Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

GERAKAN DAN TANTANGAN PERKEMBANGAN KOPERASI

Disusun Oleh

Nama: Ananda Hanisa Putri

NIM: 01011382227166

MATA KULIAH : EKONOMI KOPERASI


DOSEN PENGAMPU : DR. MUHAMMAD SUBARDIN, S.E., M.Si
MELISA ARIANI PUTRI, S.E., S.H., M.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas seputar ekonomi koperasi dan menyelesaikan tiga topik
pembahasan yaitu bagaimana mendirikan koperasi, komparatif koperasi di negara maju
dan manajemen koperasi.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang
mata kuliah manajemen koperasi. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Melisa
Ariani Putri, S.E., S.H., M.M. selaku dosen manajemen koperasi yang telah memberikan
tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami tulis
ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.

Palembang, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I ...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II ..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN .................................................................................................................3
2.1 Perkembangan Koperasi Pada Era Otonomi Daerah ........................................3
2.2 Koperasi Indonesia Memasuki Era Perdagangan Bebas ...................................5
3.1 Problematika Yang Terjadi Pada Anggota Pada Era Perdagangan Bebas ...........5
2.3 Posisi Dan Peran Ekonomi Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Indonesia............6
BAB III .............................................................................................................................7
PENUTUP ........................................................................................................................7
3.2 Kesimpulan.....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan koperasi di Indonesia adalah suatu inisiatif ekonomi rakyat yang


bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat umum, serta
berkontribusi dalam membangun struktur perekonomian nasional demi mencapai
kemajuan, keadilan, dan kesejahteraan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Koperasi Indonesia adalah sebuah wadah bagi individu-individu
dengan keterbatasan ekonomi yang bermaksud memperbaiki kehidupan dan
kesejahteraan mereka. Koperasi juga dianggap sebagai sebuah alat untuk
membangun sistem perekonomian.
Menurut Pasal 3 UU No. 25/1992, tujuan koperasi di Indonesia meliputi
peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat umum, serta berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi nasional dengan prinsip-prinsip Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai panduan. Landasan idiil koperasi adalah dasar
yang digunakan untuk mencapai tujuan koperasi, yaitu menciptakan masyarakat
yang adil dan makmur. Sedangkan landasan mental koperasi di Indonesia adalah
semangat kesetiaan dan kesadaran pribadi. Regulasi koperasi di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah;

1. Bagaimana perkembangan koperasi pada era otonomi daerah?


2. Bagaimana koperasi Indonesia memasuki era perdagangan bebas?
3. Bagaimana posisi dan peran koeprasi dalam Sistem Ekonomi
Indonesia?

1
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui perkembangan koperasi pada era ekonomi daerah
2. Untuk mengetahui koperasi Indonesia memasuki era perdagangan bebas
3. Untuk mengetahui posisi dan peran koperasi dalam Sistem Ekonomi
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Koperasi Pada Era Otonomi Daerah

