Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KERENTANAN TERHADAP KRISIS EKONOMI”

Disusun Oleh :

AAK REO ANDI.S ( 21612011753 )

ANANDA ARI WIJAYA ( 21612011745 )

TRISHA WAHYU ( 21612011772)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANTAKUSUMA PANGKALAN BUN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah ynag berjudul “KERENTANAN
TERHADAP KRISIS EKONOMI” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Sesuai dengan judul dari makalah ini, penulis harapkan makalah ini dapat
memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa/mahasiswa. Seperti lazimnya sebuah
makalah, tentunya makalah ini tidak luput dari kekurangan. Kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Pangkalan Bun, 21 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................6
2.1 Sejarah Perekonomian Indonesia...........................................................................................6
A. Sebelum Kemerdekaan.......................................................................................................6
B. Setelah Kemerdekaan..........................................................................................................7
2.2 Krisis Ekonomi......................................................................................................................9
2.3 Kerentanan Ekonomi...........................................................................................................10
2.4 Dampak Krisis Ekonomi......................................................................................................11
2.5 Kerentanan Indonesia terhadap krisis ekonomi...................................................................12
BAB III......................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
3.2 Saran....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakat, negara-negara di dunia
sekarang biasanya dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu negara-negara
maju (developed countries) dan negara-negara yang sedang berkembang (developing
countries). Taraf pembangunan penduduk relatif masih rendah dan banyak diantara yang
mempunyai pendapatan per kapita sangat rendah. Indonesia termasuk kedalam kelompok
negara berkembang.
Perekonomian di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa saat ini sedang
bergejolak, sehingga menyebabkan perekonomian dunia saat ini menjadi tidak stabil.
Kondisi tersebut menyebabkan krisis ekonomi yang berdampak terhadap perekonomian
negara berkembang. Dampak krisis ekonomi yang sangat besar bagi negara-negara yang
perekonomiannya bergantung pada negara-negara maju yang mengalami krisis. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa ketergantungan pereknomian suatu negara rentan mengalami krisis
ekonomi. Karena ketika bergantung terhadap negara yang sedang mengalami krisis
ekonomi maka akan berdampak juga kepada negara tersebut.
Produk-produk yang dihasilkan oleh negara berkembang menjadi komoditi
perdagangan bagi negara maju, terutama komoditi yang merupakan sumber alam untuk
pengolahan industri di negara maju. Selain itu, neraca pembayaran menggunakan alat
pembayaran berupa mata uang negara maju diantaranya dolar. Manakala terjadi guncangan
krisis ekonomi di negara maju yang berpengaruh terhadap negara berkembang, misalnya
kebangkrutan industri atau nilai tukar mata uang yang merosot maka kondisi perekonomian
negara berkembang akan ikut goncang. Sebaliknya, alat-alat produksi sebagai barang
modal yang diperlukan oleh negara berkembang akan menjadi beban bagi berlangsungnya
produktifitas. Misalnya ketika nilai tukar dollar terhadap mata uang negara berkembang
meningkat maka barang-barang tersebut juga meningkat, sehingga kebutuhan produksi
juga meningkat atau menjadi mahal.
Salah satu contoh sederhana produksi tahu dan tempe di indonesia menggunakan
kedelai impor dari Amerika, maka ketika niali dollar naik menyebabkan produksi tahu dan
tempe juga naik, sedangkan harga jualnya sulit untuk dinaikkan atau ketika produksi
kedelai
menurun menyebabkan kuota kedelai impor di Indonesia menjadi sedikit, akibatnya harga
kedelai menjadi mahal sehingga menimbulkan harga produksi tahu dan tempe meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kerentanan ekonomi dan krisis ekonomi?
2. Bagaimana pembagian krisis ekonomi berdasarkan menurut jenis dan sumbernya?
3. Apa faktor yang menyebabkan Indonesia rentan terkena krisis ekonomi?
4. Apa dampak yang ditimbulkan dari krisis ekonomi terhadap Indonesia?
5. Bagaimana mengatasi krisis ekonomi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimana perekonomian Negara


berkembang yang bergantung terhadap Negara maju. Negara tersebut rentan terhadap
krisis ekonomi atau tidak mengalami kriris ekonomi dimana Indonesia termasuk ke
dalam kategori Negara berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perekonomian Indonesia

