Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

Di Susun Oleh :

Akhlakul Qorima (19101155310589)

Dhea Gusti Putri Rizani (19101155310596)

Debby Mainesa (19101155310205)

Merlina Saogo (19101155310221)

Rini Amelia Gusti (19101155310625)

Sesta Emelia (19101155310235)

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PUTRA INDOMESIA “YPTK” PADANG

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan
dan kekuatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.Sesuai dengan sifat
keterbatasan manusia, kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih banyak
kekurangan, walaupun saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat ini dan untuk
itu pula kami mengharapkan saran serta kritikan dari semua pihak baik dari bapak dosen atau
pembaca dari makalah ini.

Dan harapan kami mudah-mudahan makalah yang disusun ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya.Makalah ini masih banyak kekurangan
karena kesempurnaa hanya milik Allah kekurangan hanya milik kita, jadi sangat diterima kritik
dan sarannya bagi pembaca.Dan akhir kata,kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
2.1. Sejarah Perekonomian Indonesia................................................................................................5
2.1.1. Masa Sebelum Penjajahan...................................................................................................5
2.1.2. Masa Penjajahan..................................................................................................................5
2.1.3. Masa Orde Lama..................................................................................................................6
2.1.4. Masa Orde Baru...................................................................................................................8
2.1.5. Era Reformasi.......................................................................................................................9
2.2. Perekonomian Indonesia.............................................................................................................9
2.3. Pertumbuhan Ekonomi..............................................................................................................10
2.4. Persamaan Kebijakan Ekonomi pada Masa Orde Lama Sampai Reformasi................................11
2.5. Kondisi Indonesia Di Era Reformasi.........................................................................................12
2.6. Dampak Reformasi Bagi Rakyat Indonesia.................................................................................13
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional,
dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan
berimbang. Pertumbuhan ekonomi di era reformasi saat ini sering sekali mengalami kegoncangan.

Munculnya reformasi di bidang ekonomi disebabkan oleh adanya sistem monopoli di  bidang
perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat dengan  pemerintah akan
mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan
usahanya.

Selain itu juga disebabkan oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang
luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi
PHK dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul
kemiskinan dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul
kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan.

Pada era reformasi sekarang ini sangat dibutuhkan sistem pemerintahan yang
memungkinkan cepatnya penyaluran aspirasi rakyat, alokasi kewajiban Negara kepada rakyat
secara merata, namun tetap berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut
diperlukan agar tidak terjadi lagi ancaman-ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), seperti pernah munculnya gerakan-gerakan separatism di daerah-
daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), antara
lain GAM di Aceh dan RMS di Maluku.

Sumber daya alam daerah Indonesia yang tidak merata juga merupakan salah satu
penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaan sumber daya
alam yang merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan nasional. Sebab
seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang  pembangunannya memang harus
lebih cepat daripada daerah lain.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan yang dibahas dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
perekonomian Indonesia khususnya di era reformasi. Serta perbedaan dan persamaan kebijakan
ekonomi di Indonesia pada era reformasi saat ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perekonomian Indonesia

2.1.1. Masa Sebelum Penjajahan


Sejarah ekonomi Indonesia terbentuk atas lokasi geografisnya yang terletak diantara
persilangan samudera dan benua dunia. Sumber daya alam yang melimpah berupa hasil tani dan
bumi serta penduduk yang tinggal dipenjuru kepulauan yang membentuk dasar dari
perkembangan Negara Indonesia. Munculnya kontak dengan perdagangan internasional melalui
mitra asing yang datang untuk berdagang juga ikut berperan penting dalam perkembangan
Indonesia berupa kedatangan pedagang dari Cina,India,Arab dan Eropa, yang ikut
mengeksplorasi rempah –rempah.

Pada awal abad ke-17, Vereenigde Oostindische Compagnie, salah satu perusahaan
multinasionalpertama dalam dunia, sejarah telah mendirikan basis operasional mereka di
kepulauan Indonesia untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dunia. Pada tahun 1800,
Hindia belanda merupakan salah satu negara terbesar yang menerima manfaat finansial dari
monopoli perdagangan komoditas nusantara di pasar internasional melalui hasil tani seperti kopi,
teh, kina, karet dan minyak sawit, hasil bumi seperti minyak, batubara, timah dan tembaga.
Hindia Belanda berubah menjadi Republik Indonesia setelah Perang Dunia II.

2.1.2. Masa Penjajahan


 Zaman Kolonial

Pada masa ini dilaksanakan Culturstelsel (1830-1870) yang merupakan sistem tanam paksa
melalui perkebunan negara dengan cara mobilisasi lahan pertanian dan peternakan serta tenaga
kerja secara gratis. Penggalakan beberapa hasil kebun yang merupakan permintaan yang tinggi di
pasar dunia yaitu kopi, teh, tembakau, dan tebu. Tanam paksa berakhir pada tahun 1870. Setelah
itu, dimulailah zaman baru kapitalisme kolonial. Kebun-kebun negara diambil alih oleh swasta
dengan perjanjian sewa lahan sampai 75 tahun. Rakyat menjadi budak di tanahnya sendiri.
Politik etis (balas budi) dipraktikkan di Hindia Belanda pada awal 1900an. Fokusnya antara lain:
irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Pada zaman politik ini perkreditan rakyat mulai muncul.

 Zaman Penjajahan Jepang

Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang mendarat di Kalimantan untuk menguasai sumber minyak
mentah. Tanggal 9 Maret 1942, Belanda menyerah pada Jepang. Penyerahan di Kalijati, Subang,
Jabar. Saat dikuasai Jepang, Indonesia dibagi dua:
1. P. Jawa dan Sumatra di bawah komando angkatan darat, berpusat di Jakarta
2. Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di bawah Komando Angkatan Laut yang berpusat di
Ujung Pandang. Propaganda Jepang anatara lain Gerakan 3A: Jepang pemimpin
asia,Jepang, pelindung asia ,Jepang cahaya asia

2.1.3. Masa Orde Lama


a. Masa Pasca Kemerdekaan

Keadaan ekonomi dan keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk,antara lain di
sebabkan oleh:

Inflasi yang sangat tinggi yang dikarenakan beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali.Pada waktu itu,untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata
uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank,matauang pemerintah
Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6
Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukansekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang di kuasai sekutu.Pada bulan
Oktober 1946,pemerintah RI juga mengeluarkan uangkertas baru,yaitu
ORI(OeangRepublikIndonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter,
banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.Adanya blokade
ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri
RI.Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East
Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah daerah yang di kuasai
sekutu.Pada bulan Oktober 1946 , pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru , yaitu
ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.Berdasarkan teori
moneter,banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.Adanya
blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan
luar negeri RI.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :
 Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
 Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakankontakdengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan
keSingapua dan Malaysia.
 Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang
bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak , yaitu :masalah
produksi dan distribusi makanan,masalah sandang,serta status dana dministrasi
perkebunan-perkebunan.
 Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
 Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas
angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
 Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan denganbeberapapetunjuk
pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembadapangan,diharapkanperekonomi anakan
membaik (Mazhab Fisiokrat:sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
b. Masa Demokrasi Liberal

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonomi yang
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori
mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer.Padahal pengusaha pribumi masih
lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha non pribumi ,terutama pengusahaan Cina.Pada
akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.