Dampak Otonomi Daerah terhadap Perkembangan Koperasi, pertumbuhan


koperasi di Indonesia rata-rata sebanyak 4.168 unit per tahun. Apabila dilihat pada
masing-masing tahun, koperasi mengalami penurunan. Sebaliknya, merupakan
waktu dimana koperasi mengalami pertumbuhan tertinggi dalam satu dekade
terakhir. Pada waktu tersebut, koperasi berhasil tumbuh sebesar 11 persen atau
sebanyak 11.563 unit, jauh di atas rata-rata pertumbuhan dalam 13 tahun
terakhir yang tercatat hanya sebesar 4%. Menurut Statistik Perkoperasian dalam
Febriantika (2016), suatu koperasi dikatakan aktif jika dalam dua tahun terakhir
mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) atau koperasi dalam satu tahun
terakhir melakukan kegiatan usaha. Kementerian koperasi telah mengumpulkan
data rekapitulasi jumlah koperasi aktif dan tidak aktif di Indonesia.Data diketahui
bahwa koperasi yang tidak aktif bertambah seiring berjalannya waktu.
Berdasarkan kurun waktu 13 tahun terakhir, rata-rata setiap tahunnya, persentase
pertumbuhan koperasi tidak aktif melampaui pertumbuhan jumlah koperasi aktif.
Sebagai contoh, pada periode 2000 ke 2001 dimana koperasi aktif tumbuh 1 persen
(88.930 unit ke 89.756 unit), tetapi koperasi tidak aktif tumbuh 6.863 unit atau 49
persen (14.147 unit ke 21.010). Koperasi menjadi tidak aktif dapat disebabkan
oleh berbagai hal, diantaranya adalah kemampuan sumber daya manusia dan
manajemen yang kurang profesional. Pengelolaan yang tidak profesional sering
memicu konflik diantara pengurus dan anggota. Dampaknya, tingkat kepercayaan
anggota menjadi menurun sehingga tidak aktif dalam aktivitas koperasi. Padahal,
tanpa anggota koperasi tidak bisa melakukan apa-apa. volume usaha dan SHU
masing-masing mencapai 23.122.224 (Rp juta), kemudian bertambah menjadi
125.584.976 (Rp juta) dan 8.110.180 (juta rupiah) pada tahun 2013. Apabila di rata-

3
rata, setiap tahunnya terjadikenaikan volume usaha dan SHU masing-masing
sebesar 16 persen (7.881.750 (Rp juta)) dan 41 persen (570.437 (Rp juta).
Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri
dari modal luar dan modal sendiri. Modal berupa pinjaman yang dapat berasal
dari anggota, koperasi lainnya, lembaga keuangan sejenis, penerbitan obligasi dan
surat utang lainnya serta sumber lain yang sah. Sementara itu, modal sendiri berasl
dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan cadangan serta hibah. Modal
merupakan sumber daya yang memiliki peran strategis dalam perkembangan
koperasi. Beberapa literatur, salah satunya dari Rahayu dan A.A Ketut (2018)
menyebutkan bahwa modal sendiri dan modal luar berpengaruh signifikan
terhadap pembentukan sisa hasil usaha. Secara parsial, modal sendiri atau modal
luar semakin bertambah, dengan asumsi ceteris paribus, maka sisa hasil usaha
juga turut bertambah. Berdasarkan informasi pada Gambar 2, diketahui bahwa
komposisi modal koperasi berfluktuatif. Pada tahun 2000, perbandingan modal
sendiri dan modal luar adalah 35 persen dan 65 persen. Kemudian di akhir
tahun 2013, koperasi mampu membalik kondisi tersebut, dimana pada saat itu
kontribusi modal sendiri lebih besar dibandingkan modal luar, yakni 53 persen
berbanding 47 persen. Dalam kurun waktu 13 tahun, modal sendiri mampu tumbuh
besar 25 persen per tahun sedangkan modal luar 16 persen.

4
2.2 Koperasi Indonesia Memasuki Era Perdagangan Bebas

3.1 Problematika Yang Terjadi Pada Anggota Pada Era Perdagangan


Bebas
Secara umum problematika peningkatan daya saing koperasi Indonesia justru bukan
terletak pada persoalan perbandingan dalam kelangkaan sumber daya, tetapi justru
persoalan “kemampuan manajerial” dalam proses pengelolaan koperasi di setiap
lini dalam menghasilkan dan memasarkan barang dan jasa baik di dalam dan luar
negeri.
Dari pengalaman gerakan koperasi di Indonesia selama beberapa tahun proses
liberalisasi perdagangan yang diikuti oleh rasionalisasi fasilitas bagi koperasi,
justru memperlihatkan semakin intensifnya kontak dengan dunia luar oleh gerakan
koperasi, baik yang berkaitan dengan impor barang maupun ekspor produk-produk
yang merupakan produk unggulan, terutama produk etnik (furniture, produk
kerajinan) dan produk berbasis sumber alam.

