Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH KEPRIBADIAN, CONSPICUOUS

CONSUMPTION, KECANDUAN INTERNET TERHADAP


PEMBELIAN KOMPULSIF PADA KONSUMEN
MARKETPLACE SHOPEE KOTA BANDUNG

THE EFFECT OF PERSONALITY , CONSPICUOUS


CONSUMPTION, INTERNET ADDICTION ON COMPULSIVE
BUYING IN MARKETPLACE SHOPEE KOTA BANDUNG
CONSUMER

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Jenjang S1


Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer
Indonesia

Oleh :
Adianto
21219130

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG

2023
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi disusun guna memenuhi salah satu

syarat program perkuliahan yang ditempuh dalam menyelesaikan Program Studi

Sarjana (S1) Program Studi Manajemen Spesialisasi Manajemen Pemasaran di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Bandung, dengan judul “PENGARUH KEPRIBADIAN, CONSPICUOUS

CONSUMPTION, KECANDUAN INTERNET TERHADAP PEMBELIAN

KOMPULSIF PADA KONSUMEN MARKETPLACE SHOPEE KOTA

BANDUNG ”.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil simulasi pengamatan, wawancara, dan

diskusi dari berbagai sumber. Selama penyusunan skripsi ini, tidak sedikit

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan pengarahan, bimbingan, dan pengetahuan guna menghasilkan karya

ilmiah ini yang dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama penulis ucapkan

terimakasih sedalam-dalamnya kepada Bapak Dr. Rizki Zulfikar, S.E., M.Si, yang

dengan tulus dan sabar membimbing penulis sehingga dapat diselesaikannya skripsi

ini dengan tepat waktu.

Selanjutnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung telah memberi bantuan dan bimbingan kepada penulis, yaitu:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.T., selaku Rektor

Universitas Komputer Indonesia.

3
2. Yth. Ibu Assoc. Prof. Dr Ely Suhayati, S.E., M.Si., Ak. CA. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Yth. Ibu Dr. Linna Ismawati, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi

Manajemen.

4. Yth. Ibu Dr. Raeni Dwi Santy, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji Sidang

Satu Universitas Komputer Indonesia

5. Yth. Bapak Muhammad Iffan, SE., Mm. selaku Dosen Penguji Sidang

Dua Universitas Komputer Indonesia

6. Yth. Bapak Dr. Rizki Zulfikar, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing

Universitas Komputer Indonesia.

7. Yth. Owner dan Karyawan dari tempat penelitian saya di yang telah

membantu berlangsungnya penelitian ini.

8. Kepada Orang tua saya yang telah memberikan do’a, dukungan, serta

bantuan materil dan moril yang tiada kurangnya.

9. Kepada semua pihak, rekan-rekan penulis, umumnya kepada semua

mahasiswa spesialisasi Manajemen Pemasaran, mahasiswa Manajemen,

dan seluruh Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia.

10. Kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan dan

masukan serta kerja sama yang baik, sehingga skripsi ini disajikan dengan

baik.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah

wawasan berfikir serta sebagai bahan referensi guna informasi yang bermanfaat

4
bagi pengetahuan, khususnya bidang Manajemen dengan Spesialisasi Manajemen

Pemasaran.

Bandung,__________2023

Penulis

Adianto
21219130

5
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
BAB 1 ...................................................................................................................... 8
1.1 Latar belakang masalah .............................................................................8
1.2 Identifikasi masalah dan rumusan masalah .............................................23
1.2.1 Identifikasi masalah .........................................................................23
1.2.2 Rumusan masalah.............................................................................24
1.3 Maksud dan tujuan penelitian..................................................................24
1.3.1 Maksud penelitian ............................................................................24
1.3.2 Tujuan penelitian ..............................................................................25
1.4 Kegunaan penelitian ................................................................................25
1.4.1 Kegunaan akademik .........................................................................25
1.4.2 Kegunaan praktis ..............................................................................26
1.5 Lokasi dan waktu penelitian ....................................................................26
1.5.1 Lokasi penelitian ..............................................................................27
1.5.2 Waktu penelitian ..............................................................................27
BAB 2 .................................................................................................................... 28
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ......... 28
2.1 KAJIAN PUSTAKA ...............................................................................28
2.1.1 Kepribadian ......................................................................................28
2.1.2 Conspicuous Consumption (Konsumsi Mencolok) .........................35
2.1.3 Internet Addiction (kecanduan Internet) ..........................................40
2.1.4 Pembelian Kompulsif .......................................................................45
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................57
2.2.1 Teori Keterkaitan .............................................................................59
2.3 Hipotesis ..................................................................................................62
Hipotesis utama: .............................................................................................63
BAB 3 .................................................................................................................... 64
METODE PENELITIAN .................................................................................... 64
3.1 Objek Penelitian ......................................................................................64
3.2 Metode Penelitian ....................................................................................64
3.2.1 Desain Penelitian ..............................................................................66

6
3.2.2 Operasional Variabel Penelitian .......................................................69
3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data ...............................................74
3.2.4 Teknik pengumpulan data ................................................................78
3.3 Rancangan Analisis Dan Pengujian Hipotesis ........................................82
3.3.1 Rancangan Analisis ..........................................................................82
b) Analisis Koefisiensi Determinasi Berganda (Simultan) ............................ 90
3.3.2 Pengujian Hipotesis..........................................................................91
KUESIONER PENELITIAN .............................................................................. 96
Daftar Pustaka .................................................................................................... 101

7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan kehidupan

manusia tidak lepas dari era yang serba digital. Semakin canggih teknologi

membuat perubahan besar terhadap dunia dalam berbagai aspek kehidupan.

Banyak kebutuhan dipenuhi melalui teknologi seperti kegiatan berbelanja

online. Pesatnya jaringan internet pada saat ini secara tidak langsung

menimbulkan fenomena dan gaya hidup baru bagi masyarakat. Salah satu

contohnya adalah gaya hidup berbelanja online di e-commerce. Belanja di e-

commerce merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian masyarakat.

Zaman sekarang banyak orang yang berbelanja tanpa mau untuk keluar

rumah atau berbelanja langsung ke toko, mereka lebih memilih berbelanja

melalui e-commerce.

Internet membuat ketergantungan bagi manusia karena adanya kemudahan

yang disediakan seperti berbagai macam informasi yang dapat diakses

dimana saja dan kapan saja. Berdasarkan data dari Hootsuite (2023) kini

pengguna internet telah mencapai 215 juta pengguna.

8
Gambar 1.1 Hootsuite (Wa are Social): Indonesia Digital Report 2022

Sumber: (Hootsuite, 2023)

Salah satu e-commerce yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah

Shopee. Shopee adalah e-commerce teratas di Indonesia karena menjadi

aplikasi belanja online terpopuler di Android dan iOS berdasarkan jumlah

kunjungan di platform Shopee (Darmawan & Gatheru, 2021). Berdasarkan

data dari sumber lain, Shopee merupakan e-commerce terbesar pada urutan

pertama penggunanya tercatat mencapai 48% jumlah ini lebih besar

dibandingan dengan e-commerce lain seperti Tokopedia 35,6%, Lazada

8,8%, Lazada 8,8%, Bukalapak 3%, JD.ID 1,5% dan Blibli 0,9% (Rizaty,

2022).

9
Gambar 1.2 Platform Belanja Online yang Paling Sering Digunakan

Sumber : Data Indonesia.id


Shopee menjadi platform e-commerce yang banyak digunakan karena

beberapa keunggulan yang dimiliki seperti menyediakan berbagai kebutuhan

sehari-hari. Shopee menggunakan internet dan sosial media sebagai platform

interaksi dua arah yang interaktif dengan penggunanya. Shopee secara

konsisten membuat konten dan menyediakan berbagai macam informasi

seperti festival belanja. Shopee juga memberikan promosi mulai dari gratis

ongkir, cashback, voucher, flash sale, dan berbagai promosi menarik bagi

pengunjung platform Shopee (Darmawan & Gatheru, 2021). Adanya

variasi produk yang disediakan Shopee menyebabkan masyarakat tertarik

untuk membeli sehingga timbul perilaku belanja tanpa mempertimbangkan

penggunaan barang tersebut serta hanya memenuhi nafsu/keinginan untuk

memiliki barang tersebut atau lebih disebut dengan istilah pembelian

kompulsif.

Berdasarkan survei BOI Labs, dalam 3 bulan terakhir, e- commerce di

Indonesia berhasil merengkuh penetrasi pasar sebanyak 64 persen. Shopee

10
merupakan merek e-commerce yang paling dikenali seluruh konsumen (90

persen), diikuti oleh Lazada (66 persen) dan Tokopedia (64 persen). Sebagai

informasi, survei ini dilakukan pada 24 Juni-17 Juli 2022 dengan 587

responden berusia 18 hingga 44 tahun, baik di perkotaan maupun pedesaan.

Survei ini juga menggunakan metode CASI (survei online) dengan

pengambilan sampel kuota multi-tahap.

Gambar 1.3 marketplace dengan pengunjung terbanyak 2023

Sumber : katadata.com

Shopee menjadi salah satu platform e-commerce yang populer di Indonesia.

Platform ini memungkinkan pengguna untuk membeli dan menjual berbagai

jenis produk, mulai dari elektronik, fashion, kosmetik, hingga makanan dan

minuman sehiungga hal tersebut bisa menarik minat beli konsumen dalam

pengalaman pelanggan. Yang membuat Shopee bisa menjadi nomor 1 dalam

data tersebut yaitu juga sering untuk menarik minat konsumen seperti

penawaran produk yang luas, harga kompetitif, kemudahan berbelanja secara

11
online, program perlindungan pembeli, fitur interaktif dan sosial, dan

program rewards.

Strategi yang dilakukan setiap marketplace untuk menarik masyarakat

agar melakukan pembelanjaan terus-menerus, juga didukung oleh promosi

melalui media sosial yang begitu masif. Setiap platform menjadi wadah

bagi marketplaceuntuk melakukan promosi. Hal ini dapat dilihat melalui

iklan di televisi, iklan di berbagai media sosial seperti Instagram, Youtube,

Facebook, dan lainnya. Selain itu berbagai event yang sering dan menjadi

agenda rutin marketplaceseperti flashsale, penawaran gratis ongkir secara

menyeluruh setiap bulannya di tanggal dan bulan yang sama, serta promo

harga produk seperti TV, iPhone, motor, dll hanya dengan membayar kurang

dari Rp1,000 (seribu Rupiah). Masyarakat akan dibuat berkompetisi

dalam mendapatkan diskon terbanyak dan harga termurah. Hal ini

dilakukan secara terus-menerus dan berulang, akhirnya akan timbul

pembelian tanpa mempertimbangkan dari segi manfaat dan fungsi yang

diperoleh dari barang yang dibeli. Penelitian yang dilakukan oleh Adamczyk

(2021) menyebutkan bahwa tingginya frekuensi belanja online

menyebabkan kerentanan terhadap pembelian kompulsif.

Selain itu Kepribadian juga dapat mempengaruhi perilaku pembelian

normal konsumen serta perilaku pembelian abnormal seperti pembelian

kompulsif. Dalam banyak penelitian, telah ditentukan bahwa kepribadian

memiliki efek positif dan negatif pada perilaku konsumen (Yuce dan Kerse

2018), keputusan pembelian berada pada pembeli itu sendiri, pembeli akan

12
memutuskan barang mana yang akan dibeli pada marketplace secara sadar

atas keputusannya sendiri serta bagaimana kepribadiannya pun

mempengaruhi keputusannya tersebut.

Selain itu Online shopping merupakan aktifitas belanja (jual beli) di

internet. Dengan online shopping seseorang dapat berbelanja tanpa harus

mengunjungi toko fisik. Semakin berkembangnya online shopping yang

didukung kemudahan dalam mengakses internet dapat menjadi pemicu

terjadinya perilaku pembelian impulsif atau pembelian yang tidak

direncanakan, di mana adanya ketertarikan konsumen pada suatu produk pada

saat itu juga tanpa direncanakan sebelumnya (Miranda, 2016) berdasarkan

survei yang dilakukan oleh APJII Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII) mencatat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai

78,19 persen pada 2023 atau menembus 215.626.156 jiwa dari total populasi

yang sebesar 275.773.901 jiwa. salah satu konten yang paling sering

dikunjungi pengguna internet adalah situs belanja online. Kemudahan

menjadi faktor utama dalam berbelanja online. Hal ini dapat menarik minat

konsumen untuk berbelanja secara online di mana saja selama terkoneksi

dalam jaringan internet.

Dari fenomena diatas dapat dibuktikan dengan penelitian survei awal pada

konsumen marketplace Shopee Kota Bandung melalui kuesioner.

Berikut ini hasil kuesioner kepada 30 responden yang disajikan dalam bentuk

tabel pada Tabel 1.1 :

13
Tabel 1.1

Survei Awal Kepribadian

Jawaban
No Pernyataan Total
Ket. Ya Tidak
Saya cenderung membeli barang-barang Frekuensi 17 13 30
yang tidak dibutuhkan hanya karena merasa
1
tergoda atau terdorong oleh lingkungan Persentase 56,7% 43,3% 100%
sekitar

Saya selalu memperhatikan pendapat orang lain Frekuensi 11 19 30


2
dalam keputusan pembelian Persentase 36,7% 63,3% 100%

Saya selalu mempertimbangkan secara matang Frekuensi 27 3 30


3
sebelum membeli sesuatu Persentase 90% 10% 100%
Saya cenderung membeli barang-barang untuk Frekuensi 14 16 30
4
meredakan stress atau ketegangan emosional Persentase 47,3% 53,3% 100%

Saya sering kali membeli barang-barang Frekuensi 20 10 30


5 hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau
Persentase 66,7% 33,3% 100%
rasa penasaran yang kuat

Berdasarkan Tabel 1.1 hasil dari survey awal mengenai kepribadian pada

konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung dapat dilihat bahwa

responden bergantung pada kepribadiannya sendiri serta dipengaruhi oleh

orang lain dalam melakukan pembelian, dibuktikan dengan survey yang mana

ada sekitar 56,7% “cenderung membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan

hanya karena merasa tergoda atau terdorong oleh lingkungan sekitar”, hal itu

menjadi indikasi bahwa konsumen rentan terpengaruhi oleh pihak ekternal

dan cenderung tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak

dibutuhkan karena dorongan lingkungan sekitar. Didukung oleh hasil survey

berikutnya yang mengatakan bahwa ada sekitar 66,7% “sering kali membeli

barang-barang hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau rasa penasaran

yang kuat” hal itu menjadi indikasi bahwa konsumen cenderung melakukan

pembelian kompulsif. Ketika konsumen merasa penasaran tentang suatu

14
produk atau ingin mencoba sesutau yang baru, mereka merasa tergoda untuk

membeli barang tersebut tanpa mempertimbangkan secara matang apakah

mereka membutuhkannya. Dorongan untuk memuaskan rasa ingin tahu atau

penasaran ini dapat memicu perilaku pembelian yang tidak terencana dan

berlebihan.

Keputusan pembelian terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh

perilaku konsumen, untuk itu dalam melakukan penjualan perlu diperhatikan

hal tersebut. Keputusan pembelian adalah tindakan konsumen dalam usaha

memenuhi keinginan dan kebutuhan yang merupakan proses penentuan

sikap atau pembelian terhadap barang dan jasa untuk memahami perilaku

konsumen dalam pembelian membutuhkan proses, dikarenakan setiap

saat mengalami perubahan. Perubahan yang akan berpengaruh langsung

terhadap pola perilaku konsumen diantaranya factor variabel segmentasi

psikografi yang terdiri dari kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian.

Kadir et al. (2018)

Dari fenomena yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis melakukan

survey awal mengenai conspicuous consumption kepada 30 konsumen

marketplace Shopee Kota Bandung dengan menggunakan kuisioner secara

online.

15
Tabel 1.2

Survei awal conspicuous consumption

Jawaban
No Pernyataan Total
Ket. Ya Tidak
Saya merasa bahagia sesudah membeli barang di Frekuensi 28 2 30
1
marketplace shopee Persentase 93,3% 6,7% 100%

Saya cenderung membeli barang-barang hanya Frekuensi 3 27 30


2 karena ingin mendapat pengakuan dari orang
Persentase 10% 90% 100%
lain

Saya lebih cenderung membeli barang- Frekuensi 19 11 30


3 barang dengan merk terkenal untuk
Persentase 63,3% 36,7% 100%
menunjukan diri saya di mata orang lain

Berdasarkan Tabel 1.2 hasil dari survey awal mengenai conspicuous

consumption pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung

menunjukan perilaku responden yang memiliki perilaku konsumptif terhadap

barang mewah. Dilihat dari survey yang menyatakan 63,3% “konsumen lebih

cenderung membeli barang-barang dengan merk terkenal untuk menunjukan

dirinya di mata orang lain” hal tersebut menjadi indikasi bahwa adanya

keinginan untuk memperoleh pengakuan atau status sosial di mata orang lain,

hal itupun bisa menjadi perilaku pembelian kompulsif jika dilakukan secara

terus menerus. Ketika seseorang memilih untuk membeli barang-barang

dengan merk terkenal, hal itu dapat dijadikan sebagai simbol status atau

prestise dimata orang lain, ini seringkali muncul karena keinginan untuk

mendapat pengakuan, perhatian, atau penghargaan dari orang lain.

Masyarakat selalu mengikuti trend yang sedang berkembang baik itu

fashion, aksesoris, dan lain sebagainya. Trend seperti itu telah menjadi gaya

16
hidup baru bagi remaja. Gaya hidup yang mereka lakukan tersebut agar bisa

tampil menarik dan beda dengan lainnya. Maka dari itu, para remaja biasanya

selalu mengupdate barang-barang terbaru melalui sosial media kemudian

membelinya secara online (Dewi, 2020).

Produk yang ditawarkan di marketplace Shopee banyak variasinya, antara

lain produk Kecantikan, Pakaian Pria, Pakaian Wanita, Handphone &

Accesories, Komputer & Accesories, Perlengkapan Rumah, Elektronik,

Makanan & Minuman, Pulsa, Tagihan & Tiket, Fashion Muslim, Fashion

Bayi & Anak, Ibu & Bayi, Tas Pria & Wanita, Kesehatan, Fotografi,

Olahraga, Voucher, Buku & Alat Tulis, Serba Serbi, Sepatu Wanita & Pria,

Souvenir & Pesta, Jam Tangan, Hobi & Koleksi, dan masih banyak lagi

(Sulistyawati dan Widayani, 2020). Dari uraian diatas produk yang dijual di

shopee bisa diindikasikan sebagai conspicuous consumption atau konsumsi

mencolok merujuk pada penelitian Wai (2019) conspicuous consumption

diindikasikan sebagai konsumsi di mana konsumen membeli produk atau

layanan berdasarkan status asosiasi produk. Alasan perilaku konsumsi ini

adalah individu diberi kesan bahwa mereka termasuk kelas sosial yang lebih

tinggi. Umumnya, produk-produk mahal disebut produk yang dapat sangat

terlihat, seperti fashion, barang perhiasan, dan hal yang mencolok.

Dari fenomena yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis melakukan

survey awal mengenai kecanduan internet kepada 30 konsumen marketplace

Shopee Kota Bandung dengan menggunakan kuisioner secara online.

17
Tabel 1.3

Survei awal kecanduan Internet

Jawaban
No Pernyataan Total
Ket. Ya Tidak
Saya sering kali tergoda untuk membeli Frekuensi 17 13 30
1 barang-barang ketika saya melihat iklan atau
Persentase 56,7% 43,3% 100%
penawaran menarik di internet

Saya sering menghabiskan waktu lebih lama Frekuensi 19 11 30


2 di internet untuk mencari barang-barang
Persentase 63,3% 36,7% 100%
atau melakukan aktivitas belanja online

saya merasa sulit untuk menghentikan atau Frekuensi 3 27 30


3 mengurangi penggunaan internet ketika sedang
Persentase 10% 90% 100%
berbelanja online

Berdasarkan Tabel 1.3 hasil dari survey awal mengenai kecanduan Internet

pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung menunjukan responden

sangat bergantung pada internet dalam hal pembelian online di marketplace

shopee. Dilihat dari survey yang memperlihatkan 56,7% menyatakan “sering

kali tergoda untuk membeli barang-barang ketika saya melihat iklan atau

penawaran menarik di internet” hal ini dapat menjadi indikasi bahwa iklan

atau penawaran yang menarik memicu dorongan untuk melakukan

pembelian. Ketika konsumen melihat iklan atau penawaran yang menggoda,

mereka merasa tertarik dan terdorong untuk segera membeli barang tersebut,

tanpa mempertimbangkan secara menyeluruh apakah mereka benar benar

membutuhkannya. Selain itu sekitar 63,3% responden “sering menghabiskan

waktu lebih lama di internet untuk mencari barang-barang atau melakukan

aktivitas belanja online” hal ini dapat menajdi indikasi bahwa konsumen

cenderung mengalami kesulitan mengontrol waktu yang dihabiskan di

18
internet terkait dengan pencarian barang atau aktivitas belanja online.

Peningkatan penggunaan internet untuk mencari barang-barang atau

berbelanja online dapat menimbulkan risiko pembelian kompulsif.

Konsumen cenderung terjebak dalam pola perilaku dimana mereka secara

terus menerus mencari barang-barang baru atau mengeksplorasi berbagai

penawaran, tanpa mempertimbangkan apakah mereka benar benar

membutuhkannya.

Dilansir dari kumparan.com Belanja online merupakan sebuah

perkembangan pada sektor perdagangan yang dimana mekanisme transaksi

telah diberikan sepenuhnya kepada teknologi dan akses internet. Sistem

belanja tersebut telah didukung dengan adanya kelahiran perusahaan dagang

baru berbasiskan digital seperti halnya Shopee, Bukalapak, Lazada dan

sebagainya.

Shopee menjadi platform e-commerce yang banyak digunakan karena

beberapa keunggulan yang dimiliki seperti menyediakan berbagai kebutuhan

sehari-hari. Shopee menggunakan internet dan sosial media sebagai platform

interaksi dua arah yang interaktif dengan penggunanya. Shopee secara

konsisten membuat konten dan menyediakan berbagai macam informasi

seperti festival belanja. Shopee juga memberikan promosi mulai dari gratis

ongkir, cashback, voucher, flash sale, dan berbagai promosi menarik bagi

pengunjung platform Shopee (Darmawan & Gatheru, 2021).

19
Dari fenomena yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis melakukan

survey awal mengenai pembelian kompulsif kepada 30 konsumen

marketplace shopee dengan menggunakan kuisioner secara online.

Tabel 1.4

Survei awal pembelian kompulsif

Jawaban
No Pernyataan Total
Ket. Ya Tidak
Saya sering terdorong membeli barang- Frekuensi 19 11 30
1 barang di shopee yang sebenarnya tidak saya
Persentase 63,3% 36,7% 100%
butuhkan

Saya berbelanja di shopee sebagai penghilang Frekuensi 17 13 30


2
stress Persentase 56,7% 43,3% 100%

Saya merasa cemas setelah menghamburkan Frekuensi 28 2 30


3
uang untuk berbelanja di shopee Persentase 93,3% 6,7% 100%

Berdasarkan Tabel 1.4 hasil dari survey awal mengenai pembelian

kompulsif pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung menunjukan

bahwa responden menunjukan perilaku pembelian kompulsif. Dilihat dari

survey yang memperlihatkan 63,3% responden “sering terdorong membeli

barang-barang di shopee yang sebenarnya tidak dibutuhkan” hal ini menjadi

indikasi bahwa dorongan untuk membeli barang-barang yang sebenarnya

tidak dibutuhkan muncul secara kuat dalam berbelanja online. Pembelian

kompulsif seringkali dipicu oleh faktor-faktor seperti iklan yang menarik,

penawaran khusus, atau dorongan emosional yang muncul saat berbelanja.

Konsumen dapat merasa tergoda untuk membeli barang-barang di shopee

tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut dibutuhkan. Selain itu

sekitar 56,7% responden “berbelanja di shopee sebagai penghilang stress”

hal ini dapat menjadi indikasi bahwa bahwa ada keterkaitan antara tingkat

20
stres yang dialami konsumen dan perilaku pembelian mereka. Beberapa

orang menggunakan aktivitas belanja sebagai cara untuk meredakan atau

mengalihkan perhatian dari tekanan atau stress yang mereka hadapi dalam

kehidupan sehari hari-hari. Proses pencarian, menelusuri produk, dan

melakukan pembelian dapat memberikan hiburan sementara atau perasaan

kesenangan yang mengurangi tingkat stress semata.

Dilansir dari kumparan.com Fenomena yang terjadi dilapangan telah

mengafirmasi bahwa telah terjadi peningkatan daya konsumtif masyarakat

yang tidak dapat lagi untuk dibendung. Hal ini disebabkan oleh promosi dan

berbagai penawaran menarik yang ada pada platform e-commerce sehingga

berdampak pada perilaku masyarakat untuk berbelanja apa saja tanpa

pemikiran rasional, hal tersebut memicu perilaku pembelian yang kompulsif.

Dilansir dari kumparan.com dampak kecanduan belanja online yang bisa

dikatakan lumayan parah adalah penggunaan pinjaman online serta fitur pay

later pada beberapa e-commerce. Tak jarang beberapa konsumen ada yang

memaksakan dirinya untuk membeli suatu produk padahal mereka sendiri

tahu bahwa tidak mampu untuk membayarnya sehingga mereka pun

menggunakan segala cara, salah satunya dengan memanfaatkan pinjaman

online dan fitur pay later. Mereka yang menggunakan fitur ini biasanya tidak

memikirkan dampak jangka panjangnya, mereka hanya fokus dalam

memenuhi hasrat mereka dalam berbelanja produk yang mereka inginkan.

Strategi yang dilakukan setiap marketplace untuk menarik masyarakat

agar melakukan pembelanjaan terus-menerus, juga didukung oleh promosi

21
melalui media sosial yang begitu masif. Setiap platformmenjadi wadah

bagi marketplaceuntuk melakukan promosi. Hal ini dapat dilihat melalui

iklan di televisi, iklan di berbagai media sosial seperti Instagram, Youtube,

Facebook, dan lainnya. Selain itu berbagai event yang sering dan menjadi

agenda rutin marketplaceseperti flashsale, penawaran gratis ongkir secara

menyeluruh setiap bulannya di tanggal dan bulan yang sama, serta promo

harga produk seperti TV, iPhone, motor, dll hanya dengan membayar kurang

dari Rp1,000 (seribu Rupiah). Masyarakat akan dibuat berkompetisi

dalam mendapatkan diskon terbanyak dan harga termurah. Hal ini

dilakukan secara terus-menerus dan berulang, akhirnya akan timbul

pembelian tanpa mempertimbangkan dari segi manfaat dan fungsi yang

diperoleh dari barang yang dibeli. Penelitian yang dilakukan oleh Adamczyk

(2021) menyebutkan bahwa tingginya frekuensi belanja onlinemenyebabkan

kerentanan terhadap pembelian kompulsif. Ketika masyarakat tidak lagi

memikirkan manfaat dan fungsi barang yang dibeli dan lebih

mementingkan proses yang dirasakan ketika membeli, maka mulailah timbul

perilaku pembelian kompulsif.

Berdasarkan beberapa uraian fenomena di atas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul:

” PENGARUH KEPRIBADIAN, CONSPICUOUS CONSUMPTION,

KECANDUAN INTERNET TERHADAP PEMBELIAN KOMPULSIF

PADA KONSUMEN MARKETPLACE SHOPEE KOTA BANDUNG ”

22
1.2 Identifikasi masalah dan rumusan masalah

1.2.1 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

dapat teridentifikasi masalah antara lain sebagai berikut :

1. Dalam variabel kepribadian, peneliti menduga bahwa konsumen

marketplace shopee cenderung membeli barang-barang yang tidak

dibutuhkan hanya karena merasa tergoda atau terdorong oleh

lingkungan sekitar.

2. Dalam variabel conspicuous consumption, peneliti menduga bahwa

konsumen marketplace shopee lebih cenderung membeli barang barang

dengan merk terkenal untuk menunjukan status sosial mereka dimata

orang lain.

3. Pada variabel kecanduan internet, peneliti menduga bahwa konsumen

marketplace shopee seringkali tergoda untuk membeli barang-barang

ketika melihat iklan atau penawaran menarik di internet, hal tersebut

bisa menjadi indikasi perilaku pembelian kompulsif jika dilakukan

secara terus menerus.

4. Pada variabel pembelian kompulsif, peneliti menduga bahwa konsumen

marketplace shopee seringkali terdorong membeli barang barang yang

23
sebenarnya tidak dibutuhkan, yang dapat berdampak negatif jika

dilakukan secara terus menerus.

1.2.2 Rumusan masalah

Berdasarkan Uraian yang dikemukakan oleh penulis diatas,maka

penulis mencoba merumuskan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

Rumusan masalahnya antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggapan responden mengenai kepribadian pada

konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

2. Bagaimana tanggapan responden mengenai conspicuous consumption

pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

3. Bagaimana tanggapan responden mengenai kecanduan Internet pada

konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

4. Bagaimana tanggapan responden mengenai pembelian kompulsif

pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

5. Seberapa besar pengaruh kepribadian, conspicuous consumption,

kecanduan internet terhadap pembelian kompulsif pada konsumen

Marketplace Shopee Kota Bandung secara simultan maupun parsial.

1.3 Maksud dan tujuan penelitian

1.3.1 Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel-variabel yang diteliti, serta untuk mendapatkan informasi-

informasi mengenai hal yang harus dilakukan mengenai Pengaruh kepribadian,

24
conspicuous consumption, kecanduan internet terhadap pembelian kompulsif pada

konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

1.3.2 Tujuan penelitian

Berdasarkan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang

telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai kepribadian pada

konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

2. Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai conspicuous

consumption pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

3. Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai kecanduan Internet

pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

4. Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai pembelian

kompulsif pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

5. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh kepribadian, conspicuous

consumption, kecanduan internet terhadap pembelian kompulsif pada

konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung secara simultan maupun

parsial.

1.4 Kegunaan penelitian

1.4.1 Kegunaan akademik

1. Bagi Penulis

25
Dengan penelitian ini diharapkan penulis dapat menerapkan ilmu yang

diperoleh selama perkuliahan pada dunia nyata berdasarkan fenomena yang

terjadi, serta menambah pengetahuan dan pengalaman, wawasan yang lebih

luas dengan belajar sebagai peneliti dalam menganalisis suatu masalah

kemudian mengambil keputusan dan kesimpulan.

2. Bagi Pembaca (Pihak Lain)

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang

bermanfaat, guna mengetahui bagaimana fenomena yang terjadi dan

bagaimana penyelesaiannya.

3. Bagi Pengembangan Ilmu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat menjadi

referensi, pembelajaran dan menjadi pembanding untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi organisasi dalam

menjalankan proses yang berkaitan dengan manajemen pemasaran dalam hal

kepribadian, Conspicuous Consumption, Kecanduan Internet terhadap

pembelian kompulsif.

1.5 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi dan waktu penelitian menjelaskan tentang tempat penulis melakukan

penelitian dan waktu yang dibutuhkan penulis untuk bisa menyelesaikan

penelitian ini, disertai dengan tabel jadwal penelitian agar penelitian bisa

diselesaikan tepat pada waktunya.

26
1.5.1 Lokasi penelitian

Lokasi Penelitian dan Pengumpulan data ini dilakukan kepada

konsumen penggunaan Market Place shopee di Indonesia.

1.5.2 Waktu penelitian

Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari bulan April
Waktu kegiatan
N
Uraian April Mei Juni Julli Agustus
O
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survey
1 tempat
penelitian
Melakuk
2 an
penelitian
Mencari
3
data
Membuat
4
proposal
5 Seminar
6 Revisi
Penelitia
7 n
lapangan
Bimbinga
8
n
9 sidang
2023 sampai dengan Agustus 2023

Tabel 1.5
Waktu penelitian

27
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 KAJIAN PUSTAKA

Sesuai dengan variabel yang diteliti, maka perlu dilakukan pengembangan

lebih lanjut mengenai Pengaruh Kepribadian, Conspicuous Consumption dan

kecanduan internet Terhadap Pembelian Kompulsif . Maka dari itu perlu

terlebih dahulu mengetahui mengenai Kepribadian, Conspicuous

consumption, kecanduan Internet dan pembelian kompulsif .

2.1.1 Kepribadian

McCrae dan Costa (1995) mendefinisikan trait kepribadian

sebagai dimensi dari perbedaan individual yang cenderung menunjukkan

pola pikir, perasaan, dan perbuatan yang konsisten.

Robbins dan Judge (2016: 90-91) menyatakan bahwa “Kepribadian

(personality) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan dimana seseorang

individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain sebagai fungsi dari

hereditas atau pembawaan sejak lahir dan factor lingkungan atau

pengalaman”

28
Sinambela et al., (2022) Kepribadian didefinisikan sebagai jumlah total

cara seseorang merespons dan saling berhubungan dengan individu lain.

Kepribadian seseorang akan menentukan perilaku konsumtif maupun

respon lanjutan.

Kepribadian (personality) menurut Darlega et al (2017) mengemukakan

bahwa kepribadian adalah “sistem yang relatif stabil mengenai karakteristik

individu yang bersifat internal, yang berkontribusi terhadap pikiran, perasaan,

dan tingkah laku yang konsisten”. Kepribadian adalah sifat dasar yang

dimiliki oleh seseorang yang bisa membedakannya dengan orang lain.

Kepribadian meliputi keseluruhan fikiran, tingkah laku, perasaan, kesadaran

dan ketidak sadaran”

Yüce dan Kerse, (2018) Kepribadian dapat mempengaruhi perilaku

pembelian normal konsumen serta perilaku pembelian abnormal seperti

pembelian kompulsif. Dalam banyak penelitian, telah ditentukan bahwa

kepribadian memiliki efek positif dan negatif pada perilaku konsumen

Kotler & Keller, (2013) Salah satu faktor penentu perilaku konsumen

yaitu faktor pribadi, yang mencakup usia dan siklus hidup, pekerjaan dan

lingkungan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, juga gaya hidup dan

nilai. Ada beberapa hal paling penting dalam pembahasan kepribadian

adalah kepribadian mencerminkan perbedaan setiap individu, kepribadian

tetap dan abadi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai.

Kadir et al. (2018) Keputusan pembelian terhadap suatu produk sangat

dipengaruhi oleh perilaku konsumen, untuk itu dalam melakukan penjualan

29
perlu diperhatikan hal tersebut. Keputusan pembelian adalah tindakan

konsumen dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan yang

merupakan proses penentuan sikap atau pembelian terhadap barang dan

jasa untuk memahami perilaku konsumen dalam pembelian membutuhkan

proses, dikarenakan setiap saat mengalami perubahan. Perubahan yang

akan berpengaruh langsung terhadap pola perilaku konsumen diantaranya

factor variabel segmentasi psikografi yang terdiri dari kelas sosial, gaya

hidup, dan kepribadian.

Dari beberapa definisi para ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa

kepribadian adalah seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan

individu lain sebagai fungsi dari hereditas atau pembawaan sejak lahir dan

faktor lingkungan atau pengalaman, selain itu Kepribadian didefinisikan

sebagai jumlah total cara seseorang merespons dan saling berhubungan

dengan individu lain. individu juga sangat mempengaruhi dapat

mempengaruhi perilaku pembelian normal konsumen serta perilaku

pembelian abnormal seperti pembelian kompulsif.

2.1.1.1 Faktor faktor kepribadian

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian

seseorang. Berikut adalah beberapa faktor yang umumnya dianggap

memainkan peran dalam membentuk kepribadian:

1. Faktor Genetik:

Faktor genetik memainkan peran penting dalam membentuk

kepribadian seseorang.

30
2. Lingkungan Keluarga:

Lingkungan keluarga di mana seseorang dibesarkan dapat

mempengaruhi perkembangan kepribadian. Pola pengasuhan, interaksi

dengan anggota keluarga, nilai-nilai yang diterapkan, dan jenis hubungan

yang terjalin dalam keluarga dapat membentuk cara seseorang berpikir,

merasa, dan bertindak.

3. Pengalaman Hidup:

Pengalaman hidup individu juga berperan dalam membentuk

kepribadian. Pengalaman-pengalaman positif atau negatif, seperti trauma,

kehilangan orang yang dicintai, atau pencapaian yang signifikan, dapat

memiliki dampak jangka panjang pada kepribadian seseorang.

4. Interaksi Sosial:

Interaksi dengan orang lain, seperti teman sebaya, rekan kerja, atau

pasangan romantis, dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Pola

interaksi, dukungan sosial, dan pengaruh dari lingkungan sosial dapat

membentuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku individu.

5. Pendidikan dan Budaya:

Pendidikan formal, nilai-nilai budaya, dan norma-norma sosial juga

dapat berperan dalam membentuk kepribadian. Proses pendidikan, nilai-

nilai yang diajarkan, dan eksposur terhadap berbagai budaya dapat

31
membentuk cara seseorang memandang dunia dan berinteraksi dengan

orang lain.

6. Faktor Biologis:

Faktor-faktor biologis, seperti perubahan hormon, kondisi

kesehatan mental, dan perbedaan neurologis, juga dapat mempengaruhi

kepribadian. Misalnya, gangguan mental seperti depresi atau gangguan

kecemasan dapat memengaruhi pola pikir, emosi, dan perilaku individu.

Penting untuk dicatat bahwa kepribadian merupakan hasil interaksi

kompleks antara faktor-faktor ini, dan tidak ada faktor tunggal yang

sepenuhnya menentukan kepribadian seseorang. Kepribadian juga dapat

berkembang dan berubah seiring dengan waktu dan pengalaman hidup.

2.1.1.2 Indikator Kepribadian

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai indikator kepribadian,

berikut penulis uraikan dalam bentuk tabel, diantaranya:

Tabel 2.1

Indikator Kepribadian

No Referensi Indikator

32
1. McCrae dan Costa (2002) 1. Extraversion atau
Ekstraversi
2. Agreeableness
atau Kesepakatan
3. Conscientiousness
atau Kehati hatian
4. Neuroticism atau
Neurotisisme
5. Openness to
Experience atau
Keterbukaan

No referensi indikator
2. Yuce dan kerse (2018) 1. kemampuan
beradaptasi
2. bersosialisasi
3. kepercayaan diri
3. Sinambela (2022) 1. kepribadian
individu
2. emosi
3. perilaku individu

Dari indikator-indikator Kepribadian yang telah di uraikan pada tabel 2.1

diatas, maka berdasarkan indikator McCrae dan Costa (2002) memiliki

relevansi permasalahan yang muncul pada konsumen Marketplace Shopee

Kota Bandung .

McCrae dan Costa (2002) menyatakan bahwa “Kepribadian dapat dapat

diukur dengan dimensi model lima besar dari kepribadian yang lazim disebut

“the big five”, merupakan dasar dari semua dimensi lainnya dan mencakup

hampir semua variasi signifikan dalam kepribadian manusia. Lebih jauh lagi,

skor tes dari karakteristik-karakteristik ini sangat baik dalam memprediksi

33
bagaimana orang. berperilaku dalam berbagai situasi kehidupan nyata.

Berikut Indikator lima besar tersebut:

1. Extraversion (Ekstraversi)

Dimensi Kepribadian Extraversion ini berkaitan dengan

tingkat kenyamanan seseorang dalam berinteraksi dengan orang

lain. Karakteristik Positif Individu Extraversion adalah senang

bergaul, mudah bersosialisasi, hidup berkelompok dan tegas.

2. Agreeableness (Mudah Akur atau Mudah Bersepakat)

Individu yang berdimensi Agreableness ini cenderung lebih

patuh dengan individu lainnya dan memiliki kepribadian yang

ingin menghindari konfilk. Karakteristik Positif-nya adalah

kooperatif (dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik,

hangat dan berhati lembut serta suka membantu.

3. Conscientiousness (Sifat Berhati-hati)

Individu yang memiliki Dimensi Kepribadian

Conscientiousness ini cenderung lebih berhati-hati dalam

melakukan suatu tindakan ataupun penuh pertimbangan dalam

mengambil sebuah keputusan, mereka juga memiliki disiplin diri

yang tinggi dan dapat dipercaya. Karakteristik Positif pada

dimensi adalah dapat diandalkan, bertanggung jawab, tekun dan

berorientasi pada pencapain.

4. Neuroticism (Neurotisme)

34
Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang menilai

kemampuan seseorang dalam menahan tekanan atau stress.

Karakteristik Positif dari Neuroticism disebut dengan Emotional

Stability (Stabilitas Emosional), Individu dengan Emosional yang

stabil cenderang Tenang saat menghadapi masalah, percaya diri,

memiliki pendirian yang teguh.

5. Openness to Experience (Terbuka terhadap Hal-hal baru)

Dimensi Kepribadian Opennes to Experience ini

mengelompokan individu berdasarkan ketertarikannya terhadap

hal-hal baru dan keinginan untuk mengetahui serta mempelajari

sesuatu yang baru. Karakteristik positif pada Individu yang

memiliki dimensi ini cenderung lebih kreatif, Imajinatif,

Intelektual, penasaran dan berpikiran luas.

2.1.2 Conspicuous Consumption (Konsumsi Mencolok)

Bronner & de Hoog (2018) menyatakan bahwa conspicuous consumption

sebagai tingkat kecenderungan perilaku seseorang menampilkan status sosial,

kekayaan, rasa atau citra diri seseorang ke kelompok referensi melalui

konsumsi produk yang dapat dilihat secara publik.

Wai (2019) conspicuous consumption diindikasikan sebagai konsumsi di

mana konsumen membeli produk atau layanan berdasarkan status asosiasi

produk. Alasan perilaku konsumsi ini adalah individu diberi kesan bahwa

mereka termasuk kelas sosial yang lebih tinggi. Umumnya, produk-produk

35
mahal disebut produk yang dapat sangat terlihat, seperti fashion, barang

perhiasan,, dan mobil.

also stated that conspicuous consumption is a way for an individual to

increase social prestige and impress others by acquiring possessions that

display a certain social status. “juga menyatakan bahwa konsumsi yang

mencolok adalah cara individu untuk meningkatkan prestise sosial dan

mengesankan orang lain dengan memperoleh harta yang menunjukkan status

sosial tertentu.”

(Sahin & Nasir, 2021) Conspicuous consumption is often referred to as

consumers practice by purchasing products with the purpose of showing a

person’s wealth “Konsumsi mencolok sering disebut sebagai praktik

konsumen dengan membeli produk dengan tujuan menunjukkan kekayaan

seseorang “.

(Kolańska-Stronka & Gorbaniuk, 2022) It is associated with a theory of


the Veblen Effect, which implies the tendency of consumers to purchase
luxury goods to achieve social status or a situation when a demand of a
product increases as the price increases. Adolescents tend to indulge in
conspicuous consumption to have a sense of belonging in social group, shape
their self-confidence, and gain prestige.

“Hal ini terkait dengan teori Efek Veblen, yang menyiratkan kecenderungan

konsumen untuk membeli barang-barang mewah untuk mencapai status

sosial atau situasi ketika permintaan suatu produk meningkat seiring dengan

kenaikan harga. Remaja cenderung menikmati konsumsi yang mencolok

untuk memiliki rasa memiliki dalam kelompok sosial, membentuk

kepercayaan diri, dan mendapatkan prestise”.

36
menurut Tarhan (2020) yang dilakukannya untuk mengukur hubungan

antara perilaku pembelian dengan konsumsi mencolok, ia menyimpulkan

terdapat pengaruh positif dan hubungan yang signifikan antara perilaku

pembelian partisipan dengan kecenderungan hedonis. Dalam penelitian ini,

disimpulkan bahwa tingkat konsumsi mencolok berbeda menurut merek

telepon global asing dimiliki.

Dari beberapa definisi para ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa,

conspicuous consumption perilaku konsumsi yang mengedepankan kesan

untuk orang lain, bahwa dengan membeli barang-barang mewah maka status

sosial meningkat seiring dengan barang yang mereka beli dan umumnya

barang barang yang mereka beli adalah barang barang mahal atau bernilai

tinggi Umumnya, produk-produk mahal disebut produk yang dapat sangat

terlihat, seperti fashion, barang perhiasan,, dan mobil.

2.1.2.1 Faktor-Faktor Conspicuous consumption

Conspicuous consumption mengacu pada kecenderungan seseorang untuk

membeli barang atau layanan yang mahal atau mewah dengan tujuan menunjukkan

status sosial atau kekayaan kepada orang lain. Beberapa faktor pendorong yang

dapat mendorong perilaku conspicuous consumption antara lain:

1. Status sosial dan simbol kekayaan:

Banyak orang cenderung menggunakan barang mewah atau mahal sebagai

simbol status sosial mereka. Mereka ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa

mereka memiliki kekayaan atau status yang tinggi melalui kepemilikan barang-

barang mewah yang mencolok.

37
2. Pengaruh kelompok dan tekanan sosial:

Tekanan sosial dari kelompok atau masyarakat di sekitar seseorang dapat

memainkan peran penting dalam mendorong perilaku conspicuous consumption.

Orang sering merasa perlu untuk memenuhi harapan sosial dan memperoleh

pengakuan atau persetujuan dari orang lain melalui kepemilikan barang-barang

mewah.

3. Pengaruh media dan iklan:

Media dan iklan sering kali mempromosikan gaya hidup mewah dan

barang-barang mahal sebagai standar keinginan yang diinginkan. Paparan terus-

menerus terhadap iklan-iklan ini dapat mendorong orang untuk mengadopsi

perilaku conspicuous consumption untuk memenuhi citra ideal yang dipromosikan

oleh media.

4. Perasaan kepuasan diri dan prestise:

Beberapa orang mungkin merasa puas dan mendapatkan kepuasan pribadi

melalui kepemilikan barang-barang mewah. Mereka percaya bahwa barang-barang

mewah ini meningkatkan rasa harga diri dan memberikan rasa prestise di kalangan

teman, keluarga, atau rekan kerja.

5. Budaya konsumsi:

Budaya konsumsi yang kuat dalam masyarakat dapat mempengaruhi

perilaku conspicuous consumption. Jika suatu masyarakat menghargai status materi

dan kemewahan, individu cenderung mengikuti tren tersebut dan terlibat dalam

pembelian barang mewah untuk memenuhi ekspektasi sosial.

6. Penawaran eksklusif dan keunikan:

38
Produk-produk mewah sering kali hadir dengan elemen eksklusivitas dan

keunikan tertentu. Keterbatasan pasokan atau kualitas yang langka dapat

meningkatkan daya tarik dan keinginan untuk memilikinya, karena barang tersebut

menjadi simbol kelas atau status tertentu.

7. Pengalaman dan pencarian kebahagiaan:

Bagi beberapa orang, pembelian barang mewah juga dikaitkan dengan

pengalaman dan pencarian kebahagiaan. Mereka percaya bahwa memiliki barang

mewah akan membawa kegembiraan, prestise, dan pengalaman yang luar biasa

dalam hidup mereka.

Faktor-faktor ini tidak hanya dapat mempengaruhi individu secara

individual, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh budaya dan konteks sosial tertentu.

2.1.2.2 Indikator Conspicuous Consumption

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai indikator conspicuous

consumption, berikut penulis uraikan dalam bentuk tabel, diantaranya:

Tabel 2.2

Indikator Conspicuous Consumption

No Referensi Indikator

1. (Sahin & Nasir, 2021) 1. Happiness and


wellbeing
2. Status
3. prestige

2. Yuce dan kerse (2018) 1. status sosial


2. kekayaan
3. citra diri
3. Sinambela (2022) 1. kesan
2. status sosial
3. merk

39
Dari indikator-indikator conspicuous consumption yang telah di uraikan

pada tabel 2.2 diatas, maka berdasarkan indikator (Sahin & Nasir, 2021)

memiliki relevansi permasalahan yang muncul pada konsumen Marketplace

Shopee Kota Bandung .

(Sahin & Nasir, 2021) menyatakan bahwa indikator yang dapat mengukur

conspicuous consumption adalah :

1. Happiness and Wellbeing merupakan perasaan bahagia yang didapat

individu dari evaluasinya yang positif terhadap masa lalu, masa kini, dan

masa depan

2. Status merupakan lokasi atau posisi seseorang dalam sistem sosial yang

hierarkis, yang sekaligus menentukan posisi seseorang dalam stratifikasi

sosial

3. Prestige merupakan sebuah kehormatan/wibawa dan kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang yang akhirnya membuat dirinya berbeda Symbolic

Product Characteristics merupakan suatu pola yang akan menentukan suatu

produk dapat menunjukan karakter atau gaya hidup seserang

2.1.3 Internet Addiction (kecanduan Internet)

Menurut Shaw dan Black (2013), kecanduan internet adalah gangguan

kejiwaan yang ditandai dengan keasyikan yang berlebihan atau tidak

terkontrol, mendesak atau perilaku tentang penggunaan maupun komputer

dan akses internet yang menyebabkan gangguan atau distres yang

berkelanjutan.

40
Berdasarkan buku Kecanduan internet Kimberly S. Young (2017)

kecanduan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan

sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak

mampu mengontrol penggunaannya saat online.

Menurut Young (2017) Kecanduan internet (Internet Addiction) adalah

sebuah istilah yang mengcakup perilaku dan masalah kontrol impuls .

Menurut Salicetia (2015), kecanduan internet adalah suatu keadaan

patologis atau gangguan karena terlalu sering menggunakan internet termasuk

berbagai perilaku dan pengendalian impuls dalam menggunakan internet

yang ditandai dengan pre-okupasi yang berlebihan atau kurangnya kontrol,

keinginan, dan/atau perilaku penggunaan internet yang mengakibatkan

gangguan atau tekanan di beberapa kehidupan penting.

(Lee et al, 2015) Penggunaan internet dengan waktu penggunaan yang tidak

terkendali dapat menjadikan orang-orang berisiko mengalami kecanduan

internet. Hal ini terjadi karena pengguna lebih banyak menggunakan internet

untuk game online pada dan interaksi sosial online

Menurut Pontes et al (2015), kecanduan internet adalah spektrum gangguan

obsesif kompulsif yang melibatkan pola penggunaan komputer serta secara

daring maupun luring secara berlebihan yang menimbulkan gejala

ketergantungan, toleransi dan dampak negatif.

Dari beberapa definisi para ahli tersebut penulis menyimpulkan, bahwa

kecanduan internet adalah suatu perilaku yang selalu bergantung pada

internet dimana kecanduannya bersifat ketergantungan dan sangat

41
berdampak negatif, perilaku tersebut ditandai dengan dengan menghabiskan

sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak

mampu mengontrol penggunaannya saat online, umumnya disebabkan

dengan banyaknya waktu yang dihabiskan dengan penggunaan maupun

gadget lainnya.

2.1.3.1 Faktor faktor yang mempengaruhi kecanduan Internet

Menurut Young (2017) dan Montag dan Reuter (2015), terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecanduan internet pada seseorang,

yaitu sebagai berikut:

a. Gender

Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab

individu tersebut mengalami kecanduan internet. Laki-laki lebih sering

mengalami kecanduan terhadap game online, situs porno dan perjudian

online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami kecanduan terhadap

chatting dan berbelanja secara online.

b. Kondisi Ekonomi

Individu yang telah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami

kecanduan internet dibandingkan individu yang belum bekerja. Hal ini

didukung bahwa individu yang telah bekerja memiliki fasilitas internet di

kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang memungkinkan individu

tersebut memiliki fasilitas komputer dan internet juga di tempat tinggalnya.

c. Faktor Sosial

42
Kesulitan dalam melakukan komunikasi inter personal atau individu yang

mengalami permasalahan sosial dapat menyebabkan penggunaan internet

yang berlebih. Hal tersebut disebabkan individu merasa kesulitan dalam

melakukan komunikasi melalui face to face, sehingga individu akan lebih

memilih menggunakan internet untuk melakukan komunikasi karena

dianggap lebih aman dan lebih mudah daripada dilakukan secara face to face.

Rendahnya kemampuan komunikasi dapat juga menyebabkan rendahnya

harga diri yang menyebabkan mengisolasi diri yang kemudian mengarah

dalam permasalahan dalam hidup seperti kecanduan pada internet.

d. Faktor Psikologis

Kecanduan internet dapat disebabkan karena individu mengalami

permasalahan psikologis, seperti depresi, kecemasan, obsesive compulsive

disorder (OCD). Internet memungkinkan individu untuk melarikan diri dari

kenyataan, menerima hiburan atau rasa senang dari internet. Hal ini akan

menyebabkan individu terdorong untuk lebih sering menggunakan internet

sebagai pelampiasan dan akan membuat kecanduan.

e. Faktor Biologis

Penelitian yang dilakukan oleh Montag & Reuter (2015) dengan

menggunakan functional magnetic resonance image (Fmri) menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara individu yang mengalami

kecanduan internet dengan yang tidak. Individu yang mengalami kecanduan

internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh lebih lambat,

43
kesulitan dalam mengontrol dirinya dan memiliki kecenderungan kepribadian

depresi.

2.1.3.2 Indikator kecanduan internet

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai indikator kecanduan

internet, berikut penulis uraikan dalam bentuk tabel, diantaranya:

Tabel 2.3

Indikator Kecanduan Internet

No Referensi Indikator

1. Young 1. Perhatian terhadap internet


(2014) 2. Penggunaan internet terus
meningkat
3. Tidak mampu mengontrol
penggunaan internet.
2. Salicetia 1. Neglecting social life
(2015) (mengabaikan kehidupan)
2. Lack of control (kurang
kontrol)
3. Excessive use (penggunaan
berlebihan)

3. Pontes (2015) 1. Perubahan gaya hidup


2. Penurunan aktivitas fisik
3. Penurunan sosialisasi

Dari indikator-indikator kecanduan internet yang telah di uraikan pada tabel

2.3 diatas, maka berdasarkan indikator Menurut Young (2014) memiliki

44
relevansi permasalahan yang muncul pada konsumen Marketplace Shopee

Kota Bandung .

Menurut Young (2014) ada beberapa indikator individu kecanduan

internet antara lain:

1. Perhatian tertuju pada internet. Individu yang mengalami

kecanduan, perhatiannya selalu terpaku untuk memikirkan aktivitas

online, baik aktivitas online yang telah dilakukan sebelumnya

ataupun harapan untuk segera online kembali.

2. Penggunaan internet terus meningkat. Kriteria yang dimaksud

bahwa individu memiliki keinginan terus menerus menggunakan

internet dengan jumlah waktu yang semakin meningkat untuk

mendapatkan kepuasan.

3. Tidak mampu mengontrol penggunaan internet. Kriteria

inimenjelaskan bahwa individu tidak mampu mengendalikandirinya

2.1.4 Pembelian Kompulsif

Schiffman dan Kanuk (2008:121) mendefinisikan Pembelian Kompulsif

sebagai “seseorang yang melakukan pembelian suatu barang tanpa

mempertimbangkan penggunaan barang tersebut serta hanya memenuhi

nafsu/keinginan untuk memiliki barang tersebut”.

Kecenderungan berbelanja secara berlebihan merupakan contoh perilaku

pembelian kompulsif dimana mereka berbelanja secara berlebihan dengan

hasrat yang tidak tertahankan untuk mendapatkan produk baru. Pembelian

kompulsif diuraikan sebagai pembelian kronis atau repetitive yang menjadi

45
tanggapan primer sehingga terjadi kejadian atau perasaan negatif. kompulsif

didefinisikan sebagai respons terhadap dorongan yang tidak terkendali atau

keinginan untuk memperoleh, menggunakan atau mengalami suatu perasaan

atau kegiatan yang menuntun individu secara berulang kali. Christina

Whidya Utami (2019:4).

Compulsive buying merupakan suatu gambaran pembelian sebagai jenis

perilaku kecanduan terkait dengan shopaholic dan pembelian berlebihan

(Ditasari & Sudarsono, 2015).

Pembelian kompulsif telah didefinisikan sebagai pola pembelian yang

berulang-ulang serta berlebihan yang timbul sebagai respon dalam

menghadapi situasi yang tidak mengenakkan atau sedang dalam

permasalahan, hal tersebut akan memberikan kebahagiaan singkat pada

individu tetapi berdampak buruk dalam jangka panjang (Otero-López dan

Villardefrancos, 2014).

Fakta bahwa konsumen cenderung menggunakan produk dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan emosionalnya, seperti menemukan jati diri, melindungi

atau meningkatkan status sosialnya, dan mampu mendapatkan tempat dalam

masyarakat, telah menyebabkan munculnya gaya konsumsi baru. Salah satu

gaya konsumsi baru ini, yang dapat membawa hasil negatif dari segi struktur

dan hasilnya, adalah pembelian kompulsif (Eroÿlu, 2015: 5).

Selain secara psikologis seseorang yang mepunyai perilaku kompulsif akan

mempunyai masalah keuangan dan meningkatnya hutang yang disebakan

berbelanja berlebihan (Raudsepp dan Parts, 2014).

46
Dari beberapa definisi para ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa,

pembelian kompulsif adalah perilaku pembelian yang cenderung dilakukan

dengan cara yang berlebihan dengan hasrat yang tidak tertahankan untuk

mendapatkan produk baru, biasanya terjadi karena dorongan yang tidak

terkendali atau keinginan untuk memperoleh, menggunakan atau mengalami

suatu perasaan atau kegiatan yang menuntun individu secara berulang kali.

Fakta bahwa konsumen cenderung menggunakan produk dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan emosionalnya, seperti menemukan jati diri, melindungi

atau meningkatkan status sosialnya, dan mampu mendapatkan tempat dalam

masyarakat, telah menyebabkan munculnya gaya konsumsi baru. Dampak

negatif dari pembelian kompulsif tersebut adalah mempunyai masalah

keuangan dan meningkatnya hutang yang disebakan berbelanja berlebihan.

2.1.4.1 Karakteristik Pembelian Kompulsif

Pembelian kompulsif adalah jenis pembelian yang dilakukan secara

spontan, tanpa perencanaan sebelumnya, dan sering kali dipicu oleh

dorongan emosional. Karakteristik pembelian kompulsif meliputi:

1. Ketidaksiapan:

Pembelian kompulsif sering terjadi tanpa perencanaan sebelumnya.

Konsumen yang melakukan pembelian kompulsif mungkin tidak

mempertimbangkan secara rasional atau mengkalkulasikan kebutuhan

atau anggaran mereka sebelum membeli.

2. Dorongan emosional:

47
Pembelian kompulsif dipicu oleh dorongan emosional, seperti keinginan

instan, kegembiraan, atau kepuasan mendadak. Konsumen dapat merasa

tergoda oleh promosi, diskon, atau tawaran khusus yang membuat

mereka merasa harus segera membeli barang tersebut.

3. Impulsivitas:

Pembelian kompulsif sering kali merupakan hasil dari perilaku impulsif.

Konsumen mungkin merasa tergoda untuk membeli sesuatu tanpa

mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang atau pertimbangan

rasional.

4. Penyesalan pasca-pembelian:

Setelah pembelian kompulsif, konsumen seringkali mengalami perasaan

penyesalan atau rasa bersalah. Mereka mungkin menyadari bahwa

pembelian tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan atau anggaran mereka,

yang dapat menyebabkan ketidakpuasan dan kekecewaan.

5. Barang yang tidak diperlukan:

Pembelian kompulsif sering kali melibatkan pembelian barang yang

tidak diperlukan atau bukan kebutuhan sehari-hari. Konsumen dapat

tergoda untuk membeli barang-barang mewah, aksesori, atau produk-

produk yang tidak mereka butuhkan secara praktis.

6. Pengaruh lingkungan:

48
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku pembelian

kompulsif. Misalnya, tata letak dan penempatan produk di toko, iklan

yang menarik perhatian, atau tekanan sosial dari teman atau kelompok

sosial dapat meningkatkan kemungkinan pembelian kompulsif.

7. Kesulitan untuk mengambil keputusan:

Beberapa konsumen mungkin merasa kesulitan dalam mengambil

keputusan pembelian dan cenderung menjadi mangsa pembelian

kompulsif. Mereka bisa menjadi terjebak dalam siklus pembelian

impulsif tanpa kemampuan untuk mengendalikan dorongan mereka.

Penting untuk dicatat bahwa pembelian kompulsif tidak selalu negatif

atau merugikan. Beberapa pembelian kompulsif dapat memberikan

kegembiraan sejenak atau memberikan pengalaman baru yang

menyenangkan. Namun, jika perilaku pembelian kompulsif menjadi

berlebihan atau menyebabkan masalah finansial atau emosional, penting

untuk mengembangkan keterampilan pengendalian diri dan melakukan

refleksi terhadap kebiasaan belanja yang tidak sehat.

2.1.4.2 faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian kompulsif dalam enam

kategori:

a. Variabel Kepribadian

Variabel kepribadian yang dimaksud meliputi kompulsifitas, merasa harga

dirinya rendah, perasaan negatef atau depresi, rasa kesepian, pencarian

gairah,

dan berfantasi.

49
b. Faktor Demografi

Faktor demografi di sini mengenai faktor pendapatan, usia, dan gender.

c. Intensitas Perasaan

Konsumen yang kompulsif cenderung memiliki respon perasaan yang kuat

terhadap stimuli tertentu dibandingkan dengan konsumen lain.

d. Evaluasi normatif dan pengendalian impuls

Kurangnya pengendalian impuls telah dikaitkan dengan orang-orang yang

tidak mampu menahan ataupun menunda kepuasan ketika sebuah

rangsangan untuk membeli muncul.

e. Penggunaan kartu kredit

Konsumen yang kompulsif membuktikan penggunaan kartu kredit yang

sangat tinggi atau menyalah gunakan kartu kredit disbanding dengan

konsumen lain.

f. Konsekuensi jangka pendek dan janka panjang dari belanja

kompulsif

Konsekuensi jangka pendek pembelian kompulsif bersifat positif seperti

berkurangnya stress dan tekanan. Namun jika bekelanjutan, konsekuensi

jangka panjang dari perilaku ini sifatnya negatif seperti kesulitan pribadi,

utang finansial, gangguan dalam kehidupan keluarga.

2.1.4.3 Indikator Pembelian Kompulsif

50
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai indikator pembelian

kompulsif, berikut penulis uraikan dalam bentuk tabel, diantaranya:

Tabel 2.4

Indikator pembelian kompulsif

No Referensi Indikator

1. Sciffman 1. tendency to spend


dan kanuk
(2008) 2. Reactive Aspect

3. Post Purchase Guilt

2. Ditasari 1. Memiliki dorongan yang kuat


&
Sudarsono didalam diri untuk berbelanja
(2015)
2. .Memiliki keinginan untuk

berbelanja atau membeli sesuatu.

3. Memiliki dorongan yang kuat dalam

membeli sesuatu ketika berada di

pusat perbelanjaan.

3. Raudsepp 1. Carriying on despite adverse


dan Parts,
(2014) consequences (Melanjutkan

meskipun ada konsekuensi yang

merugikan)

2. Lost of control (kehilangan kendali)

3. Irresistible impulsif (Impulsif yang

tak tertahankan)

51
Dari indikator-indikator pembelian kompulsif yang telah di uraikan pada

tabel 2.4 diatas, maka berdasarkan indikator Schiffman dan kanuk (2008)

memiliki relevansi permasalahan yang muncul pada konsumen Marketplace

Shopee Kota Bandung .

Indikator Perilaku Pembelian Kompulsif menurut Schiffman dan Kanuk

(2008), sebagai berikut :

1. Tendency to spend

Adalah potensi dan kemungkinan dalam diri seseorang bahwa ia

menghabiskan uang secara tidak rasional.

Skala Pengukuran Tendency to Spend :

- Kecenderungan membelanjakan semua uang yang dimiliki.

- Pembelian yang dilakukan secara tidak direncanakan berulang-ulang.

- Keinginan kuat untuk selalu membeli sesuatu .

- Responsive terhadap tawaran belanja.

- Membeli barang yang tidak dibutuhkan.

- Pemboros.

2. Reactive Aspect

Adalah ukuran dari reaksi dan responsive terhadap hal yang dimiliki

oleh

seseorang. Seorang pembeli kompulsif reaktif terhadap hal-hal seperti

pakaian, perhiasan, buku dan aksesoris.

Skala Pengukuran Reactive Aspect :

- Belanja sebagai penghilang stress.

52
- Adanya dorongan yang kuat untuk berbelanja.

- Sikap belanja yang tidak rasional.

3. Post-purchase guilt

Adalah pernyataan bersalah penuh penyesalan biasanya setelah

pembelian

tentang perbelanjaan dan pengeluaran.

Skala Pengukuran Post-Purchase Guilt :

- Perasaan bersalah setelah membeli.

- Penyesalan setelah berbelanja.

2.1.4.4 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu merupakah salah satu referensi yang digunakan

oleh penulis untuk melaksanakan penelitian dan dapat membantu dan sebagai

bahan acuan bagi penulis. Berikut ini terdapat beberapa hasil penelitian

terdahulu, yang dapat dijelaskan dalam tabel 2.5

Tabel 2.5
Penelitian terdahulu

No Judul Penelitian/Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Referensi
1. Pengaruh Materialisme Hasil penelitian ini Menggunakan Tidak
dan Kecanduan Internet menunjukkan bahwa variabel membahas
Terhadap Pembelian kecanduan internet Kecanduan Variabel X
Kompulsif signifikan terhadap Internet lainnya yakni
ISSN : 2302-8912 perilaku pembelian sebagai Fashion
kompulsif online. variabel X2, Interest.

53
E-Jurnal Manajemen Berdasarkan hasil serta
Unud, Vol. 7, No. 2, 2018: penelitian semakin sering Pembelian
1021-1049 seseorang menghabiskan Kompulsif
Oleh : Kurnianingtias waktunya bermain yang
Wulandari internet serta memiliki mempengaruhi
pola pikir materialis variabel X.
cenderung memiliki
perilaku belanja
kompulsif.
2. The Effect of Personality, Dalam penelitian ini Menggunakan penelitian ini
Conspicuous terungkap bahwa variabel yang adalah
Consumption, and kepribadian, konsumsi simultan nonprobability
Internet Addiction on yang mencolok, dan terhadap sampling
Compulsive Buying. kecanduan internet efektif variabel dengan
ISSN : 2619-9491 terhadap kecenderungan penelitian convenience
Vol 13, No.3, 2022 pembelian kompulsif. yang diteliti. sampling.
Oleh : Berdasarkan hasil yang
Onur Terzia , Funda diperoleh, diperkirakan
Bayrakdaroglu penelitian ini akan
berkontribusi pada
literatur pemasaran.
Diperkirakan juga akan
membantu bisnis dan
otoritas publik
mengembangkan strategi
konstruktif mengenai
konsumen kompulsif.
3. THE INTERPLAY OF Hasil menunjukkan bahwa Menggunakan Teknik
INTERNET harga diri responden variabel analisis yang
ADDICTION AND berhubungan secara internet X digunakan
COMPULSIVE signifikan dan negatif addiction yang adalah
SHOPPING untuk pembelian offline mempengaruhi Analisis SEM
BEHAVIORS. kompulsif mereka dan variabel Y (Structural
SOCIAL BEHAVIOR kecanduan internet. yaitu Equation
AND PERSONALITY, pembelian Modelling).
kompulsif Variabel
2016, 44(11), 1901–1912 lainnya yang
© 2016 Scientific Journal tidak
Publishers Limited. All dimasukkan
Rights Reserved. dalam model
penelitian
yakni
conspicuous
cnsumptiom
dan
kepribadian.
4. PENGARUH Berdasarkan hasil Menggunakan Variabel x2
PERSONALITY DAN pembahasan, dapat ditarik variabel x1 dan x3
SHOP ENJOYMENT beberapa simpulan yang sama berbeda. Lalu
TERHADAP IMPULSE sebagai berikut; yaitu variabel
BUYING BEHAVIOR personality berpengaruh kepribadian. penelitiannya
YANG DIMEDIASI positif dan signifikan adalah
IMPULSE BUYING terhadap Impulse Buying Hypermart
TENDENCY. Tendency. Hal ini berarti, Mal.
semakin baik faktor

54
personality pada diri
konsumen maka akan
ISSN : 2302-8912 semakin meningkat pula
E-Jurnal Manajemen Impulse Buying Tendency
Unud, Vol. 7, No. 6, 2018: konsumen.
3320-3352
Oleh : Anak Agung Istri
Sandya Kharisma, I Gusti
Agung Ketut Sri Ardani.

5. KEPUTUSAN Kesimpulan yang hasilnya Ada variabel Tidak terdapat


INDIVIDU berpengaruh secara kepribadian variabel
MELAKUKAN signifikan dan pembelian internet
PEMBELIAN mengindikasikan kompulsif addiction dan
IMPULSIF DAN keputusan individu untuk dalam conspicuous
KOMPLUSIF melakukan pembelian penelitian consumption,
BERDASARKAN PADA impulsif maupun tersebut. serta unit
SIFAT KEPRIBADIAN kompulsif berdasarkan penelitiannya
sifat kepribadian. terhadap
Universitas Sebelas perseorangan
Maret Surakarta 2014 bukan
terhadap
Oleh : Boby Aditia Putra pengaruh
Pamungkas produk.
6. Pengaruh Faktor bahwa harga diri Variabel y Tidak terkait
Psikologis Terhadap memiliki pengaruh yang sama variabel yang
Perilaku Pembelian positif dan signifikan yaitu sama dengan
Kompulsif terhadap pembelian variabel X
(Studi Kasus Pembelian perilaku pembelian kompulsif yang diteliti
Produk Ponsel Apple kompulsif. Temuan tes serta unit penulis.
Pada Mahasiswa menunjukkan bahwa penelitian nya
Universitas Dian harga diri responden yaitu
Nuswantoro) dikaitkan dengan risiko smartphine
lebih tinggi untuk terlibat apple.
MAKREJU:Manajemen dalam perilaku pembelian
Kreatif Jurnal ko
Volume.1, No.1 Februari mpulsif.
2023
ISSN: 2963-9654
Oleh : Tsaltsa Awani
Arzakia

7. Big Five Personality Hasil jelas menunjukkan Menggunakan Penelitian


Traits, Coping Strategies bahwa kedua jenis variabel yang dilakukan di
and Compulsive Buying determinan diperlukan dan sama yaitu tempat yang
in Spanish University berguna untuk mencapai kepribadian berbeda
Students pemahaman yang lebih (personality) dengan
baik tentang pembelian dan variabel Y peneliti
Int. J. Environ. Res. kompulsif. Dengan yaitu sebelumnya.
Public demikian, perbandingan pembelian Tidak ada
Health 2021, 18(2), 821 antara kompulsif. variabel X
pembeli kompulsif dan yang lain
pembeli non-kompulsif

55
Oleh : José Manuel Otero- mengkonfirmasi adanya seperti judul
López perbedaan yang signifikan penulis.
secara statistik di hampir
semua variabel yang
diteliti
8. The Effect of Big Five Hasil penelitian Terdapat Memakai
Factors of Personality on menunjukkan bahwa ciri- variabel yang SEM PLS,
Compulsive Buying: The ciri kepribadian konsumen sama yaitu serta tidak ada
Mediating Role of mempengaruhi sikapnya kepribadian keterkaitan
Consumer Negative terhadap kompulsif (x) dan dengan
Emotions. perilaku membeli. Juga, pembelian variabel
hasil menegaskan bahwa kompulsif (y) penulis
American Journal of konsumen milik lainnya seperti
Business and Operations neurotisme cenderung internet
Research (AJBOR) Vol. kompulsif addiction.
2, No. 01, PP. 05- 23, perilaku pembelian,
2021 sedangkan konsumen
yang tergolong
Oleh : Mohamed Shemeis extraversion dan
conscientiousness tidak
terlibat
perilaku pembelian
kompulsif.
9. Treatments for internet Hasil menunjukkan bahwa Terdapat Penelitian
addiction, sex addiction pengobatan untuk umum kesamaan tidak
and compulsive buying: A kecanduan perilaku efektif variabel yaitu dilakukan di
meta-analysis dalam jangka pendek, internet Indonesia,
mirip dengan yang addiction dan serta tidak ada
Journal of Behavioral diterapkan untuk pembelian variabel lain
Addictions 9 (2020) 1, 14- gangguan perjudian kompulsif seperti
43 dan gangguan penggunaan kepribadian
zat, tetapi diperlukan uji dan
Oleh : MARTINA klinis yang lebih ketat conspicuous
GOSLAR consumption.
10. EFFECT OF Hasil penelitian Terdapat Tidak adanya
MATERIALISM, mengungkapkan bahwa variabel yang persamaan
PUBLIC konstruk materialisme sama yaitu dengan
SELFCONSCIOUSNESS adalah conspicuous variabel
AND SELF-ESTEEM secara signifikan terkait consumption lainnya yang
ON CONSPICUOUS dengan konsumsi penulis teliti
CONSUMPTION mencolok oleh konsumen seperti
AMONG Gen Z. Hal ini internet
GENERATION Z menunjukkan bahwa Gen addiction,
CONSUMERS Z kepribadian
konsumen di Malaysia serta
Volume: 7 Issues: 41 cenderung menghabiskan pembelian
[July, 2022] Special banyak uang untuk kompulsif.
Issues pp. 72 - 87 membeli barang mahal
International Journal of untuk dipamerkan
Accounting, Finance and status dan prestise
Business (IJAFB) mereka.
EISSN: 0128-1844

Oleh : Emamdin
Moustabshirah

56
Berdasarkan dari penelitian-penelitian terdahulu yang memaparkan

perbedaan dan persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian terdahulu

maka dapat disimpulkan bahwa pembeda dari keseluruhannya yaitu unit tempat

penelitian yang digunakan penulis berbeda dengan penelitian terdahulu.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh José Manuel Otero-López (2021)

dapat dilihat bahwa perbedaan penelitian penulis dengan penelitiannya yaitu pada

penelitian tersebut menggunakan variabel yang berbeda yaitu coping strategis dan

tempat penelitian yang berbeda.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis hubungan

antara variabel yang akan diteliti. Kerangka berpikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting. Yang mana hal ini

berarti kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-

gejala yang menjadi objek permasalahan, serta dapat disimpulkan bahwa

kerangka berpikir adalah penjelasan sementara secara konseptual tentang

keterkaitan hubungan pada setiap objek permasalahan berdasarkan teori yang

telah dikaji oleh penulis.

Kepribadian sangat mempengaruhi pembelian terutama pada pembelian

kompulsif, pada penelitian Yüce dan Kerse, (2018) mengatakan bahwa

Kepribadian dapat mempengaruhi perilaku pembelian normal konsumen

57
serta perilaku pembelian abnormal seperti pembelian kompulsif. Dalam

banyak penelitian, telah ditentukan bahwa kepribadian memiliki efek positif

dan negatif pada perilaku konsumen. Dari pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa kepribadian sangat mempengaruhi perilaku pembelian,

yang mana pengaruh tersebut bisa menjadi abnormal seperti pembelian

kompulsif.

Selain itu hal yang mempengaruhi pembelian kompulsif yaitu status

Bronner & de Hoog (2018) menyatakan bahwa “conspicuous consumption

sebagai tingkat kecenderungan perilaku seseorang menampilkan status sosial,

kekayaan, rasa atau citra diri seseorang ke kelompok referensi melalui

konsumsi produk yang dapat dilihat secara publik”. Hal ini menunjukan

bahwa konsumen terpengaruhi oleh meningkatnya status sosial ketika produk

yang dia beli adalah produk yang bisa memperlihatkan citra diri seseorang.

Dari hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku pembelian yaitu pembelian

kompulsif yang dinyatakan oleh (Eroÿlu, 2015: 5). Fakta bahwa konsumen

cenderung menggunakan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

emosionalnya, seperti menemukan jati diri, melindungi atau meningkatkan

status sosialnya, dan mampu mendapatkan tempat dalam masyarakat, telah

menyebabkan munculnya gaya konsumsi baru. Salah satu gaya konsumsi

baru ini, yang dapat membawa hasil negatif dari segi struktur dan hasilnya,

adalah pembelian kompulsif (Eroÿlu, 2015: 5). Dari pernyataan tersebut

dapat disimpulkan bahwa pembelian kompulsif adalah pembelian yang

58
didasari oleh kepribadian serta keinginan untuk meningkatkan status

sosialnya lewat apa yang mereka beli.

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain yaitu Kepribadian (X1), Conspicuous Consumption (X2), Kecanduan

Internet (X3) terhadap Pembelian Kompulsif (Y).

2.2.1 Teori Keterkaitan

Melihat hasil dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa

peneliti, bahwa terdapat banyak persamaan dan perbedaan mengenai adanya

pengaruh baik signifikan maupun tidak antara variabel kepribadian,

conspicuous consumption, Internet addiction terhadap minat pembelian

kompulsif , hingga tidak adanya pengaruh antara variabel kepribadian,

conspicuous consumption, Internet addiction terhadap minat pembelian

kompulsif.

2.2.1.1 Keterkaitan Kepribadian terhadap pembelian kompulsif

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Anastasya (2017) dengan judul: “Pengaruh kontrol diri, celebrity worship

dan kepribadian big five terhadap perilaku pembelian kompulsif penggemar

JKT48 di Jabodetabek”. Menunjukan bahwa kepribadian berpangaruh

positif secara signifikan terhadap perilaku pembelin kompulsif.

kepribadian Pembelian kompulsif


Anastasya (2017)

59
2.2.1.2 Keterkaitan Conspicuous Consumption terhadap pembelian

kompulsif

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Benli (2019) dengan judul: “The effect of cultural dimensions on

conspicuous consumption and online compulsive buying behavior: a

comparative study among Turkish and American consumers. Journal of

Management Marketing and Logistics”. Menunjukan bahwa Conspicuous

consumption berpangaruh positif secara signifikan terhadap perilaku

pembelin kompulsif.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh dari

Conspicuous Consumption terhadap pembelian kompulsif. digambarkan

sebagai berikut:

Conspicuous consumption Pembelian kompulsif


Benli (2019)

2.2.1.3 Keterkaitan Kecanduan Internet terhadap pembelian kompulsif

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Kurnianingtias Wulandari (2018) dengan judul: “Pengaruh Kecanduan

Internet dan Materialisme Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif“ yang

menunjukan bahwa terdapat kecanduan internet berpengaruh positif secara

signifikan terhadap perilaku pembelian kompulsif.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh dari

kecanduan internet terhadap pembelian kompulsif.

digambarkan sebagai berikut:

Kecanduan Internet Pembelian kompulsif


Wulandari (2018)

60
2.2.1.4 Keterkaitan Kepribadian, Conspicuous Consumption dan Internet

Addiction terhadap pembelian kompulsif

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Onur Terzia , Funda Bayrakdaroglu (2022) dengan judul: “The Effect of

Personality, Conspicuous Consumption, and Internet Addiction on

Compulsive Buying”. Menunjukan bahwa Kepribadian, Conspicuous

Consumption dan Internet Addiction berpengaruh positif terhadap pembelian

Kompulsif.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh dari

Kepribadian, Conspicuous Consumption dan Internet Addiction terhadap

pembelian Kompulsif.

Digambarkan sebagai berikut:

Kepribadian

Conspicuous Consumption Pembelian kompulsif

Terzia , Bayrakdaroglu (2022)

Kecanduan Internet

Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat ahli diatas, maka disimpulkan

bahwa terdapat keterkaitan antara kepribadian, conspicuous consumption,

dan internet addiction terhadap pembelian kompulsif yang digambarkan

sebagai berikut :

61
Kepribadian (X1)
1. Extraversion atau Ekstraversi
2. Agreeableness atau
Kesepakatan
3. Conscientiousness atau Kehati
hatian
4. Neuroticism atau Neurotisisme Anastasya (2017)
5. Openness to Experience atau
Keterbukaan
Mccrae dan costa (1995)
Pembelian kompulsif (Y)
1. tendency to spend
Benli (2019) 2. Reactive Aspect
Conspicuous consumption (X2) 3. Post Purchase Guilt
1. Happiness and wellbeing Sciffman dan kanuk (2008)
2. Status
3. Prestige
Sahin dan nasir (2021)

Internet Addiction (X3)


1. Perhatian pada internet
2. Penggunaan internet yang wulandari (2018)
terus menerus
3. Tidak mampu mengontrol
penggunaan internet
Young (2014)

Onur et al (2022)

Sumber : data diolah oleh penulis, 2023

Gambar 2.1
Paradigma penelitian

2.3 Hipotesis
Dari hasil kerangka teori diatas maka diperlukan hipotesis untuk

mengetahui adakah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Hal

ini ditunjang oleh pendapat yang dikemukakan Sugiyono (2018:63) Hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian,

dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat. Maka, sesuai

dengan variable-variabel yang akan diteliti, berikut adalah hipotesis yang

akan diajukan dalam penelitian ini, yaitu:

62
Hipotesis utama:

Kepribadian, Conspicuous Consumption dan Internet Addiction diduga

mempengaruhi Pembelian Kompulsif pada Konsumen Marketplace Shopee

Kota Bandung .

H1 : Kepribadian diduga mempengaruhi pembelian kompulsif pada konsumen

Marketplace Shopee Kota Bandung .

H2: Consicuous Consumption diduga mempengaruhi pembelian kompulsif

pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

H3: Internet Addiction diduga mempengaruhi pembelian kompulsif pada

konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

63
BAB 3

METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian

Sugiyono (2017) mengatakan bahwa “Objek penelitian menjelaskan tentang

suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, onjek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Objek penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Variabel independent 1 (variabel X1) dalam penelitian ini adalah

Kepribadian

2. Variabel independent 2 (variabel X2) dalam penelitian ini adalah

Conspicuous Consumption

3. Variabel independent 3 (variabel X3) dalam penelitian ini adalah Kecanduan

Internet

4. Variabel dependent 1 (variabel Y) dalam penelitian ini adalah pembelian

kompulsif

3.2 Metode Penelitian

Narimawati et al. (2016) menyatakan bahwa “Metodologi penelitian

merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data”. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (Descriptive

Research) dan metode verifikatif (Verificative Research), tujuannya yakni

penulis ingin mengetahui pengaruh kepribadian, conspicuous consumption,

64
kecanduan internet terhadap pembelian kompulsif pada konsumen

Marketplace Shopee Kota Bandung .

1. Metode Deskriptif (Descriptive Research)

Menurut Narimawati et al. (2016) “Metode Deskriptif adalah metode

yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih

luas”.

Metode deskriptif dari penelitian ini digunakan untuk menjelaskan

pengaruh kepribadian, conspicuous consumption, kecanduan internet

terhadap pembelian kompulsif pada konsumen Marketplace Shopee Kota

Bandung .

2. Metode Verifikatif (Verivicative Research)

Metode Verifikatif menurut Narimawati et al. (2016) menyatakan

bahwa “Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu

cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain

dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”. Metode

verifikatif dari penelitian ini digunakan untuk pengaruh kepribadian,

conspicuous consumption, kecanduan internet terhadap pembelian

kompulsif pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

Berdasarkan jenis penelitiannya, metode penelitian yang dilakukan

adalah Explanatory Survei. Menurut Sugiyono (2017), “Metode

explanatory survei merupakan metode penelitian yang bermaksud

65
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta pengaruh antara

satu variabel dengan variabel yang lain”.

Melalui metode penelitian tersebut maka akan diketahui hubungan

yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan

kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti

dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, conspicuous consumption,

kecanduan internet dan pembelian kompulsif.

3.2.1 Desain Penelitian

Pengertian desain penelitian menurut Narimawati et al. (2016) bahwa

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian”.

Langkah langkah desain penelitian menurut (Umi Narimawati, 2011:30)

adalah:

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena pada

Marketplace Shopee, selanjutnya menetapkan judul penelitian.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada konsumen Shopee

3. Menetapkan rumusan masalah termasuk membuat spesifikasi dari tujuan

dan hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah

Kepribadian (X1) Conspicuous consumption (X2) Kecanduan Internet (X3)

Pembelian Kompulsif (Y).

4. Menetapkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada pengguna

Shopee.

66
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori

pada pengguna Shopee.

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang

digunakan. Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengukuran dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa

tingkatan. Pada skala ini, urutan simbol atau kode berupa angka yang

mempunyai arti urutan jenjang yang dimulai dari yang positif sampai yang

paling negatif.

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik

pengumpulan data.

8. Melakukan analisis data mengenai pengaruh kepribadian, conspicuous

consumption, kecanduan internet terhadap pembelian kompulsif.

9. Menyusun pelaporan hasil penelitian melalui data informasi yang diperoleh

dari konsumen kemudian data menyimpulkan penelitian, sehingga akan

diperoleh penjelasan dan jawaban atas identifikasi masalah dalam

penelitian.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat diasumsikan bahwa desain

penelitian merupakan semua proses tahapan yang akan dilakukan dimulai dari

perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian.

67
Kepribadian (X1)

Conspicuous Consumption Pembelian Kompulsif (Y)


(X2)

Kecanduan Internet (X3)

Gambar 3.1 : Desain Penelitian

Keterangan :

X1 : Kepribadian

X2: Conspicuous Consumption

X3 : Kecanduan Internet

Y : Pembelian Kompulsif

68
Tabel 3.1

Desain penelitian

Tujuan Jenis Metode Unit analisis Time horizon


penelitian penelitian penelitian
T1 Descriptive Descriptive dan Pengguna Cross sectional

survey shopee

T2 Descriptive Descriptive dan Pengguna Cross sectional

survey shopee

T3 Descriptive Descriptive dan Pengguna Cross sectional

survey shopee

T4 Descriptive Descriptive dan Pengguna Cross sectional

survey shopee

T5 Descriptive dan Descriptive Pengguna Cross sectional

verifikatif explanatory shopee

survey

3.2.2 Operasional Variabel Penelitian

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,

serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian

hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai judul

penelitian mengenai pengaruh kepribadian, conspicuous consumption, kecanduan

internet terhadap pembelian kompulsif pada konsumen Marketplace Shopee Kota

Bandung .

Terdapat dua variabel dalam penelitian yaitu:

69
1. Variabel bebas (X), yaitu menurut Sugiyono (2017) mendefinisikan bahwa,

“Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”.

Pada penelitian ini variabel bebas nya adalah

kepribadian,conspicuous consumption, dan kecanduan internet, karena

ketiganya dapat memengaruhi variabel terikat. Indikator untuk mengukur

kepribadian menurut McCrae dan Costa (1995) yaitu ; ekstraversi,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, Openess to Experience. lalu

indikator untuk mengukur conspicuous consumption menurut (Sahin &

Nasir, 2021) yaitu; happiness and wellbeing, status, dan prestige. Serta

indikator untuk mengukur kecanduan internet adalah perhatian terhadap

internet, penggunaan internet terus meningkat, lalu tidak mampu

mengontrol penggunaan internet.

2. Variabel terikat (Y), yaitu menurut Sugiyono (2017) mendefinisikan bahwa

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas”. Indikator untuk mengukur pembelian

kompulsif menurut schiffman dan kanuk (2008) yaitu; tendency to spend,

reactive aspect, post purchase guilt. Pada penelitian ini variabel terikatnya

pembelian kompulsif, karena variabel terikat dipengaruhi oleh variabel

bebas.

70
Tabel 3.1

Operasional variabel

No. Sumber
Konsep Skal
Variabel Indikator Ukuran Ite Data
Variabel a
m
ekstraversi Tingkat
“mendefinisika interaksi
n trait dengan
1
kepribadian orang dalam
sebagai dimens pembelian
i dari
perbedaan Agreeableness Tingkat
individual kepercayaan
2
yang saran dari
cenderung orang lain
menunjukkan conscientiousne Tingkat
pola pikir, ss kehati
perasaan, dan hatian
perbuatan yang dalam 3
konsisten.” pengambila
n keputusan
pembelian.
Neuroticsm Tingkat
kekhawatira O
n terhadap R 4 Konsumen
Kepribadia barang yang D Marketplac
n akan dibeli I e Shopee
(X1) Tingkat N Kota
Openness to A Bandung
experience keinginan
untuk L
mencoba
hal baru

Mccrae dan Mccrae dan


costa (2002) costa (2002)

71
No. Sumber
Konsep Skal
Variabel Indikator Ukuran Ite Data
Variabel a
m
“Konsumsi Happiness Tingkat
mencolok and Keinginan
sering disebut wellbeing membeli
sebagai barang 6
praktik menarik untuk
konsumen memenuhi
dengan kabahagiaan
membeli status Tingkat
produk kecenderunga
dengan tujuan O
n 7
menunjukkan R Konsumen
Conspicuous pentingnya
kekayaan D Marketplac
consumptio status sosial
seseorang” I e Shopee
n prestige Tingkat
N Kota
(X2) pengaruh
A Bandung .
barang yang 8
L
dibeli terhadap
kewibawaan

Sahin &
(Sahin & nasir
Nasir, 2021) (2021)
Kecanduan “kecanduan perhatian Tingkat O 9 Konsumen
Internet internet tertuju pada perhatian R Marketplac
(X3) adalah internet terhadap D e Shopee
gangguan penggunaan I Kota
kejiwaan yang internet N Bandung .
ditandai A
dengan Penggunaa Tingkat L 10
keasyikan n internet penggunaan
yang terus internet secara
berlebihan meningkat terus menerus
atau tidak
terkontrol, tidak Tingkat 11
mendesak mampu kemampuan
atau perilaku mengontrol kontrol
tentang penggunaan penggunaan
internet internet

72
penggunaan
maupun
komputer dan
akses internet
yang
menyebabkan
gangguan atau
distres yang
berkelanjutan

Shaw dan
(Shaw dan Black
Black (2013) (2013)
Pembelian Tendency to Tingkat
Kompulsif spend perilaku
sebagai Pembelanjaa
“seseorang n secara
yang berulang 12
melakukan ulang secara
pembelian tidak
suatu barang terencana
tanpa
mempertimba Reactive Tingkat
ngkan aspect perilaku
penggunaan dorongan O
barang yang kuat R 13 Konsumen
Pembelian tersebut serta untuk D Marketplac
kompulsif hanya berbelanja I e Shopee
(Y) memenuhi N Kota
nafsu/keingina Post Tingkat A Bandung .
n untuk purchase penyesalan L
memiliki guilt setelah 14
barang membeli
tersebut”

Sciffman
dan kanuk
Sciffman dan (2008)
Kanuk (2008)

Pengukuran operasionalisasi variabel menggunakan instrumen pengukuran

skala likert. Menurut Sugiyono (2017), “Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial”. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Marketplace Shopee

73
Kota Bandung . Pemberian skor atas pilihan jawaban pertanyaan positif dan negatif

berdasarkan skala likert disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 3.5

Skor Kuesioner Pertanyaan Positif dan Negatif Skala Likert


Bobot Nilai Bobot Nilai
Jawaban
(+) (-)
a. Sangat Setuju(SS) 5 1
b. Setuju (S) 4 2
c. Kurang ( K) 3 3
d. Tidak Setuju (TS) 2 4
e. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Sumber: Sugiyono (2017)
3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data (Primer dan Sekunder)

Sumber data yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah sumber data

primer dan sekunder. Menurut Narimawati (2016) pengertian sumber primer,

“Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

Menggunakan data primer karena penulis mengumpulkan sendiri data-data yang

dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti yaitu

menyebarkan kuesioner pada Konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung . Data

Primer ini berupa:

a. Jawaban responden mengenai Kepribadian

b. Jawaban responden mengenai Conspicuous Consumption

c. Jawaban responden mengenai Kecanduan Internet

d. Jawaban responden mengenai Pembelian Kompulsif

Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa sumber data sekunder adalah,

“Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

74
Menggunakan data sekunder karena penulis mengumpulkan informasi dari data

yang telah diolah oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

konsumen marketplace Shopee Kota Bandung .

Sebelum menentukan penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih

dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel.

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik hasilnya (Sugiyono, 2013). Populasi pada penelitian

ini adalah penduduk kota bandung yang berjumlah 2.469.589 pada tahun 2023 data

yang diperoleh dari BPS Kota Bandung.

2. Sampel

Menurut (Sugiyono, 2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, oleh karena itu agar memiliki

karakteristik yang detail sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

mewakili (representative). Penelitian ini menggunakan kriteria responden sebagai

berikut :

1). Pada penelitian ini Responden merupakan konsumen Marketplace

Shopee.

2). Responden pernah melakukan pembelian produk di Marketplace Shopee.

Metode penarikan sampel yang digunakan mengacu pada

pendekatan slovin,

pendekatan ini di nyatakan dengan rumus sebagai berikut :

75
𝑵
𝒏=
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐

Dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Persentase kelonggaran (1%, 5%, 10%)

Dalam penelitian ini digunakan tingkat toleransi sebesar 10%

Substitusikan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus Slovin:

n = 2.469.589 / (1 + 2.469.589(0.1^2))

n = 2.469.589/ (1 + 2.469.589(0.01))

n = 2.469.589/ (1 + 24.695)

n = 2.469.589 / 24.696

n = 99,9

Dibulatkan menjadi 100 responden.

Dari penghitungan di atas, diketahui responden sebanyak 99,9 atau

dibulatkan menjadi 100 responden. Sampel yang digunakan penulis dari 2.469.589

penduduk kota bandung pada tahun 2023 dengan persentase kelonggaran 10%

adalah 99,9 atau dibulatkan menjadi 100 responden. 100 responden ini akan dipilih

berdasarkan kriteria responden yang dibutuhkan yaitu pengguna shopee Kota

Bandung, serta pernah membeli produk/barang menggunakan marketplace shopee.

3.2.3.2 Teknik penentuan data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

76
Penelitian lapangan (Field Research), dilakukan dengan cara mengadakan

peninjauan langsung pada perusahaan yang menjadi objek untuk mendapatkan data

primer dan data sekunder.

A. Data Primer

1. Observasi / Survei (Pengamatan Langsung)

Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung terhadap

suatu objek yang ada di lingkungan yang berhubungan dengan pengaruh

kepribadian, conspicuous consumption, kecanduan internet terhadap

pembelian kompulsif pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

2. Wawancara / Interview

Dalam teknik wawancara ini, penulis mengadakan tanya jawab

kepada beberapa konsumen marketplace shopee, yang dapat memberikan

data atau informasi yang berkaitan dengan pengaruh kepribadian,

conspicuous consumption, kecanduan internet terhadap pembelian

kompulsif pada konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung .

3. Kuesioner

Dalam penelitian ini kuesioner ditujukan kepada konsumen

Marketplace Shopee Kota Bandung saat pra survei untuk mengetahui hal-

hal dalam melakukan analisa pada variabel kepribadian, conspicuous

consumption, kecanduan internet dan pembelian kompulsif.

77
B. Data Sekunder

1. Studi Literatur

2. Jurnal Ilmiah

3. Studi Pustaka (Library Research)

3.2.4 Teknik pengumpulan data

Pengujian kualitas alat ukur penelitian berguna untuk mengetahui apakah

alat ukur (kuesioner) yang digunakan memiliki kesahihan (validity) dan keandalan

(reliability) untuk mengukur secara cermat dan tepat apa yang hendak diukur, maka

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur yang

digunakan.

3.2.4.1 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan sahih atau valid jika pernyataan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut serta memiliki

nilai koefisien validitas yang lebih besar atau sama dari nilai t-kritis 0,30 (Ghozali,

2018)

Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi

yang diolah dengan menggunakan software Statistical Product and Service Solution

(SPSS v.21).

78
Tabel 3.6
Standar Penilaian Validitas
Value Validity
Good 0,50
Acceptable 0,30
Marginal 0,20
Poor 0,10
Sumber: Ghozali (2018)

Kriteria pengujian validitas yaitu:

1. Jika rhitung > rtabel, maka instrumen atau item pernyataan berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

2. Jika rhitung < rtabel, maka instrumen atau item pernyataan tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis Korelasi Pearson

(Product Moment Pearson) memiliki rumus sebagai berikut:

𝑵 ∑ 𝒙𝒚 − (∑ 𝒙) (∑ 𝒚)
𝒓𝒙𝒚 =
√[𝑵 ∑ 𝒙𝟐 − (∑ 𝒙)𝟐 ] − [𝑵 ∑ 𝒚𝟐 − (∑ 𝒚)𝟐 ]
Keterangan:
𝑟 = Nilai Koefisien Korelasi Pearson
∑𝑥 = Jumlah hasil pengamatan variabel X (kepribadian,conspicuous consumption, kecanduan
internet)
∑𝑦 = Jumlah hasil pengamatan variabel Y (pembelian kompulsif)
∑ 𝑥2 =Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X (kepribadian, conspicuous consumption,
kecanduan internet)
∑ 𝑦2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y (pembelian kompulsif)
∑ 𝑥𝑦 = Jumlah hasil kali pengamatan variabel X (kepribadian, conspicuous consumption,
kecanduan internet) dan Variabel Y (pembelian kompulsif)
𝑁 = Jumlah responden dalam pelaksanaan penelitian

Uji keberatan koefisien r dilakukan dengan uji (taraf signifikansi 5%).

Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝒓 √(𝒏 − 𝟐)
𝒕= ∶ 𝒅𝒃 = 𝒏 − 𝟐
√𝟏 − 𝒓𝟐

Dimana:
𝑛 = ukuran sampel
𝑟 = koefisien korelasi pearson

79
3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Cooper yang dikutip oleh Umi Narimawati, dkk. (2010:43) bahwa

realibitas merupakan: Characteristic of measurement concerned with accuracy,

precision, and concistency.

Uji realibilitas dilakukan untuk menguji kehandalan dan kepercayaan alat

pengungkapan dari data. Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split

Half Method (Spearman-Brown Correlation) atau Teknik Belah Dua. Metode ini

menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan

kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar dengan

rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2012:131)

Keterangan:

ri = Reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi antara belahan pertama dan kedua

Uji reliabilitas merupakan salah satu ciri utama instrument pengukuran yang

baik. Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas yang dikemukakan oleh Barker et al.

(2002:70) dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3. 1
Standar Penilaian Reliabilitas

Kategori Nilai
Good 0,80
Acceptable 0,70
Margin 0,60
Poor 0,50
Sumber: Barker et al. (2002:70)

80
3.2.4.3 Uji MSI

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan diolah dengan

pendekatan kuantitatif. Karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data

ordinal, sedangkan untuk menganalisa data di perlukan data internal, maka untuk

memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala interval melalui metode

“Method Succesive Interval” dan selanjutnya dianalisis regresi korelasi serta

determinasi.

1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah

sebagai berikut:

a) Ambil data ordinal hasil kuesioner.

b) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk seetiap kategori

jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.

c) Menghitung nilai Z (Tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi

kumulatif. Untuk data n > 30 di anggap mendekati luas daerah dibawah

kurva normal.

d) Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi kumulatif dengan

memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e) Menghitung nilai skala dengan rumus Method Succesive Interval

Sumber: Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan Linna Ismawati (2011:29)

81
Dimana:
Means of Interval : Rata-Rata Interval
Dencity at Lower Limit : Kepadatan bawah atas
Dencity at Upper Limit : Kepadatan atas bawah
Area Bellow Upper Limit : Daerah di bawah batas atas
Area Bellow Lower Limit : Daerah di bawah batas bawah

f) Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan

menggunakan rumus:

Adapun di dalam proses pengolahan data MSI tersebut, penulis

menggunakan bantuan program software MSI.

3.3 Rancangan Analisis Dan Pengujian Hipotesis

3.3.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41) bahwa rancangan analisis merupakan:

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil

observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam

katagori, menjabarkan ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dimengerti.

Setelah data terkumpul penulis melakukan analisis terhadap data yang telah

diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif.

A. Analisis Deskriptif (kualitatif)

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana

pengaruh keinovatifan konsumen dan keterlibatan pelanggan terhadap perilaku

82
pernciptaan nilai bersama diperoleh kesimpulan. Menurut Umi Narimawati, dkk.

(2010:41) langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam

lima alternatif jawaban yang menggunakan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari

seluruh indikator variabel untuk semua responden.

c. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total

skor.

d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik

deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel

ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian

ini, digunakan rentang kriteria penelitian sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati, (2010:45)

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah

diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden

diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Penjelasan bobot nilai skor

aktual dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

83
Tabel 3. 2
Kriteria Presentase Tanggapan Responden

No Jumlah Skor (%) Kriteria

1 20.00 % - 36.00 % Tidak Baik

2 36.01 % - 52.00 % Kurang Baik

3 52.01 % - 68.00 % Cukup

4 68.01 – 84.00 % Baik

5 84.01 % - 100 % Sangat Baik

Sumber: Umi Narimawati, (2010)

B. Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Karena data yang diperoleh dari kuisioner merupakan data ordinal,

sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk mengatasi

masalah tersebut perlu dilakukan penambahan skala interval melalui “Method of

Successive Interval”. Dan selanjutnya dilakukan analisis regresi korelasi serta

determinasi.

1) Analisis Regresi Berganda dan Asumsi Klasik

Persamaan Regresi Linier Berganda:

Y = 0 + 1X1 + 2X2+ β 3X3


Dimana:
Y = Variabel Dependen (pembelian kompulsif)
X1, X2,X3= Variabel Independen (kepribadian,conspicuous consumption,kecanduan internet)
Α = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien masing-masing faktor

Sehubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah Kepribadian

(X1), Conspicuous Consumption (X2),dan Kecanduan Internet (X3) sedangkan

variabel dependen adalah Pembelian Kompulsif (Y), sehingga persamaan regresi

berganda estimasinya.

84
Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3
Dimana:
Y = Pembelian Kompulsif
α = Konstanta dari persamaan regresi
β1 = Koefisien regresi dari variabel X1, kepribadian
β2 = Koefisien regresi dari variabel X2, Conspicuous Consumption
β3 = Koefisien regresi dari variabel X3, Kecanduan Internet
X1 = Kepribadian
X2 = Conspicuous Consumption
X3 = Kecanduan Internet

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regregi berganda

maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan

persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE).

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

menggunakan Multiple Linear Regression sebagai alat untuk menganalisis

pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Beberapa asumsi itu diantaranya:

a. Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2014:163) mengatakan bahwa tujuan uji

normalitas adalah untuk mengetahui apakah data pada persamaan regresi

yang dihasilkan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan

variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali.

Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada

pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi

yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau

mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Jika

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik

parametrik tidak dapat digunakan.

85
b. Uji Multikolinieritas

Menurut Imam Ghozali (2014:105) mengatakan bahwa tujuan dari

Uji Multikolinieritas adalah untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen), model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen, jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orgonal.

Variabel orgonal adalah variabel independen sama dengan nol.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variasi residual absolut sama atau berbeda untuk pengamatan. Menurut

Danang Sunyoto (2013:90) Uji heteroskedastisitas adalah: “Dalam

persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak

varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain.

Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi

homoskedastisitas dan jika variannya tidak sama atau berbeda disebut

heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi

heteroskedastisitas”.

2) Analisis Korelasi

Menurut Sudjana dalam Narimawati, Anggadini, dan Ismawati (2011:29)

”Pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara

variabel X (Kepribadian, Conspicuous Consumption, Kecanduan Internet) dan Y

86
(Pembelian Kompulisif), dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi

Pearson”, dengan rumus:

𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖) − (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑦)


𝑟=
√{𝑛(∑ 𝑋𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑖)2 } − {𝑛(∑ 𝑦𝑖 2 ) − (∑ 𝑦𝑖)2 }

Dimana: -1 ≤ r ≤ +1
r = Koefisien Korelasi
x = variabel Kepribadian, Conspicuous Consumption, Kecanduan Internet
y = variabel Pembelian Kompulsif
n = Jumlah Responden

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada

Tabel berikut dibawah ini:

Tabel 3.3
Tingkat Keeratan Korelasi
0 – 0.20 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)
0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah
0.41 – 0.60 Korelasi sedang
0.61 – 0.80 Cukup tinggi
0.81 – 1 Korelasi tinggi
Sumber: Singgih Santoso (2012:34)

Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis

korelasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Koefisien Korelasi secara Parsial

Koefisien korelasi parsial antara X1 (kepribadian) terhadap Y (pembelian

kompulsif), apabila X2 (conspicuous consumption) dianggap konstan dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐫𝒙𝟏 𝐲 − 𝐫𝒙𝟐 𝐲 𝐫𝒙𝟏 𝒙𝟐


𝒓𝒙𝟏 𝒚 =
√[𝟏 − 𝐫𝒙𝟐 𝒚𝟐 ][𝟏 − 𝐫𝒙𝟏 𝒙𝟐𝟐 ]

87
Koefisien korelasi parsial antar X2 (conspicuous consumption) terhadap Y

(pembelian kompulsif) , apabila X1 (kepribadian) dianggap konstan dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐫𝒙𝟐 𝐲 − 𝐫𝒙𝟏 𝐲 𝐫𝒙𝟏 𝒙𝟐


𝒓𝒙𝟐 𝒚 =
√[𝟏 − 𝐫𝒙𝟏 𝒚𝟐 ][𝟏 − 𝐫𝒙𝟏 𝒙𝟐𝟐 ]

Koefisien korelasi parsial antar X3 (kecanduan internet) terhadap Y

(pembelian kompulsif), apabila X1 (kepribadian) dianggap konstan

dapatdihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


𝐫𝒙𝟑𝐲 − 𝐫𝒙𝟏𝐲 𝐫𝒙𝟏𝒙𝟐
𝒓𝒙𝟑𝒚 =
√[𝟏 − 𝐫𝒙𝟏𝒚𝟐][𝟏 − 𝐫𝒙𝟏𝒙𝟐𝟐]

b) Koefisien Korelasi secara Simultan

Koefisien korelasi simultan antar X1 (kepribadian), X2 (conspicuous

consumption), X3 (kecanduan internet) terhadap Y (pembelian kompulsif)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐫𝒚𝟐𝟏 + 𝐫𝒚𝟐𝟐 − 𝟐𝐫 𝒖𝒙𝟏. 𝒓𝒚𝟐 . 𝒓𝟏𝟐


𝒓𝟏𝟐 𝒚 =
𝟐
√(𝟏 − 𝒓𝟏𝟐 )

Besarnya koefisien korelasi adalah -1 ≤ r ≤ 1:

1. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif

2. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif

Interpretasi dari nilai koefisien korelasi:

Jika r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel kuat

dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun/sebaliknya)

88
Jika r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variabel X

(Kepribadian, Conspicuous Consumption, Kecanduan Internet) dan variabel Y

(Pembelian Kompulsif) dan hubungannya searah.

3) Analisis Koefisien Determinasi

Persentase peranan semua variabel bebas atas nilai variabel bebas

ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Semakin besar nilainya

maka menunjukkan bahwa persamaan analisis jalur yang dihasilkan baik untuk

mengestimasi variabel terikat. Hasil koefisien determinasi dapat dilihat dari

perhitungan dengan Microsoft atau SPSS atau secara manual didapat dari R2 =

SSreg / SStot.

a) Analisis Koefisien Determinasi Sederhana (Parsial)

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase variabel

X1 (Kepribadian), X2 (Conspicuous Consumption), X3 (Kecanduan

Internet) terhadap variabel Y (pembelian Kompulsif) secara parsial, maka

dapat dihitung menggunakanrumus berikut:

𝐾𝑑 = 𝛽 × 𝑍𝑒𝑟𝑜 𝑂𝑟𝑑𝑒𝑟 × 100%

Keterangan :
β = Beta (nilai standardized coefficients)
Zero order = Matriks korelasi variabel bebas dengan variabel
terikat Dimana :
Kd = 0, berarti pengaruh variabel X
(Kepribadian,Conspicuous Consumption,
Kecanduan Internet) terhadap variabel Y
(Pembelian Kompulsif), lemah
Kd =1,berarti pengaruh variabel X
(Kepribadian,Conspicuous Consumption, Kecanduan
Internet) terhadap variabel Y (Pembelian Kompulsif),
kuat

89
b) Analisis Koefisiensi Determinasi Berganda (Simultan)

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar presentase variabel X1

(Kepribadian), variabel X2 (Conspicuous Consumption) dan X3

(Kecanduan Internet) terhadap variabel Y (Pembelian Kompulsif) secara

simultan. Untuk mengetahui nilai koefisien determinasi berganda, maka

dapat dihitung dengan menggunakan rumusberikut :

𝐾𝑑 = 𝑟2 × 100 %

Keterangan :

Kd : Nilai Koefisien Determinasi

r : Koefisien Korelasi Product Moment

90
3.3.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan mengenai populasi yang perlu diuji

kebenarannya. Untuk melakukan pengujian dilakukan dengan mengambil sampel

dari populasi, cara ini lebih mudah dibandingkan dengan menghitung seluruh

anggota populasi. Setelah mendapatkan hasil statistik dari sampel, maka hasil

tersebut dapat digunakan untuk menguji pernyataan populasi, apakah bukti empiris

dari sampel mendukung atau menolak pernyataan mengenai populasi. Seluruh

proses tersebut dikenal dengan pengujian hipotesis. Menurut Suharyadi dan

Purwanto S.K. (2009:112) bahwa pengujian hipotesis merupakan: Prosedur yang

didasarkan pada bukti sampel yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis

merupakan suatu pernyataan yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau

hipotesis tersebut tidak wajar dan oleh karena itu harus ditolak”.

