Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH INFLUENCER TERHADAP PURCHASE

INTENTION DENGAN PARASOCIAL INTERACTION

SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (STUDI KASUS PADA

SECONDATE)

ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik


guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu.

Oleh:

NAMA : LAETITIA LIE

NIM : 0106011929004

INTERNATIONAL BUSINESS MANAGEMENT

FAKULTAS MANAJEMEN DAN BISNIS

UNIVERSITAS CIPUTRA

SURABAYA

2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
BAB I..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................11
1.5 Batasan Penelitian................................................................................11
BAB II..................................................................................................................12
2.1 Landasan Teori.....................................................................................12
2.1.1 Teori Parasocial Interaction..............................................................12
2.1.2 Influencer..........................................................................................12
2.1.3 Parasocial Interaction........................................................................14
2.1.4 Purchase Intention............................................................................15
2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................................16
2.3 Keterkaitan Antar Variabel...................................................................20
2.3.1 Pengaruh Influencer secara langsung terhadap Parasocial Interaction
20
2.3.2 Pengaruh Influencer secara langsung terhadap Purchase Intention...22
2.3.3 Pengaruh Parasocial Interaction secara langsung terhadap Purchase
Intention....................................................................................................... 23
2.4 Model Penelitian...................................................................................24
BAB III................................................................................................................ 26
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................26
3.2 Populasi dan Sampel.............................................................................26
3.2.1 Populasi............................................................................................26
3.2.2 Sampel..............................................................................................27
3.3 Jenis Data, Sumber Data, dan Skala Pengukuran..................................27
3.4 Variabel dan Definisi Operasional........................................................28
3.5 Prosedur Pengumpulan Data (Validitas dan Realibilitas).....................31
3.6 Metode Analisis....................................................................................32
3.6.1 Analisis Deskriptif............................................................................32
3.6.2 Analisis SEM....................................................................................32

ii
3.6.3 Pengujian Hipotesis..........................................................................35
Daftar Pustaka......................................................................................................37
LAMPIRAN A.....................................................................................................41

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Penetrasi Pengguna Internet tahun 2019-2020....................................1


Gambar 1. 2 Jumlah Pengguna Instagram di Indonesia (Sept 2018 – Des 2022)....4
Gambar 1. 3 Pendapatan Produk Perawatan Tubuh dan Kecantikan di Indonesia
2017-2025................................................................................................................5
Gambar 1. 4 Top Brand Lip Tint Lokal Terlaris.....................................................7

Gambar 2. 1 Model Penelitian...............................................................................25

iv
DAFTAR TABEL

Table 3. 1 Skala Likert...........................................................................................28


Table 3. 2 Definisi Operasional.............................................................................28

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi internet merupakan salah satu faktor utama dalam mempercepat

kemajuan manusia di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga

industri. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga terus berkembang

dan semakin canggih. Pada tahun 2022, jumlah pengguna internet diperkirakan

mencapai 5,5 miliar orang atau sekitar 70% dari total populasi dunia (International

Telecommunication Union, 2022). Sesuai dengan gambar 1.3, tepatnya sebanyak

196,71 juta penduduk atau sebesar 73,7% dari total penduduk (266,91 juta jiwa)

di Indonesia telah menggunakan internet (APJII, 2018).

Sumber: APJII (2018)


Gambar 1. 1 Penetrasi Pengguna Internet tahun 2019-2020

1
Penetrasi pengguna jumlah mobile phone sebagai media untuk mengakses

internet juga berkembang dengan pesat. Jumlah pengguna ponsel pintar pada

tahun 2022 diperkirakan mencapai 3,8 miliar orang atau sekitar 48% dari total

populasi dunia (Statista, 2022). Data tersebut juga didukung oleh fakta bahwa

pengguna internet melalui ponsel pintar diperkirakan mencapai 3,7 miliar orang

pada tahun 2022 atau sekitar 47% dari total populasi dunia (Statista, 2022).

Seiring dengan perkembangan tersebut, perkembangan teknologi digital

telah menyebabkan mayoritas populasi dunia mendapatkan akses ke internet, lebih

dari empat miliar orang online dan 42% populasi aktif di media sosial (Kemp,

2018). Media sosial merupakan kebutuhan yang paling popular di kalangan

pengguna internet dan merupakan sebuah perangkat yang bertujuan untuk

memfasilitasi berbagai macam interaksi, kolaborasi dan berbagai konten.

Pengguna media sosial sendiri hingga saat ini pada tahun 2020 telah mencapai

160 juta jiwa atau sebesar 59% dari total populasi di Indonesia dan sebesar 91%

dari total pengguna internet yang aktif. Databoks (2022) juga dapat

menyimpulkan bahwa media penyampaian informasi yang paling efektif menurut

responden Februari 2022 terletak pada social media.

Menyongsong revolusi industri 4.0, masyarakat Indonesia menghadapi

perubahan besar yang mempengaruhi gaya belanja mereka sehari-hari.

Masyarakat kini tidak perlu lagi bersusah-payah datang ke marketplace seperti

toko, pasar, mini market, atau mall untuk membeli sesuatu karena semuanya dapat

dilakukan secara online (Putri, 2019). Rata-rata transaksi penjualan yang ada

dilakukan melalui perangkat pribadi seperti smartphone dan tablet, sehingga

2
secara tidak langsung juga dapat meningkatkan jumlah transaksi pertukaran data

dan informasi yang tersedia, berdasarkan data dari Global web index kuartal ke

dua yang dikutip oleh digital market Asia, pada rentang umur 16-64 tahun yang

melakukan transaksi online melalui perangkat elektronik dengan jumlah sampel

responden pengguna internet sebanyak 72.529 dikawasan Asia sendiri penjualan

ini di dominasi oleh negara China, namun Indonesia sendiri berada pada peringkat

ke 5 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar penjualan secara online di

Indonesia sendiri memiliki prospek yang cukup baik. Oleh karena itu, social

media juga mulai digunakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk

mengembangkan usahanya. Dengan menggunakan internet, pembeli dan penjual

tidak harus berinteraksi secara tatap muka namun mereka dapat menggunakan

social media untuk memasarkan produk atau jasanya. Sehingga akhir-akhir ini

kerap bermunculan bisnis online menggunakan berbagai aplikasi yang

dikembangkan (Dan & Nam, 2018).

Pada tahun 2018, jumlah pengguna aktif bulanan Instagram mencapai 1

miliar orang di seluruh dunia. (Hootsuite, 2018). Menurut Asosiasi Penyelenggara

Jasa Internet Indonesia (APJII), media sosial Instagram merupakan salah satu

yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia yakni sebanyak 43,2%

atau 262,2 juta pengguna dan bertambah seiring berjalannya waktu (APJII, 2020).

Gambar 1.4 dibawah juga menunjukkan peningkatan jumlah pengguna instagram

setiap tahunnya.

3
Sumber: Dataindonesia.id (2023)
Gambar 1. 2 Jumlah Pengguna Instagram di Indonesia (Sept 2018 – Des 2022)

Dalam tahap munculnya keinginan untuk membeli, konsumen dihadapkan

pada beberapa pilihan alternatif sehingga pada tahap ini konsumen akan

melakukan aksi untuk mencari informasi untuk membantu menentukan pilihan.

Purchase intention dapat didefinisikan sebagai keinginan seorang individu untuk

membeli atau menggunakan suatu produk atau layanan sebagai hasil dari

kebutuhan atau dorongan. Keinginan konsumen untuk membeli dapat muncul

ketika mereka melihat adanya iklan dari brand atau promosi dan review dari

influencer hingga akhirnya timbul rasa ingin memiliki. Pendekatan yang

ditimbulkan oleh para influencer kepada audiens dapat semakin meningkatkan

akurasi pemahaman audiens mengenai karakter media tersebut termasuk

preferensi mereka yang akan mempengaruhi minat beli.

Persepsi konsumen dalam membuat keputusan pembelian akan

dipengaruhi oleh opini para influencer tersebut. Opini tersebut dapat meliputi

rekomendasi, pengalaman serta informasi dari seorang influencer sehingga

4
menimbulkan minat beli (Solomon, 2017). Pernyataan tersebut diperkuat oleh

penelitian terdahulu oleh Eugene et al. (2020) yang menyatakan bahwa parasocial

interaction memediasi hubungan antara interaksi sosial media dan keterikatan

dengan figur media, serta keterikatan dengan figur media mempengaruhi

keputusan pembelian baik secara langsung dan tidak langsung melalui aspek

kognitif dan afektif.

Sumber: Statista, 2021


Gambar 1. 3 Pendapatan Produk Perawatan Tubuh dan Kecantikan di Indonesia 2017-2025

Survei APJII (2020) menyatakan bahwa kategori produk yang kerap dicari

oleh masyarakat ialah produk fashion dan kecantikan. Databoks (2021) juga

memperkirakan bahwa peningkatan pendapat industri tersebut akan terus terjadi

setiap tahunnya dan diproyeksikaan untuk terus meningkat. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan minat masyarakat Indonesia untuk membeli dan

5
menggunakan produk perawatan tubuh dan kecantikan. Oleh karena itu, peneliti

memfokuskan studi ini kepada minat pembelian produk kosmetik.

