Anda di halaman 1dari 40

AD / ART

DHARMA WANITA PERSATUAN


Provinsi Maluku Utara

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP


LT. III Kantor Gubernur Maluku Utara – Jl. Raya Lintsa Halmahera
Gosale Puncak - SOFIFI
ANGGARAN DASAR
DHARMA WANITA PERSATUAN

PEMBUKAAN

Kami, Istri Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), menyadari


sepenuhnya sebagai bagian dari komponen bangsa
Indonesia, berkewajiban untuk menyukseskan tujuan
nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
secara merata serta berkeseimbangan antara material dan
spiritual. Kewajiban tersebut akan berhasil jika para Istri
pegawai ASN mau dan mampu meningkatkan kualitas
sumber daya yang dimiliki dalam menghadapi tuntutan dan
tantangan serta perubahan diberbagai bidang kehidupan di
Negara kita maupun dalam menghadapi era globalisasi Abad
XXI. Menghadapi tuntutan dan tantangan serta perubahan
kehidupan sebagaimana tersebut diatas, mengharuskan
adanya tata kehidupan yang menghormati dan melindungi
hak asasi manusia, demokratis, keterbukaan, serta tegaknya
supremasi hukum, sebagai ciri kehidupan masyarakat
madani yang akan mendorong terwujudnya tujuan nasional.
Sejalan dengan tuntutan dan perubahan kehidupan
tersebut, kami Istri pegawai ASN, yang terhimpun dalam satu
wadah bernama Dharma Wanita Persatuan, menyatakan
bahwa organisasi ini netral secara politis, demokratis dan
mandiri dalam menentukan visi, misi dan kebijakan
organisasi, dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan kesejahteraan anggota serta memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan
mempertimbangkan dinamika perkembangan organisasi,
dalam Musyawarah Nasional III pada tanggal 10 dan 11
Bulan Desember Tahun 2014, Dharma Wanita Persatuan
bersepakat untuk menyempurnakan Angaran Dasar hasil
Musyawarah Nasional II Dharma Wanita Persatuan Tahun
2009, yang disusun sebagai berikut.

1
BAB I
NAMA, WAKTU, SIFAT, DAN KEDUDUKAN ORGANISASI

Pasal 1
Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan yang
disingkat DWP.
Pasal 2
Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar
Biasa Dharma Wanita, tanggal 7 Desember 1999, di Jakarta,
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3
1. Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi
kemasyarakatan yang menghimpun dan membina Istri
pegawai ASN dengan kegiatan pendidikan, ekonomi dan
sosial budaya.
2. Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri
yang tidak terikat pada partai politik mana pun.

Pasal 4
Organisasi Dharma Wanita persatuan berpusat di ibu kota
Negara Republik Indonesia.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 5
Asas organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah Pancasila

Pasal 6
Tujuan organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah
terwujudnya kesejahteraan anggota dan keluarganya pada
khususnya serta masyarakat pada umumnya melalui
peningkatan kualitas sumber daya anggota, untuk
mendukung tercapainya tujuan nasional berdasarkan
2
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

BAB III
TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 7
Tugas pokok Dharma Wanita Persatuan adalah
1. melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota
agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berkepribadian, serta berbudi pekerti
yang luhur,
2. membina anggota dalam memperkukuh rasa persatuan
dan kesatuan, meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan, menjalin hubungan kerja sama dengan
berbagai pihak, serta meningkatkan kepedulian sosial

Pasal 8
Dharma Wanita Persatuan berfungsi sebagai wadah
pembinaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan Tugas Pokok
Organisasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.

BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 9
Anggota Dharma Wanita Persatuan adalah
1. Istri pegawai ASN
2. Istri pejabat negara bidang pemerintahan;
3. Istri pensiunan pegawai ASN dan janda pegawai ASN;

3
4. Istri pegawai dan Istri pensiunan serta janda pegawai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), yang belum berstatus persero;
5. Istri pegawai dan Istri pensiunan serta janda pegawai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), yang sudah berstatus persero,
yang menyatakan diri bersedia menjadi anggota
6. Istri pegawai dan Istri pensiunan serta janda pegawai
Perguruan Tinggi Negara Badan Hukum (PTNBH);
7. Istri kepala Perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar
negeri;
8. Istri perangkat pemerintahan desa atau nama lain yang
sederajat;
9. Istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), Istri
purnawirawan TNI, Istri Polisi Republik Indonesia (Polri),
dan Istri purnawirawan Polri yang suaminya ditugasi
dalam lingkungan instansi pemerintah sipil;
10. pegawai ASN Perempuan dan Pensiunan pegawai ASN
Perempuan yang menyatakan diri bersedia menjadi
anggota.
11. Keanggotaan Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
o anggota biasa;
o anggota luar biasa;
o anggota kehormatan.

BAB V
ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA

Bagian Kesatu
Organisasi

Pasal 10
4
Susunan Organisasi Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
1. DWP Pusat;
2. DWP Instansi Pemerintah Pusat;
3. DWP Provinsi;
4. DWP Kabupaten/DWP Kota;
5. DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat;
6. DWP Kelurahan/nama lain yang sederajat.

Bagian Kedua
Unsur Pelaksana

Pasal 11
1. Unsur pelaksana DWP Pusat adalah
o DWP Instansi Pemerintah Pusat
o DWP Provinsi
2. Unsur pelaksana DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah
DWP pada setiap unit kerja masing-masing.
3. Unsur pelaksana DWP Kementerian Luar Negeri adalah
DWP perwakilan Pemerintah RI di luar negeri dan dalam
negeri.
4. Unsur pelaksana DWP Provinsi adalah
o DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di Provinsi;
o DWP Instansi Pemerintah Provinsi;
o DWP Kabupaten/DWP Kota.
5. Unsur pelaksana DWP Kab./DWP Kota adalah
o DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di
kabupaten/DWP Instansi Pemerintah Pusat di kota;
o DWP Instansi Pemerintah Provinsi di
kabupaten/instansi pemerintah provinsi di kota;
o DWP Instansi Pemerintah kabupaten/DWP instansi
pemerintah kota;
o DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat
5
6. Unsur pelakana DWP Kecamatan atau nama lain yang
sederajat adalah
o DWP instansi pemerintah kecamatan/nama lain yang
sederajat;
o DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat

BAB VI
KEPENGURUSAN

Bagian Kesatu
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat

Pasal 12
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah pengurus
pada tingkat nasional.