Indonesia memiliki catatan dan pengalaman sejarah yang cukup panjang dan menarik
dalam menjalankan roda perekonomiannya. Secara garis besar perekonomian Indonesia
dibagi menjadi dua, yaitu sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan (orde lama, orde
baru, dan orde reformasi).
A. Sebelum Kemerdekaan
Pada masa ini, roda perekonomian Indonesia dikendalikan oleh para bangsawan,
kerajaan-kerajaan lokal, dan para penjajah (Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang).
Namun, pengaruh yang ditinggalkan Belanda yang telah menjajah Hindia Belanda
(sebutan untuk Indonesia pada masa itu) selama 350 tahun sangat dalam. Negeri kincir
angin itu juga telah menerapkan berbagai sistem yang masih dipakai hingga saat ini.
Beberapa kebijakan yang mereka berlakukan untuk Hindia Belanda diantaranya
dengan membentuk Serikat Dagang Belanda VOC, Sistem Tanam Paksa
(Cultuurstelsel), dan Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal). VOC pada masa
kejayaannya 1602-1799 telah menjadi penguasa Hindia Belanda dalam hal
memonopoli komoditi-komoditi ekspor unggulan seperti, rempah-rempah, kopi, dan
cengkeh. Belanda juga melakukan ekspor perak ke Hindia Belanda sebagai alat
perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an. Akibat ketergantungan
akan impor perak dari Belanda di masa VOC, sementara pasokan perak terganggu
akibat adanya blokade Inggris di Eropa maka jatuhlah kekuasaan Belanda ke tangan
Inggris atas Hindia Belanda. Pada saat itu juga terjadi krisis finansial di tubuh VOC,
VOC bubar dan republik bataaf yang mengambil alih kekuasaan dari VOC juga belum
sempat berbenah.
Inggris yang mengambil alih kekuasaan atas Hindia Belanda pada 1811-1816
mulai menerapkan sistem baru menggantikan sistem pajak hasil bumi(contigenten),
yaitu Landrent (pajak tanah) yang telah berhasil diterapkan di India. Namun perubahan
yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, malah mengalami
kegagalan sebelum akhirnya Inggris meninggalkan Hindia Belanda. Seiring dengan
keberhasilan Belanda merebut kembali kekuasaan atas Hindia Belanda dari tangan
Inggris, Belanda menerapkan sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) pada tahun 1836.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan
penggunaan uang pada
masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan
menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga
yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Masyarakat pribumi sangat tersiksa dengan
sistem yang baru diterapkan pemerintah Belanda ini. Namun segi positifnya adalah
mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada
umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan
yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Pemerintah Belanda berhasil
menerapkan sistem barunya ini, masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor
yang mereka bawa masuk ke Hindia Belanda. Hal inilah yang merubah cara hidup
masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah
penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.
B. Setelah Kemerdekaan
Orde Lama
Pasca kemerdekaan, Indonesia mulai menggerakkan roda perekonomiannya
sendiri. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno yang lebih dikenal dengan sebutan
orde lama pembangunan ekonomi Indonesia dapat dibagi mejadi;
1. Masa pasca kemerdekaan (1945-1950)
2. Masa demokrasi liberal (1950-1957)
3. Masa demokrasi terpimpin (1959-1967)
Pada masa pasca kemerdekaan, pembangunan sistem ekonomi Indonesia
banyak mengalami jatuh bangun. Pemerintah pada saat itu dihadapkan pada masalah
tingkat inflasi yang tinggi, pintu perdagangan luar negeri RI yang ditutup oleh
Belanda, kas negara yang kosong, dan eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk keluar dari keterpurukan
ekonomi di tanah air, seperti menyerahkan perekonomian Indonesia pada pasar, inilah
yang menandai dimulainya masa demokrasi liberal. Kenyataannya, sistem ekonomi
liberal ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
Akhirnya setelah dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959, sistem ekonomi liberal
diganti dengan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia yang
menjurus pada sistem etatisme (segala-galanhya diatur oleh pemerintah). Namun,
kembali Indonesia menemui kegagalan dimana tingkat inflasi yang tinggi akibat
kegagalan kontrol pasca devaluasi. Selain itu pemerintah juga tidak menghemat
pengeluaran-pengeluaranya, banyak
proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, serta adanya politik
konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat.

Orde Baru
Pada masa ini, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama.
Program pemerintah berorientasi pada usaha pendalian inflasi, penyelamatan keuangan
negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pemerintah Indonesia orde baru
juga belajar dari pengalaman masa lalu, dimana sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi terpimipin tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
baru, yaitu sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi
pancasila. Dari sistem ekonomi yang baru inilah kemudian pemerintah menyusun
kebijakan ekonominya yang diarahkan pada pembangunan di segala bidang, yang
tercemin dalam 8 jalur pemerataan yaitu;
1. Kebutuhan pokok
2. Pendidikan dan kesehatan
3. Pembagian pendapatan
4. Kesempatan kerja
5. Kesempatan berusaha
6. Partisipasi wanita dan pemuda
7. Penyebaran pembangunan
8. Peradilan
Semua kebijakan ini dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan
jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita
(Pembangunan lima tahun). Dampak positif dari sistem ekonomi campuran di orde
baru ini antara lain, seperti;
1. Berhasil swasembada beras
2. Penurunan angka kemiskinan
3. Perbaikan indikator kesejahteraan rakyat (angka partisipasi pendidikan,
penurunan kematian bayi, dan industrialisasi) Berhasil menyelenggarakan
preventive check (program KB, usia minimum orang yang akan menikah)
Sedangkan dampak negatifnya, seperti;
1. Pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam
2. Perbedaan ekonomi antar golongan yang tajam
3. Penumpukan hutang luar negeri
4. Timbulnya konglomerasi pembangunan, korupsi, kolusi, dan nepotisme

Orde Reformasi
Pada awal orde reformasi pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
lebih diutamakan untuk stabilitas politik, ketimbang mengatasi masalah ekonomi yang
diwariskan orde baru, antara lain; KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), pemulihan
ekonomi, buruknya kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs
rupiah.

2.2 Krisis Ekonomi

Krisis adalah istilah lama dalam teori siklus bisnis, merujuk pada perubahan tajam
menuju resesi, titik balik ditandai oleh kemajuan atau kemunduran yang tajam. Menurut
Kamus besar Bahasa Indonesia krisis adalah keadaan yang berbahaya, keadaan genting,
kemelut, dengan suram dalam berbagai hal seperti ekonomi dan moral. Krisis ekonomi
adalah transisi yang tajam dimana terjadi penurunan siklus bisnis dan secara umum
memperlambat kegiatan perekonomian. Perubahan ekonomi yang terjadi secara cepat
tersebut mengarah pada turunnya nilai tukar mata uang dan harga kebutuhan pokok yang
semakin tinggi. Krisis ekonomi dapat melanda suatu Negara apabila perubahan ekonomi
sudah tidak dapat dibendung lagi.
Proses terjadinya krisis ekonomi mempunyai 2 sifat yang berbeda yaitu :
1. Secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. (goncangan
ekonomi tak terduga).
2. Krisis Ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, dimana melalui suatu proses
akumulasi yang cukup panjang. Seperti krisis ekonomi global (periode 2008 –
2009). Diawali dengan krisis keuangan serius di AS akhirnya merembet ke negara-
negara maju (Jepang, dan Eropa).
Krisis ekonomi dibedakan menurut jenis dan sumbernya. Menurut Jenisnya yaitu :
(1) Krisis nilai tukar, yang ditandai oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar,
(2) Krisis utang luar negeri yang besar jumlahnya, yang dibuat oleh swasta dan
pemerintah,
(3) Mungkin juga dihinggapi krisismenurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
berbagai institusi ekonomi dan finansial.
Berdasarkan sumbernya krisis ekonomi bersumber dari :
1) Dalam (Internal), misalnya: sektor pertanian (gagal panen akibat perubahan cuaca
ekstrim yang tidak teransipasi sebelumnya, bencana alam (banjir),
2) Luar (Eksternal), krisis ekonomi global 2008-2009
Krisis ekonomi berasal dari sumber-sumber yang berbeda juga mempunyai proses dan
jalur- jalur transmisi dampak yang berbeda.

2.3 Kerentanan Ekonomi


Kerentanan (vulnerability) merupakan suatu kondisi dari suatu komunikas atau
amsyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
acaman bahaya. Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan
ekonomi dalam menghadapi bahaya.
Menurut Adger (2004) dan Briguglio (2008). Pengertian kerentanan belum ada arti
yang tepat namun secara arti yang secara umum kerentaan adalah : kerentanan merujuk
kepada potensi kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh goncangan eksogen.
Dibidang ekonomi : kerentanan ekonomi merujuk pada resiko-resiko yang disebabkan oleh
goncangan eksogen(sumber internal atau eksternal) terhadap 3 sistem kunci dari ekonomi
yaitu produksi, distribusi (dari output dan input-input) dan konsumsi.
Menurut Guilaumon (2007) mendefinsikan kerentanan ekonomi dari sebuah negara
dengan resiko kehancuran ekonomi (terhentinya pembangunan ekonomi) yang dihadapi
Negara disebabkan oleh goncangan eksogen. Menurut Guilaumon ada 2 jenis goncangan
eksogen atau duasumber utama dari kerentanan yaitu : bencana alam dan perdagangan.
Sedangkan menurut Hoddinott dan Quisumbing (2003) lebih mengarah pada konsep
kerentanan dan konsep kemiskinan yang saling terkait. Ada 3 pendekatan ;
1. Sebagai perkiraan kemiskinan
2. Sebagai harapan utilitas yang rendah
3. Sebagai kepastian akan menghadapi resiko.
Faktor Penyebab Kerentanan Ekonomi Indonesia, antara lain:
1. Indonesia semakin terbuka dibandingkan pada awal pada awal pemerintahan orde
baru (1966). Ekonomi Indonesia telah lama menjadi bagian dari tujuan penting
kawasan Asia Tenggara bagi Investasi Asing jangka pendek. Maka Indonesia
menjadi sangat rentan terhadap pelarian modal dari DN (ketika Krisis 1997-1998)
akibatnya mata uang rupiah mengalami suatu depresiasi dengan krisis ekonomi
terbesar sepanjang sejarahnya.
2. Ekspor komoditi primer yang dilakukan Indonesia ditengah laju yang menurun
seperti ; pertambanagn dan pertanian. Konsekuensinya, setiap ketidakstabilan
permintaan dunia terhadap komoditi tersebut mengakibatkan goncangan bagi
ekonomi indonesia.
3. Dalam dua dekade terakhir indonesia semakin tergantung pada impor dari sejumlah
produk makanan diantaranya ; beras, gandum, jagung, daging, sayur-sayuran dan
buah2an, juga minyak. Konsekuensinya dari ketergantungan ini menjadi
ketidakstabilan dari harga-harga produk dipasar internasional, gagal panen
dinegara2 asal. Efek negatif yang signifikan terhadap pengeluaran konsumsi RT
namun juga akan mengancam keamanan pangan DN .
4. 20 tahun belakangan ini banyak TKI (termasuk wanita) yang bekerja di LN,
sehingga pembangunan ekonomi sangat bergantung pada pengiriman uang dari
TKI di LN. Konsekuensinya pada saat tuan rumah dimana TKI bekerja mengalami
krisis dan memaksa TKI berhenti bekerja, maka jumlah uang yang rutin dikirim
akan berkurang sehingga banyak desa diIndonesia mengalami kemiskinan. Contoh
: pada saat Dubai di Timur Tengah mengalami kebangkrutan keuangan tahun 2009,
banyak TKI yang bekerja di sektor bangunan berhenti sebelum waktunya.
5. Indonesia sebuah negara dengan jumlah populasi yang besar, arti : tingkat
konsumsi makanan domestik tinggi, akselerasi laju pertumbuhan output di sektor
pertanian DN menjadi krusial dan hal ini tergantung pada beberapa faktor eksogen,
maka indonesia sangat rentan terhadap perubahan2udara yang tidak normal seperti
fenomena el-nino menyebabkan gagal panen sehingga ketahanan pangan terancam
dan juga berakibat pada inflasi yang tinggi dan krisis keuangan pemerintah karena
harus mengimpor beras yang banyak untuk RT-RT yang tidak mampu.