Salah satu brand lokal yang sedang diperbincangkan dan mulai

menggemparkan sebagian besar konsumen pengguna Instagram adalah Secondate.

Secondate adalah sebuah brand kosmetik yang menjual berbagai produk seperi lip

tint, lip gloss, lip mousse, eyeshadow, eyebrow pencil, dan 3-in-1 highlighter,

blush, contour yang merupakan produk kolaborasinya dengan Disney. Salah satu

beauty influencer ternama di Indonesia, Titan Tyra bersama rekannya Gitta

Amelia yang merupakan seorang pengusaha yang berhasil masuk ke dalam list

Forbes 30 Under 30 Asia (Finance & Venture Capital) tahun 2019 membangun

brand tersebut pada tahun 2020 dan memasarkannya dengan cara membangun

parasocial interaction dengan para audience nya.

Titan Tyra dikenal sebagai seorang content creator yang jujur, transparan,

dan sangat interaktif. Ia memiliki karakteristik yang menjunjung keterbukaan

dengan para pengikutnya. Titan kerap kali menunjukkan cuplikan kesehariannya

yang nyata. Ia menunjukkan dan mempublikasikan momen-momen yang bersifat

rentan atau vulnerable dan bahkan hal-hal yang memalukan sehingga para

followers nya dapat merasa akrab dan memiliki hubungan persahabatan. Titan

menunjukkan kejujurannya dalam review produk yang diberikan dengan bercerita

di story instagram beserta memberi bukti bahwa ia tidak semata-mata menerima

semua brand dan produk yang ingin endorse dengannya.

Selain itu, ia juga kerap mengekspresikan kepada followers nya bahwa ia

sangat menyayangi dan menganggap mereka “sahabat online”. Hal-hal yang

6
dilakukan Titan Tyra diatas adalah contoh interaksi parasosial sehingga akhirnya

tercipta kesetiaan, kepercayaan, dan ikatan yang kuat antara Titan Tyra dengan

followers nya. Alhasil, produk Secondate berhasil memanfaatkan trend tersebut

dengan menggunakan review oleh influencer mereka.

Sumber: Compas Market (2020)


Gambar 1. 4 Top Brand Lip Tint Lokal Terlaris

Dirilis tahun 2020 lalu, Secondate sempat meramaikan pasar lip tint

karena saat launching berhasil menjual 10 ribu produk dalam tujuh menit melalui

situs resminya. Selain itu, mereka juga memenangkan Tokopedia Beauty Awards

2021. Masyarakat Indonesia saat ini mulai beralih untuk menggunakan produk

lokal. Survey oleh KataData (2020) menyatakan bahwa 82,3% responden memilih

untuk menggunakan produk kosmetik lokal dibanding brand asing. Kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya mendukung produk lokal merupakan salah satu

alasan dibalik meningkatnya penjualan brand asal Indonesia di berbagai social

media (Compas Market, 2020).

7
Pengguna internet dan social media telah banyak digunakan oleh para

pelaku industri sebagai salah satu strategi untuk memasarkan produk. Bentuk

strategi komunikasi pemasaran produk melalui social media ini beraneka ragam.

Salah satu bentuk strategi yang tengah menjadi tren oleh para pelaku industri

saat ini adalah penggunaan influencer di social media. Influencer merupakan figur

pada social media, yang memiliki jumlah pengikut banyak atau signifikan yang

dapat mempengaruhi atau merespon perilaku dari pengikutnya (Hariyanti &

Wirapraja, 2018). Pada tahun 2018, survei yang diadakan oleh Sociabuzz

menunjukkan bahwa seorang influencer memiliki peran penting untuk

mengedukasi target audience, meningkatkan penjualan dan followers, Search

Engine Optimization (SEO), dan meningkatkan brand awareness yang sangat

penting untuk mendapatkan kepercayaan konsumen dan mempengaruhi purchase

intention. Seorang influencer yang baik harus memiliki pengetahuan yang

memadai seputar hal yang dipromosikan sehingga dapat memberi ulasan menurut

pengalaman penggunaan dan membuat followers tertarik.

Solomon (2017) juga menyatakan bahwa persepsi seorang influencer dapat

mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Influencer

berasal dari berbagai macam profesi, bisa berupa selebriti, seniman, blogger,

tokoh, dan lain sebagainya. Strategi komunikasi pemasaran produk melalui social

media, khususnya influencer menjadi pilihan yang populer sebab dianggap relatif

lebih murah dan efektif. Apabila dibandingkan dengan pemasangan iklan di media

konvensional seperti TV, koran, atau billboard, biaya yang harus dikeluarkan

memang jauh lebih mahal dibandingkan dengan social media. Zainudin (2019)

8
menyatakan bahwa biaya beriklan melalui influencer social media hanya

membutuhkan 10% dibandingkan dengan biaya produksi dan penayangan iklan di

TV. Pernyataan ini didukung oleh penilitian dari GetCRAFT yang memaparkan

bahwa pada platform Instagram sebanyak 37.920 view misalnya, pengiklan hanya

membutuhkan sekitar Rp. 590 per view (Zaenudin, A., 2019).

Dalam pemasaran media sosial terdapat sebuah teori yang disebut

parasocial interaction untuk menjelaskan hubungan yang muncul antara audience

dengan influencer serta potensi daampak yang muncul di produk yang telah

dipasarkan oleh figur media tersebut. Interaksi parasosial merupakan interaksi

yang terbentuk antara konsumen dan influencer melalui saluran yang dimediasi

(Shoffner, 2019). Saluran yang dimediasi disini merupakan media sosial yang

menghubungkan konsumen dan influencer. Hubungan parasosial terkadang

dipandang sebagai hubungan khayalan yang dialami oleh fans yang mengidolakan

sosok influencer dan terjadi secara satu arah yaitu dari fans ke influencer tersebut

(Citasari, et al., 2019).

Teori parasosial didasarkan pada hubungan virtual antara selebriti dan

fansnya, tetapi hubungan ini diestimasikan sebagai hubungan interpersonal yang

dianggap nyata oleh para penggemar (Sokolova & Kefi, 2020). Hubungan

parasosial dianggap satu arah karena biasaanya fans yang berada di rentang usia

remaja dan dewasa muda ini merasakan kedekatan dengan influencer atau idola

mereka, sedangkan sang influencer sama sekali tidak mengenal mereka (Sulianti

et al., 2018). Hubungaan parasosial memungkinkan para konsumen tersebut

untuk mengidentifikasikan dirinya dengan para selebriti, baik melalui sikap atau

9
perilaku, hal ini kemudiaan memberikan peluang bagi influencer untuk

memberikan pengaruh terhadap audiensnya (Chung & Cho, 2017).

Semenjak perkembangan media baru dan kelahiran media sosial maka

interaksi yang terjadi antara fans dan influencer menjadi lebih intim. Hubungan

parasosial dianggap mulai muncul ketika fans merasa bahwa mereka adalah teman

dari karakter yang ada di media. Perasaan pertemanan ini yang kemudian menjadi

faktor penting dalam mengembangkan hubungan parasosial daripada hubungan

interpersonal yang dilakukan secara tatap muka. Kontak yang dilakukan secara

berkala kemudian akan menyebabkan audiens berpikir mereka memiliki

kedekatan dengan persona media tersebut.

Kemajuan dan peningkatan penjualan brand Secondate dapat dipengaruhi

oleh trik kemajuan pasar secara online. Pasar online ini juga tidak jauh oleh

pengaruh influencer dan adanya interaksi antar pengguna media. Secondate

menjadi brand lokal yang telah berdiri selama tiga tahun belakang ini dan terus

berkembang melalui perilisan produk-produk barunya. Titan Tyra, sebagai salah

satu pemilik brand tersebut juga dipercaya memiliki kemampuan yang baij untuk

membujuk calon konsumen dengan sering berinteraksi kepada pengikut sosial

medianya. Berdasarkan paparan diatas, penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh influencer terhadap minat beli konsumen yang ditimbulkan melalui

parasocial interaction pada produk Secondate.

10
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah

diantaranya adalah sebaagai berikut:

1. Apakah Influencer berpengaruh pada Purchase Intention?

2. Apakah Parasocial Interaction berpengaruh pada Influencer?

3. Apakah Parasocial Interaction berpengaruh pada Purchase Intention?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, peneliti

melakukan penelitian dengan tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji apakah Influencer berpengaruh pada Purchase Intention.

2. Untuk menguji apakah Parasocial Interaction berpengaruh pada Influencer.

3. Untuk menguji apakah Parasocial Interaction berpengaruh pada Purchase

Intention.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi sumber referensi untuk

calon peneliti lain di masa yang akan datang maupun sebagai wawasan

mengenai pengaruh influencer yang dimediasi oleh parasocial interaction

terhadap purchase intention konsumen produk Secondate.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna untuk perusahaan

Secondate mengenai pengaruhnyaa influencer yang dimediasi oleh

11
parasocial interaction terhadap purchase intention konsumen yang dapat

digunakan untuk meningkatkan penjualan dan memajukan usaha.

