Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

NAMA, WAKTU, SIFAT DAN KEDUDUKAN ORGANISASI

Pasal 1
Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan yang disingkat dengan DWP.

Pasal 2
DWP ditetapkan pada Munas luar biasa dharma Wanita, pada tanggal 7 desember 1999, di jakarta, untuk
jangka waktu yang tidak di tentukan.

Pasal 3
(1)DWP adlahorganisasikemasyarakatan yang menghimpun dan membina istri pegawai ASN dengan
kegiatan pendidikan,ekonomi dan sosial budaya;dan. (2)DWP sebagaimana dimaksud ayat(1)merupakan
organisasi yang non partisan,bebas dari pengaruh dan intervensi golongan sertapartai politik manapun.

Pasal 4
Organisasi DWP berpusat di ibu kota Negara Republik Indonesia.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 5
Asas organisasi DWP adalah pancasila.

Pasal 6
TujuanorganisasiDWPadalahterwujudnya kesejahteraan anggota dan keluarganya,pada khususnya, serta
masyarakat, pada umumnya, melalui peningkatan kualitas sumber daya anggota, untuk mendukung
tercapainya tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

BAB III
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 7
Tugas pokok DWP adalah :
a. Melakukan pembinaan mental dan spritual anggota agar menjadi manusiayangbertakwa kepada tuhan
YANG MAHA ESA, berkepribadian serta berbudi yang luhur ;dan
b. Membina anggota dalam memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan meningkatkat kemampuandan
pengetahuan, menjalin hubungan kerja sama dengan rta meningkatkan pihak, serta meningkatkan
kepedulian sosial.

Pasal 8
DWP berfungsi sebagai wadah pembinaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 9
(1) Anggota DWP adalah :
a. Istri pegawai ASN;
b. Istri prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan istri anggota Kepolisian Republik Indonesia
(POLRI) yang bertugas di lingkungan instansi sipil;
c. Istri pensiunan dan janda ASN;
d. Pegawai ASN perempuan danpensiunan pegawai ASN yang menyatakan diri bersedia menjadi
anggota;
e. Istri Kepala perwakiklan RI di luar negeri;
f. Istri staf ahli di kementrian;
g. Istri pejabat negara di bidang kepemerintahan; dan
h. Istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai perguruan tinggi negara berbadan hkum
(PTNBH)

(2) Keanggotaan DWP terdiri dari :


a. anggota biasa;
b. anggota luar biasa; dan
c. anggota kehormatan.

BAB V
ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA
Bagian Kesatu
Organisasi

Pasal 10
Susunan Organisasi DWP terdiri dari :
a. DWP pusat
b. DWP instansi pemerintah pusat
c. DWP provinsi
d. DWP kabupaten atau DWP Kota
e. DWP kecamatan atau yang disebut dengan nama lain; atau
f. DWP kelurahan atau yang disebut dengan nama lain.

Bagian Kedua
Unsur Pelaksana

Pasal 11
(1) Unsur pelaksana DWP pusat adalah :
a. DWP instansi pemerintah pusat; dan
b. DWP provinsi
(2) Unsur pelaksana DWP instansi pemerintah pusat adalah DWP pada setiap unit kerja masing – masing
yang dan DWP PTNBH yang berdomisili dilintas provinsi
(3) Unsur pelaksana DWP kementerian luar negeri adalah DWP unit kerja yang ada di Pusat dan
perwakilan Pemerintah RI di luar negeri.
(4) Unsur pelaksana DWP Provinsi adalah :
a. DWP instansi pemerintah;
b. DWP kabupaten/DWP kota;
c. DWP instansi vertikal pemerintah pusat di provinsi, dan
d. DWP PTNBH yang berdomisili di lintas kabupaten/kota.
(5) Unsur pelaksana DWP kabupaten/kota adalah
a. DWP instansi pemerintah/DWP instansi pemerintah kota;
b. DWP kecamatan atau yang disebut dengan nama lain;
c. DWP instansi vertikal pemerintah pusat di kabupaten/kota;
d. DWP instansi pemerintah provinsi di kabupaten/kota;
e. DWP PTNBH yang berdomisili di kabupaten/kota.
(6) Unsur pelaksana DWP kecamatan, atau yang disebut dengan nama lain adalah ;
a. DWP instansi pemerintah kecamatan atau yang disebut dengan nama lain; dan
b. DWP kelurahan atau yang disebut dengan nama lain.
BAB VI
KEPENGURUSAN, MASA BAKTI DAN PERGANTIAN ANTARWAKTU
Bagian Kesatu
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat

Pasal 12
Pengurus DWP Pusat adalah pengurus pada tingkat nasional.

Pasal 13
(1) Pengurus DWP Pusat terdiri dari :
a. Ketua umum DWP;
b. Ketua DWP Pusat;
c. Sekretaris Jenderal;
d. Satuan pengawas internal (SPI);
e. Ketua bidang/kepala bagian; dan
f. Anggota bidang/bagian.
(2) Ketua umum DWP dijabat oleh istri menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
pendayagunaan aparatur negara.
(3) Dalam hal menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendayagunaan aparatur
negara seorang perempuan maka ketua umum akan ditentukan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dibidang pendayagunaan aparatur negara.
(4) Pengurus DWP pusat sebagaimana dimaksud Ayat (1) Huruf (b), Huruf (c), Huruf (d), Huruf (e) dan
Huruf (f), dipilih dari pengurus DWP instansi pemerintah pusat dan ditetapkan oleh Ketua Umum DWP.
(5) Ketua DWP pusat adalah wakil ketua umum yang bertugas untuk melaksanakan tugas – tugas yang
ditetapkan.
(6) Sekretaris jenderal memimpin sekretariat jenderal yang membawahi :
a. Bagian organisasi;
b. Bagian administrasi umum;
c. Bagian keuangan, dan;
d. Bagian humas dan informasi.
(7) Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Huruf e ini terdiri dari :
a. Ketua bidang pendidikan;
b. Ketua bidang ekonomi; dan
c. Ketua bidang sosial budaya
(8) Satuan pengawas internal DWP pusat bertanggung jawab langsung kepada ketua umum DWP dan
bertugas melaksanakan pengawasab terhadap aspek pengelolaan :
a. Keuangan;
b. Aset; dan
c. Kepegawaian.

Pasal 14
Tugas dan wewenang pengurus DWP pusat adalah :
a. Menetapkan kebijakan umum organisasi sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga,
keputusan munas, dan keputusan rakernas;
b. Mengesahkan organisasi DWP instansi pemerintah pusat dan DWP provinsi;
c. Mengesahkan ketua dan pengurus DWP instansi pemerintah pusat dan DWP provinsi; dan
d. Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama DWP oleh ketua umu DWP.

Bagian Kedua
Kepengurusan, Tugas, dan Masa Bakti DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/Kota, DWP Kecamatan dan DWP Kelurahan

