Disusun Oleh
NIM: 01011382227166
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas seputar ekonomi koperasi dan menyelesaikan tiga topik
pembahasan yaitu bagaimana mendirikan koperasi, komparatif koperasi di negara maju
dan manajemen koperasi.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang
mata kuliah manajemen koperasi. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Melisa
Ariani Putri, S.E., S.H., M.M. selaku dosen manajemen koperasi yang telah memberikan
tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami tulis
ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
rata, setiap tahunnya terjadikenaikan volume usaha dan SHU masing-masing
sebesar 16 persen (7.881.750 (Rp juta)) dan 41 persen (570.437 (Rp juta).
Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri
dari modal luar dan modal sendiri. Modal berupa pinjaman yang dapat berasal
dari anggota, koperasi lainnya, lembaga keuangan sejenis, penerbitan obligasi dan
surat utang lainnya serta sumber lain yang sah. Sementara itu, modal sendiri berasl
dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan cadangan serta hibah. Modal
merupakan sumber daya yang memiliki peran strategis dalam perkembangan
koperasi. Beberapa literatur, salah satunya dari Rahayu dan A.A Ketut (2018)
menyebutkan bahwa modal sendiri dan modal luar berpengaruh signifikan
terhadap pembentukan sisa hasil usaha. Secara parsial, modal sendiri atau modal
luar semakin bertambah, dengan asumsi ceteris paribus, maka sisa hasil usaha
juga turut bertambah. Berdasarkan informasi pada Gambar 2, diketahui bahwa
komposisi modal koperasi berfluktuatif. Pada tahun 2000, perbandingan modal
sendiri dan modal luar adalah 35 persen dan 65 persen. Kemudian di akhir
tahun 2013, koperasi mampu membalik kondisi tersebut, dimana pada saat itu
kontribusi modal sendiri lebih besar dibandingkan modal luar, yakni 53 persen
berbanding 47 persen. Dalam kurun waktu 13 tahun, modal sendiri mampu tumbuh
besar 25 persen per tahun sedangkan modal luar 16 persen.
4
2.2 Koperasi Indonesia Memasuki Era Perdagangan Bebas
Dalam hal ini kesulitan koperasi justru disebabkan oleh “instabilitas nilai tukar
rupiah” ketimbang tidak adanya permintaan dan kemampuan pembiayaan. Dengan
demikian liberalisasi perdagangan bukan suatu momok bagi koperasi untuk
berkembang. Bahkan liberalisasi perdagangan yang dilakukan secara bertahap
melalui penghapusan tata niaga dan penghapusan hambatan non-tarif telah
memberikan kesempatan bagi koperasi untuk belajar, sehingga pada perdagangan
bebas diberlakukan penuh yang dimulai dengan AFTA, maka koperasi Indonesia
akan menjadi terbiasa dalam alam tersebut.
5
2.3 Posisi Dan Peran Ekonomi Koperasi Dalam Sistem Ekonomi
Indonesia
Dalam suatu perekonomian pasar, peran utama dari koperasi adalah menjadi
wahana kerjasama pasar bagi para anggotanya untuk mencapai tingkat
kesejahteraan yang optimal melalui kegiatan produksi dan konsumsi barang dan
jasa. Dengan demikian koperasi tidak untuk memaksimalkan nilai tambah bagi
“perusahaan koperasi” tetapi nilai tambah bagi para anggotanya. Oleh karena itu,
secara konseptual adalah “salah” menjadikan kontribusi dalam PDB sebagai ukuran
keberhasilan koperasi. Indikator “eksistensi” koperasi dalam suatu perekonomian
pasar adalah “pangsa pasar” koperasi dalam kegiatan atau sektor di mana jasa
koperasi diperlukan. Dalam suatu kajian regional yang pernah dilakukan, ukuran
yang dianggap tepat adalah menempatkan koperasi di sektor-sektor “Industri
manufaktur” dan “tersier” atau jasa perdagangan (baik pembelian maupun
distribusi) di mana koperasi menghasilkan nilai tambah.
6
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Potensi koperasi saat ini sudah mampu untuk memulai gerakan koperasi
secara otonom, dengan fokus bisnis koperasi harus diarahkan pada ciri universalitas
kebutuhan yang tinggi seperti jasa keuangan, pelayanan infrastruktur, serta
pembelian bersama. Dengan otonomi selain peluang untuk memanfaatkan potensi
setempat juga terdapat potensi terjadinya benturan yang harus diselesaikan di
tingkat daerah
7
8
DAFTAR PUSTAKA