1.5 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terfokus, peneliti perlu membatasinya. Riset ini

hanya dilakukan kepada followers aktif akun Instagram Secondate

(@secondatebeauty).

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Parasocial Interaction

Penelitian pertama mengenai parasocial interaction dikenalkan oleh

Donald Horton dan Richard Wohl di 1956 dimana mereka mendefinisikan

parasocial interaction sebagai sebuah bentuk hubungan “intim” yang sepihak dan

imajiner dimana seorang individu seakan-akan mengenal, memahami, dan akrab

dengan figur media seperti selebritas, karakter fiksi, atau karakter dalam program

televisi, konten online, atau media lainnya meskipun tidak ada hubungan timbal

balik. Teori parasocial interaction digunakan untuk menjelaskan interaksi yang

terbentuk antara konsumen dengan figur media dan potensi dampak dari

keterikatan tersebut terhadap produk yang dipromosikan (Aw & Labrecque,

2020).

2.1.2 Influencer

Menurut Hariyanti & Wirapraja (2018), influencer adalah seseorang dalam

sebuah media sosial yang memiliki jumlah pengikut yang banyak. Hal yang

mereka sampaikan dapat mempengaruhi perilaku dari pengikutnya. Menurut

Sugiharto & Ramadhana (2018) social media influencer merupakan seseorang

yang perkataannya dapat mempengaruhi orang lain. Seorang social media

influencer tidak hanya harus selebriti, tetapi orang biasa pun dapat dikatakan

13
sebagai social media influencer jika orang tersebut memiliki pengikut yang

banyak dan perkataannya dapat mempengaruhi orang lain.

Influencer merupakan orang yang dapat memberikan pengaruh

berdasarkan pengetahuan, keterampilan, serta karakternya kepada followers (Kim

et al., 2018). Content yang disajikan oleh influencer dapat berupa aktivitas sehari-

hari, pengalaman, dan pendapat. Zhang et al. (2018) menjelaskan definisi

influencer sebagai orang yang menggunakan media sosial, mendapatkan ketenaran

dari aktivitas online, dan mampu memberikan pengaruh kepada sebagian besar

pengguna platform. Sehingga berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa social media influencer adalah seseorang yang memiliki

banyak pengikut di dalam sebuah media sosial, memiliki suara untuk

menggerakan para pengikutnya dalam melakukan hal yang mereka inginkan

seperti, mempromosikan sesuatu, membenci sesuatu dan lain sebagainya.

Menurut Kim et al. (2018), indikator influencer endorser adalah sebagai berikut:

1. Trustworthiness

Berkaitan dengan sejauh mana konsumen merasakan bahwa influencer

endorser menyampaikan pesan yang baik, jujur, dan kepercayaan melalui

content yang dibuat. Semakin influencer endorser memiliki kredibilitas

yang baik, semakin besar tingkat kepercayaan yang diberikan konsumen.

2. Familiarity

14
Berkaitan dengan sejauh mana konsumen mengenali influencer endorser

berdasarkan kepribadian, penampilan fisik, dan kemampuan berbicara.

Konsumen cepat familiar dengan influencer yang sering tampil di berbagai

platform.

3. Expertise

Berkaitan dengan sejauh mana konsumen mengenali influencer endorser

sebagai pembuat content memiliki keahlian yang baik. Keahlian dapat

dirasakan melalui keterampilan, pengalaman, pengetahuan, dan

kompetensi yang dimiliki influencer terhadap bidang yang ditekuni.

2.1.3 Parasocial Interaction

Parasocial interaction merupakan sebuah interaksi yang melibatkan

pengguna media dengan orang-orang yang diliput oleh media (Yılmazdoğan et al.,

2021). Selain itu, Sokolova dan Kefi (2020) mengemukakan bahwa parasocial

interaction merupakan sebuah hubungan antara penonton dengan pemerannya.

Parasocial interaction adalah sebuah pengalaman pada dunia maya yang

memungkinkan pengguna media sosial mengerti tentang kehidupan pribadi

dari seorang pengguna media lainnya dan menganggapnya nyata (Yılmazdoğan

et al., 2021). Seringkali parasocial interaction menjadi pelengkap bagi

kehidupan pengguna media sosial. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh

Oliver et al. (2019) parasocial interaction merupakan salah satu contoh nyata dari

hubungan antara individu dengan kepribadian dalam sosial media. Berdasarkan

definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa parasocial interaction

15
merupakan sebuah hubungan antara dunia maya dan dunia nyata tang sering

terjadi melalui media sosial. Hubungan yang dimaksud ialah hubungan antara

para pengguna media dengan orang-orang yang diliput oleh media yang

memungkinkan pengguna media sosial mengetahui kehidupan pribadi yang diliput

media tersebut.

Menurut Yılmazdoğan et al. (2021), terdapat tujuh indikator dari

parasocial interaction, diantaranya adalah :

1. Berkeinginan untuk melihat post/konten media sosial dari influencer

2. Tertarik untuk melihat profil dari influencer yang muncul pada media

sosial lainnya

3. Merasa bagian dari influencer saat mengikuti akun dari influencer tersebut

pada media sosial

4. Merasa telah berteman lama dengan influencer tersebut

5. Berkeinginan untuk bertemu dengan influencer tersebut

6. Berkeinginan untuk membaca artikel yang berkaitan dengan influencer

tersebut

7. Menyukai setiap konten yang dibagikan oleh influencer pada media

sosial.

2.1.4 Purchase Intention

Menurut Bimantari (2019), purchase intention adalah niat dengan adanya

sebuah motivasi konsumen pada perasaan atau rencana yang secara sadar guna

melakukan tindakan perilaku tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian diatas,

16
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa Purchase Intention adalah

sebuah keinginan/niat untuk membeli/memiliki sesuatu yang didasari oleh

pengalaman penggunaan, karakteristik merek dan motivasi. Naszariah et al.

(2021) menjelaskan purchase intention merupakan keadaan ketika calon

konsumen memutuskan untuk membeli sutau produk atau jasa karena mereka

mempertimbangkan untuk membelinya atau bahkan karena mereka memiliki

sikap terhadap produk dan apresiasi terhadap produk tersebut. Kemudian Chetioui

et al. (2020) juga menjelaskan bahwa purchase intention merupakan kemungkinan

atas rencana konsumen bahwa konsumen berencana atau bersedia untuk membeli

produk atau jasa tertentu di masa depan.

Menurut Bhattacharya et al., (2022) purchase intention memiliki beberapa

indikator, antara lain:

1. Persepsi konsumen terhadap perilaku etis dapat meningkatkan minat beli

terhadap suatu produk

2. Persepsi etis dari ritel online (Instagram Shop) dapat meningkatkan minat

beli terhadap suatu produk

3. Kemampuan ritel online (Instagram Shop) untuk menunjukkan praktik etis

dapat meningkatkan minat beli konsumen terhadap suatu produk

4. Kemampuan pengecer online (Seller pada Instagram Shop) untuk

menunjukkan praktik etis dapat meningkatkan minat beli konsumen

terhadap suatu produk

17
2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama dilakukan oleh Tandayong & Palumian (2022) dengan

judul “Peranan Influencer dalam Meningkatkan Parasocial Interaction dan

Purchase Intention Produk Kosmetik Lokal Scarlett”. Dewasa ini penggunaan

kosmetik lokal di Indonesia sedang mengalami peningkatan yang signifikan.

Media promosi yang saat ini tengah populer digunakan berbagai merek kosmetik

lokal adalah peranan influencer di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh langsung serta tidak langsung trustworthiness, expertise,

dan attractiveness yang dimiliki oleh seorang influencer dalam memengaruhi

parasocial interaction dan serta dampaknya terhadap purchase intention pada

merek kosmetik lokal Scarlett. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang

melibatkan 125 responden dalam survei yang dilakukan daring dan menggunakan

Partial Least Square, penelitian ini menunjukan bahwa trustworthiness

berpengaruh secara signifikan terhadap parasocial interaction sedangkan

expertise dan attractiveness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

parasocial interaction. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa parasocial

interaction berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention sedangkan

trustworthiness, expertise, dan attractiveness tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap purchase intention. Dalam penelitian ini, kepercayaan yang diberikan

oleh influencer terhadap konsumen atau yang disebut dengan trustworthiness

dapat menjadi faktor penentu terbentuknya purchase intention brand kosmetik

Scarlett dengan bantuan parasocial interaction sebagai mediasinya.