2.1.4. Masa Orde Baru


Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama.
Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan
negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.Pengendalian inflasi mutlak di butuhkan,karen
apada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650% per tahun. Setelah melihat pengalaman
masalalu,dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing
dengan pengusaha non pribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka di pilihlah
sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila.Ini merupakan
praktek dari salah satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian
secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan
menentukan sendiri.Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala
bidang,tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok,pendidikan dan kesehatan,
pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi
muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola
umum pembangunan jangka panjang (25-30tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut
Pelita (Pembangunan limatahun). Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada
beras,penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka
partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat
pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah
kelahiran lewat KB dan pengaturan usia minimum orang yang akan menikah. Namun dampak
negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber sumber daya
alam,perbedaan ekonomi antar daerah,antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam
masyarakat terasa semakin tajam,serta penumpukan utang luar negeri.Disamping
itu,pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang saratkorupsi, kolusi dan
nepotisme.Pembangunan han yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa di imbangi
kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.Sehingga meskipun berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi,tapi secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh.Akibatnya,
ketika terjadi krisis yang merupakan imbas dari ekonomi global,Indonesia merasakan dampak
yang paling buruk. Harga harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan
cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan disegala bidang,terutama ekonomi.

2.1.5. Era Reformasi


Era reformasi dimulai ketika orde baru berakhir. B. J. Habibie yang mengawali
masa reformasi membuat kebijakan yang diutamakan untuk mengendalikan
stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid
pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara
dari keterpurukan. Padahal berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde
baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN, pemulihan ekonomi, kinerja
BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Pemerintahan
dilanjutkan oleh Megawati Soekarnoputri yang mengalami masalah-masalah
mendesak untuk dipecahkan, yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan
hukum. Pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, terdapat
kebijakan kontroversial, yaitu mengurangi subsidi BBM dan Bantuan Langung
Tunai (BLT). Kebijakan untuk meningkatkan pendapatan perkapita ditempuh dengan cara
mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan
janji memperbaiki iklim investasi . Pada masa reformasi perekonomian
Indonesia berangsur membaik, harga-harga barang pokok juga kembali
normal. Perkembangan di era Reformasi ini merupakan suatu bentuk
perbaikan di segala bidang sehingga belum menemukan suatu arah yang
jelas. Setidaknya reformasi telah membawa Indonesia untuk menjadi lebih
baik dalam merubah nasibnya tanpa harus semakin terjerumus dalam
kebobrokan moral manusia-manusia sebelumnya. Dan pada saat ini memang
Indonesia sudah mulai berorientasi ke luar dalam hal menjalin kerjasama
dengan dunia luar di bidang ekonomi. Memang pada kenyataannya, apabila
Indonesia menerapkan pembangunan dalam bidang ekonomi yang
berorientasi ke luar, hal tersebut bias merubah tatanan baru dan menciptakan
stabilitas perekonomian di Indonesia, walaupun tidak sepenuhnya stabil dalam
aspek-aspek lainnya

2.2. Perekonomian Indonesia


Mengawali masa reformasi di Indonesia yang dipimpin oleh BJ.Habibie. presiden BJ.
Habibie belum melakukan maneuver-manuver yang tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakannya
diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa Presiden Abdurahman Wahid
juga belum ada tindakan untuk menyelamatkan Negara dari keterpurukan akibat dari krisis yang
di alami pada masa Orde Baru. Padahal ada beberapa persoalan ekonomi yang harus dihadapi
seperti KKN, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN,  pengendalian inflasi, dan mempertahankan
kurs rupiah. Keterlibatan presiden dalam skandal Brunei gate yang menjatuhkan kredibilitasnya
dimata masyarakat menyebabkan kepemerintahannya di ambil alih oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri.

Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri terdapat masalah-masalah yang mendesak


untuk dipecahkan yaitu adalah pemulihan ekonomi dan penegaka hokum. Kebijakan-kebijakan
yag ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain:

1. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan Paris Club
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp. 116,3 Triliun.
2. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan Negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan Negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan  politik dan mengurangi beban Negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1%. Namun kebijakan ini memicu banyak
kontroversi, karena BUMN yang di privatisasi dijual ke perusahaan asing.

Pada masa ini juga direalisaskan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi
belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi itu sendiri. Padahal keberadaan
korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan
mengganggu jalannya pembangunan nasional.

Masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah muncul suatu kebijakan
yang kontroversial yaitu adalah mengurangi subsidi BBM dengan alasan naiknya harga minyak
dunia dan subsdi BBM dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan. Denga adanya kebijakan
kontroversial yang pertama timbullah kebijakan kedua yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT)
kepada masyarakat miskin, namun BLT banyak yang tidak sampai ke tangan yang berhak
menerima bantuan tersebut. Dengan begitu malah menimbulkan berbagai masalah sosial.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi


Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997, maka laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia turun
drastis hingga mencapai -13,16%. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada era reformasi
sekitar tahun 1999-2005 mencapai rata-rata 4.15%. Dari data di atas kelihatannya ekonomi
Indonesia pada tahun itu memiliki prospek membaik yaitu dengan terus meningkatnya laju
pertumbuhan di masa depan. Antara tahun 1999-2005 sektor riil  bertumbuh sekitar 3,33%
sedangkan sector non-riil sekitar 5,1%. Pertumbuhan ekonomi yang seperti itu bisa dibilang
pincang karena semestinya sector non-riil bertumbuh untuk melayani sector riil yang bertumbuh.
Pada tahun-tahun sekitar tahun 2002-2005 sektor yang tinggi  pertumbuhannya adalah:
pengangkutan, keuangan, bangunan, dan perdagangan. Namun, pada saat yang sama tingkat
pengangguran terbuka pada mulanya turun tetapi sejak tahun 2002 cenderung naik. Hal ini
sangat ironis, karena pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu yang sama berada di atas 5%.
Persentase orang miskin di Indonesia pun pada tahun 2005  bertambah. Hal ini disebabkan oleh
sector yang bertumbuh itu adalah sekto non-riil bukan sector riil. Karena apabila sector riil tidak
berkembang, maka pasar sector non-riil aka cepat  jenuh.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998 mengarah pada pertumbuhan yang
tidak berkualitas. Pertumbuhan yang tidak berkualitas adalah apabila sector yang dominan
pencipta pertumbuhan itu adalah bukan sector riil dan bukan sector basis. Misalnya, yang
bertumbuh itu adalah sector listrik, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-
jasa (pemerintahan, social, perorangan), dimana kegiatan itu ditujukan untuk memnuhi
kebutuhan local/dalam negeri.

Dari berbagai fakta yang telah disebutkan terdahulu, laju pertumbuhan ekonomi yang terus
menerus rendah sejak era reformasi, pertumbuhan yang tidak berkualitas, kondisi  prasarana
yang tidak memadai, rendahnya minat investor menanamkan modalnya di sector riil, serta factor
kondisi global, maka dapat disimpulka bahwa ekonomi Indonesia telah terperangkap pada
pertumbuhan rendah (Low Growth Trap). Artinya setelah ada peningkatan sekitar hingga 4-5%,
maka peningkatan menjadi tersendat. Hal ini berarti ke depannya laju  pertumbuhan ekonomi
akan tetap rendah, tingkat pengangguran terbuka tetap tinggi, jumlah orang miskin akan tetap
besar dan cenderung makin besar, mayoritas lulusan perguruan tinggi akan menjadi
pengangguran atau terpaksa bekerja pada pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian sarjana,
serta akan sulit untuk dapat keluar dari perangkap tersebut.

