Anda di halaman 1dari 59

As of 2 Februari 2016, pukul 20.

00

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR …….TAHUN 2015
TENTANG
TATA TEMPAT, TATA UPACARA, TATA PENGHORMATAN DAN PENGATURAN
KEPROTOKOLAN TERHADAP TAMU NEGARA, TAMU PEMERINTAH,
DAN TAMU LEMBAGA NEGARA LAIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENIMBANG : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 12, pasal 29 ayat


(2), pasal 33 ayat (2), dan pasal 34 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah Tentang Tata Tempat, Tata
Upacara, Tata Penghormatan dan Pengaturan Keprotokolan
Terhadap Tamu Negara, Tamu Pemerintah, dan Tamu Lembaga
Negara Lain.

MENGINGAT : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1982


tentang Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan
Diplomatik Beserta Protokol Opsionalnya Mengenai Hal
Memperoleh Kewarganegaraan (Vienna Convention On
Diplomatic Relations And Optional Protocol To The Vienna
Convention On Diplomatic Relations Concerning Acquisition
Of Nationality,1961) Dan Pengesahan Konvensi Wina
Mengenai Hubungan Konsuler Beserta Protokol Opsionalnya
Mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan (Vienna
Convention On Consular Relations And Optional Protocol To
The Vienna Convention on Consular Relations Concerning
Acquisition of Nationality, 1963), (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3211);

1
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999


tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3882);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000


tentang Perjanjian Internasional. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4012);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009


tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
94, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5023);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009


tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5035);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2010


tentang Keprotokolan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor
5166);

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014


Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 182 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5568). (new)

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG


TATA TEMPAT, TATA UPACARA, TATA PENGHORMATAN,
DAN PENGATURAN KEPROTOKOLAN TERHADAP TAMU

2
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

NEGARA, TAMU PEMERINTAH, DAN TAMU LEMBAGA


NEGARA LAIN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan:


1. Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam
acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan
Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai
dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau
masyarakat. *(Pasal 1 butir 1 Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan)

2. Kepala Protokol Negara (KPN) adalah Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler
Kementerian Luar Negeri yang ditetapkan bertugas sebagai Koordinator tugas-
tugas protokol negara bertanggungjawab kepada Presiden. *(Keputusan Presiden
RI Nomor 32 Tahun 1973)

3. Acara Kenegaraan adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh panitia negara
secara terpusat, dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden, serta Pejabat
Negara dan undangan lain. *(Pasal 1 butir 2 Undang-undang RI Nomor 9 Tahun
2010 tentang Keprotokolan)

4. Acara Resmi adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah atau
lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dan dihadiri oleh
Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintahan serta undangan lain. *(Pasal 1
butir 3 Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

5. Tata Tempat adalah pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat


Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, serta
Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. *(Pasal 1
butir 4 Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

6. Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara


Kenegaraan atau Acara Resmi. *(Pasal 1 butir 5 Undang-undang RI Nomor 9
Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

3
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

7. Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi


Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau
Organisasi Internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi. *(Pasal 1 butir 6 Undang-undang RI Nomor 9
Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

8. Lembaga Negara adalah institusi-institusi negara yang secara langsung diatur atau
memiliki kewenangan yang diberikan oleh Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.(new)

9. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana


dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Pejabat Negara yang secara tegas ditentukan dalam undang-undang. *(Pasal
1 butir 7 Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

10. Pejabat Pemerintahan adalah pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam
pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. *(Pasal 1 butir 8 Undang-undang
RI Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

11. Tokoh Masyarakat Tertentu adalah tokoh masyarakat yang berdasarkan


kedudukan sosialnya mendapat pengaturan keprotokolan. *(Pasal 1 butir 10
Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

12. Spouse adalah isteri atau suami dari Tamu Negara, Tamu Pemerintah, Pejabat
Negara, Pejabat Pemerintahan, Wakil Negara Asing dan/atau Organisasi
Internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu.