Pasal 13
1. Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat terdiri dari
o ketua umum,
o ketua,
o sekretaris jenderal,
o ketua bidang, dan
o anggota bidang
2. Ketua umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP Pusat
dari calon yang diusulkan oleh unsur pelaksana DWP
Pusat dan calon dari Pengurus DWP Pusat yang
ditetapkan dalam Munas;
3. Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat sebagaimana
dimaksud Ayat (1) Huruf (b), Huruf (c), Huruf (d) dan
Huruf (e) dipilih dari pengurus Dharma Wanita Persatuan
Instansi Pemerintah Pusat dan ditetapkan oleh ketua
umum.

6
4. Sekretaris jenderal memimpin sekretariat jenderal yang
membawahi
o Bagian Organisasi,
o Bagian Administrasi Umum,
o Bagian Keuangan, dan
o Bagian Humas dan Informasi.
5. Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)
Huruf d Pasal 13 ini terdiri dari
o Ketua Bidang Pendidikan,
o Ketua Bidang Ekonomi, dan
o Ketua Bidang Sosial Budaya.

Pasal 14
Tugas dan wewenang pengurus Dharma Wanita Persatuan
Pusat adalah:
1. menetapkan kebijakan umum organisasi sesuai dengan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan
Musyawarah Nasional dan Keputusan Rapat Kerja
Nasional;
2. mengesahkan organisasi Dharma Wanita Persatuan
Instansi Pemerintah Pusat dan Dharma Wanita
Persatuan Provinsi;
3. mengesahkan Ketua Dharma Wanita Persatuan Instansi
Pemerintah Pusat dan Ketua Dharma Wanita Persatuan
Provinsi;
4. mengesahkan pengurus Dharma Wanita Persatuan
Instansi Pemerintah Pusat dan pengurus Dharma Wanita
Persatuan Provinsi;
5. melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama
Dharma Wanita Persatuan oleh Ketua Umum.

7
Bagian Kedua

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah


Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan/Nama Lain
yang Sederajat,
Kelurahan, Desa/Nama Lain yang Sederajat.

Pasal 15
1. Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi,
DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan/nama lain
yang sederajat, DWP Kelurahan/nama lain yang
sederajat terdiri dari
o ketua,
o wakil ketua,
o sekretaris,
o bendahara,
o ketua bidang dan
o anggota bidang
2. Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dicalonkan dan
dipilih dari anggota/pengurus yang mempunyai
integritas, kapabilitas dan aksepbilitas untuk kemajuan
dan kelangsungan organisasi, oleh anggota dalam rapat
anggota.
3. Ketua DWP Provinsi dicalonkan dan dipilih dari utusan
unsur pelaksana DWP Provinsi dan dari pengurus DWP
Provinsi yang mempunyai integritas, kapabilitas dan
aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan
organisasi oleh anggota dalam Musyawarah Provinsi
4. Ketua DWP Kabupaten/DWP Kota dicalonkan dan dipilih
dari utusan unsur pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota
dan dari pengurus DWP Kabupaten/DWP Kota yang
mempunyai integritas, kapabilitas dan aksepbilitas
8
untuk kemajuan dan kelangsungan organisasi oleh
anggota dalam musyawarah Kabupaten/Kota.
5. Ketua DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat
dicalonkan dan dipilih dari anggota/pengurus DWP
Kecamatan yang mempunyai integritas, kapabilitas dan
aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan
organisasi oleh anggota dalam rapat anggota.
6. Ketua DWP Kelurahan, atau nama lain yang sederajat
dicalonkan dan dipilih dari anggota/pengurus DWP
Kelurahan yang mempunyai integritas, kapabilitas dan
aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan
organisasi oleh anggota dalam rapat anggota.

Pasal 16
Tugas Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP
Provinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP
Kecamatan/nama lain yang sederajat, dan DWP
Kelurahan,/nama lain yang sederajat adalah
1. menetapkan kebijakan organisasi pada lingkungan
masing-masing, sesuai dengan anggaran dasar,
anggaran rumah tangga, Keputusan Musyawarah
Nasional dan kebijakan pemimpin organisasi satu
tingkat diatasnya;
2. mengesahkan organisasi, mengesahkan ketua DWP dan
mengesahkan pengurus DWP satu tingkat di bawahnya;
3. menetapkan dan melaksanakan program kerja dan
kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi
4. mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan dan hasil
program kerja kepada pengurus DWP satu tingkat di
atasnya;

Pasal 17
9
1. Masa bakti Ketua Umum adalah lima tahun, dari munas
ke munas.
2. Masa bakti Ketua Umum sebagaimana dimaksud Ayat
(1) Pasal 17 ini sebanyak-banyaknya dua kali masa
bakti.
3. Masa bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan
adalah lima tahun, dari munas ke munas
4. Jika dalam kurun waktu masa bakti Ketua Umum
berhalangan tetap, dilakukan penggantian Ketua Umum
antarwaktu yang dipilih dari salah satu Ketua melalui
rapat pengurus DWP Pusat dengan persetujuan tertulis
dari Ketua Unsur Pelaksana DWP Pusat.
5. jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (3) Pasal 17 ini,
karena satu dan lain hal tidak dapat melaksanakan
tugasnya, dilakukan penggantian pengurus antarwaktu.

Bagian Ketiga
Wilayah Kerja

Pasal 18
1. Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh
wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat
meliputi instansi masing-masing yang berada di tingkat
pusat.
3. Wilayah kerja pengurus DWP Kementerian Luar Negeri
meliputi instansi Kementerian Luar Negeri yang berada
di pusat dan Kedutaan Besar Republik Indonesia.
4. Wilayah kerja pengurus DWP Provinsi meliputi wilayah
provinsi.
5. Wilayah kerja pengurus DWP Kabupaten/DWP Kota
meliputi wilayah kabupaten/kota.
10
6. Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan/nama lain
yang sederajat meliputi wilayah kecamatan/nama lain
yang sederajat.
7. Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan/nama lain yang
sederajat meliputi wilayah kelurahan/nama lain yang
sederajat.
BAB VII
PELINDUNG, PENASIHAT UTAMA, DEWAN
KEHORMATAN, DEWAN PENASIHAT, DAN PENASIHAT

Bagian Kesatu
Pasal 19
1. Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah
Pelindung DWP
2. Istri presiden dan Istri wakil presiden adalah Penasihat
Utama DWP

Bagian Kedua
Pasal 20
Mantan Ketua Umum Dharma Wanita dan Mantan Ketua
Umum Dharma Wanita Persatuan adalah Dewan
Kehormatan.