Sejak era reformasi pertumbuhan ekonomi di indonesa tidak pernah lagi mencapai 6%.
Dalam kondisi normal pertumbuhan itu berkisan 4-5%. Resiko dari pertumbuhan ekonomi yang
rendah adalah terciptanya dikotomi dalam mendapatkan peluang ekonomi atau  pendapatan.
Dikotomi sendiri artinya adalah pembagian atas dua kelompok yang saling  bertentangan. Akan
ada dua dikotomi yaitu dikotomi dalam kehidupan masyarakat dan dikotomi antara daerah yang
banyak/masih memiliki potensi ekonomi dan daerah yang tidak lagi memiliki banyak potensi
ekonomi. Dikotomi dalam kehidupan masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut. Dalam kondisi
investor asing da investor besar dalam negeri tidak ingin menanamkan modalnya di sector riil di
Indonesia, sehingga investasi tidak meningkat

secara tajam dan lapangan kerja formal tidak banyak bertambah, maka cepat atau lambat
akan terjadi dikotomi dalam kehidupa atau perekonomian masyarakat. Masyarakat yang
memiliki sumber daya adalah pemilik modal termaksud pemilik lahan yang memadai atau yang
memiliki keahlian atau keterampilan yang keahliannya dibutuhkan pasar. Masyarakat seperti itu
akan tetap terus dapat berkembang karena mereka mampu menabung/mengakumulasi modal
sehingga akan terus dapat memperluas kegiatannya/sumber pendapatannya.

2.4. Persamaan Kebijakan Ekonomi pada Masa Orde Lama Sampai Reformasi
Pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi terdapat kesamaan yaitu sama-sama masih
terdapat ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan. Setelah Indonesia merdeka,
ketimpangan ekonomi tidak separah ketika zaman penjajah. Namun tetap saja ada terjadi
ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan. Dalam 26 tahun masa orde baru (1971-
1997) rasio pendapatan penduduk daerah terkaya dan penduduk daerah termiskin meningkat dari
5,1 pada tahun 1971 menjadi 6,8 pada tahun 1983 dan naik lagi menjadi 9,8  pada tahun 1997.
Pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi masalah yang dihadapi oleh Indonesia masih
sama yaitu masih merajalelanya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Penyakit KKN yang
sudah menjadi budaya masyarakat ini sangat sulit untuk dihilangkan. Pada masa orde lama KKN
memang sudah ada namun masih kecil. Namun pada masa orde baru KKN sudah ada hamper di
semua jajaran pemerintahan pada masa itu. Oleh karena itu pada masa  pemerintahan presiden
Soeharto banyak sekali pertentangan di masyarakat dengan  pemerintah. Karena masyarakat
kecewa dengan pemerintahan pada masa itu yang penuh dengan KKN. Sedangkan pada masa
reformasi sendiri KKN tetap masih ada walaupun sudah mulai terbuka dengan masyarakat tidak
seperti pada jaman orde baru yang ditutup-tutupi dari masyarakat. Namun masih saja KKN
belum hilang dari Indonesia. Khususnya di jajaran  pemerintahan yang dimana seharusnya
membela kebutuhan masyarakat bukan mengambilnya.

2.5. Kondisi Indonesia Di Era Reformasi


Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru kemudian
disusul dengan era reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden B.J.Habibie. Pada masa
ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi.
Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa megalami perubahan guna
menyesuaikan dengan keadaan pada saat ini. Pada masa reformasi ini kondisi ekonomi di
Indonesia sering mengalami kenaikan namun juga sering mengalami  penurunan. Menurut
Keynes, investasi merupakan factor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini
mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditukukan untuk member kemudahan bagi investor,
terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika
semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan
bertambah.
 