13. Tamu Negara adalah pemimpin negara asing yang berkunjung secara
kenegaraan, resmi, kerja, pribadi, dan transit ke negara Indonesia. *(Pasal 1 butir
9 Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

14. Tamu Pemerintah, Tamu Lembaga Negara dan Tamu Negara Asing lainnya
adalah pejabat Negara/pemerintahan, pejabat tinggi lembaga negara asing,
mantan kepala negara/pemerintahan atau wakilnya, wakil perdana menteri, kepala
perwakilan negara asing, utusan khusus, dan tokoh masyarakat asing yang secara
resmi berkunjung ke Indonesia.*(Pasal 33 ayat (2) Undang-undang RI Nomor 9
Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

15. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera
Negara adalah Sang Merah Putih.*(Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 24

4
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan)

16. Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. *(Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 24
tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan)

17. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang
Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
*(Pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa
dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

18. Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. *(Pasal 1 butir 4 Undang-undang
Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan)

19. Gelar adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada seseorang
yang telah gugur atau meninggal dunia atas perjuangan, pengabdian, darmabakti,
dan karya yang luar biasa kepada bangsa dan negara. *(Pasal 1 butir 1 Peraturan
Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan)

20. Tanda Jasa adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada
seseorang yang berjasa dan berprestasi luar biasa dalam mengembangkan dan
memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar bagi bangsa dan negara.
*(Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa,
dan Tanda Kehormatan)

21. Tanda Kehormatan adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada
seseorang, kesatuan, institusi pemerintah, atau organisasi atas darmabakti dan
kesetiaan yang luar biasa terhadap bangsa dan negara. *(Pasal 1 butir 3
Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda
Kehormatan)

5
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

22. Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) adalah pasukan yang bertugas


melaksanakan pengamanan fisik langsung jarak dekat setiap saat kepada
Presiden dan Wakil Presiden, Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden
beserta keluarganya serta Tamu Negara setingkat Kepala Negara/Kepala
Pemerintahan. *(Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 59 Tahun 2013
tentang Pengamanan Presiden dan Wakil Presiden, Mantan Presiden dan mantan
Wakil Presiden beserta Keluarganya serta Tamu Negara setingkat Kepala
Negara/Kepala Pemerintahan)

23. Pertemuan Internasional adalah pertemuan antara wakil-wakil dari 2 (dua) atau
lebih negara untuk membahas topik tertentu yang menjadi kepentingan bersama
secara internasional. (new)

24. Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu yang
diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan
hak dan kewajiban di bidang hukum publik. *(pasal 1 UU RI No. 24 Tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional) (new)

25. Jamuan Kenegaraan adalah jamuan yang diperuntukkan kepada Kepala Negara
(Raja, Presiden, Sultan, Kaisar, Ratu, Yang Dipertuan Agung, Paus, Gubernur
Jenderal) dalam suatu kunjungan kenegaraan. *(Penjelasan pasal 33 ayat (3)
huruf a Undang-undang Nomor 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan).

26. Jamuan Resmi adalah jamuan yang diperuntukan kepada Kepala Pemerintahan
(Perdana Menteri, Kanselir) dalam suatu kunjungan resmi. *(Penjelasan pasal 33
ayat (3) huruf b Undang-undang Nomor 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan).

27. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP)/Nuncio/High
Commissioner adalah seseorang yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala
Negara pengirim untuk jabatan Kepala Perwakilan Diplomatik untuk mewakili dan
memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara di negara penerima atau pada
suatu Organisasi Internasional. *(pasal 14 ayat (1a) Vienna Convention on
Diplomatic Relations, Vienna, 18 April 1961 jo pasal 29 ayat (1), (2) Undang-
undang RI nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri).

28. Konsul Jenderal dan Konsul yang memimpin Perwakilan Konsuler adalah
seseorang yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Negara pengirim untuk
mewakili dan memperjuangkan kepentingan Bangsa dan Negara, di satu wilayah
kerja atau lebih di dalam wilayah Negara Penerima. *(pasal 10 ayat (1) jo pasal 1
ayat (1b) Vienna Conventionon Consular Relations, Vienna, 24 April 1963).

6
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

29. Konsul/Konsul Jenderal Kehormatan Negara Asing untuk Indonesia adalah


seorang warga negara Indonesia atau warga negara dari negara ketiga (bukan
warga negara dari negara pengirim), yang ditunjuk oleh pemerintah negara asing
untuk melaksanakan tugas kekonsuleran di suatu wilayah tertentu di Indonesia.

Pasal 2

(1) Acara Kenegaraan, acara yang diatur dan dilaksanakan oleh Panitia Negara.
*(Pasal 1 butir 2 Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

(2) Panitia Negara diketuai oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan


Pemerintahan di bidang Kesekretariatan Negara.*(pasal 6 ayat (1) Undang-undang
RI nomor 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan).

(3) Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Kesekretariatan


Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dibantu oleh KPN.

(4) KPN sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan Keprotokolan Acara Kenegaraan di Ibu kota Negara Republik
Indonesia atau Acara Resmi baik di Ibu kota Negara Republik Indonesia dan/atau
di luar Ibu kota Negara Republik Indonesia.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi:


a. Tata Tempat;
b. Tata Upacara;
c. Tata Penghormatan;
d. Pengaturan Keprotokolan terhadap Tamu Negara, Tamu Pemerintah, dan Tamu
Lembaga Negara lain.