Pasal 15
(1) Pengurus DWP instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/Kota, DWP Kecamatan atau
yang disebut dengan nama lain dan dan DWP Kelurahan atau yang disebut dengan nama lain terdiri
dari:
a. Ketua;
b. Wakil ketua;
c. Sekretaris;
d. Bendahara;
e. Ketua bidang; dan
f. Anggota bidang.
(2) Ketua DWP instansi pemerintah pusat dijabat oleh istri sekretaris jenderal/ sekretaris kementerian
koordinator/ sekretaris kementerian/sekretaris utama atau istri pejabat tertinggi instansi pemerintah
yang melaksanakan fungsi kesekretariatan.
(3) Khusus untuk lembaga pemerintah non kementrian (LPNK) yang pimpinannya dijabat oleh ASN. Ketua
DWP dijabat oleh istri kepala lembaga pemerintah non kementrian yang bersangkutan.
(4) Dalam hal sekretaris jenderal/sekretaris kementerian koordinator/sekretaris kementerian/sekretaris
utama atau pejabat tinggi instansi Pemerintah yang melaksanakan fungsi kesekretariatan dijabat oleh
ASN perempuan, maka jabatan ketua DWP instansi pemerintah pusat dijabat oleh istri pejabat setara
yang ditunjuk oleh penasehat DWP.
(5) Ketua DWP Provinsi dijabat oleh istri sekretaris daerah provinsi.
(6) Khusus untuk wilayah DKI Jakarta ketua DWP kota/kabupaten dijabat oleh istri sekretaris daerah
provinsi.
(7) Ketua DWP kabupaten/kota dijabat oleh istri sekretaris daerah kabupaten/kota.
(8) Ketua DWP kecamatan atau yang disebut dengan nama lin dijabat oleh istri camat atau yang disebut
dengan nama lain.
(9) Ketua DWP kelurahan atau yang disebut dengan nama lin dijabat oleh istri lurah atau yang disebut
dengan nama lain.
(10) Ketua DWP kperwakilan RI diluar negeri dijabat oleh istri kepala perwakilan RI diluar negeri
(11) Apabila kepala perwakilan RI dijabat oleh seorang perempuan maka ketua DWP perwakilan RI diluar
negeri dijabat oleh istri pejabat senior perwakilan RI yang ditunjuk oleh kepala perwakilan RI di luar
negeri

Pasal 16

Tugas pengurus DWP instansi pemerintah pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/Kota, DWP
Kecamatan, atau yang disebut dengan nama lain adalah :
a. Menetapkan kebijakan organisasi pada lingkungan masing-masing, sesuai dengan anggaran dasar,
anggaran rumah tangga, keputusan musyawarah nasional dan kebijak sanaan pemimpin organisasi
atau satu tingkat diatasnya;
b. Mengesahkan organisasi, ketuan DWP, dan pengurus DWP satu tingkat dibawahnya;
c. Menetapkan dan melaksanakan program kerja serta kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi;
dan
d. Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan serta hasil program kerja kepada pengurus DWP satu
tingka diatasnya.

Bagian Kelima
Pasal 17

(1) Masa bakti ketua umum DWP menyesuaikan dengan masa bakti suami sebagai mentri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah bidang penberdayagunaan aparatur negara.
(2) Masa bakti ketua DWP instansi pemerintah pusat atau daerah menyesuaikan dengan masa bakti
suami sebagai:
a. Sekretaris jendral/sekretaris kementrian koordinator/sekretaris kementrian/sekretaris
utamaatau pejabat tertinggi instansi pemerintah pusat yang melaksanakan fungsi
kesekretariatan
b. Sekretaris daerah provinsi untuk provinsi
c. Sekretaris daerah kabupaten/kota untuk kabupaten/kota
d. Camat untuk kecamatan atau yang disebut dengan nama lain
e. Lurah untuk kelurahan atau yang disebut dengan nama lain
f. Kepala Perwakilan RI diluar negeri dijabat untuk perwakilan RI diluar negeri
g. Wali kota/bupati khusus untuk daerah kabupaten/kota diwilayah provinsi DKI Jakarta; dan
h. Rektor PTNBH untuk PTNBH
(1) Masa Bakti pengurus pada semua tingkatan kepengurusan adalah 5 (lima) tahun, yang dimulai dari
musyawarah nasional pada saat ditetapkan sampai dengan musyawarah nasional berikutnya.
(2) Masa bakti pengurus pusat selain ketua umum, ketua, sekretaris, jendral adalah lima tahun dan
paling lama dua periode dalam jabatan yang sama.
(3) Apabila dalam kurun waktu lima tahun terjadi pergantian kepengurusan oleh adanya keterkaitan
dengan berakhirnya masa jabatan suami, maka ketua DWP pada semua tingkatan dapat
menetapkan penggantinya