Pasal 21
1. Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari
o Istri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
o Istri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
o Istri Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
o Istri Ketua Badan Pemeriksa Keuangan(BPK);
o Istri Ketua Mahkamah Agung (MA);
o Istri menteri.

11
2. Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)
Pasal 21 ini mempunyai tugas memberikan saran dan
pertimbangan, baik diminta maupun tidak diminta,
kepada pengurus DWP Pusat.

Bagian Ketiga
Penasihat

Pasal 22
1. Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua
DPD, menteri, ketua/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian, kepala perwakilan Republik Indonesia
di luar negeri, Sekretaris Jenderal MPR, Sekretaris
Jenderal DPR, Sekretaris Jenderal BPK, Sekretaris
Jenderal MA, gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota,
wakil bupati/wakil walikota, camat, lurah, pemimpin
BUMN dan pemimpin BUMD yang belum dan yang sudah
berstatus persero serta Pemimpin Perguruan Tinggi
Badan Hukum (PTBH) adalah Penasihat DWP instansi
pemerintah yang bersangkutan.
2. Sekretaris Daerah Provinsi dan Sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota masing-masing adalah Penasihat DWP
Provinsi dan DWP Kabupaten/Kota juga merupakan
Penasihat DWP Sekretariat Daerah yang bersangkutan.
3. Istri Ketua MPR, Istri Ketua DPR, Istri Ketua DPD, Istri
Ketua BPK, Istri Ketua MA, Istri menteri, Istri gubernur,
Istri wakil gubernur, Istri bupati/Istri walikota, dan Istri
wakil bupati/Istri wakil walikota, adalah Penasihat DWP
instansi pemerintah yang bersangkutan.
4. Pemimpin unit kerja, instansi pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan atau nama lain yang
sederajat dan kelurahan, atau nama lain yang sederajat,

12
adalah penasihat DWP instansi pemerintah yang
bersangkutan.

Tugas dan Tanggung Jawab Penasihat

Pasal 23
Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
mempunyai tugas dan tanggung jawab
1. mengayomi serta memberi saran dan pertimbangan
untuk kemajuan organisasi;
2. memberi masukan dan arahan pada program organisasi;
3. berperan serta dalam membangun citra organisasi yang
positif.

BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 24
1. Musyawarah Dharma Wanita Persatuan
diselenggarakan pada tingkat nasional dan daerah.
2. Musyawarah Nasional adalah forum tertinggi organisasi
yang berwenang
o menetapkan dan/atau mengubah anggaran dasar,
o menetapkan program kerja,
o mengevaluasi laporan pertanggung jawaban ketua
umum,
o memilih dan menetapkan ketua umum, dan
o menetapkan keputusan lainnya.
3. Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) Pasal 23 ini dilaksanakan dalam lima tahun
sekali.
4. Musyawarah Daerah terdiri dari
o musyawarah provinsi dan

13
o musyawarah kabupaten/kota
5. Musyawarah Daerah berkewajiban menyampaikan hasil
Musyawarah Nasional dan berwenang untuk
o menetapkan program kerja;
o mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua
DWP yang bersangkutan;
o memilih dan menetapkan Ketua DWP Provinsi/DWP
Kabupaten/DWP Kota;
o menetapkan keputusan lainnya.
6. Musyawarah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Ayat
(4) Pasal 23 ini dilaksanakan dalam lima tahun sekali.
7. Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh
besar terhadap kelangsungan hidup organisasi, dapat
diselenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa atas
dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah unsur
pelaksana DWP Pusat.

Pasal 25
1. Rapat Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
o rapat anggota,
o rapat kerja,
o rapat pengurus dan
o rapat koordinasi
2. Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan
para anggota yang berkewajiban menyampaikan hasil
Munas/Musda dan berwenang untuk :
o menetapkan program kerja;
o mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua
Dharma Wanita Persatuan yang bersangkutan;
o memilih dan menetapkan Ketua DWP Instansi
Pemerintah Pusat dan Ketua DWP unsur pelaksana
di lingkungannya;

14
o memilih dan menetapkan ketua DWP instansi
pemerintah provinsi dan ketua DWP instansi
pemerintah kabupaten/kota;
o menetapkan keputusan lainnya.
3. Rapat kerja diselenggarakan untuk membahas,
mengoordinasikan, serta mengintensifkan pelaksanaan
program kerja dan kegiatan sesuai dengan kebijakan
organisasi yang telah ditetapkan.
4. Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketua
dan anggota pengurus untuk membahas dan mengambil
putusan tentang masalah organisasi dan kegiatan dalam
lingkungannya.
5. Rapat Koordinasi adalah pertemuan antara pengurus
dan dewan penasihat/penasihat serta pihak lain pada
semua tingkat kepengurusan

BAB IX
ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 26
1. Atribut Dharma Wanita Persatuan terdiri dari lambang,
vandel, bendera olah raga, papan nama, lencana, himne,
mars, dan pakaian seragam.
2. Ketentuan tentang atribut sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1) Pasal 26 ini, diatur lebih lanjut dalam
anggaran rumah tangga.

BAB X
KEUANGAN

Pasal 27
1. Keuangan organisasi DWP diperoleh dari
o iuran anggota,
o bantuan pemerintah,
o sumbangan lain yang tidak mengikat dan

15
o usaha lain yang sah.
2. Keuangan organisasi DWP diverifikasi setiap tahun.

BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 28
(1) Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan
Keputusan Musyawarah Nasional Luar Biasa yang
secara khusus diselenggarakan untuk itu setelah
Pemimpin DWP Pusat melakukan konsultasi dengan
Pelindung, Penasihat Utama, Dewan Kehormatan dan
Dewan Penasihat serta memperhatikan usul dari Ketua
Unsur Pelaksana DWP Pusat.
(2) Dalam hal organisasi DWP dibubarkan, status kekayaan
organisasi ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh setiap
pengurus DWP pada semua tingkatan serta
memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh DWP
Pusat.
(3) Pembubaran organisasi pada unsur pelaksana dapat
dilakukan jika organisasi kedinasan dibubarkan dan
organisasi kedinasan dilikuidasi.
(4) Dalam hal organisasi unsur pelaksana dibubarkan,
status kekayaan organisasi ditetapkan lebih lanjut oleh
pengurus DWP yang bersangkutan dengan berdasarkan
hasil musyawarah para anggota dan memperhatikan
kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus DWP satu
tingkat di atasnya.

BAB XII
TINDAK LANJUT MUSYAWARAH NASIONAL

Pasal 29
(1) Pengurus pada semua tingkatan telah melaksanakan
rapat anggota, musyawarah provinsi dan musyawarah

16
kabupaten/kota paling lama tiga bulan sejak putusan
Musyawarah Nasional ditetapkan.
(2) Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua
tingkatan telah disahkan selambat-lambatnya tiga bulan
sejak putusan Musyawarah Nasional ditetapkan.
(3) Kepengurusan yang belum sempat melaksanakan serah
terima jabata pada akhir tahun berjalan tetap harus
membuat dan mengesahkan program kerja satu tahun
kedepan terhitung tanggal 1 Januari s.d. 31 Desember.
BAB XIII
LAIN-LAIN

Pasal 30
 Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini akan
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga
Dharma Wanita Persatuan.
 Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) Pasal 29 ini ditetapkan oleh pengurus Dharma
Wanita Persatuan Pusat.

BAB XIV
PENUTUP

Pasal 31
 Dengan penyempurnaan Anggaran Dasar Dharma
Wanita Persatuan ini, Anggaran Dasar Hasil Munas II
Tahun 2009 dinyatakan tidak berlaku lagi.
 Anggaran dasar hasil penyempurnaan Munas III Dharma
Wanita Persatuan mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

17
ANGGARAN RUMAH TANGGA
DHARMA WANITA PERSATUAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam anggaran rumah tangga ini yang dimaksud dengan
1) Anggaran dasar adalah anggaran dasar sebagaimana
ditetapkan dalam musyawarah nasional III Dharma
Wanita Persatuan nomor : KEP 01 / MN III DWP / XII /
2014; tanggal 9 Desember 2014
2) Sesuai dengan undang undang RI Nomor 05 tahun 2014
tentang Aparat Sipil Negar yang dimaksud dengan
pegawai sipil negara ( selanjutnya disebut ASN ) adalah
Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) yang diangkat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatanPemerintahan atau serahi tugas negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perundang undangan.
3) Instansi pemerintah adalah sebutan kolektif terhadap
lembaga-lembaga pemerintahan seperti departemen,
kantor menteri negara, lembaga pemerintah non
departemen, Sekretariat Jenderal Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Sekretariat Jenderal
Dewan Perwakilan Rakyat ( (DPR), Sekretariat Jenderal
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Sekretariat Jenderal
Mahkamah Agung (MA), badan usaha milik negara
(BUMN), pemerintah daerah beserta jajaran organisasi
dalam lingkungannya dan badan usaha milik daerah
(BUMD)
4) Instansi pemerintah pusat yang disingkat IPP terdiri dari
a) Kantor menteri koordinator ;
b) Kementrian ;
c) Lembaga pemerintah nonkementrian ;
18
d) Sekretariat jenderal MA, Sekretariat jendera MPR,
Sekretariat Jenderal DPR, Sekretariat Jenderal BPK,
Sekretariat Jenderal MA; Sekretariat jendera MK,
Sekretariat jendera Komisi Yudisil (KY),
e) BUMN termasuk bank-bank milik pemerintah.
f) Perguruan Tinggi Negara Badan Hukum (PTNBH)
g) Sekretariat Lembaga Nonstruktural
5) Instansi vertikal adalah satuan organisasi pemerintah
pusat yang berada di wilayah atau daerah , seperti kantor
wilayah ( kanwil ) Kementrian dan kantor lembaga
pemerintah nonkementrian.
6) Unsur pelaksana adalah satuan organisasi DWP yang
menyelenggarakan fungsi sebagai pelaksana kebijakan
dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin
organisasi satu tingkat di atasnya
7) DWP unit kerja instansi pemerintah adalah DWP pada
satuan organisasi pemerintah yang mempunyai
kedudukan , nama dan tingkatan sesuai dengan struktur
organisasi instansi pemerintah yang bersangkutan.

BAB-II
KEANGGOTAAN
Bagian Pertama
Anggota, Hak, Kewajiban, dan Larangan

Pasal 2
1) Anggota biasa adalah :
a) Istri pegawai ASN;
b) Istri pensiunan ASN dan janda ASN;
c) Istri pegawai dan istri Pensiunan serta janda pegawai
BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero ;
d) Istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai
BUMN dan BUMD yang sudah berstatus persero yang
menyatakan diri bersedia menjadi anggota;

19
e) Istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai
PTNBH:
f) Istri kepala perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar
negeri yang tidak menyatakan dirinya berkeberatan
menjadi anggota ;
g) Istri walikota, Istri wakil walikota, dan Istri bupati, Istri
wakil bupati di provinsi DKI Jakarta;
h) Istri perangkat pemerintahan desa atau nama lain
yang sederajat ;
i) Istri Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), Istri
purnawirawan TNI, Istri Polisi Republik Indonesia
(Polri), Istri purnawirawan Polri yang suaminya
ditugasi pada instansi pemerintah sipil;
2) Anggota luar biasa adalah
a) Istri Menteri ;
b) Istri Gubernur dan Istri Wakil Gubernur ;
c) Istri Bupati dan Istri Walikota ; Istri Wakil Bupati dan
Istri Wakil Walikota ;
d) Istri pemimpin BUMN dan BUMD yang belum
berstatus persero;
e) Istri pemimpin BUMN dan BUMD yang berstatus
persero;
f) Istri pemimpin PTNBH
g) ASN perempuan dan pensiun ASN perempuan yang
menyatakan dirinya bersedia menjadi anggota.
3) Anggota kehormatan adalah
a) Istri Ketua MA;
b) Istri ketua MPR ;
c) Istri ketua DPR ;
d) Istri ketua DPD;
e) Istri ketua BPK ;
f) Istri ketua MK;
g) Istri ketua KY;
h) Istri pemimpin Lembaga Nonstruktural..

20
4) Keanggotaan istri pegawai ASN yang berstatus warga
negara asing (WNA) di tetapkan oleh ketua DWP yang
bersangkutan atau ketua DWP satu tingkat diatasnya.
5) Keanggotaan diluar ketentuan sebagaimana
tercantum pada pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan
ayat (4) ditetapkan oleh ketua umum DWP melalui
keputusan.

Pasal 3
1) Anggota biasa mempunyai hak
a) Memberikan pendapat dan saran ;
b) Memilih dan dipilih menjadi pengurus ;
c) Memperoleh manfaat dan pengayoman dari
organisasi .
2) Anggota luar biasa mempunyai hak
a) Memberikan pendapat dan saran ;
b) Memperoleh manfaat dari organisasi.
3) Anggota kehormatan mempunyai hak
a) Memberikan pendapat dan saran ;
b) Memperoleh manfaat dari organisasi.

Pasal 4
Anggota mempunyai kewajiban untuk
(1) Menjunjung tinggi kehormatan bangsa, negara, dan
pemerintah Republik Indonesia ;
(2) Menjaga persatuan dan kesatuan serta memelihara
nama baik organisasi ;
(3) Menaati dan melaksanakan ketentuan organisasi ;
(4) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi ;
(5) Membayar iuran.

Pasal 5
Anggota DWP yang menjadi anggota partai politik tidak boleh
a) Menjadi pengurus DWP ;

21
b) Membawa aspirasi partai politiknya ke dalam lingkungan
organisasi.

Bagian Kedua
Berakhirnya Keanggotaan

Pasal 6
Keanggotaan DWP berakhir jika
a) Meninggal dunia ;
b) Tidak memenuhi ketentuan keanggotaan sebagaimana
tercantum pada ART pasal 2.

BAB-III
KEPENGURUSAN

Bagian Pertama
Susunan, Tugas, dan Wewenang Pengurus
DWP Pusat

Pasal 7
1) Susunan pengurus DWP pusat terdiri dari
a) Ketua umum ;
b) Ketua ;
c) Sekretaris jenderal ;
d) Ketua bidang.
e) Anggota bidang
2) Ketua umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP pusat
dari calon yang diusulkan oleh unsur pelaksana DWP
pusat dan calon dari pengurus DWP Pusat yang di
tetapkan dalam Munas.
3) Pengurus DWP pusat sebagaimana dimaksud dalam
pasal 7 ayat (1) huruf (b),huruf(c),huruf(d), dan huruf (e)
dipilih dari pengurus DWP instansi pemerintah pusat
dan ditetapkan oleh ketua umum.
4) Sekretariat jenderal terdiri dari

22
a) Bagian organisasi ,
b) Bagian administrasi umum,
c) Bagian keuangan ,
d) Bagian informasi dan humas
5) Pengurus bagian sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (4) huruf (a),huruf (b),hutuf (c), dan huruf (d) terdiri
dari
a) Kepala bagian ;
b) Anggota
6) Pengurus bidang sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (1) huruf (d) terdiri dari :
a) Ketua ,
b) Wakil ketua ,
c) Sekretaris
d) Anggota
7) Setiap bidang masing-masing dapat membentuk sub
bidang sesuai dengan keperluan.
Pasal 8
1) Tugas dan wewenang pengurus DWP pusat adalah
a) Menetapkan kebijakan umum organisasi pada
tingkat nasional sesuai dengan AD, ART, keputusan
Munas, dan hasil rapat kerja nasional (selanjutnya
disingkat rakernas );
b) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
kebijakan umum yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan oleh unsur pelaksana DWP ;
c) Melakukan pembinaan organisasi dalam bentuk
antara lain, petunjuk pelaksanaan tata kerja dan
petunjuk pelaksanaan program kerja.
2) Ketua umum mempunyai tugas dan wewenang
a) Memimpin dan membina organisasi DWP bersama
sama ketua DWP Pusat;
b) Menetapkan kebijakan organisasi sebagaimana
digariskan dalam AD dan ART serta putusan Munas;

23
c) Menyampaikan pertanggungjawaban tugasnya
kepada Munas DWP ;
d) Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama
DWP.
3) Ketua DWP Pusat mempunyai tugas dan wewenang
a) Bersama dengan ketua umum melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat ini ;
b) Mewakili ketua umum dalam mengkoordinasikan
tugas yang bersifat teknis operasional ;
c) Memantau dan mengevaluasi kegiatan organisasi
sesuai dengan bidang tugas masing-masing ;
d) Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada
ketua umum
4) Sekretaris jenderal mempunyai tugas dan wewenang
a) Memimpin, membagi tugas dan mengkoordinasikan
bagian-bagian dilingkungan sekretariat jenderal
DWP;
b) Merumuskan kebijakan organisasi untuk ditetapkan
oleh ketua umum;
c) Memberikan dukungan teknis dan adminstrasi
untuk kelancaran pelaksanaan tugas tugas
organisasi;
d) Menyelenggarakan pengelolaan keuangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku ;
e) Melakukan hubungan kerjasama dengan lembaga
atau organisasi lain, sesuai dengan petunjuk ketua
umum;
f) Melaksanakan tugas lain atas petunjuk ketua
umum;
g) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua
umum.
5) Ketua bidang mempunyai tugas
a) Memimpin dan membagi tugas di lingkungan bidang
masing-masing ;

24
b) Menjabarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
ketua umum dalam bentuk pelaksanaan program
kerja masing-masing bidang ;
c) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua
umum.
6) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal
8 ayat (1),ayat (2),ayat (3),ayat (4), dan ayat (5)
dijabarkan lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan tata
kerja dan petunjuk pelaksanaan program kerja.

Bagian kedua
Pengurus, Tugas, dan Wewenang
Unsur Pelaksana DWP

Pasal 9
1) Pengurus DWP instansi pemerintah pusat, DWP
provinsi, DWP kabupaten / DWP kota, DWP kecamatan
atau nama lain yang sederajat, dan DWP Kelurahan
atau nama lain yang sederajat terdiri dari
a) Ketua ;
b) Wakil ketua ;
c) Sekretaris ;
d) Bendahara ;
e) Ketua bidang ;
f) Anggota Bidang:
2) Pengurus sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9
ayat (1), huruf (c) dan huruf (d) ini dapat ditambah
seorang atau lebih wakil sesuai dengan keperluan.
3) Pengurus DWP pada unsur pelaksana dapat dibentuk
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sekurang
kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.
4) Tugas dan wewenang ketua DWP pada unsur pelaksana
adalah