18
Penelitian kedua dilakukan oleh Aulia dan Syarifah (2022) dengan judul

“Pengaruh SMI Credibility dan Interaksi Parasosial terhadap Purchase Intention

Produk Fashion Generasi Y di Instagram”. Memasuki era digitalisasi membuat

teknologi menjadi salah satu aspek penting yang berpengaruh bagi kehidupan

masyarakat, salah satunya adalah perilaku konsumtif individu yang mengalami

banyak perubahan di beberapa tahun terakhir karena kemajuan fasilitas yang

dimiliki internet. Aktivitas belanja secara online memunculkan sebuah fenomena,

yaitu social commerce yakni pengembangan jejaring sosial dan e-commerce untuk

promosi produk dan mempengaruhi perilaku pembelian penggunanya. Penelitian

ini bertujuan untuk menguji pengaruh social media influencer credibility (SMI)

dan interaksi parasosial terhadap purchase intention produk fashion pada generasi

Y di Instagram. Jumlah partisipan penelitian sebanyak 80 partisipan dengan usia

sekitar 21 hingga 40 tahun. Data pada penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis pada penelitian ini adalah

analisis regresi linear menggunakan aplikasi SPSS 25. Hasil yang didapat adalah

SMI credibility dan interaksi parasosial nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05;

artinya secara simultan keduanya memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

purchase intention produk fashion pada konsumen generasi Y di Instagram.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Bi dan Zhang (2022) dengan judul “I will

buy what my ‘friend’ recommends”: the effects of parasocial relationships,

influencer credibility and self-esteem on purchase intentions”. Influencer

marketing adalah model pemasaran interaktif yang lebih baru yang telah menarik

perhatian para sarjana dan pemasar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran

19
mediasi influencer credibility (IC) dan peran moderasi individual parasocial

relationships (PSR) dengan YouTube influencers product attitudes (PATs) dan

dan purchase intention mereka. Para peneliti menggunakan survei online untuk

menguji model mediasi sekuensial dan model mediasi moderasi menggunakan

pemodelan Hayes PROCESS. Para peneliti mengungkapkan bahwa IC dan PAT

memediasi hubungan antara PSR dan PI. Individu yang menganggap IC rendah

lebih cenderung membeli produk yang didukung ketika harga diri mereka turun.

Individu cenderung membeli produk yang didukung jika mereka memiliki PSR

yang lebih kuat dengan influencer. Studi ini memperluas dimensi IC. Sebuah

brand harus memperhatikan kepribadian, motivasi, dan preferensi pelanggan saat

merancang strategi untuk memasarkan produk mereka melalui media sosial.

Penelitian keempat dilakukan oleh Song et al. (2023) dengan judul “How

Attitude and Para-Social Interaction Influence Purchase Intentions of Mukbang

Users: A Mixed-Method Study”. Mukbang dikenal luas sebagai video makanan

jenis baru di platform konten buatan pengguna (UGC). Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengidentifikasi motivator menonton mukbang dan menguji

hubungan antara motivator tersebut dengan niat menonton mukbang melalui

attitude dan hubungan parasosial. Selain itu, penelitian ini mengkaji bagaimana

niat menonton mukbang mempengaruhi niat beli. Wawancara dilakukan untuk

mengetahui faktor motivasi menonton mukbang dengan mengumpulkan data dari

penonton mukbang. Hasil wawancara menunjukkan bahwa perwakilan kepuasan,

kenikmatan, informasi, eksposur, dan daya tarik adalah motivator untuk menonton

mukbang. Penelitian ini mengumpulkan data dari 399 partisipan yang menonton

20
mukbang untuk menguji hubungan dengan menggunakan SmartPLS dan analisis

pemodelan persamaan struktural (SEM). Hasil SEM menunjukkan bahwa

perwakilan kepuasan, kesenangan, dan informasi mempengaruhi niat untuk

menonton mukbang melalui sikap terhadap mukbang. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa eksposur dan daya tarik berdampak pada niat untuk

menonton mukbang melalui hubungan para-sosial. Selanjutnya, niat untuk

menonton mukbang mempengaruhi niat untuk membeli makanan yang

digambarkan dalam konten mukbang. Studi ini berkontribusi pada literatur dengan

mengkonfirmasi secara empiris pengaruh menonton mukbang pada niat beli.

Penelitian terakhir dilakukan oleh Kim (2022) dengan judul “Keeping up

with influencers: exploring the impact of social presence and parasocial

interactions on Instagram”. Penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat social

presence dan peran mediasi parasocial interaction dalam pemasaran influencer.

Dalam sosial media Instagram, social presence secara signifikan memprediksi niat

pembelian individu terhadap merek yang ditampilkan dalam postingan serta

kemanjuran diri, bekerja melalui parasocial interaction. Parasocial interaction

dengan influencer berfungsi sebagai mediator, sedangkan influencer dapat

berperan sebagai panutan untuk memotivasi orang agar mengambil tindakan dan

menguntungkan sebuah brand dengan mendorong konsumen untuk membeli

produk yang ditampilkan di postingan mereka. Penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa social presence yang rendah akan mempengaruhi daya tarik

promosi dan niat beli secara negatif, dan sebaliknya. Dengan demikian, kehadiran

21
sosial dan interaksi parasosial adalah prediktor utama pemasaran influencer yang

sukses.

2.3 Keterkaitan Antar Variabel

2.3.1 Pengaruh Influencer secara langsung terhadap Parasocial Interaction

Penelitian terdahulu telah mengkonseptualisasikan influencer media sosial

sebagai orang yang memiliki interaksi relatif besar di media sosial, terlibat dengan

pengikut mereka di ruang digital melalui konten yang mereka posting tentang

kehidupan pribadi dan gaya hidup mereka, dan menguangkan pengikut mereka

dengan mengintegrasikan konten bermerek (Borchers 2019). Influencer biasanya

membuat konten di Instagram untuk berinteraksi serta mencapai ketenaran di

antara pengguna (Jin et al., 2019). Menurut penelitian Lou et al. (2019),

influencer dipandang sebagai saluran promosi yang menarik bagi pengiklan. Hal

ini disebabkan karena pandangan influencer sebagai endorser 'peer' atau teman

dari audiens-lah yang dapat menciptakan kredibilitas serta kemampuan untuk

menjangkau audiens yang lebih luas. Selain itu, aktivitas sosial interaksi antara

influencer dan audiens dapat membantu memperluas jangkauan merek dan

memperkuat pesan pemasaran di media sosial (Childers et al., 2019).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ki dan Kim (2019), influencer

tidak memiliki makna simbolis yang dibentuk melalui penampilan publik,

sehingga mereka mengendalikan teknik presentasi diri dan interaksi parasosial

yang dibuat. Hasilnya, audiens serta berbagai penggemar aktif yang tertarik dapat

menciptakan hubungan keintiman dengan para influencer. Beberapa influencer

juga kerap secara khusus memposting aktivitas kehidupan sehari-hari mereka

22
sehingga dapat menciptakan kehadiran sosial yang membuat para influencer

tampak seperti kepribadian yang lebih mudah didekati daripada selebriti-selebriti

lain di televisi. beberapa penelitian telah menunjukkan peran penting parasocial

interaction dalam pemasaran influencer, menekankan keterlibatan aktif influencer

dengan pengikut karena konsumen menganggap influencer sebagai sosok yang

dapat dihubungkan dan diidentifikasi, dan identifikasi yang kuat mengarah pada

niat membeli produk yang direkomendasikan sehingga terdapat hubungan positif

secara signifikan antara Influencer dengan Parasocial Interaction (Schouten et al.,

2020).

Berdasarkan pemahaman tersebut, penulis dapat merumuskan hipotesis

pertama sebagai berikut:

H1 : Influencer berpengaruh positif secara langsung terhadap Parasocial

Interaction

2.3.2 Pengaruh Influencer secara langsung terhadap Purchase Intention

Menurut Abdullah et al. (2020), social media influencer memiliki sebuah

pengaruh untuk menanamkan suatu purchase intention kepada para pengikutnya,

dengan kata lain, social media influencer memiliki pengaruh yang positif

signifikan terhadap terciptanya sebuah purchase intention. Sejak munculnya

fenomena media sosial dan e-commerce maka eksistensi influencer dan consumer

review berperan penting dalam praktik pemasaran online. Influencer media sosial

mempengaruhi pengikutnya (follower) di media sosial instagram dengan cara

berbagi platform ‘citra populer’ tentang dirinya atau mengenai produk yang

ditawarkan (Bolstad & Høili, 2019).

23
Opini influencer pada komunitas online menjadi sumber advis yang

membangkitkan niat konsumen untuk membeli. Opini tersebut mempengaruhi niat

berperilaku (behavioral intention) konsumen dalam dua aspek yaitu: pertama, niat

untuk berinteraksi sesuai dengan konten yang dianjurkan; dan kedua, niat untuk

mengikuti gaya atau model yang diposting (Schomer, 2019). Konsumen

Instagram menunjukkan reaksi lebih agresif dibandingkan dengan konsumen

penggiat media sosial lainnya. Mereka terlibat lebih aktif dalam membeli setelah

melihat postingan merek suatu produk (Casaló et al., 2020). Sehingga, konten dari

influencer akan mempengaruhi niat serta keputusan membeli (Huseynov &

Dhahak, 2020). Menurut penelitian Raharjo (2018), social media marketing

merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembentukan sebuah purchase

intention serta social media influencer merupakan salah satu bagian dari social

media marketing. Hasil statistik pada penelitian tersebut juga membuktikan bahwa

social media influencer memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap

purchase intention. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu yang

menyatakan bahwa influencer berpengaruh secara positif signifikan terhadap

purchase intention (Hutahaean & Kurnia, 2021; Rachmy, 2019).

Berdasarkan pemahaman tersebut, penulis dapat merumuskan hipotesis

kedua sebagai berikut:

H2 : Influencer berpengaruh positif secara langsung terhadap Purchase Intention

24
2.3.3 Pengaruh Parasocial Interaction secara langsung terhadap Purchase

Intention

Melalui interaksi parasosial, para audiens akan menganggap influencer

mereka sebagai teman sebaya (Childers et al., 2019; Lou et al., 2019; Jin et al.,

2020; Schouten et al., 2020; Ki & Kim 2019). Selain itu, beberapa penelitian lain

juga menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki interaksi parasosial akan

membantu meningkatkan keputusan pembelian mereka (De Veirman & Hudders,

2020; Lou et al., 2019; Yuan, 2020). Kim (2020) juga melakukan penelitian

terdahulu dan mengeksplorasi bagaimana influencer memanfaatkan interaksi

sosial dan narasi dalam postingan mereka yang membentuk strategi pemasaran.

Hwang dan Zhang (2018) juga menyatakan bahwa konsep hubungan parasosial

dapat membentuk hubungan antar selebriti dan pengikut mereka berupa kedekatan

dan empati yang akan berpengaruh secara langsung terhadap niat beli pengikut.

Penelitian sebelumnya oleh Gong dan Huang (2023) juga telah membuktikan

bahwa interaksi antar selebriti dengan pengikut pada suatu media akan

berpengaruh secara positif terhadap sikap dan komitmen pengikut.

Dengan demikian, para influencer kerap membangun basis pendengar

yang loyal pada pengikutnya dan Parasocial Interaction telah berhasil memediasi

hal tersebut (Schlütz & Hedder, 2021). Hal ini sejalan dengan My-Trinh dan

Huong-Linh (2021) yang juga telah membuktikan bahwa interaksi emosional

antara selebriti digital dan pengguna media sosial juga meningkatkan niat

pengguna untuk membeli barang-barang yang didukung selebriti Hal ini

menyiratkan bahwa ada peluang untuk menafsirkan niat membeli yang

25
berkelanjutan dari perspektif Parasocial Interaction. Penelitian terdahulu

Anindyasari dan Kusumasondjaya (2019) juga menyatakan bahwa adanya

hubungan secara positif antara Parasocial Interaction terhadap Purchase Intention

Berdasarkan pemahaman tersebut, penulis dapat merumuskan hipotesis

ketiga sebagai berikut:

H3 : Parasocial Interaction berpengaruh positif secara langsung terhadap Purchase

Intention

2.4 Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel influencer, parasocial interaction, dan

purchase intention untuk mengetahui pengaruh influencer terhadap purchase

intention dengan parasocial interaction sebagai variabel mediasi yang

digambarkan di Gambar 2.1.

Parasocial
Interaction
(Z)

H1 H3

Purchase
Influencer
Intention
(X)
H2 (Y)

26
Gambar 2. 1 Model Penelitian

H1: Influencer berpengaruh positif terhadap Parasocial interaction (Ki dan Kim,

2019); (Schouten et al., 2020)

H2: Influencer berpengaruh positif terhadap Purchase intention (Abdullah et al.,

2020); (Schomer, 2019); (Huseynov & Dhahak, 2020); (Raharjo, 2018);

(Hutahaean & Kurnia, 2021; Rachmy,2019)

H3: Parasocial interaction berpengaruh positif terhadap Purchase intention (De

Veirman & Hudders, 2020; Lou et al., 2019; Yuan, 2020); Kim (2020); (Hwang

dan Zhang, 2018); (Gong dan Huang, 2023); (Schlütz & Hedder, 2021); (My-

Trinh dan Huong-Linh, 2021); (Anindyasari dan Kusumasondjaya, 2019)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diusulkan peneliti berjudul “Pengaruh Influencer

terhadap Purchase Intention dengan Parasocial Interaction sebagai Variabel

Mediasi (Studi Kasus pada Produk Secondate)” menggunakan pendekatan

penelitian kuantitatif, dimana penelitian kuantitatif berkaitan dengan

27
pengumpulan dan analisis data yang terstruktur dan dapat direpresentasikan secara

numerik (Goertzen, 2017). Salah satu tujuan utama penelitian kuantitatif adalah

untuk membangun pengukuran yang akurat dan dapat diandalkan yang

memungkinkan untuk analisis statistik yang berfokus pada data yang dapat

diukur, sehingga hal tersebut akan sangat efektif untuk menjawab "apa" atau

"bagaimana" dari situasi tertentu.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan gabungan atau sekumpulan objek atau topik yang

menjadi fokus pembahasan dalam sebuah penelitian (Smith et al., 2017). Populasi

dalam sebuah penelitian tidak selalu orang namun juga bisa benda-benda alam

tertentu. Berdasar pada pengertian populasi, maka populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mahasiswa/i yang menggunakan sosial media Instagram dan

mengetahui akun Instagram Secondate (@secondatebeauty) serta Titan Tyra

(@titantyra) sebagai influencer yang diteliti dengan harapan mampu memberikan

pengetahuan yang akurat terkait Pengaruh Influencer (Titan Tyra) terhadap

Purchase Intention (Produk Secondate) dengan Parasocial Interaction sebagai

Variabel Mediasi.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah subset atau sebagian dari objek atau item yang menjadi

fokus dari populasi dalam sebuah penelitian. Sampel diambil oleh peneliti guna

28
menjadikannya sebagai perwakilan dari populasi agar perhitungan dan

pengambilan data menjadi lebih efektif. Sampel digunakan dalam penelitian

karena keterbatasan waktu, keuangan, tenaga atau logistik yang mungkin

membuat mempelajari seluruh populasi menjadi tidak mungkin (Smith et al.,

2017). Pengambilan sampel pada penelitian ini menerapkan metode random

sampling dimana seluruh anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel dan ditentukan secara acak. Pada penelitian ini menggunakan

metode penelitian Structural Equation Modeling (SEM) serta menurut Hair et al.

(2019), jumlah sampel dapat dihitung dari jumlah indikator x (5 hingga 10) untuk

mengetahui ukuran populasi yang belum pasti diketahui. Sehingga, minimal

sampel yang harus didapat dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 (14 x 5)

hingga 140 (14 x 10) responden.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Sampel = jumlah indikator x 10

= 14 x 10

= 140 sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah -

non-probability sampling dengan teknik convenience sampling. Non-probability

sampling digunakan karena data populasi konsumen Secondate tidak dapat

diperoleh. Conveniece sampling sendiri merupakan teknik pengambilan sampel

tanpa kriteria tertentu (Sekaran & Bougie, 2016). Teknik ini diambil dengan

29
pertimbangan kemudahan. Sampel yang diambil adalah sampel yang bersedia

untuk memberikan informasi terkait variabel penelitian ini.

3.3 Jenis Data, Sumber Data, dan Skala Pengukuran

Jenis data yang diaplikasikan pada penelitian ini adalah kuantitatif.

Sumber data pada penelitian ini merupakan data primer yaitu kuesioner. Sumber

data tersebut diperoleh dengan penyebaran kuesioner secara online menggunakan

Google Form yang berisikan pernyataan mengenai Influencer, Parasocial

Interaction dan Purchase Intention.

Table 3. 1 Skala Likert

Keterangan Skor

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Netral 3

Setuju 4

Sangat Setuju 5

Sumber: Data diolah (2023)

Menurut Sugiyono (2018:152) skala likert yaitu skala yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Skor skala likert dijelaskan dapat dilihat

pada tabel 3.1 diatas.

30
3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang diteliti, diantaranya adalah sebagai

berikut :

 Influencer (X)

 Parasocial Interaction (Z)

 Purchase Intention (Y)

Table 3. 2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Sumber


Konseptual

Influencer Influencer 1. Kemampuan Kim et al. (2018)


merupakan influencer untuk
orang yang menyampaikan
dapat pesan yang baik,
memberikan jujur, dan
pengaruh kepercayaan
berdasarkan melalui content
pengetahuan, yang dibuat.
keterampilan, 2. Kemampuan
serta konsumen
karakternya mengenali
kepada influencer endorser
followers berdasarkan
kepribadian,
penampilan fisik,
dan kemampuan
berbicara.
3. Kemampuan
konsumen
mengenali
influencer endorser
sebagai pembuat
content memiliki

31
keahlian yang
baik.

Parasocia Parasocial 1. Kemampuan (Yılmazdoğan et al.,


l interaction influencer untuk 2021)
Interactio merupakan membuat konten
n sebuah yang menarik
interaksi yang 2. Keinginan
melibatkan konsumen untuk
pengguna melihat profil
media dengan influencer atau
orang-orang endorser
yang diliput 3. Perasaan konsumen
oleh media sebagai bagian dari
influencer atau
endorser
4. Perasaan konsumen
sebagai teman dari
influencer atau
endorser
5. Perasaan konsumen
ingin bertemu
dengan influencer
atau endorser
6. Perasaan konsumen
untuk membaca
artikel terkait
influencer atau
endorser
7. Kemampuan
influencer dalam
menarik perhatian
konsumen

Purchase Kemungkinan 1. Persepsi konsumen Benowati & Purba,


Intention atas rencana terhadap perilaku (2021); Bhattacharya
konsumen etis dapat et al. (2022)
bahwa meningkatkan
konsumen minat beli terhadap
berencana suatu produk
atau bersedia 2. Persepsi etis dari
untuk ritel online
membeli (Instagram Shop)
produk atau dapat
jasa tertentu meningkatkan

32
di masa minat beli terhadap
depan suatu produk
3. Kemampuan ritel
online (Instagram
Shop) untuk
menungjukkan
praktik etis dapat
meningkatkan
minat beli
konsumen terhadap
suatu produk
4. Kemampuan
pengecer online
(Seller pada
Instagram Shop)
untuk menunjukkan
praktik etis dapat
meningkatkan
minat beli
konsumen terhadap
suatu produk

Sumber: Data diolah (2023)

3.5 Prosedur Pengumpulan Data (Validitas dan Realibilitas)

Proses pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan dengan bagan

sebagai berikut:

1. Membuat kuesioner dan Google Form

Kuesioner ibarat sebuah wawancara secara tertulis yang berisi beberapa

pertanyaan untuk menyatukan data atau informasi dari responden secara

efektif dan efisien, dan biaya yang relatif murah. Kuesioner akan terdiri

dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu

pernyataan mengenai Influencer, Parasocial Interaction dan Purchase

33
Intention. Selanjutnya, kuesioner tersebut akan dituangkan melalui Google

Form dalam bentuk kuesioner online.

2. Menyebarkan kuesioner online

Penyebaran kuesioner online tersebut dilakukan kepada mahasiswa/i yang

menggunakan sosial media Instagram dan mengetahui produk Secondate

serta Titan Tyra sebagai influencer yang diteliti, dengan cara mengirimkan

link kuesioner online Google Form melalui sosial media seperti LINE,

WhatsApp maupun Instagram setelah seluruh pertanyaan kuesioner sudah

dikoreksi dan divalidasi oleh expert.

3. Mengeliminasi respon yang tidak lengkap

Memeriksa dan mengeliminasi respon dari responden yang tidak mengisi

dan menjawab item pada kuesioner online secara lengkap dengan tujuan

hasil dari pengolahan data nantinya akan valid.

4. Mengolah data

Pengolahan data dengan memasukkan data yang akan diolah dengan

sistem menjadi data atau informasi yang lebih sederhana sehingga

memudahkan peneliti untuk memahami hasil dan menarik kesimpulan.

Pada penelitian ini, pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan

34
Structural Equation Model (SEM) dengan software Partial Least Square

(PLS).

3.6 Metode Analisis

3.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan dengan tujuan menganalisa data

yang sudah dikumpulkan tanpa ada maksud untuk menciptakan sebuah

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis statistik

deskriptif mengukur dua atau lebih variabel yang kedudukannya berbeda dengan

maksud untuk memaparkan profil data penelitian (Sugiyono, 2017).

3.6.2 Analisis SEM

Analisis data dilakukan dengan menerapkan metode Partial Least Square

(PLS) dengan memanfaatkan software SmartPLS 3, dimana metode PLS

merupakan bagian dari penyelesaian Struktural Equation Modeling (SEM) yang

memiliki tingkat fleksibilitas lebih tinggi dan kemampuannya untuk memodelkan

variabel laten, memperhitungkan berbagai bentuk kesalahan pengukuran, dan

menguji seluruh teori membuatnya berguna untuk sejumlah besar pertanyaan

penelitian (Henseler et al., 2016). PLS dapat dikatakan sebagai metode analisis

yang cukup kuat dikarenakan tidak berdasar pada banyak asumsi. Sampel yang

digunakan juga tidak harus dalam jumlah besar, dan indikator dengan

menggunakan skala interval, ordinal, hingga rasio dapat diterapkan dalam model

yang sama (Ghozali & Latan, 2015).

35
Model jalur PLS secara formal ditentukan oleh dua set persamaan linier:

model pengukuran (juga disebut outer model) dan model struktural (juga disebut

inner model). Model pengukuran menentukan hubungan antara konstruk dan

indikator yang diamati (juga disebut variabel manifest), sedangkan model

struktural menentukan hubungan antar konstruk (Henseler et al., 2016).

a. Outer Model

Evaluasi model pengukuran (outer model) memiliki tujuan mengukur

berbagai dimensi yang dapat menciptakan atau menghasilkan suatu faktor,

yang merupakan model yang merepresentasikan hipotesis-hipotesis yang

sebelumnya sudah pernah ada yaitu hubungan antara indikator dengan

faktornya dan dievaluasi menggunakan analisis faktor konfirmatori /

Confirmatory Factor Analysis (CFA). Evaluasi model pengukuran

bertujuan menilai validitas dan reliabilitas model (Djoyohadikusumo,

2018). Dalam outer model terdapat uji validitas dan uji reliabilitas.

Evaluasi model pengukuran dibedakan dalam 2 model yaitu reflektif dan

formatif. Model formatif diukur berdasar pada pendapat dan panel para

ahli konsep tersebut (Abdillah & Jogiyanto, 2019). Sedangkan untuk

model reflektif terdiri dari:

 Uji Convergent Validity (Validitas Konvergen) mempunyai prinsip

indikator-indikator pengukur yang terdapat pada suatu konstruk harus

saling berkorelasi / berkesinambungan tinggi (Ghozali & Latan, 2015).

Nilai validitas konvergen dalam PLS ini dilihat pada nilai loading factor

36
tiap indikator konstruk yang harus 0,7 pada penelitian bersifat

confirmatory, dan pada penelitian yang bersifat exploratory nilai loading

factor diberikan toleransi diangka 0,6-0,7.

 Discriminant Validity (Validitas Diskriminan) dapat ditentukan dari nilai

cross loading dari variabel manifest (indikator) terhadap tiap variabel

laten. Apabila hasil korelasi tiap indikator dengan tiap variabel laten

dibanding variabel laten lainnya, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

laten tersebut memprediksi indikatornya lebih baik daripada variabel laten

lainnya. Validitas Diskriminan juga bisa ditentukan dengan

membandingkan nilai Average Variance Extracted (AVE). Validitas

Diskriminan dikatakan tercapai jika nilai AVE 0,5 (Ghozali & Latan,

2015).

 Variabel laten dianggap mempunyai reliabilitas yang baik jika nilai

composite reliability 0,7. Pengukuran ini ditujukan untuk mengukur

reliabilitas yang baik untuk konstruk dalam PLS (Ghozali & Latan, 2015).

Selain itu, uji reliabilitas dapat dilihat berdasarkan nilai Cronbach’s Alpha

yang harus lebih besar dari 0,7.

b. Inner Model

Beberapa pengujian untuk model struktural yaitu:

 Uji R-square dilakukan untuk menguji seberapa besar pengaruh antara

variabel laten independen tertentu dengan variabel laten dependen.

Apabila nilai R-square 0,75 artinya model kuat, jika 0,50 model cukup

37
moderat, jika sebesar 0,25 maka artinya model termasuk lemah (Ghozali &

Latan, 2015).

 Q-Square Predictive Relevance digunakan untuk mengkonfirmasi

kemampuan prediksi model. Apabila Q² > 0 artinya model memiliki

predictive relevance variabel laten eksogen cocok menjadi variabel

penjelas yang dapat menduga atau memprediksi variabel endogennya

(Ghozali & Latan, 2015).

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik bootstrapping dengan

maksud untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan dalam penelitian. Uji

hipotesis dilakukan menggunakan t-statistics dengan tingkat kepercayaan 95%

serta tingkat signifikansi α sebesar 5%. Apabila nilai t-statistics t-tabel maka

kesimpulan hipotesis ditolak dan begitu juga sebaliknya jika nilai t-statistics t-

tabel kesimpulannya hipotesis gagal ditolak atau dianggap signifikan yang artinya

ada pengaruh diantara variabel laten terhadap variabel laten lainnya (Hadikusuma

& Jaolis, 2019). Selain melihat t-statistics, dapat juga melihat nilai P-values,

dimana hipotesis dapat diterima apabila nilai P-Values < 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

Adha, S., Fahlevi, M., Rita, R., Rabiah, A. S., & Parashakti, R. D. (2020).
Pengaruh Sosial Media Influencer Terhadap Pengaruh Minat Kerja Antar
Brand. Journal of Industrial Engineering & Management Research, 1(1b),
127-130.