Bagian Ketiga
Wilayah Kerja/Pembinaan
Pasal 18

(1) Wilayah kerja pengurus DWP pusat meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia dan
perwakilan RI di luar negeri.
(2) Wilayah kerja pengurus DWP instasi pusat meliputi unit instasi masing-masing untuk yang berada
ditingkat pusat.
(3) Wilayah kerja pengurus DWP kementrian luar negeri meliputi instansi kementrian luar negeri yang
berada di pusat dan perwakilan RI di luar negeri.
(4) Wilayah kerja pengurus DWP provinsi meliputi instansi pemerintah masing-masing yang berada di
provinsi.
(5) Wilayah kerja pengurus DWP kabupaten/kota meliputi instansi pemerintah masing-masing yang
berada di kabupaten/kota.
(6) Wilayah kerja pengurus DWP kecamatan meliputi instansi pemerintah masing-masing yang berada
di kecamatan atau sebutan lain.
(7) Wilayah kerja pengurus DWP keluarahan meliputi instansi pemerintah masing-masing yang berada
di kelurahan atau sebutan lain.

BAB VII
PELINDUNG, PENASEHAT UTAMA, DEWAN KEHORMATAN, DEWAN PENASEHAT DAN PENASEHAT
Bagian Kesatu
Pelindung dan Penasehat Utama
Pasal 19
(1) Presiden dan Wakil Presiden Indonesia adalah penasehat DWP
(2) Istri Presiden dan Istri Wakil Presiden Indonesia adalah penasehat Utama DWP

Bagian Kedua
Dewan Kehormatan dan Dewan Penasehat
Pasal 20
Dewan Kehormatan DWP terdiri dari :
a. Istri mantan presiden dan istri matan wakil presiden
b. Mantan ketua Umum DWP

Pasal 21
(1) Dewan penasehat DWP Pusat terdiri dari istri ketua MPR istri ketua DPR, istri ketua DPD, istri ketua
BPK istri ketua MA, istri ketua KY, istri ketua MK dan istri mentri dan istri pejabat setingkat mentri
(2) Dalam hal ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua MK, Ketua KY, Ketua MA dan
menteri serta pejabat setingkat menteri dijabat oleh seorang perempuan, maka jabatan dewan
penasehat DWP Pusat dijabat oleh salah satu istri salah seorang wakilketua yang ditunjuk oleh
pimpinan dilingkungan sebagai dimaksud dalam ayat (1)
(3) Tugas Dewan Penasehat sebagai dimaksud pada ayat (1) diatas adalah memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak diminta kepada pengurus DWP Pusat.

Bagian Ketiga
Penasehat
Pasal 22
(1) ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua MK, Ketua KY, Ketua MA dan menteri serta
pejabat setingkat menteri, sekjen MPR, sekjen DPR, sekjen DPD, sekjen BPK, sekjen MK, sekjen KY,
sekjen MA, gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota, wakil bupati/walikota, camat, lurah, serta
pimpinan pimpinan perguruan tinggi/badan hukum adalah penasehatDWP instansi bersangkutan
(2) istri ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua DPD, istri Ketua BPK, istri Ketua MK, istri Ketua KY, istri
Ketua MA dan istri menteri serta pejabat setingkat menteri, istri sekjen MPR, istri sekjen DPR, istri
sekjen DPD, istri sekjen BPK, istri ekjen MK, istri sekjen KY, istri sekjen MA, istri gubernur, istri
wakil gubernur, istri bupati/walikota, istri wakil bupati/walikota, istri camat, istri lurah, serta
pimpinan pimpinan perguruan tinggi/badan hukum adalah penasehat DWP instansi bersangkutan
(3) penasehat DWP kabuapten/kota dilingkungan daerah DKI Jakarta adalah bupati/wali kota, wakil
bupati/walkil walikota
(4) Sekda provinsi dan sekda kabupaten/kota masing-masing adalah penasehat DWP
(5) Pemimpin unit kerja, instansi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota,kecamatan atau nama
lain, keluarahan atau nama lain yang sederajat, adalah penasehat DWP instansi pemerintah yang
bersangkutan

Tugas dan Tanggung Jawab Penasehat


Pasal 23

Penasehat sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Memgayomi serta memberikan saran dan pertimbangan untuk kemajuan organisasi
b. Memberi masukan dan arahan pada program kerja organisasi
c. Berperan serta dalam membangun citra organisasi yang positif

BAB VIII
Musyawarah dan Rapat
Pasal 24

(1) Musyawarah DWP diselenggarakan pada tingkat nasional dan tingkat daerah
(2) Musyawaran nasional ( munas ) adalah forum tertinggi organisasi yang berwenang untuk :
a. Menetapkan dan mengesahkan anggaran asar
b. Menetapkan dan mengesahkan rencana strategis (renstra) dan program kerja
c. Mengevaluasi laporan pertanggung jawaban ketua umum, dan
d. Menetapkan keputusannlainnya
(3) Musyawarah DWP yang dimaksud pada ayat (1) pada pasal 24 inidilaksanakan dalam lima tahun
sekali.
(4) Musyawarah daerah ( musda ) terdiri dari:
a. Musyawarah provinsi (Musprov)
b. Musyawarah Kabupaten/Kota ( Muskab ) ( Muskot )
(5) Musda berkewajiban untuk menyampaikan hasil munas dan berwenang untuk
a. Menetapkan dan mensahkan program kerja
b. Menghasilkan laporan pertanggung jawaban ketua DWP bersangkutan; dan
c. Menetapkan putusan lainnya
(6) Musda sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) dilaksanakan dalam lima tahun
(7) Dalam hal terjadi keadaan yang dinili berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup organisasi,
dapat dilaksanakan munaslub atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah unsur pelaksana
DWP

Pasal 23
(1) Rapat DWP terdiri dari :
a. Rapat anggota;
b. Rapat Kerja;
c. Rapat pengurus;
d. Rapat Koordinasi.
(2) Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota yang berkewajiban
menyampaikan hasil munas atau musda dan berwenang untuk :
a. Menetapkan dan mengesahkan program kerja;
b. Mengesahkan laporan pertanggung jawaban ketua DWP yang bersangkutan; dan
c. Menetapkan dan mengeshkan putusann lainnya.
(3) Rapat kerja diselenggarakan untuk membahas, mengkoordinasikan, serta mengintensifkan
pelaksanaan program kerja dan kegiatan, sesuai dengan kebijakan organisasi yang telah di
tetapkan.
(4) Rapat pengurus adalah pertemuan priodik antara ketua dan anggotan pengurus untuk membahas
dan mengambil keputusan tentang masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.
(5) Rapat organisasi adalah pertemuan antara pengurus dan dewan penasehat/penasehat untuk
menetapkan dan mengesahkannlaporan kerja.

BAB IX

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 26

(1) Atribut DWP terdiri dari lambang, vanbel, bendera, papan nama, lencana, himne, mars dan pakaian
seragam
(2) Ketentuan tentang atribut dimaksud ayat (1), diatur lebih lanjut dalam anggaran rumah tangga.

BAB X

KEUANGAN

Pasal 27

(1) Keuangan organisasi DWP diperoleh dari:


a. Iuran anggota;
b. Bantuan Pemerintah;
c. Sumbangan lain yang tidak mengikat;
d. Usaha lain yang sah.
(2) Keuangan Organisasi DWP diverifikasi pada setiap tahun
(3)

BAB XI
LARANGAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Bagian Kesatu
Larangan
Pasal 28

Setiap pengurud dan anggota DWP dilarang:


a. Melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras dan golongan;
b. Melakukan penyalahgunaan penistaan atau penodaan terhadap agama yang dianut di Indonesia;
c. Melakukan kegiatan sparatis yang mengancam kedaulatan negara Kesatua RI;
d. Melakukan tindakan yang menyebabkan sinergitas bangsa dan/atau
e. Melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu ketentraman dan ketertiban umum atau merusak
fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Bagian Kedua
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 29

(1) Apabila terjadi perselisihan antar pengurus dan anggota, akan diselenggarakan secara musyawarah
dan mufakat.
(2) Dalam hal tidak tercapai mufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat meminta pemerintah
untuk memfasilitasi mediasi
(3) Dalam hal mediasi tidak mencapai kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perselisihan
diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai