. PERKEMBANGAN KOPERASI DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
[PDF]. Hlm 4.
5
Ibid.
6
Septiherawati.staff.gunadarma.ac.id. Ekonomi Koperasi [PDF]. Hlm 28. Diakses pada 16 Februari 2023,
dari http://septiherawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.1
4
c. Tahap Ketiga: Otonomisasi.
Koperasi-koperasi yang sebelumnya disponsori oleh Negara dan
mengembangkan dirinya sebagai organisasi swadaya koperasi bekerja sama dan
didukung oleh lembaga-lembaga koperasi sekunder dan tersier.
7
Septiherawati.staff.gunadarma.ac.id. Ekonomi Koperasi [PDF]. Hlm 27. Diakses pada 16 Februari 2023,
dari http://septiherawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.1
8
Ibid. Hlm 29.
5
B. PELUANG SERTA HAMBATAN PERKEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
KOPERASI DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG
6
Koperasi dinegara-negara berkembang cenderung banyak yang tidak dikelola
secara profesional bahkan tidak jarang menjadi alat keuntungan sebagian kelompok
saja. Pengelolaan yang tidak profesional, tidak transparan, serta terlalu banyak
campur tangan pemerintah menjadikan banyak koperasi asal jadi; hidup segan mati
tak mau. Ini juga banyak kita jumpai di Indonesia.13
Dalam suatu penelitian di negara-negara Sub-Sahara Afrika, menyimpulkan
bahwa buruknya kinerja koperasi di Sub-Sahara Afrika, atau di banyak negara
berkembang pada umumnya, disebabkan oleh sejumlah faktor yang bisa dibedakan
antara faktor-faktor eksternal diluar kontrol koperasi dan faktor-faktor internal.
Faktor-faktor internal terutama adalah keterbatasan partisipasi anggota, masalah-
masalah struktural dan kontrol, dan kesalahan manajemen. Sedangkan faktor-faktor
eksternal terutama adalah intervensi pemerintah yang terlalu besar yang sering
didorong oleh donor, kesulitan lingkungan-lingkungan ekonomi dan politik, dan
harapan-harapan yang tidak realistik atas peran dari koperasi. Menurut hasil
penelitian, problem paling signifikan adalah cara bagaimana koperasi dipromosikan
oleh pemerintah. Promosi yang sifatnya dari ’top-down’ telah menghalangi anggota
untuk aktif berpartisipasi dalam pembangunan koperasi. Bentuk-bentuk organisasi
dan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan diatur oleh pihak luar dan koperasi telah
gagal untuk berkembang menjadi unit-unit yang mandiri dan sepenuhnya berdasarkan
anggota.14
Selain problematika keberpihakan politik nasional, sejumlah pihak
memberikan catatan terkait problem yang membelit koperasi yaitu pertama,
keterbatasan dibidang permodalan. Bagi koperasi yang baru saja berdiri mungkin
akan mengalami sedikit kesulitan modal untuk dapat berkembang. Kedua, daya
saing lemah. Jika dibandingkan dengan badan usaha besar lainnya, koperasi bisa
dikatakan kalah bersaing dengan mereka. Ketiga, rendahnya kesadaran
berkoperasi pada anggota. Tidak semua anggota koperasi memiliki kesadaran
penuh dalam berkoperasi, seperti tidak menyetorkan Iuran wajib terhadap koperasi.
Keempat, kemampuan tenaga professional dalam pengelolaan koperasi. Sumber
Daya Manusia yang tersedia terkadang kurang memiliki keahlian sehingga
menyebabkan kurangnya kerja sama antara pengurus, pengawas dan anggotanya dan
13
Lms-paralel.esaunggul.ac.id. PERKEMBANGAN KOPERASI DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
[PDF]. Hlm 9
14
Ibid. Hlm 4-5.
7
masalah lainnya. Kelima, terkait masalah masih minim jejaring dan pasar terhadap
produk yang diproduksi oleh koperasi, ini juga terkait kualitas dan kapasitas produksi
dari produk koperasi.15
Dari kelima problem tersebut setidaknya ada 3 poin yang saat ini mesti
menjadi sorotan dan tidak bisa ditawar untuk pengurus koperasi bila menginginkan
intitusinya bisa berkembang, tanpa mengesampingkan 2 poin lainnya. Ketiga poin
tersebut yang saat ini dinilai krusial adalah daya saing, manajerial yang profesional
serta jejaring dan pasar produk. Karena menjadi keyword bagi semua pihak yang
ingin memajukan atau mengelola koperasi menjadi lebih baik.16
Kendala yang dihadapi masyarakat dalam mengembangkan koperasi di
negara berkembang adalah sebagai berikut:17
a. Koperasi hanya dianggap sebagai organisasi swadaya yang otonom partisipatif
dan demokratis dari rakyat kecil (kelas bawah) seperti petani, pengrajin,
pedagang dan pekerja/buruh.
b. Pendapat yang berbeda dan diskusi-diskusi yang kontroversial mengenai
keberhasilan dan kegagalan serta dampak koperasi terhadap proses pembangunan
ekonomi sosial di negara-negara dunia ketiga (sedang berkembang) merupakan
alasan yang mendesak untuk mengadakan perbaikan tata cara evaluasi atas
organisasi-organisasi swadaya koperasi.
c. Kriteria (tolok ukur) yang dipergunakan untuk mengevaluasi koperasi seperti
perkembangan anggota, hasil penjualan koperasi kepada anggota, pangsa pasar
penjualan koperasi, modal penyertaan para anggota, cadangan SHU, rabat dan
sebagainya, telah dan masih sering digunakan sebagai indikator mengenai
efisiensi koperasi.
d. Adanya perbedaan pendapat masyarakat mengenai koperasi dan cara mengatasi
perbedaan tersebut dengan menciptakan 3 kondisi yaitu: kognisi, apeksi,
psikomotor.
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, transparansi struktural tidak
berjalan seperti yang dialami oleh negara industri di Barat, upah buruh di pedesaan
secara rill telah naik ketika pengangguran meluas sehingga terjadi lompatan ke sektor
15
Lms-paralel.esaunggul.ac.id. PERKEMBANGAN KOPERASI DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
[PDF]. Hlm 6.
16
Ibid.
17
Septiherawati.staff.gunadarma.ac.id. Ekonomi Koperasi [PDF]. Hlm 27-28. Diakses pada 16 Februari
2023, dari http://septiherawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.1
8
jasa terutama sektor usaha mikro dan informal (Oshima, 1982). Oleh karena itu kita
memiliki kelompok penyedia jasa terutama disektor perdagangan seperti warung dan
pedagang pasar yang jumlahnya mencapai lebih dari 6 juta unit dan setiap hari
memerlukan barang dagangan. Potensi sektor ini cukup besar, tetapi belum ada
referensi dari pengalaman dunia. Koperasi yang berhasil di bidang ritel di dunia
adalah sistem pengadaan dan distribusi barang terutama di negara-negara
berkembang “user” atau anggotanya adalah para pedagang kecil sehingga model ini
harus dikembangkan sendiri oleh negara berkembang. 18
18
Lms-paralel.esaunggul.ac.id. PERKEMBANGAN KOPERASI DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
[PDF]. Hlm 9-10.
9
BAB III
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11