Dalam hal ini kesulitan koperasi justru disebabkan oleh “instabilitas nilai tukar
rupiah” ketimbang tidak adanya permintaan dan kemampuan pembiayaan. Dengan
demikian liberalisasi perdagangan bukan suatu momok bagi koperasi untuk
berkembang. Bahkan liberalisasi perdagangan yang dilakukan secara bertahap
melalui penghapusan tata niaga dan penghapusan hambatan non-tarif telah
memberikan kesempatan bagi koperasi untuk belajar, sehingga pada perdagangan
bebas diberlakukan penuh yang dimulai dengan AFTA, maka koperasi Indonesia
akan menjadi terbiasa dalam alam tersebut.

5
2.3 Posisi Dan Peran Ekonomi Koperasi Dalam Sistem Ekonomi
Indonesia
Dalam suatu perekonomian pasar, peran utama dari koperasi adalah menjadi
wahana kerjasama pasar bagi para anggotanya untuk mencapai tingkat
kesejahteraan yang optimal melalui kegiatan produksi dan konsumsi barang dan
jasa. Dengan demikian koperasi tidak untuk memaksimalkan nilai tambah bagi
“perusahaan koperasi” tetapi nilai tambah bagi para anggotanya. Oleh karena itu,
secara konseptual adalah “salah” menjadikan kontribusi dalam PDB sebagai ukuran
keberhasilan koperasi. Indikator “eksistensi” koperasi dalam suatu perekonomian
pasar adalah “pangsa pasar” koperasi dalam kegiatan atau sektor di mana jasa
koperasi diperlukan. Dalam suatu kajian regional yang pernah dilakukan, ukuran
yang dianggap tepat adalah menempatkan koperasi di sektor-sektor “Industri
manufaktur” dan “tersier” atau jasa perdagangan (baik pembelian maupun
distribusi) di mana koperasi menghasilkan nilai tambah.

Sementara itu, untuk mengetahui posisi perekonomian rakyat dalam perkembangan


perekonomian nasional telah diangkat tiga indikator penting yaitu: (a) jumlah
penyerapan tenaga kerja: (b) nilai tambah untuk masingmasing sektor, dan (c)
ekspor produk usaha kecil dan menengah. Koperasi sebagai badan usaha dapat
berdiri sebagai usaha kecil, menengah atau bahkan usaha besar sesuai skala bisnis
atau “omzet” dan besarnya aset yang dimilikinya, demikian juga para anggota
koperasi akan diperhitungkan dengan cara yang sama.

6
BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Koperasi di Indonesia adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seseorang


atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.

Pembangunan koperasi di Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup


mengembirakan, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pada waktu
terjadi krisis ekonomi terbukti bahwa usaha kecil dan koperasi mampu bertahan dan
menjadi penompang kondisi perekonomian Indonesia yang terpuruk. Namun, sejak
pelaksanaan otonomi daerah, maka pembangunan koperasi seperti mengalami
stagnasi, karena pembinaan koperasi yang tadinya dilaksanakan oleh pemerintah
pusat, sekarang diserahkan kepada daerah.

Dalam menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi. Indonesia sebagai


negara yang sedang berkembang tidak bisa lepas dari putaran roda kegiatan
ekonomi secara internasional yang penuh dengan berbagai dinamika.

Potensi koperasi saat ini sudah mampu untuk memulai gerakan koperasi
secara otonom, dengan fokus bisnis koperasi harus diarahkan pada ciri universalitas
kebutuhan yang tinggi seperti jasa keuangan, pelayanan infrastruktur, serta
pembelian bersama. Dengan otonomi selain peluang untuk memanfaatkan potensi
setempat juga terdapat potensi terjadinya benturan yang harus diselesaikan di
tingkat daerah

7
8
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, A. P. (2019). DAMPAK OTONOMI DAERAH DAN PEMEKARAN


WILAYAH TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA.
Agridevina: Berkala Ilmiah Agribisnis, 8(1), 58-71.

Solihin, S. A. (2019). PERJALANAN PERAN KOPERASI DI INDONESIA. PERJALANAN


PERAN KOPERASI DI INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai