ARIA MAULANA
Jum’at, 11 Juni 2021
Indikator Capaian:
Berdasarkan Peraturan Kepala ANRI Nomor 25 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, kompetensi
umum pembelajaran SKKAAD adalah menguasai prosedur penyusunan
dan penggunaan SKKAA, dengan indicator pencapaian sebagai berikut:
1. Pengetahuan
• Memahami kebijakan dan prinsip dasar sistem klasifikasi
keamanan dan akses
§ Mengidentifikasi ketentuan hukum yang terkait
§ Menganalisis fungsi unit dalam organisasi
§ Menerangkan pembuatan daftar arsip dinamis berdasarkan
klasifikasi keamanan dan akses
2. Keterampilan
§ Melakukan simulasi penyusunan sistem klasifikasi keamanan dan
akses
§ Menggunakan sistem klasifikasi keamanan dan akses dalam
membuat daftar arsip dinamis
Pemeliharaan
• Dilakukan untuk menjaga keautentikan, keutuhan, keamanan, dan
keselamatan arsip.
• Pemeliharaan meliputi arsip vital, arsip inaktif, arsip inaktif (arsip
terjaga dan arsip umum).
• Pemeliharaan dilakukan melalui kegiatan:
a. Pemberkasan arsip aktif
b. Penataan arsip inaktif
c. Penyimpanan arsip
d. Alih media arsip
• Menjadi tanggung jawab pimpinan unit pengolah.
• Kegiatannya pemberkasan dan penyimpanan arsip
Penyusutan
Dalam penyusutan arsip dibutuhkan JRA. Terdapat tiga kegiatan
penyusutan arip antara lain: (Pasal …. UU 43/2009 dan Pasal … PP
28/2012)
a. Pemindahan arsip inaktif
1) Seleksi
2) Pembuatan daftar
3) Penataan
Definisi. SKKAAD
Berdasarkan Penjelasan Pasal 38 PP Nomor 28 Tahun 2012, definisi
SKKAA adalah aturan pembatasan hak akses terhadap fisik arsip dan
informasinya sebagai dasar untuk menentukan keterbukaan dan
kerahasiaan arsip dalam rangka melindungi hak dan kewajiban pencipta
arsip dan pengguna dalam pelayanan arsip.
Pelaksana Kebijakan
1. Memahami dan menerapkan klasifikasi keamanan dan hak
akses arsip dinamis sesuai dengan kewenangan yang sudah
ditetapkan.
2. Melaksanakan pengelolaan arsip sesuai dengan tingkat
klasifikasi keamanan dan hak akses arsip dinamis sesuai
dengan kewenangan yang telah ditentukan.
3. Merekam semua pelanggaran yang ditemukan.
4. Melaporkan semua tindakan penyimpangan dan
pelanggaran.
5. Menjamin bahwa implementasi tingkat klasifikasi keamanan
dan hak akses arsip dinamis telah dikoordinasikan dengan
pejabat yang terkait secara tepat.
6. Menjamin informasi yang berada dalam kendali pejabat yang
mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap tingkat
klasifikasi keamanan dan mempunyai hak akses arsip
dinamis telah dilindungi dari kerusakan fisik dan dari akses,
perubahan, serta pemindahan ilegal berdasarkan standar
keamanan.
7. Mengidentifikasi semua kebutuhan dalam rangka menjamin
keamanan informasi dan hak akses arsip dinamis yang
terdapat dalam arsip yang telah diklasifikasikan
keamanannya.
Pengawas
1. Menindaklanjuti pelanggaran dan penyimpangan yang
ditemukan.
2. Melaporkan semua dugaan pelanggaran dan penyimpangan
kepada penentu kebijakan.
Prosedur Pembuatan:
1. Penentuan Klasifikasi Keamanan dan Hak Akses, dengan
mempertimbangkan:
a. Aspek ketentuan peraturan perundangan dan NSPK masing-
masing instansi
b. Hasil analisis unit kerja dan Job Description.
c. Aspek analisis risiko.
2. Pencantuman Klasifikasi Keamanan dan Hak Akses pada kolom
daftar SKKAAD.
………………………………………………………………………………..
3. Pencantuman dasar pertimbangan.
Dasar pertimbangan harus disampaikan/ditulis dalam daftar SKKAAD
untuk mengetahui alasan arsip dikategorikan pada tingkat/derajat
klasifikasi keamanan sangat rahasia, rahasia, terbatas dan
biasa/terbuka.
4. Menentukan unit pengolah
Untuk mengetahui unit yang bertanggung jawab terhadap
keselamatan dan keamanan fisik dan informasi arsip sesuai dengan
kategorinya.
5. Pengesahan oleh Pimpinan Organisasi
Pimpinan organisasi yang berwewenang mengesahkan Daftar Arsip
Dinamis berdasarkan klasifikasi keamanan dan akses arsip adalah
pimpinan pencipta arsip (Menteri, ketua/kepala Lembaga, Gubernur,
Walikota/Bupati dan lain-lain).
Hasil Penentuan
Keterangan:
1. Kolom “Nomor” diisi dengan nomor urut.
2. Kolom “Kode Klasifikasi”, diisi dengan kode angka, huruf atau
gabungan angka dan huruf yang akan berguna untuk
mengintegrasikan antara penciptaan, penyimpanan, dan
penyusutan arsip dalam satu kode yang sama sehingga
memudahkan pengelolaan.
3. Kolom “Jenis Arsip” diisi dengan judul dan uraian singkat yang
menggambarkan isi dari jenis/seri arsip;
4. Kolom “Klasifikasi Kemanan” diisi dengan tingkat keamanan dari
masing-masing jenis/seri arsip yaitu sangat rahasia, rahasia,
terbatas atau biasa/terbuka.
5. Kolom “Hak Akses” diisi dengan nama jabatan yang dapat
melakukan pengaksesan terhadap arsip berdasarkan tingkat/
derajat klasifikasi;
6. Kolom ”Dasar Pertimbangan”, diisi dengan uraian yang
menerangkan alasan pengkategorian arsip sebagai sangat
rahasia, rahasia dan terbatas (dapat mengacu pada hasil analisis
risiko);
7. Kolom “Unit Pengolah”, diisi denga nunit kerja yang
bertanggungjawab terhadap keselamatan dan keamanan fisik.
Dan informasi arsip yang dikategorikan sangat rahasia, rahasia
dan terbatas.
DISKUSI INSTRUMEN PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS: SKKAAD
Jum’at, 11 Juni 2021
14.30 WIB – 16.00 WIB
Nama : Yusyfi Siti Aminah
Instansi : Dinas Kesehatan Provinsi NTB
Pertanyaan:
Pemanfaatan dan penyediaan arsip ditujukan bagi kepentingan pengguna arsip yang
berhak, tetapi sering terjadi fakta di lapangan, yang tidak berhak pun memaksa ingin
mengaksesnya. Sebagai arsiparis, lebih normatif menyelesaikan kejadian ini dengan
kekeluargaan dulu atau langsung saja diselesaikan secara birokrasi supaya ada efek
jera?
Jawaban:
Berkenaan dengan hal tersebut, kita sebagai Arsiparis harus senantiasa mengedukasi
kepada pimpinan dan rekan sejawat kita melalui berbagai macam pendekatan
komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan secara formal dan informal, secara bijak dan
sopan baik di forum rapat resmi maupun komunikasi privat. Arsiparis sebagai salah
satu Jabatan Fungsional dalam Manajemen ASN tentunya dalam setiap pelaksanaan
tugasnya dan menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan tugas jabatan harus
senantiasa mengacu kepada peraturan terkait. Dalam hal ini setiap jawaban dan
pendapat hendaknya berdasarkan kepada aturan namun dikomunikasikan dengan
bahasa yang bersifat kekeluargaan, yang mudah diterima. Tugas dan tanggung jawab
Arsiparis cukup berat dalam mengatur akses arsip. Apabila terjadi kebocoran
informasi kepada orang yang tidak berhak, Arsiparis yang mengelola arsip tersebut
dapat dijadikan sasaran dalam mempertanggungjawabkan kasus tersebut. Oleh
karena itu, sebisanya mungkin Arsiparis dalam bekerja memperhatikan betul
instrumen pengelolaan Arsip Dinamis yang sudah ditetapkan, sehingga dapat
menghindari adanya kasus semacam itu.
Nama : Onny Wicaksono
Instansi : Kementerian kelautan dan Perikanan
Pertanyaan:
1. Kementerian kami sudah Menyusun SKKAAD tetapi tidak ada yang kategori
rahasia, hanya terbatas saja, padahal di KKP ini mengelola Sumber Daya Laut
dan Perikanan serta Pulau Pulau Terluar dan perbatasan. Apakah perlu ditinjau
ulang SKKAAD kami?