2.4 Dampak Krisis Ekonomi


Krisis ekonomi yang sedang dialami oleh beberapa negara besar di dunia diantaranya
AS secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Maka dari itu
pemerintah harus waspada dan antisipatif, karena resesi ekonomi AS kemungkinan
semakin parah sehingga bisa berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam
negeri
Krisis ekonomi global bisa diumpamakan sebagai deretan kartu domino yang diatur
sejajar,jika pemain utamanya terjatuh maka akan membawa dampak buruk terhadap yang
lainnya (efek domino). Celakanya, jika negara-negara berkembang yang terkena krisis
ekonomi, lembaga-lembaga keuangan internasional cenderung lepas tangan. Akibatnya,
krisis yang terjadi bisa sangat parah dan potensial mengimbas ke wilayah lain.
Saat ini dampak resesi ekonomi global yang paling dirasakan adalah pada masyarakat
menengah ke atas, terlebih mereka yang bermain saham, valuta asing dan investasi emas.
Dari pantauan media di sejumlah pasar di tanah air, sejak BEJ melakukan suspend,
harga bahan-bahan pangan mulai merangkak naik. Jika sudah begini, masyarakat bawah
yang paling merasakan dampaknya.
Selain itu, kenaikan harga bahan baku di sektor properti akibat pengaruh krisis
ekonomi global, sangat mungkin terjadi. Seperti di kutip dari Antara.co.id, Wakil Ketua
DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, Adib Adjiputra, di Solo, beberapa waktu
lalu mengatakan, harga bahan baku yang diproduksi di dalam negeri maupun luar negeri,
berpotensi terpengaruh oleh krisis ekonomi ini.
Harga bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah aksesori rumah lainnya
yang berasal dari industri manufaktur, kata dia, sangat rentan mengalami kenaikan.
Kenaikan bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin menyulitkan sektor
properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan
bahan bakar minyak (BBM).
Pada sektor properti ini, tipe rumah kelas menengah ke atas yang akan paling besar
terkena dampak terjadinya krisis ekonomi ini. Kenaikan tingkat suku bunga pasti akan
mengikutinya. Sehingga harga cicilan rumah perbulannya akan naik. Sedangkan untuk
rumah kelas menengah ke bawah sedikit tidak berpengaruh karena sebagian sudah
disubsidi pemerintah.
Dampak dari krisis ekonomi dengan sumber-sumber berbeda tergantung pada sifat dan
besarnya keterkaitan :
1. Krisis Produksi domestik dan dampaknya terhadap kemiskinan
2. Krisis Perbankan dan dampaknya tehadap kemiskinan
3. Krisis nilai tukar dan dampaknya tehadap kemiskinan
4. Krisis perdaganagn dan dampaknya tehadap kemiskinan
5. Krisis modal dan dampaknya tehadap kemiskinan

2.5 Kerentanan Indonesia terhadap krisis ekonomi


Krisis Ekonomi Global Berdampak Buruk Bagi Negara Berkembang
Dana Moneter Internasional atau IMF telah memperingatkan kepada negara-negara
berkembang mengenai dampak krisis ekonomi global. Direktur Eksekutif IMF Christin
Lagarde mengungkapkan bahwa ketidakpastian situasi ekonomi secara global dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
Seperti yang sudah dilansir oleh BBC bahwa awal pekan ini IMF telah
memperingatkan mengenai pemulihan ekonomi global yang semakin lemah. Dampak ini
menimbulkan tingkat ketidakpastian yang menghambat keputusan untuk investasi dan
peluang lapangan kerja.
Secara terpisah Bank Dunia juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi
terhadap negara besar Asia seperti China dan India dengan pertimbangan faktor resiko
global.
Salah satu masalah krisis hutang di negara-negara Eropa menjadi salah satu pemicu
utama pelemahan ekonomi global. Krisis zona Eropa ini telah membuat sebagian besar
menurunkan tingkat kepercayaan konsumen dan pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah
krisis.
Dalam usaha untuk memulihkan kondisi tersebut, IMF dan Bank Dunia membuat
kebijakan untuk mengambil langkah-langkah darurat guna meredakan kekhawatiran dan
memulihkan krisis ekonomi yang masih berlangsung sampai sekarang. Namum ada
perkiraan akan terjadi hambatan dalam proses pemulihan ekonomi sehingga dibutuhkan
kerjasama dan kerja keras secara politik pada tingkatan legislatif dan parlemen.
(http://www.permatabank.net/krisis-ekonomi-global-berdampak-buruk-bagi-negara-
berkembang.html)
http://www.metris-community.com/dampak-krisis-ekonomi-global/