38
Amalia, A. C., & Sagita, G. (2019). Analisa Pengaruh influencer social media
terhadap keputusan pembelian konsumen generasi z di kota surabaya.
JURNAL SOSIAL Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 20(2), 51-59.
Anindyasari, Y., & Kusumasondjaya, S. (2019). Pengaruh Interaksi Parasosial
Terhadap Hubungan Parasosial, Kredibilitas Endorser Dan Niat Beli
Penggemar Syahrini Terhadap Produk Kosmetik Di Media Instagram.
Arthavidya Jurnal Ilmiah Ekonomi, 21, 124-34.
Asadi, S., Pourhashemi, S. O., Nilashi, M., Abdullah, R., Samad, S.,
Yadegaridehkordi, E., ... & Razali, N. S. (2020). Investigating influence of
green innovation on sustainability performance: A case on Malaysian hotel
industry. Journal of cleaner production, 258, 120860.
Aulia, M. C., & Syarifah, D. (2022). Pengaruh SMI Credibility dan Interaksi
Parasosial terhadap Purchase Intention Produk Fashion Generasi Y di
Instagram. Buletin Penelitian Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM),
2(1), 180-191.
Bi, N.C. and Zhang, R. (2022), "“I will buy what my ‘friend’ recommends”: the
effects of parasocial relationships, influencer credibility and self-esteem on
purchase intentions", Journal of Research in Interactive Marketing, Vol.
ahead-of-print No. ahead-of-print. https://doi.org/10.1108/JRIM-08-2021-
0214
Bimantari, C. (2019). The Effect of Brand Awareness, Perceived Quality, and
Brand Attitude Toward Purchase Intention of Biscuit Oreo in Surabaya.
Journal of Business & Banking, 8(2), 195.
Bolstad, T. M. O., & Høili, P. F. D. (2019). Influencer Marketing.
Casaló, L. V., Flavián, C., & Ibáñez-Sánchez, S. (2020). Influencers on
Instagram: Antecedents and consequences of opinion leadership. Journal of
Business Research, 117, 510–519. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.0
7.005
Chetioui, Y., Benlafqih, H., & Lebdaoui, H. (2020). How fashion influencers
contribute to consumers' purchase intention. Journal of Fashion Marketing
and Management: An International Journal, 24(3), 361-380.
Childers, C.C., L.L. Lemon, and M.G. Hoy. 2019. #Sponsored #Ad: Agency
perspective on influencer marketing campaigns. Journal of Current Issues &
Research in Advertising 40, no. 3: 258–74. [Taylor & Francis Online], [Web
of Science ®], [Google Scholar]
Chung, S., & Cho, H. (2017). Fostering Parasocial Relationships with Celebrities
on Social Media: Implications for Celebrity Endorsement. Psychology &
Marketing, 34(4), 481–495.
https://doi-org.proxy006.nclive.org/10.1002/mar.21001
De Veirman, M., L. Hudders, and M. R. Nelson. 2019. What is influencer
marketing and how does it target children? A review and direction for future
research. Frontiers in Psychology 10:2685. doi:10.3389/fpsyg.2019.02685
[Crossref], [PubMed], [Web of Science ®], [Google Scholar]
Djoyohadikusumo, S. (2018). Pengaruh customer satisfaction terhadap customer
loyalty pada pembelian tiket online pesawat di Surabaya. CALYPTRA, 6(2),
1222-1240.

39
Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial least squares konsep, teknik dan aplikasi
menggunakan program smartpls 3.0 untuk penelitian empiris. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.
Gong, A. D., & Huang, Y. T. (2023). Finding love in online games: Social
interaction, parasocial phenomenon, and in-game purchase intention of female
game players. Computers in Human Behavior, 143, 107681.
Hair, J. F., Risher, J. J., Sarstedt, M., & Ringle, C. M. (2019). When to use and
how to report the results of PLS-SEM. European business review, 31(1), 2-24.
Hariyanti, N. T., & Wirapraja, A. (2018). Pengaruh influencer marketing sebagai
strategi pemasaran digital era moderen (Sebuah studi literatur). Eksekutif,
15(1), 133-146.
Henseler, J., Hubona, G., & Ray, P. A. (2016). Using PLS path modeling in new
technology research: updated guidelines. Industrial management & data
systems.
Huseynov, F., & Dhahak, K. (2020). The Impact of Online Consumer Reviews
(OCR) on Online Consumers Purchase Intention. Journal of Business
Research - Turk, 12(2), 990–1005. https://doi.org/10.20491/isarder.2020.8 89
Hutahaean, C. I., & Kurnia, P. R. (2021). Influence of non-demographic factors
on Indonesian consumers purchase intention towards green products. ASEAN
Marketing Journal, 11(1), 7.
Jin, S. V., & Ryu, E. (2020). “I'll buy what she's# wearing”: The roles of envy
toward and parasocial interaction with influencers in Instagram celebrity-
based brand endorsement and social commerce. Journal of Retailing and
Consumer Services, 55, 102121.
Jogiyanto, H. M., & Abdillah, W. (2009). Konsep dan aplikasi PLS (Partial Least
Square) untuk penelitian empiris. BPFE Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UGM. Yogyakarta.
Ki, C.‐W ‘C’., and Y.‐K. Kim. 2019. The mechanism by which social media
influencers persuade consumers: The role of consumers’ desire to mimic.
Psychology & Marketing 36, no. 10: 905–22. [Crossref], [Web of Science ®],
[Google Scholar]
Kim, H. 2020. Unpacking unboxing video-viewing motivations: The uses and
gratifications perspective and the mediating role of parasocial interaction on
purchase intent. Journal of Interactive Advertising 20, no. 3: 196–13. [Taylor
& Francis Online], [Google Scholar]
Kim, H. (2022). Keeping up with influencers: exploring the impact of social
presence and parasocial interactions on Instagram. International Journal of
Advertising, 41(3), 414-434.
Kim, S. (Sam), Choe, J. Y. (Jacey), & Patrick, J. F. (2018). The effect of celebrity
on brand awareness, perceived quality, brand image, brand loyalty, and
destination attachment to a literary festival. Journal of Destination Marketing
and Management, 9(3), 320-329.
Lou, C., S.-S. Tan, and X. Chen. 2019. Investigating consumer engagement with
influencer- vs. brand-promoted ads: The roles of source and disclosure.
Journal of Interactive Advertising 19, no. 3: 169–86. [Taylor & Francis
Online], [Google Scholar]

40
My-Trinh, B. U. I., & Huong-Linh, L. E. (2021, December). Loyalty to Digital
Celebrity: Roles of Emotional Engagement, Cosmopolitanism, and Self
Esteem. In International Conference on Emerging Challenges: Business
Transformation and Circular Economy (ICECH 2021) (pp. 415-423). Atlantis
Press.
Naseri, R. N. N. (2021). An Overview Of Online Purchase Intention Of Halal
Cosmetic Product: A Perspective From Malaysia. Turkish Journal of
Computer and Mathematics Education (TURCOMAT), 12(10), 7674-7681.
Oliver, M. B., Bilandzic, H., Cohen, J., Ferchaud, A., Shade, D. D., Bailey, E.
J., dan Yang, C. (2019). A penchant for the immoral: Implications of
parasocial interaction, perceived complicity, and identification on liking
of anti- heroes. Human Communication Research, 45(2): 169–201.
https://doi.org/10.1093/hcr /hqy019
Perbawani, P. S., & Nuralin, A. J. (2021). Hubungan Parasosial dan Perilaku
Loyalitas Fans dalam Fandom KPop di Indonesia. LONTAR: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 9(1), 42-54.
Purba, T. (2021). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Purchase Intention Pada
Brand Man Man Tang Di Batam. SCIENTIA JOURNAL: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa, 3(3).
Rachmy, F. S. (2019). Pengaruh Social Media Influencer terhadap Purchase
Intention pada Merek Kosmetik Wardah dengan Brand Image sebagai
Variabel Mediasi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 7(2).
Raharjo, S. T. (2018). Pengaruh Social Media Marketing Terhadap Purchase
Intention melalui Brand Awareness Sebagai Variabel Mediasi pada Lazada.
Jurnal Strategi Pemasaran, 5(2), 1-6.
Rasmussen, L. (2018). Parasocial interaction in the digital age: An examination of
relationship building and the effectiveness of YouTube celebrities. The
Journal of Social Media in Society, 7(1), 280-294.
Schlütz D, Hedder I (2021) Aural parasocial relations: host–listener relationships
in podcasts. Journal of Radio & Audio Media: 1–18.
https://doi.org/10.1080/19376529.2020.1870467. Google Scholar
Schomer, A. (2019). Influencer Marketing 2019: Why brands can’t get enough of
an $8 billion ecosystem driven by Kardashians, moms, and tweens.
https://africa.businessinsider.com/tech/influencer-marketing-2019-why-
brandscant-get-enough-of-an-dollar8-billionecosystem/22f6wzx
Schouten, A.P., L. Janssen, and M. Verspaget. 2020. Celebrity vs. influencer
endorsements in advertising: The role of identification, credibility, and
product-endorser fit. International Journal of Advertising 39, no. 2: 258–81.
[Taylor & Francis Online], [Web of Science ®], [Google Scholar]
Sekaran, Uma. 2013. Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat.
Sokolova, K., dan Kefi, H. (2020). Instagram and YouTube bloggers promote it,
why should I buy? How credibility and parasocial interaction influence
pur-chase intentions. Journal of Retailing and Consumer Services, 53.
https://doi.org/ 10.1016/j.jretconser.2019.01.011.

41
Song, H. G., Kim, Y. S., & Hwang, E. (2023). How Attitude and Para-Social
Interaction Influence Purchase Intentions of Mukbang Users: A Mixed-
Method Study. Behavioral Sciences, 13(3), 214.
Stevani, N., & Junaidi, A. (2021). Pengaruh Influencer terhadap Minat Beli
Produk Fashion Wanita pada Instagram. Prologia, 5(1), 198-203.
Sugiharto, S. A., Ramadhana, M. R., Psi, S., & Psi, M. (2018). Pengaruh
kredibilitas influencer terhadap sikap pada merek (studi pada mahasiswa
Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom). Jurnal ilmu politik dan
komunikasi, 7(2).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Tandayong, F. A., & Palumian, Y. (2022). PERANAN INFLUENCER DALAM
MENINGKATKAN PARASOCIAL INTERACTION DAN PURCHASE
INTENTION PRODUK KOSTEMIK LOKAL SCARLETT. Jurnal Ilmiah
Manajemen dan Bisnis (JIMBis), 1(2), 171-191.
Yılmazdoğan, O. C., Doğan, R. Ş., dan Altıntaş, E. (2021). The impact of
the source credibility of Instagram influencers on travel intention: The
mediating role of parasocial interaction. Journal of Vacation Marketing, 27(3):
299–313.https: //doi.org/10.1177/1356766721995973.
Yuan, S., and C. Lou.2020. How social media influencers foster relationships with
followers: The roles of source credibility and fairness in parasocial
relationship and product interest. Journal of Interactive Advertising 20, no. 2:
133–42. [Taylor & Francis Online], [Google Scholar]
Zhang, K., Zhang, M. & Li, C. (2021). Effects of Celebrity Characteristics,
Perceived Homophily, and Reverence on Consumer-Celebrity Para- Social
Interaction and Brand Attitude, Front. Psychol. 12:711454. doi:
10.3389/fpsyg.2021.711454.
Zhang, Y., Lin, Y., & Goh, K. H. (2018). Impact of online influencer endorser on
product sales: quantifying value of online influencer. Proceedings of the 22nd
Pacific Asia Conference on Information Systems, 9(4), 103-112.

42
LAMPIRAN A

KUESIONER PENELITIAN

Dengan hormat, perkenankanlah saya Laetitia Lie meminta kesediaan

saudara/I untuk berpartisipasi dalam mengisi dan menjawab seluruh pernyataan

yang ada dalam kuesioner ini. Kuesioner ini digunakan untuk menyusun

penelitian dengan topik “Pengaruh Influencer terhadap Purchase Intention dengan

Parasocial Interaction sebagai Variabel Mediasi (Studi Kasus pada Produk

Secondate)”.

Penelitian ini menjadi bagian dari tugas akhir skripsi sebagai salah satu

syarat kelulusan pada studi di Fakultas Ekonomi Universitas Ciputra Surabaya.

Untuk itu, diharapkan para responden dapat memberikan jawaban yang sebenar-

benarnya demi membantu penelitian ini. Atas waktu dan kesediaannya kami

ucapkan terima kasih, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Hormat saya,

Laetitia Lie

laetitialie01@student.ciputra.ac.id

Section 1

Jenis Kelamin

43
☐ Pria
☐ Wanita
Usia
(Short answer text)

Kota Domisili
(Short answer text)

Pernah/menggunakan sosial media Instagram sebagai tempat belanja


☐ Ya
☐ Tidak

Pernah membeli produk kecantikan atau kosmetik melalui sosial media


Instagram
☐ Ya
☐ Tidak

Mengetahui produk Secondate


☐ Ya
☐ Tidak

Mengetahui Influencer Titan Tyra


☐ Ya
☐ Tidak

Pengeluaran untuk belanja online produk kosmetik dalam sebulan


☐ < Rp 150.000
☐ Rp 150.000 - Rp 500.000
☐ Rp 500.000 - Rp 1.000.000
☐ > Rp 1.000.000

44
Rata-rata frekuensi belanja produk kosmetik melalui sosial media Instagram
dalam 1 bulan
☐ < 5x transaksi
☐ 5x-10x transaksi
☐ > 10 x transaksi

Section 2: Influencer

Kuesioner :

Dalam penelitian ini, influencer adalah seseorang dalam sebuah media

sosial dengan jumlah pengikut yang banyak dan dapat memberikan pengaruh

membeli suatu produk berdasarkan pengetahuan, keterampilan, serta karakternya

kepada pengikutnya melalui content yang dibuat.

Pertanyaan dibawah ini dapat diisi dengan memilih opsi sebagai berikut :

 Sangat Tidak Setuju (STS)

 Tidak Setuju (TS)

 Netral (N)

 Setuju (S)

 Sangat Setuju (SS)

Pertanyaan :

No Pertanyaan STS TS N S SS

1 Saya merasa bahwa konten Titan Tyra berisikan

pesan yang baik, jujur, dan terpercaya sehingga

meningkatkan minat beli saya terhadap produk

45
Secondate

2 Saya merasa bahwa Titan Tyra memiliki

kepribadian, penampilan fisik, dan kecakapan

berbicara yang memadai sehingga meningkatkan

minat beli saya terhadap produk Secondate

3 Saya merasa bahwa Titan Tyra memiliki

pengalaman dan pengetahuan dalam produk

kosmetik sehingga meningkatkan minat beli saya

terhadap produk Secondate

Section 3: Parasocial Interaction

Kuesioner :

Dalam penelitian ini, Parasocial Interaction adalah interaksi yang dibuat

oleh influencer melalui liputan dan membagikan pengalaman maupun kehidupan

pribadinya kepada followers (pengikutnya) di sosial media.

Pertanyaan dibawah ini dapat diisi dengan memilih opsi sebagai berikut :

 Sangat Tidak Setuju (STS)

 Tidak Setuju (TS)

 Netral (N)

 Setuju (S)

 Sangat Setuju (SS)

Pertanyaan :

46
No Pertanyaan STS TS N S SS

1 Saya merasa bahwa Titan Tyra memiliki

kemampuan untuk membuat konten yang menarik

sehingga dapat meningkatkan keinginan saya

untuk berinteraksi dan merasa dekat dengannya

2 Saya merasa tertarik untuk melihat profil Titan

Tyra di media sosial lain ketika saya merasa dekat

dengannya

3 Saya merasa Titan Tyra seperti berinteraksi

langsung dengan saya

4 Saya merasa dekat dengan Titan Tyra seolah-olah

menganggapnya sebagai teman saya sendiri

5 Saya merasa dekat dengan Titan Tyra sehingga

ingin bertemu dengannya

6 Saya merasa dekat dengan Titan Tyra ketika saya

membaca artikel terkait Titan Tyra

7 Saya merasa bahwa kemampuan Titan Tyra dalam

menarik perhatian dapat meningkatkan interaksi

atau kedekatan saya terhadap Titan Tyra

47
Section 4: Purchase Intention

Kuesioner :

Dalam penelitian ini, Purchase Intention adalah keinginan atau niat untuk

membeli suatu produk yang didasari oleh pengalaman penggunaan, karakteristik

merek dan motivasi yang dapat timbul dari influencer atau orang disekitarnya.

Pertanyaan dibawah ini dapat diisi dengan memilih opsi sebagai berikut :

 Sangat Tidak Setuju (STS)

 Tidak Setuju (TS)

 Netral (N)

 Setuju (S)

 Sangat Setuju (SS)

Pertanyaan :

No Pertanyaan STS TS N S SS

1 Saya merasa bahwa penerapan praktik etis

(keramahan, kesopanan, kejujuran, dan kecepatan

membalas) mempengaruhi minat beli saya

2 Saya berminat membeli produk Secondate karena

Secondate menerapkan praktik etis dalam

penjualan ritel online.

48
3 Saya ingin membeli produk Secondate daripada

produk brand lain karena Secondate menerapkan

praktik etis (keramahan, kesopanan, kejujuran,

dan kecepatan membalas)

4 Saya mempertimbangkan kemampuan Secondate

dalam menunjukkan praktik etis (keramahan,

kesopanan, kejujuran, dan kecepatan membalas)

dalam mempengaruhi minat beli saya

49

Anda mungkin juga menyukai