25
a) Menetapkan kebijakan organisasi berdasarkan hasil
musyawarah nasional, AD, ART, dan kebijakan
organisasi satu tingkat diatasnya ;
b) Mengesahkan organisasi, Ketua dan pengurus , satu
tingkat dibawahnya ;
c) Melaksanakan pembinaan organisasi pada unsur
pelaksana di lingkungannya ;
d) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
kebijakan yang dilakukan oleh unsur pelaksana di
lingkungannya
e) Melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan
situasi dan kondisi ;
f) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
organisasi satu tingkat diatasnya.
5) Wakil ketua mempunyai tugas dan wewenang
a) Membantu ketua dalam pelaksanaan tugasnya;
b) Mewakili ketua dalam melaksanakan tugas yang
bersifat teknis operasional ;
c) Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada
ketua.
6) Sekretaris mempunyai tugas dan wewenang
a) Melaksanakan pembinaan teknis organisasi ,
pengelolaan administrasi dan mengkoordinasikan
kegiatan bagian bagian dalam rangka mendukung
kelancaran tugas organisasi ;
b) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.
7) Bendahara mempunyai tugas dan wewenang mengelola
keuangan organisasi dan melaporkan pelaksanaan
tugasnya kepada ketua.
8) Ketua bidang mempunyai tugas dan wewenang
melaksanakan kegiatan teknis operasional bidang
masing-masing serta melaporkan pelaksanaan tugasnya
kepada ketua.

26
Bagian Ketiga
Pemilihan Ketua dan Pengurus

Pasal 10
1) Ketua DWP instansi pemerintah pusat dipilih oleh
anggota dalam rapat anggota;
2) Ketua DWP provinsi dipilih oleh anggota dalam
musyawarah provinsi (Musprov) dari pengurus DWP
Provinsi dan dari utusan pengurus unsur pelaksana DWP
Provinsi
3) Ketua DWP kabupaten/kota dipilih oleh anggota dalam
musyawarah Kabupaten (Muskab) atau Musyawarah
Kota (Muskot) dari pengurus DWP Kabupaten/Kota dan
dari utusan pengurus unsur pelaksana DWP kabupaten
/kota.
4) Ketua DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat
dipilih oleh anggota dalaam rapat anggota.
5) Ketua DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat
dipilih oleh anggota dalam rapat anggota
6) Ketua unsur pelaksana pada DWP Instansi Pemerintah
Pusat, DWP Provinsi, DWP kabupaten/Kota, DWP
Kecamatan, atau nama lain yang sederajat dipilih dalam
rapat anggota
7) Anggiota pengurus lainnya ditetapkan oleh ketua.

Bagian Keempat
Pembentukan pengurus DWP unsur pelaksana pada
Instansi Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan atau Nama Lain yang Sederajat

Pasal 11
1) Unsur pelaksana DWP instansi pemerintah pusat, DWP
provinsi, DWP kabupaten/DWP kota, DWP kecamatan
atau nama lain yang sederajat dapat membentuk
kepengurusan dilingkungan masing-masing dengan

27
mempertimbangkan keperluan serta efisiensi
organisasi.
2) Ketua dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota.
3) Anggota pengurus lainnya ditetapkan oleh ketua.
4) Ketentuan tentang Pengurus, tugas dan wewenang
pengurus berpedoman pada ketentuan ART pasal 9.

BAB-IV
PENAMAAN DAN PENGGABUNGAN
ORGANISASI

Pasal 12
1) Penamaan organisasi pada unsur pelaksana instansi
pemerintah adalah menyebut langsung nama
organisasi atau satuan unit kerja instansi pemerintah
yang bersangkutan , sebagai contoh;
(a) DWP Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian ;
(b) DWP Kementerian Dalam Negeri;
(c) DWP Lembaga administrasi negara;
(d) DWP Badan Kepegawaian Negara;
(e) DWP Sekretariat negara;
(f) DWP Sekretariat Jenderal MA;
(g) DWP Sekretariat Jenderal MPR;
(h) DWP Kantor wilayah Kementerian Agama Prov Bali;
(i) DWP Kantor statistik provinsi sulawesi selatan;
(j) DWP Kabupaten cilacap;
(k) DWP Kota balikpapan;
(l) DWP Universitas Airlangga;
(m) DWP Universitas sam ratulangi;
(n) DWP Kopertis wilayah V.
2) Pengesahan nama organisasi yang baru dibentuk atau
penggabungan dua atau lebih lembaga pemerintah
ditetapkan oleh pengurus satu tingkat diatasnya.

28
Pasal 13
1) Penggabungan organisasi DWP antar unit kerja di
lingkungan instansi pemerintah dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari ketua satu tingkat diatasnya.
2) Khusus untuk unit kerja Pemerintah yang jumlah
anggotanya sedikit dan dari instansi yang berbeda ,
tetapi berada dalam satu wilayah dan sepakat untuk
bergabung dapat menjadi unsur pelaksana DWP
Kabupaten/DWP Kota yang bersangkutan

BAB-V
PENGGANTIAN PENGURUS
ANTARWAKTU, PERTANGGUNGJAWABAN,
PENGESAHAN, DAN SERAH TERIMA
Bagian Kesatu
Penggantian Pengurus Antarwaktu

Pasal 14
1) Jika dalam kurun waktu masa bakti ketua umum
berhalangan tetap, dilakukan penggantian Ketua Umum
antarwaktu yang dipilih dari salah satu ketua melalui
rapat pengurus DWP Pusat dengan persetujuan tertulis
dari unsur pelaksana DWP Pusat.
2) Penggantian jabatan ketua umum sebagaimana
dimaksud pada pasal 14 ayat (1) ini berlaku sampai
diselenggarakannya Munas yang berikut.
3) Penggantian jabatan dalam lingkungan pengurus pusat ,
selain dimaksud pada pasal 14 ayat (1) ini , ditetapkan
oleh ketua umum.
4) Penggantian jabatan ketua antarwaktu pada unsur
pelaksana DWP ditetapkan melalui kesepakatan
pengurus secara demokratis dan berpedoman pada
AD/ART.

29
5) Penggantian jabatan pengurus antarwaktu pada unsur
pelaksana DWP ditetapkan oleh ketua DWP yang
bersangkutan.

Bagian Kedua
Pertanggungjawaban
Pasal 15
1) Dalam menjalankan tugasnya
a) Ketua umum DWP bertanggungjawab kepada
Munas;
b) Ketua DWP instansi pemerintah pusat
bertanggungjawab kepada anggota dalam rapat
anggota ;
c) Ketua DWP provinsi bertanggungjawab kepada
musyawarah provinsi ;
d) Ketua DWP kabupaten / kota bertanggungjawab
kepada musyawarah kabupaten / kota ;
e) Ketua DWP unsur pelaksana / unit kerja
bertanggungjawab kepada anggota dalam rapat
anggota.
2) Ketua unsur pelaksana DWP melaporkan kegiatan
organisasi kepada pengurus satu tingkat diatasnya,
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.
Bagian Ketiga
Pengesahan dan Serah Terima
Pasal 16
1) Pengesahan ketua umum DWP ditetapkan dengan
keputusan musyawarah nasional.
2) Penggantian ketua umum diikuti dengan serah terima
jabatan yang dituangkan dalam berita acara dan
ditandatangani oleh ketua umum DWP yang lama dan
yang baru disaksikan oleh Dewan Penasihat DWP

30
3) Serah Terima Jabatan dilengkapi dengan penyerahan
buku memori pertanggungjawaban Ketua Umum DWP
kepada Ketua Umum DWP terpilih.
4) Pengesahan pengurus DWP pusat lainnya ditetapkan
dengan keputusan ketua umum DWP.
5) Pengesahan ketua unsur pelaksana DWP ditetapkan
oleh ketua DWP satu tingkat diatasnya , termasuk
penggantian ketua DWP antarwaktu.
6) Pengesahan ketua unsur pelaksana DWP ditetapkan
oleh ketua DWP satu tingkat diatasnya hanya satu kali
selama masa bakti.
7) Jika terjadi penggantian pengurus antarwaktu pada
unsur pelaksana pengesahan nya dilakukan oleh ketua
DWP yang bersangkutan.

Pasal 17
Serah terima jabatan ketua unsur pelaksana DWP
dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani oleh
ketua DWP yang lama dan Ketua DWP yang baru, serta
disaksikan oleh penasihat DWP.
BAB-VI
DEWAN KEHORMATAN
DEWAN PENASIHAT DAN PENASIHAT
Bagian Kesatu
Dewan Kehormatan
Pasal 18
Dewan Kehormatan DWP adalah Mantan Ketua Umum
Dharma Wanita dan Mantan Ketuan Umum DWP
Bagian Kedua
Dewan Penasihat
Pasal 19
1) Dewan penasihat DWP pusat terdiri dari Istri ketua MA,
Istri Ketua MPR, Istri ketua DPR, Istri Ketua DPD,Istri
ketua BPK, Istri ketua MK, Istri Ketua KY, Istri Menteri
dan Istri Pemimpin Lebaga Nonstruktural.

31
2) Dewan penasihat sebagaiaman dimaksud dalamPasal
19 ayat (1) ini mempunyai tugas memberikan saran dan
pertimbangan, baik ketika diminta maupun tidak
diminta, kepada pengurus DWP pusat.

Bagian Ketiga
Penasihat

Pasal 20
1) Ketua MA, ketua MPR , ketua DPR, Ketua DPD, ketua
BPK, ketua MK,Ketua KY, menteri, kepala/ketua
lembaga pemerintah nonkemeterian, Pemimpin
Lembaga Nonstruktural, kepala perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri, Sekretaris Jenderal MA,
Sekretaris Jenderal MPR, Sekretaris Jenderal DPR,
Sekretaris Jenderal DPD, Sekretaris Jenderal BPK,
Sekretaris Jenderal MK, Sekretaris Jenderal KY,
Sekretaris Jenderal Nonstruktural, Gubernur, wakil
Gubernur, Bupati atau Walikota, Wakil Bupati atau Wakil
Walikota, Camat, Lurah, Pemimpin BUMN dan pemimpin
BUMD yang belum dan sudah berstatus persero, serta
pemimpin PTNBH adalah penasihat DWP instansi
Pemerintah yang bersangkutan.
2) Sekretaris daerah provinsi, sekretaris daerah kabupaten
/kota selain menjadi penasihat DWP sekretariat daerah
masing-masing ; juga adalah penasihat DWP provinsi,
DWP kabupaten/kota yang bersangkutan.
3) Istri ketua MA, Istri ketua MPR, Istri ketua DPR, Istri ketua
DPD, Istri ketua BPK, Istri ketua MA, Istri ketua KY,Istri
menteri, Istri Pemimpin Lembaga Nonstruktural, Istri
Pemimpin BUMN dan BUMD yang belum berstatus
Persero dan yang sudah berstatus Persero, Istri
gubernur, Istri wakil gubernur, Istri bupati / Istri walikota,

32
dan Istri wakil bupati / Istri wakil walikota adalah
penasihat DWP instansi yang bersangkutan.
4) Pemimpin unit kerja pada instansi pemerintah di tingkat
pusat, provinsi, kabupaten/kota, Kecamatan atau nama
lain yang sederajat, dan kelurahan atau nama lain yang
sederajat adalah penasihat DWP instansi Pemerintah
yang bersangkutan.
5) Istri Wakil Menteri yang tidak menjadi ketua adalah
sebagai penasihat DWP yang bersangkutan.

BAB-VII
MUSYAWARAH, RAPAT, KUORUM, DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN

Bagian Kesatu
Musyawarah Nasional

Pasal 21
1) Munas diselenggarakan oleh pengurus DWP pusat.
2) Untuk menyelenggarakan munas, ketua umum DWP
menetapkan panitia munas, yang dibentuk selambat-
lambatnya tiga bulan sebelum munas.
3) Peserta munas adalah
a) Pengurus DWP pusat ;
b) Utusan DWP instansi pemerintah pusat ;
c) Utusan DWP provinsi.
4) Dalam hal dilaksanakannya Munas luar biasa
(Munaslub) , penyelenggaraan dan pesertanya adalah
sama seperti pada munas sebagaimana dimaksud pada
Pasal 21 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
5) Penanggungjawab munas adalah ketua umum yang
sedang menjabat pada saat munas diselenggarakan

33
Bagian Kedua
Musyawarah Daerah

Pasal 22
1) Musyawarah daerah ( musda ) dipersiapkan dan
diselenggarakan oleh panitia yang ditetapkan oleh ketua
DWP provinsi atau ketua DWP kabupaten/kota.
2) Peserta Musprov adalah
a) Pengurus DWP provinsi ;
b) Utusan DWP instansi pemerintah provinsi ;
c) Utusan DWP kabupaten/kota
3) Peserta Muskab/Muskot adalah
a) Pengurus DWP kabupaten/kota ;
b) Utusan DWP instansi pemerintah kabupaten/kota ;
c) Utusan DWP kecamatan atau nama lain yang
sederajat.
4) Penanggungjawab Musprov adalah ketua DWP provinsi
yang sedang menjabat pada saat Musprov
diselenggarakan.
5) Penaggungjawab Muskab/Muskot adalah ketua DWP
kabupaten/kota yang sedang menjabat pada saat
mesyawarah diselenggarakan.
Bagian Ketiga
Rapat