2. Masih terjadi kebimbangan dalam menentukan suatu kategori rahasia, terbatas,
dan terbuka. Kami biasanya hanya berdasarkan arahan pimpinan. Terkait hal
tersebut apakah menjadi tugas arsiparis ataukah kehumasan untuk memberikan
sosialisasi tentang hal tersebut?
Jawaban:
1. Saya kira, dengan luasnya wilayah kemaritiman dan potensi laut, KKP tentu
menjadi salah satu sektor kementerian yang strategis. Fungsi organisasi
beragam yang bersifat strategis, sepertinya beberapa jenis arsip seharusnya
ada bersifat lebih dari terbatas, misal penyelidikan terhadap kapal-kapal ikan
ilegal dari luar negeri yang arsipnya tentu saja dalam proses penyeledikan
bersifat rahasia bahkan sangat rahasia karena berkaitan dengan batas wilayah
kedaulatan. Belum lagi kasus benur yang ramai kemarin. Mungkin perlu ditinjau
ulang SKKAAD di kementerian KKP.
2. Penentuan keterbukaan dan ketertutupan kembali kepada analisis resiko dan
tingkat strategis arsip yang tercipta. Apabila arsip dan informasi di dalamnya ada
penyimpanangan yang dilakukan oleh orang yang tidak berhak akan
menimbulkan dampak yg merugikan secara luas. Beberapa dasar analisis telah
dituangkan dalam Pasal 17 UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang KIP dan Pasal 44
UU 43/2009 tentang Kearsipan. Lebih rinci lagi ada di dalam Peraturan Komisi
Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang ………. Sebaiknya Pimpinan diingatkan
untuk melakukan analisis yg didasarkan pada peraturan perundangan yg
berlaku. Leading sector untuk penyusunan SKKAAD adalah Unit Kearsipan yg
bersinergi dengan Unit Layanan Informasi Publik, Unit Hukum, dan seluruh unit
pengolah (sebagai kuasa pengelolaan arsip dinamis dan penguasa informasi
publik). Untuk penyusunan Daftar Informasi Publik sebaliknya, Unit Layanan
Informasi Publik yang ada di Humas bersinergi dengan Unit Kearsipan dan Unit
Hukum.
Pertanyaan:
1. Dapatkah pencipta arsip yang belum memiliki Jadwal Retensi Arsip, namun dia
menyusun SKKAAD?
2. Bagaimana keterkaitan hak akses arsip dinamis dengan UU Nomor 14 tahun
2018 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang menyatakan seluruh informasi
bersifat terbuka kecuali bersifat konsekuensi hukum : hanya yng bersifat biasa?
3. Apakah intrumen Pengelolaan Arsip dinamis bisa di gabungkan dalam sebuah
pedoman?
4. Adakah tertuangkan dalam SKKAAD tentang masa berlakunya untuk direvisi
atau ditinjau Kembali?
5. Apakah Klasifikasi Keamanan akses arsip bisa berubah statusnya seperti
tertutup menjadi terbuka utuk publik, bagaimana mekanisme merubah status
tersebut jika bisa
Jawaban:
1. Bisa Pak, karena yg tertuang di dalam SKKAAD tidak terkait langsung dengan
masa retensi arsip, sehingga penyusunannya bisa paralel, yang sangat
membantu adalah ketersediaan Klasifikasi Arsip.
2. Informasi lebih fleksibel dibandingkan dengan Arsip, karena informasi tidak
terikat dengan media rekamnya. Dalam beberapa kasus bisa saja terjadi dalam
berkas arsip yang dinyatakan tertutup bisa dibuka kepada masyarakat dalam
bentuk informasi (ringkasannya, alihmedianya, fotocopynya) dengan sebagian
informasi dalam arsip tersebut sudah difilter dengan tanda hitam atau lainnya
agar tidak dapat terbaca.
3. Instrumen PAD dapat digabung dengan pedoman lain. ini lebih efektif dan efisien
dalam penetapannya. Hanya kesulitannya, dalam satu waktu kita menyiapkan
substansi 4 instrumen.
4. Sebagaimana substansi yang ada dalam standar internasional di materi tadi,
SKKAAD perlu dievaluasi minimal 2 hingga 3 tahun sekali. Untuk penuangan
masa berlakunya fleksibel saja tidak perlu dituangkan dalam aturan SKKAAD.