Langkah-langkah dalam analisisnya sebagai berikut:

1. Pengujian secara Parsial (Uji t)

Uji t menunjukkan seberapa besar pengaruh dari variabel independen secara

parsial terhadap variabel dependen.

Menurut Sugiyono (2017:184) rumus menguji uji t adalah sebagai berikut:

𝑟 √𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2

Dimana:
t = Nilai Uji t
r = Koefisien korelasi
𝑟2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel

Berikut analisis yang digunakan pada uji t:


1) Perbandingan thitung dan ttabel

a. Jika |thitung| ≤ ttabel, maka H0 diterima dan Hα ditolak. Artinya antara

variabel X (Kepribadian, Conspicuous Consumption, Kecanduan

Internet) dan variabel Y (Pembelian Kompulsif) tidak terdapat

hubungan.

b. Jika | thitung | > ttabel, maka H0 ditolak dan Hα diterima. Artinya antara

variabel X (Kepribadian, Conspicuous Consumption, Kecanduan

Internet) dan variabel Y (Pembelian Kompulsif) terdapat hubungan.

2) Perbandingan nilai signifikansi dengan taraf nyata

a. Jika nilai signifikansi ≥ taraf nyata (0,05), maka H0 diterima dan Hα

ditolak.

b. Jika nilai signifikansi < taraf nyata (0,05), maka H0 ditolak dan Hα

diterima.

Daerah penolakan H0 Daerah penolakan H0

Daerah peneriman H0

-ttabel ttabel

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Uji t

92
Adapun rancangan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Parsial antara variabel kepribadian terhadap pembelian

kompulsif.

H0 : 𝛽1 = 0, Tidak terdapat pengaruh kepribadian terhadap pembelian

kompulsif pada konsumen marketplace Shopee Kota Bandung .

H1 : 𝛽1 ≠ 0, Terdapat pengaruh pengaruh kepribadian terhadap pembelian

kompulsif pada konsumen marketplace Shopee Kota Bandung .

Hipotesis Parsial antara variabel conspicuous consumption terhadap

pembelian kompulsif.

H0 : 𝛽2 = 0, Tidak terdapat pengaruh conspicuous consumption terhadap

pembelian kompulsif pada konsumen marketplace Shopee Kota Bandung .

H2 : 𝛽2 ≠ 0, Terdapat pengaruh pengaruh conspicuous consumption

terhadap pembelian kompulsif pada konsumen marketplace Shopee Kota

Bandung .

Hipotesis Parsial antara variabel kecanduan internet terhadap pembelian

kompulsif.

H0 : 𝛽3 = 0, Tidak terdapat pengaruh kecanduan internet terhadap

pembelian kompulsif pada konsumen marketplace Shopee Kota Bandung .

H3 : 𝛽3 ≠ 0, Terdapat pengaruh pengaruh kecanduan internet terhadap

pembelian kompulsif pada konsumen marketplace Shopee Kota Bandung .

93
2. Pengujian Secara Simultan/Total (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan

terhadap variabel terikat. Uji statistik yang digunakan pada pengujian simultan

adalah Uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of variance (ANOVA).

Menurut Sugiyono (2017:192) pengujian Uji F dapat menggunakan rumus

signifikan korelasi ganda sebagai berikut:

𝑅 2 /𝑘
𝐹ℎ =
(1 − 𝑅 2 )/(𝑛 − 𝑘 − 1)

Dimana:
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel

Berikut dasar analisis yang digunakan pada uji F:

1) Perbandingan Fhitung dengan Ftabel

a) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Hα ditolak.

b) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Hα diterima.

2) Perbandingan nilai signifikansi dengan taraf nyata

a) Jika nilai signifikansi ≥ taraf nyata (0,05), maka H0 diterima dan Hα

ditolak

b) Jika nilai signifikansi < taraf nyata (0,05), maka H0 ditolak dan Hα

diterima.

94
Daerah penolakan H0

Daerah peneriman H0

-Ftabel Ftabel

Gambar 3.2
Daerah penerimaan dan penolakan Hipotesis Uji F
Berikut rancangan hipotesis secara simultan dalam penelitian ini adalah :

H0 : 𝜌 = 0, Tidak terdapat pengaruh kepribadian, conspicuous consumption,

kecanduan internet terhadap pembelian kompulsif pada konsumen marketplace

Shopee Kota Bandung .

H3 : 𝜌 ≠ 0, Terdapat pengaruh kepribadian, conspicuous consumption, kecanduan

internet terhadap pembelian kompulsif pada konsumen marketplace Shopee Kota

Bandung .

95
KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH KEPRIBADIAN, CONSPICUOUS CONSUMPTION,


KECANDUAN INTERNET TERHADAP PEMBELIAN KOMPULSIF
PADA KONSUMEN MARKETPLACE SHOPEE KOTA BANDUNG
Dengan hormat,
Saudara/i Konsumen Marketplace Shopee Kota Bandung , perkenankan
saya memohon kesediaan saudara/i untuk mengisi kuesioner. Kuesioner ini
dilakukan guna mendukung penelitian saya dalam menempuh jenjang sarjana (S1)
program studi manajemen di Universitas Komputer Indonesia. Maka dari itu saya
memohon kesediaannya untuk meluangkan waktunya mengisi kuesioner dan
beberapa data yang tersedia, serta memberikan informasi yang dapat mendukung
penelitian ini. Hasil kuesioner dan data-data yang diberikan akan mempengaruhi
hasil penelitian saya, sehingga diharapkan dapat memberikan jawaban yang sesuai.

PETUNJUK PENGISIAN
Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan lima pilihan jawaban
yang perlu anda isi dengan memberi tanda check mark (√). Pilihan yang tersedia
yaitu:
Sangat Setuju = SS
Setuju =S
Kurang =K
Tidak Setuju = TS
Sangat Tidak Setuju = STS

Apabila terdapat sesuatu yang kurang dimengerti, mohon ditanyakan pada


peneliti. Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas waktu saudara/i yang telah
bersedia untuk mengisi kuesioner ini.

96
Hormat
Saya,

Adianto

97
I. IDENTITAS RESPONDEN
a. Nama : …………
b. Jenis Kelamin :
 Pria  Wanita

c. Usia :
 19-29 tahun  30-40 tahun  > 41 tahun

d. Pekerjaan :
 Mahasiswa/i  Karyawan  Wirausaha 
Lainnya

e. Jumlah pendapatan :
 < Rp 1.000.000  Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000
 Rp > 3.000.000

f. Tempat tinggal (sebutkan) :


…………………………………………………………

II. PENGALAMAN RESPONDEN


a. Alasan saudara/i membeli barang di shopee?
 Terpercaya  Rekomendasi rekan kerja/ teman

 Pelayanan yang memuaskan  Kualitas tidak diragukan


 Lainnya (sebutkan) ➔ ……………

b. Berapa kali saudara/i membeli produk di marketplace shopee selama


1 bulan?
 1 kali/bulan  2 – 4 kali/bulan  > 4 kali/bulan

98
III. PERNYATAAN
JAWABAN
No Kepribadian (X1)
SS S K TS STS
Ekstraversi
1 Saya cenderung membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan
hanya karena merasa tergoda atau terdorong oleh lingkungan
sekitar
agreeableness
SS S K TS STS
2. Saya selalu mempercayai pendapat orang lain dalam keputusan
pembelian
Conscientiousness
SS S K TS STS
3 Saya selalu mempertimbangkan secara matang sebelum membeli
sesuatu
Neuroticsm
SS S K TS STS
4. Saya cenderung membeli barang-barang untuk meredakan stress
atau ketegangan emosional
Openness to experience
SS S K TS STS
5. Saya sering kali membeli barang-barang hanya untuk memenuhi
rasa ingin tahu atau rasa penasaran yang kuat

JAWABAN
No Conspicuous Consumption (X2)
SS S K TS STS
Happiness and wellbeing
Saya sering kali tergoda untuk membeli barang-barang ketika saya
6
melihat iklan atau penawaran menarik di internet
Status
SS S K TS STS
7 Saya cenderung membeli barang-barang hanya karena ingin
mendapat pengakuan dari orang lain
Prestige
SS S K TS STS
8 Saya lebih cenderung membeli barang-barang dengan merk
terkenal untuk menunjukan diri saya di mata orang lain

99
JAWABAN
No Kecanduan Internet (X3)
SS S K TS STS
Perhatian tertuju pada internet
Saya sering kali tergoda untuk membeli barang-barang ketika saya
9
melihat iklan atau penawaran menarik di internet
Penggunaan Internet Terus Menerus
SS S K TS STS
10 Saya sering menghabiskan waktu lebih lama di internet untuk
mencari barang-barang atau melakukan aktivitas belanja online
Tidak mampu mengontrol penggunaan Internet
SS S K TS STS
11 saya merasa sulit untuk menghentikan atau mengurangi
penggunaan internet ketika sedang berbelanja online

JAWABAN
No Pembelian Kompulsif (Y)
SS S K TS STS
Tendency to spend
Saya sering terdorong membeli barang-barang di shopee yang
12
sebenarnya tidak saya butuhkan
Reactive Aspect
13 Saya berbelanja di shopee sebagai penghilang stress
Post purchase guilt
14 Saya merasa cemas setelah menghamburkan uang untuk berbelanja
di shopee

100
Daftar Pustaka

Anastasia, S. (2017). Pengaruh kontrol diri, celebrity worship dan

kepribadian big five terhadap perilaku pembelian kompulsif

penggemar JKT48 di Jabodetabek (Bachelor's thesis, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta: Fakultas Psikologi, 2017).

Arzakia, T. A. (2023). Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Perilaku

Pembelian Kompulsif (Studi Kasus Pembelian Produk Ponsel Apple

Pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro). Manajemen

Kreatif Jurnal, 1(1), 75-98.

Benli, B., & Ferman, M. (2019). The effect of cultural dimensions on

conspicuous consumption and online compulsive buying behavior:

a comparative study among Turkish and American

consumers. Journal of Management Marketing and Logistics, 6(2),

103-127.

Bronner, F., & de Hoog, R. (2018). Conspicuous consumption and the rising

importance of experiential purchases. International Journal of

Market Research, 60(1), 88-103.

dataindonesia.id/ekonomi-digital/detail/ragam-ecommerce-favorit-

konsumen-indonesia-apa-saja

Chaplin, J. P. 2014. Dictionary of Psychology, (Terjemah. Kartini Kartono).

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

101
Ditasari, V., & Sudarsono, J. (2015). Pengaruh Materialism Happiness,

Materialism Centrality Dan Materialism Success Terhadap

Impulsive Buying Dan Efeknya Pada Compulsive Buying Behavior.

Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Francesca Salicetia (2015) , Internet Addiction Disorder (IAD), Procedia -

Social and Behavioral Sciences, Volume 191,2015,

Goslar, M., Leibetseder, M., Muench, H. M., Hofmann, S. G., & Laireiter,

A. R. (2020). Treatments for internet addiction, sex addiction and

compulsive buying: A meta-analysis. Journal of Behavioral

Addictions, 9(1), 14-43.

Kadir, H. A., Syarifuddin, T., Wahba, Rahma, A., & Andini, N.

(2018). Pengaruh Faktor Gaya Hidup, kelas sosial dan kepribadian

Terhadap Keputusan Pembelian Yamaha Matic Mio Sporty di Kota

Palu. Jurnal Sinar Manajemen, 5(2), 112–117.

Kadir, H. A., Syarifuddin, T., Wahba, Rahma, A., & Andini, N. (2018).

Pengaruh Faktor Gaya Hidup, kelas sosial dan kepribadian Terhadap

Keputusan Pembelian Yamaha Matic Mio Sporty di Kota Palu.

Jurnal Sinar Manajemen, 5(2), 112–117.

Kharisma, A. I. S., & Ardani, I. G. A. K. S. (2018). Pengaruh personality

dan shop enjoyment terhadap impulse buying behavior yang

dimediasi impulse buying tendency (Doctoral dissertation, Udayana

University).

102
Kolańska-Stronka, M., & Gorbaniuk, O. (2022). Materialism, conspicuous

consumption, and brand engagement in self-concept: a study of

teenagers. Current Issues in Personality Psychology, 10(1), 39-48.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2012). Marketing Management. Essex: Pearson

Education Inc.

Lee, Y.-H., Ko, C.-H., & Chou, C. (2015). Re-visiting Internet addiction

among Taiwanese students: A cross-sectional comparison of

students’ expectations, online gaming, and online social interaction.

Journal of Abnormal Child Psychology, 43(3), 589–599.

Lee, S., Park, J., & Bryan Lee, S. (2016). The interplay of Internet addiction

and compulsive shopping behaviors. Social Behavior and

Personality: an international journal, 44(11), 1901-1912.

Moustabshirah, E., Singh, J. S. K., & Wern, W. H. (2022). EFFECT OF

MATERIALISM, PUBLIC SELF-CONSCIOUSNESS AND

SELF-ESTEEM ON CONSPICUOUS CONSUMPTION AMONG

GENERATION Z CONSUMERS. International Journal of

Accounting, 7(41).

Otero-López, J. M., & Villardefrancos, E. (2014). Prevalence,

sociodemographic factors, psychological distress, and coping

strategies related to compulsive buying: a cross sectional study in

Galicia, Spain. BMC psychiatry, 14(1), 1-12.

103
Otero-López, J. M., Santiago, M. J., & Castro, M. C. (2021). Big five

personality traits, coping strategies and compulsive buying in

Spanish university students. International Journal of Environmental

Research and Public Health, 18(2), 821.

Pamungkas, B. A. P., & Haryanto, B. (2018). Keputusan Individu

Melakukan Pembelian Impulsif dan Kompulsif Berdasarkan Pada

Sifat Kepribadian. Seminar Nasional dan The 5th Call For Syariah

Paper (SANCALL) 2018.

Putri, Diah Ayu K., Santy Raeni Dwi. (2019). Pengaruh Money Attitude

Dan Self-Esteem Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif. Doctoral

dissertation, Universitas Komputer Indonesia.

Raudsepp, M., & Parts, O. (2014). Compulsive buying in

Estonia. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 156, 414-417.

Sahin, O., & Nasir, S. (2022). The effects of status consumption and

conspicuous consumption on perceived symbolic status. Journal of

Marketing Theory and Practice, 30(1), 68-85.

Shemeis, M., Asad, T., & Attia, S. (2021). The effect of big five factors of

personality on compulsive buying: the mediating role of consumer

negative emotions. American Journal of Business and Operations

Research, 2(1), 5-23.

104
Tarhan, M. (2020). Tüketicilerin Cep Telefonu Satın Alma Davranışlarında

Hedonik Tüketimin Etkisi. Kayseri: Erciyes Üniversitesi Sosyal

Bilimler Enstitüsü Yüksek Lisans Tezi.

Terzi, O., & Bayrakdaroglu, F. (2022). The Effect of Personality,

Conspicuous Consumption, and Internet Addiction on Compulsive

Buying (Kişiliğin, Gösterişçi Tüketimin ve İnternet Bağımlılığının

Kompulsif Satın Alma Üzerindeki Etkisi). Business and Economics

Research Journal, 13(3), 523-544.

Wai, L. K., & Osman, S. (2019). The influence of selfesteem in the

relationship of social media usage and conspicuous

consumption. International Journal of Academic Research in

Business and Social Sciences, 9(2), 335-352.

Wulandari, K. (2018). Pengaruh Kecanduan Internet dan Materialisme

terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif Online (Doctoral

dissertation, Udayana University).

Young, K.S. dan Cristiano Nabuco De Abreu (2017), Internet Addiction a

Handbook and Guide to Evaluation and Treatment, New Jersey :

John Wiley & Sons, Inc.

105
106

Anda mungkin juga menyukai