Pasal 23
Rapat DWP terdiri dari :
a) Rapat anggota
b) Rapat kerja
c) Rapat pengurus , dan
d) Rapat koordinasi

Pasal 24

34
1) Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan
anggota untuk membahas masalah organisasi dan
kegiatan dalam lingkungannya.
2) Jika jumlah anggota terlalu banyak, sehingga tidak
memungkinkan untuk menghadirkan seluruhnya, rapat
anggota dapat dilakukan dengan cara perwakilan atau
utusan.
3) Tata cara penentuan perwakilan dan utusan
sebagaimana dimaksud Pasal 24 ayat (2) ini ditentukan
lebih lanjut oleh masing-masing pengurus DWP yang
bersangkutan.

Pasal 25
1) Rapat kerja diselenggarakan oleh pengurus DWP pusat,
pengurus DWP instansi pemerintah pusat, pengurus
DWP provinsi, dan pengurus DWP kabupaten/kota.
2) Rapat kerja nasional ( Rakernas) adalah rapat pengurus
DWP pusat dengan Pengurus unsur Pelaksana DWP
Pusat, yang dilaksanakan sekurang kurangnya satu kali
dalam tiga tahun.
3) Rapat kerja DWP instansi pemerintah pusat adalah rapat
pengurus DWP instansi pemerintah pusat dengan
pengurus unsur pelaksana DWP dalam lingkungannya.
4) Rapat kerja DWP provinsi adalah rapat pengurus DWP
provinsi dengan pengurus unsur pelaksana DWP
provinsi.
5) Rapat kerja DWP kabupaten/kota adalah rapat
pengurus DWP kabupaten /kota dengan pengurus unsur
pelaksana DWP kabupaten/kota.
6) Rapat kerja diselenggarakan untuk mengevaluasi,
membahas , mengkoordinasikan, serta mengintensifkan
pelaksanaan program kerja serta kegiatan sesuai
dengan kebijakan organisasi yang telah ditetapkan.

Pasal 26

35
1) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketua
dan pengurus untuk membahas dan mengambil putusan
tentang masalah organisasi dan kegiatan dalam
lingkungannya.
2) Rapat pengurus diselenggarakan sekurang-kurangnya
sekali dalam tiga bulan
3) Rapat pengurus terdiri dari
a) Rapat pemimpin ;
b) Rapat pengurus paripurna.
4) Rapat pemimpin dihadiri oleh ketua umum, ketua/wakil
ketua, dan sekretaris jenderal/sekretaris.
5) Rapat pengurus inti dihadiri oleh ketua umum / ketua /
wakil ketua, sekretaris jenderal / sekretaris, bendahara,
dan para ketua bidang.
6) Rapat pengurus paripurna dihadiri oleh seluruh
pengurus.

Pasal 27
1) Rapat koordinasi adalah pertemuan antara pengurus
dan dewan penasihat, penasihat dan pihak lain pada
semua tingkat kepengurusan.
2) Rapat koordinasi dilaksanakan jika ada
a) Kegiatan kerja sama dengan pihak lain ;
b) Kegiatan yang memerlukan keputusan segera dan
bersifat strategis untuk kepentingan organisasi.

Bagian Keempat
Kuorum

Pasal 28

36
1) Munas, Munaslub, dan Musda adalah sah jika dihadiri
oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari
jumlah peserta yang seharusnya hadir.
2) Jika kuorum sebagaimana dimaksud dalam pasal 28
ayat (1) ini tidak terpenuhi , musyawarah ditunda sesuai
dengan kebijakan pemimpin musyawarah
3) Ketentuan dalam pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) ini juga
berlaku untuk rapat yang tercantum pada pasal 24.

Bagian Kelima
Pengambilan Keputusan

Pasal 29
1) Setiap putusan diambil berdasarkan musyawarah dan
mufakat
2) Jika cara tersebut dalam pasal 29 ayat (1) ini tidak
tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak
3) Keputusan melalui pemungutan suara adalah sah jika
didukung oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah
satu dari jumlah suara peserta yang hadir

BAB-VIII
ATRIBUT
Pasal 30
1) Atribut DWP meliputi Lambang, Vandel, Bendera
olahraga, Papan Nama, lencana, hymne, mars dan
pakaian seragam.
2) Jenis, bentuk , model dan cara penggunaan atribut
sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1) ini
diatur lebih lanjut oleh pengurus DWP Pusat.

BAB-IX
KEUANGAN

37
Pasal 31
1) Keuangan Organisasi DWP diperoleh dari
a) Iuran anggota ;
b) Bantuan Pemerintah
c) Sumbangan yang tidak mengikat ;
d) Usaha lain yang sah.
2) Besarnya iuran Anggota, pembagian dan
pertanggungjawaban keuangan iuran diatur
berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh pengurus
DWP pusat.
BAB-X
TATA KERJA

Pasal 32
1) Tata kerja dan pelaksanaan program kerja DWP diatur
dalam petunjuk pelaksanaan tata kerja DWP dan
pelaksanaan program kerja DWP yang dibuat oleh
pengurus DWP pusat.
2) Pengurus DWP pada semua tingkatan dalam
melaksanakan kegiatannya berpedoman pada petunjuk
Pelaksanaan tata kerja DWP dan Petunjuk pelaksanaan
program kerja DWP.
BAB-XI
LAIN-LAIN

Pasal 33
1) Perubahan ART DWP ini dapat dilakukan oleh pengurus
DWP pusat jika terdapat hal-hal yang dipandang perlu
atau perkembangan keadaan yang mempengaruhi
organisasi DWP.
2) Jika suatu ketentuan dalam AD dan ART tidak jelas atau
menimbulkan perbedaan tafsiran, penyelesaiannya
diputuskan oleh pengurus DWP pusat.
38
3) Hal – hal yang belum diatur dalam anggaran rumah
tangga ini akan diatur lebih lanjut oleh pengurus DWP
pusat.

BAB-XII
PENUTUP

Pasal 33
Anggaran rumah tangga ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 2015
Ketua umum,

Ttd

Ny. Wien Ritola Tasmaya

39

Anda mungkin juga menyukai