5. Klasifikasi keamanan akses dapat diubah, tetapi dalam bidang kearsipan tidak
ada mekanismenya secara formal. kemungkinan ini sangat mungkin terjadi
ketika informasi yg ada di arsip dibawa kepada ranah informasi publik, yang
tertutup bisa saja terjadi terbuka melalui mekanisme sengketa informasi dan
ajudikasi di Komisi Informasi Pusat/Daerah.
Pertanyaan:
1. Arsip Batas-batas wilayah apa bisa di kategorikan arsip tergaja atau rahasia?
2. Sertifikat tanah jaman belanda diseragkan kepada pemerintah daerah apa bisa
di katatan arsip bersifat rahasia.
Jawaban:
1. Arsip batas wilayah merupakan bagian dari Arsip Terjaga dan masuk kategori
Arsip Vital. Tentu saja dalam pengamanannya harus khusus dan spesial agar
tidak hilang. Bersifat terbatas secara fisik, namun informasinya harus dibuka
kepada publik sehingga jelas informasi batas wilayah di mata publik
(meminimalisir sengketa).
2. Tidak rahasia, karena menunjukkan kepemilikan aset. Namun pengamanan
fisiknya harus dilakukan secara khusus melalui mekanisme Arsip Vital.
Pertanyaan:
1. Terkait kasus TWK pegawai KPK yang menjadi perhatian publik nasional,
sebagian publik agar diperoleh transparansi dalam informasi/arsip berkaitan
TWK tersebut, namun BKN berpendapat bahwa TWK tidak dapat dipublikasikan
berkaitan dengan UU KIP dan kemandrian assesornya kecuali pengadilan.
Apakah dengan kewengannnya lembaga Komnas HAM atau Ombusdman dapat
memperoleh akses terkait hasil TWK pegawai yang lulus/tidak lulus dalam
rangka untuk pengambilan keputusan?
2. Apabila dalam sengketa antar pemohon informasi dengan unit kerja, diputuskan
oleh KIP bahwa pemohon memenangkan gugatan tersebut namun pada
praktiknya unit pencipta/pemilik informasi hanya menyampaikan Sebagian
informasinya saja, bagaimana konsekuensinya?
Jawaban:
1. Sejatinya, hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi seseorang (assesment/uji
kompetensi) bersifat rahasia dan dapat terbuka hanya untuk yang bersangkutan
apabila ingin memperoleh informasinya melalui mekanisme permohonan
informasi publik. Kasus TWK ini dapat dilihat dari beberapa sisi, dari sisi
pengelolaan arsip, tentu saja apa yg terjadi dalam proses assestment tersebut
tidak boleh dibuka kepada publik (pernyataan BKN benar adanya), namun
demikian peserta assestment dapat menanyakan proses dan nilainya melalui
mekanisme informasi publik. Dari sisi bagaimana kepercayaan publik runtuh
dalam proses assestment pegawai KPK, ini menjadi ranah Ombudsman untuk
menyelesaikan, hasil penyelesaian permasalahan dapat dilaporkan ke publik.
2. Keputusan dalam Proses Ajudikasi di Komisi Informasi Pusat bersifat final untuk
diikuti unit layanan informasi publik, unit pengolah sebagai penguasa informasi,
dan pemohon informasi. Dalam keputusan tersebut dimungkinkan informasi
yang diberikan hanya bersifat sebagian.
Pertanyaan:
Klasifikasi Keamanan antara di Peraturan Menteri PPPA tentang SKKAD dan
Keputusan Menteri PPPA tentang Daftar Informasi Publik (DIP), ada yang tidak
sinkron, salah satu contohnya Agenda Pimpinan. Dalam SKKKAD dinyatakan bersifat
terbatas, sedangkan dalam DIP dinyatakan bersifat terbuka.
Bagaimana sebaiknya jika ada ketidaksamaan hak akses seperti ini?
Jawaban:
Ini juga pertanyaan menarik yang menjadi bahan perbincangan Arsiparis di ANRI.
Secara fisik berkenaan dengan agenda pimpinan, tidak dapat disajikan kepada publik.
Namun demikian informasi karena tidak melekat pada fisiknya (media rekam) dapat
diberikan atau dibuka kepada publik setelah dilakukan uji konsekuensi, sebagian ada
yang tetap tertutup dengan dihitamkan setelah diolah (dibuat ringkasan, alihmedia,
fotocopy)
Pertanyaan:
Dalam SKKAA, aturan pembatasan hak akses terhadap fisik dan informasinya. Untuk
akses "fisik" apakah harus yang asli? Atau boleh salinan/fotocopian? Karena yang
sering terjadi saat pemeriksaan/audit inspektorat/BPK arsip keuangan sering
dipinjam-pinjam beberapa tangan kadang sampai rusak dan sobek bahkan hilang
karena dipinjam dalam waktu lama. Bagaimana untuk mengantisipasinya?
Jawaban:
Pengawas Internal/eksternal menjadi salah satu unsur yang berhak yang dapat
mengakses seluruh arsip dinamis. Mereka berhak untuk mengakses sampai dengan
fisiknya. Antisipasinya tentu perlu dilakukan kontrol terhadap Arsip yang sedang
dipinjam atau diakses melalui pencatatan rapi pada buku peminjaman, kontrol pada
batas waktu peminjaman, himbauan dari pihak Arsiparis kepada pihak pengawas
untuk tertib dan hati-hati dalam menggunakan Arsip tersebut, dan pengecekan
kelengkapan pada saat dikembalikan.
Nama : Agus, SH
Instansi : Pemprov DKI Jakarta
Pertanyaan:
Terkait dengan SKKAAD di Pemerintah Propinsi DKI sudah ada perda no 4 tahun
2017 tentang Kearsipan Daerah termasuk didalamnya akses arsip. Namun isi perda
tersebut belum mengcover unit-unit kerja lainnya tapi lebih ke lembaga kearsipan.
Apakah dalam pelaksanaannya unit kerja harus tetap mengacu ke perda tersebut?
Jawaban:
Karena perda mencakup seluruh unit pengolah di lingkungan Pemprop DKI, maka
substansinya diharapkan mencakup keseluruhan OPD. Dalam penyusunannya perlu
ada diskusi dan penjaringan substansi di setiap OPD.
Pertanyaan:
1. Menyambung pertanyaan sebelumnya, dimana hasil penyelidikan HAM yang
berat dimana menurut Arsiparis adalah Sangat Rahasia namun dalam kebijakan
penetapan Peraturan SKKAD di instansi, maka apabila dalam rangka penilaian
kembali pada saat penyusutan untuk penyerahan ke ANRI, Klasifikasi
kemanannya apakah bisa berubah menjadi Sangat Rahasia?
2. Untuk pemberian informasi apakah informasi yang bisa diberikan sebatas arsip
inaktif dan statis saja, atau bisa hingga ke arsip aktif atau bahkan kertas kerja?
Sebagai contoh, di Pelayanan Pengaduan ada aplikasi diseminasi aduan
pelanggaran HAM dimana memberikan informasi jumlah pengaduan yang
masuk ke Komnas HAM perwilayah di seluruh Indonesia secara langsung/live
dan hak yang dlanggar, tetapi tidak memberikan informasi identitas pengadu,
teradu dan isi pengaduan.
Jawaban:
1. Penyelidikan HAM yang Berat biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun,
apalagi jika dugaan pelaku/para pelaku melibatkan pejabat publik karena
berbenturan dengan berbagai faktor yang memberatkan proses penyelidikan.
Sepanjang proses penyelidikan, arsip tersebut tentu benar sekali bersifat sangat
rahasia. Apabila proses penyelidikan sudah selesai, proses hukum sudah
selesai (inkrah), masa retensi sudah habis, dapat diserahkan kepada ANRI
dengan status Arsip Statis yg sejatinya bersifat terbuka kepada publik. Apabila
dalam Arsip Statis tersebut menyimpan informasi pribadi dari pelaku dan korban
dan tokoh-tokohnya masih hidup dan tingkat traumanya masih tinggi,
keterbukaan arsip statis tersebut dapat ditangguhkan paling lama 25 tahun
sebagai masa tenang untuk menghilangkan trauma dan sengketa.
2. Untuk pemberian informasi, didasarkan kepada arsip dinamis yg dikelola (baik
aktif maupun inaktif). Kertas kerja tidak disarankan karena proses transaksi
masih berlangsung (belum cut off). Informasi yang valid harus berasal dari arsip
yang legal dan formal, sehingga berkas kerja yang belum selesai atau belum
ditetapkan oleh pimpinan yang berwenang di unit pengolah tidak dapat dijadikan
acuan/sumber informasi.
Pertanyaan:
1. Untuk kasus pengaksesan data seperti kontak yang ada di ponsel oleh pihak
kredit dan lain-lain itu apakah diperbolehkan? sedangkan diundang-undang
sendiri itu tidak boleh disebarluaskan karena terkait dengan data personal,
begitu juga data yang dishare kepihak ketiga. Contohnya ke pihak asuransi oleh
bank.