Dengan terjadinya krisis ekonomi Indonesia (1997) yang menenggelamkan para
konglomerat,maka kekuasaan negara dalam  bidang ekonomi mendadak menjadi sangat besar,
karena pemerintah memiliki seluruh bank dan sektor ekonomi penting lainnya. Kekuatan ini
merupakan momentum yang kuat untuk memacu ekonomi rakyat secara menyeluruh. Kondisi ini
digambarkan sebagai momentum historis yang sangat tepat untuk membangkitkan ekonomi
rakyat
Optimisme Pemerintahan B.J. Habibie dalam mengembangkan ekonomi rakyat di tengah-
tengah keterpurukan ekonomi nasional dapat dipahami. Oleh karena itu krisis ekonomi yang
terjadi dapat dipandang sebagai momentum untuk menata paradigma  pembangunan yang terlalu
liberal dari pengikut yang tidak disengaja aliran pembangunan liberal dan kapitalistik yang
menempatkan pertumbuhan ekonomi dengan konglomerat sebagai pengemudi (driver), menjadi
pembangunan ekonomi yang berpihak kepada Ekonomi Kerakyatan.
Pada pertengahan bulan Oktober 2006, Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF
sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-
agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk  berhutang lagi
pada luar negeri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara
penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 juta
jiwa dibulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada  bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan
karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat
kurang, sehingga kinerja sector riil berkurang dan  berimbas pada turunnya investasi. Selain itu,
birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara
dan daya serap, karena in-efisiensi  pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya
mengundang investor dari luar negeri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang
kondusif
Pada masa Reformasi krisis ekonomi parah sudah terjadi. Utang Luar Negeri tetap harus
dibayar, budaya korupsi yang sudah menggurita sulit dihilangkan, meski pada masa Presiden
SBY (Kabinet Indonesia Bersatu) pemberantasan korupsi mulai kelihatan wujudnya. Rakyat
menikmati kebebasan. Media masa menjadi lebih terbuka dan berani.
Pada periode ini, pemerintah melaksanakan beberapa program baru yang dimaksudkan untuk
membantu ekonomi masyarakat kecil diantaranya Bantuan Langsung Tunai (BLT), PNPM
Mandiri, JAMKESMAS dan JAMSOSTEK (sekarang BPJS). Pada prakteknya,  program-
program ini berjalan sesuai dengan yang ditargetkan meskipun masih banyak kekurangan.

2.6. Dampak Reformasi Bagi Rakyat Indonesia


Masalah pembangunan ekonomi yang ala kadarnya sangat memprihatinkan karena tidak
tampak strategi yang bisa membuat perekonomian Indonesia kembali bergairah. Angka
pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi. Penanganan bencana alam yang datang bertubi-tubi
berjalan lambat dan sangat tidak professional. Bisa dipahami bahwa bencana datang tidak
diundang dan terjadi begitu cepat, sehingga korban kematian dan materi tidak terhindarkan.
Pemerintahan Orde Baru jatuh dan muncul Era Reformasi. Namun pada Era Reformasi ini
tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam kehidupan social ekonomi
masyarakat. Rakyat menjadi sulit membedakan apakang “sang pejabat” bertindak
sebagai eksekutif atau pimpinan partai politik karena adanya perangkapan jabatan yang membuat
pejabat bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan public yang diembannya.
Banyak kasus yang muncul ke permukaan yang berkaitan dengan pemberian  batas yang tegas
pada teritorial masing-masing wilayah. Pada era ini juga pemerintah menjadi tidak otoriter.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa hal yang dapat penulis
simpulkan adalah sebagai berikut:

1. Perekonomian Indonesia di awal era reformasi, dimana pada era tersebut B.J.Habibie
menjadi presiden pertama di era reformasi.

2. Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri kebijakan yang ditempuh untuk


mengatasi persoalan ekonomi antara lain meminta penundaaan pembayaran utang sebesar US$
5,8 Milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri
sebesar Rp. 116,3 Triliun.

3. Pertumbuhan ekonomi di era reformasi pada awalnya turun drastis akibat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia padatahun 1997.

4. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998 mengarah pada pertumbuhan


yang tidak berkualitas.

5. Permasalahan yang dialami oleh rakyat Indonesia sejak era orde lama hingga reformasi
saat ini masih sama yaitu makin merajalelanya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_ekonomi_Indonesia,

https://yusufprabu.wordpress.com/2014/03/30/sejarah-perekonomian-indonesia-era-orde-
lamabaru-dan-reformasi/

Subandi, (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.

Pohan,Aulia.2008.Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta:Rajawali pers.

Yustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian Indonesia.
Jakarta: PT.Grasindo

Anda mungkin juga menyukai