Dua artikel tersebut menunjukkan bahwa selama ini Negara-negara berkembang


diantaranya Indonesia dalam pelaksanaan pembangunannya menggunakan pinjaman luar
negeri salah satunya bersumber dari IMF. Ketergantungan yang sangat dominan terhadap
IMF akan menggoyahkan proses pembangunan oleh karena perubahan nilai tukar rupiah
terhadap dollar semakin membebani kewajiban Indonesia terhadap pembayaran utang luar
negeri. Akibatnya cadangan defisa Indonesia akan tersedot hanya untuk menutupi utang-
utang tersebut.
Disisi lain sebagai Negara agraris sektor pertanian merupakan sektor yang potensial
untuk menopang ekonomi nasional, namun pada kenyataanya berbagai komoditi pertanian
yang bisa dilakukan secara swasembada ternyata masih menggantungkan terhadap impor
luar negeri. Kenyataan inipun menimbulkan kerapuhan ekonomi di sektor pertanian
tersebut, sekaligur terhadap sektor industry yang ada di Indonesia. Sebagai contoh,
industry pembuatan tahu tempe bahan baku utamanya adalah kacang kedelai, seharusnya
kedelai bisa di produksi di Indonesia namun hingga saat ini masih bergantung pada impor
luar negeri. Contoh lain industry pembuatan mie cepat saji dan roti bahan baku utamanya
di impor dari luar negeri.
Kenyataan ini sangat rentan apabila terjadi kenaikan harga yang ditetapkan oleh
Negara pengekpor bahan baku tersebut, akibatnya kegiatan industry tahu tempe, mie cepat
saji, roti dan jenis lainnya yang bahan bakunya di impor akan mengalami krisis, sekaligus
akan berpengaruh terhadap produksi dan tenaga kerja setempat.
 Mengatasi Krisis Ekonomi
Untuk mengatasi kriris ekonomi yang terjadi, presiden menghimbau kepada
masyarakat seperti berikut :
1) Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus
memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar
kepercayaan masyarakat.
2) Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan antara lain
dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan
perekonomian domestik.
3) Optimalisasi APBN 2012 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap
memperhatikan `social safety net` dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan
yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta
pangan dan BBM.
Untuk itu perlu dilakukan efisiensi penggunaan anggaran APBN maupun APBD
khususnya untuk peruntukan konsumtif.
4) Ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat
bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga
dan juga tenaga kerja dapat terjaga. Sementara Bank Indonesia dan perbankan
nasional harus membangun sistem agar kredit bisa mendorong sektor riil. Di
samping itu, masih menurut Kepala Negara, pemerintah akan menjalankan
kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional.
5) Semua pihak lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan
mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak
secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.
6) Menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik
akan bertambah kuat.
7) Perlunya penguatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia,
dunia perbankan serta sektor swasta.
8) Semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap ego-sentris dan memandang
remeh masalah yang dihadapi.
9) Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada
masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta perbankan,
Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat penting karena
memiliki akses informasi pada masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sepanjang kegiatan ekonomi di Indonesia untuk sector apapun yang bergantung


kepada luar negeri, baik sumber pendanaan maupun bahan bakunya maka akan senantiasa
terjadi ketergantungan terhadap luar negeri, terutama Negara-negara pengekspor. Setiap
perubahan yang terjadi di Negara donor (pemberi hutang) dan Negara pensuply bahan baku
kegiatan ekonomi di Negara Indonesia, maka secara langsung akan berdampak.
3.2 Saran

Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah bersama masyarakat sebagai pelaku
ekonomi harus bertekad untuk melakukan swasembada pertanian terutama produksi
pertanian yang menjadi bahan baku kegiatan lainnya (industry dan perdagangan). Selain
itu, perlunya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk-poduk Indonesia. Dipihak
lain pemerintah mengupayakan pengurangan ketergantungan pinjaman luar negeri,
sehingga tidak terlampau membebani dan mengurangi cadangan defisa nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia (2023) Pengertian Manajemen, Wikipedia 27 Maret 2023
Muhammad Robith Adani (2021) Hal tentang Manajemen Proyek, 14 Juni 2021
Gulman Azkiya (2022) Skill yang harus dimiliki sebagai Manajer Proyek, 15 September 2022

Anda mungkin juga menyukai