2. Saat sekarang banyak arsip yang dikirim lewat WA sehingga pengawasan
keamanan hak aksesnya menjadi sulit. Apakah sudah ada yang SKKAAD itu
bisa juga mengatur arsip-arsip digital seperti ini?
Jawaban:
1. Sebenarnya, UU ITE sudah mulai diatur dan data pribadi menjadi rahasia. Hal
ini diperluas dengan adanya rancangan UU Data Pribadi (saya blm update lagi
perkembangannya). Proses penyebaran data pribadi ini menjadi penyimpangan
yang dapat dilaporkan kepada penegak hukum.
2. Untuk pengiriman via WA, mungkin lebih tepatnya itu lebih ke informasi yg
tersebar, karena tidak autentik dilihat dr sisi instansi yg menciptakan Arsip.
Dikatakan autentik apabila memenuhi 3 unsur: struktur, isi, dan konten terpenuhi
sesuai standar instansi pencipta arsip. Oleh karena itu penciptaan dan
pengelolaan arsip elektronik yang dapat dikatakan autentik setelah melewati
serangkaian proses dalam aplikasi berbasis TIK resmi yang digunakan oleh
Instansi Pencipta.
Nama : Abadi Yanto
Instansi : LPSK
Pertanyaan:
Jika SKKAAD yang sudah diundangkan baik itu lewat Peraturan lembaga atau
peraturan internal digugat oleh pihak lain. Apakah untuk akses yang semula rahasia
dapat dibuka atau dinilai kembali?
Jawaban:
Gugatan mungkin ada Pak. Sepanjang landasannya kuat dari sisi hukum. hal yang
digugat tersebut kemungkinan kuat tidak akan bergeser. Oleh karena itu, peran dari
unit hukum menjadi penting.
Pertanyaan:
1. Setelah kurang lebih setahun setelah penyusunan Perkom tentang SKKAAD dan
setelah banyak belajar, baca materi-materi paparan, dan mengikuti beberapa
diklat dan bimtek, saya kok merasa SKKAAD yang telah ditetapkan banyak yang
perlu diperbaiki khususnya dalam penetapan klsifikasi keamanannya. Saat kami
menyusun SKKAAD dulu, karena minimnya ilmu saya tentang kearsipan,
penentuan klasifikasi dan hak akses dilakukan oleh masing-masing Kepala
Bagian atau yang mewakili saat dilakukan workshop yang didampingi oleh
arsiparis madya ANRI. Ketika terjadi perbedaan persepsi antara keilmuan
tentang arsip dan keinginan unit kerja dalam menentukan hak akses dan
penentuan klasifikasi, mana yang harus didahulukan?
2. Melanjutkan pertanyaan saat zoom meeting, jika terjadi perbedaan persepsi
terkait daftar informasi antara kearsipan dengan PPID, apa yang harus
dilakukan? Bagaimana cara pemisahan antara wewenang kearsipan dan PPID.
Bagaimana jika PPID tidak menggunakan SKKAAD dalam menentukan
informasi publik atas informasi terbuka/terbatas?
Jawaban:
1. SKKAAD yang diterapkan di ANRI-pun masih menjadi bahan diskusi karena
belum rinci pembedaannya antara terbatas, rahasia, sampai sangat rahasia.
Yang dijadikan acuan dan didahulukan argumentasi yang paling berkorelasi
dengan substansi peraturan yang melandasinya. Keputusan ketertutupan dan
keterbukaan harus ada relasi detil dengan peraturan yang melandasinya.
2. PPID dalam prosesnya memang tidak mengacu pada SKKAAD tetapi kepada
DIP dan PIP (pengecualian). Arsiparis yg mensupply informasi publik yang
menggunakan SKKAAD. PR terbesar yg harus dilakukan adalah mensinkronkan
antara DIP/PIP dengan SKKAAD. Rintisan keterkaitan dan pembagian peran
antara PPID dengan unit pengolah yang ada central file yg dikelola Arsipris dan
Unit Kearsipan sedang dijalin antara ANRI dengan Komisi Informasi Pusat. PPID
tidak dapat mengambil keputusan secara mandiri, karena informasi dan
sumbernya dikuasai oleh Unit Pengolah dan Unit Kearsipan. Tugas PPID
mengkolektifkan informasi dan deliver kepada pemohon.