BAB II
TATA TEMPAT

Umum

Pasal 4

Tata tempat sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a terdiri dari:

7
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

a. Tata tempat untuk Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara


Asing dan/atau Organisasi Internasional serta Tokoh Masyarakat Tertentu. *(pasal
4 ayat (2) Undang-undang RI nomor 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan).
b. Tata tempat untuk Tamu Negara, Tamu Pemerintah, dan Tamu Lembaga Negara
lain. *(pasal 33 ayat (1), (2) Undang-undang RI nomor 9 tahun 2010 tentang
Keprotokolan).
c. Tata tempat untuk penyematan tanda jasa dan tanda kehormatan kepada warga
negara asing.

Bagian Kesatu
Tata Tempat untuk Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing
dan/atau Organisasi Internasional serta Tokoh Masyarakat Tertentu

Pasal 5

(1) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau


Organisasi Internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam acara
kenegaraan di Ibu Kota Negara RI dan acara resmi di Ibu Kota Negara RI,
Provinsi, Kabupaten/Kota mendapat urutan tata tempat sebagaimana diatur dalam
pasal 9, pasal 10, dan pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2010 tentang Keprotokolan. *(Pasal 8, 9, 10, 11 Undang-undang RI Nomor
9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

(2) Dalam hal terdapat pejabat negara atau pejabat pemerintahan baru yang belum
disebutkan dalam pasal 9, pasal 10, dan pasal 11 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, penempatannya
disesuaikan dengan dasar hukum pembentukannya. *(Penjelasan pasal 7
Peraturan Pemerintah RI Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan
mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan)

(3) Dalam hal acara kenegaraan dihadiri beberapa mantan Presiden, Wakil Presiden,
Ketua Lembaga Negara, tata tempat disesuaikan dengan urutan senioritas masing
masing sesuai masa jabatannya.

8
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Bagian Kedua
Tata Tempat untuk Tamu Negara, Tamu Pemerintah, dan Tamu Lembaga Negara lain

Pasal 6

Tata tempat Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan) pada acara


kenegaraan atau acara resmi di Ibu Kota Negara RI dengan urutan:
a. Presiden RI;
b. Tamu Negara;
c. Spouse Tamu Negara;
d. Spouse Presiden RI;
e. Ketua Lembaga Negara RI;
f. Orang Kedua Delegasi Tamu Negara;
g. Spouse Ketua Lembaga Negara RI;
h. Menteri Luar Negeri Tamu Negara;
i. Menteri Luar Negeri RI;
j. Spouse Menteri Luar Negeri RI;
k. Para Menteri Tamu Negara;
l. Para Menteri RI;
m. Spouse Menteri RI;
n. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
o. Spouse Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
p. Duta Besar LBBP RI;
q. Spouse Duta Besar LBBP RI.

Pasal 7

Tata tempat rangkaian kendaraan Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan)


pada acara kenegaraan atau acara resmi di Ibu Kota Negara RI.

(1) Rangkaian kendaraan dari Bandar udara ke tempat penginapan dan sebaliknya
dengan urutan:
Mobil Sweeper Polisi;
5 (lima) Unit SPM (Sepeda Motor Polisi Militer) Kawal Depan;
Mobil Kawal Depan
Mobil Protokol : 1. KPN RI
2. KPN Tamu Negara
3. Protokol Kementerian Luar Negeri;
Mobil Security 1 : 1. Security Officer RI (Pasukan Pengamanan RI)
2. Security Officer Tamu Negara (Pasukan Pengamanan Tamu

9
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Negara);
Mobil VVIP 1 : 1. Tamu Negara
2. Spouse
3. ADC RI;
2 (dua) Unit SPM Kawal Samping;
Mobil Security 2 : 1. Security Officer RI (Pasukan Pengamanan RI)
2. Security Officer Tamu Negara (Pasukan Pengamanan Tamu
Negara);
Mobil VVIP 2 : Mobil Cadangan;
Mobil Unit Response;
Mobil Menteri RI Pendamping Tamu Negara;
Mobil Menteri Tamu Negara;
Mobil Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
Mobil Duta Besar LBBP RI;
Mobil Delegasi Tamu Negara;
Mobil Kesehatan;
Mobil Barang;
Mobil Kawal Belakang;
Mobil Sweeper Polisi.

(2) Rangkaian kendaraan dari tempat penginapan ke Istana Merdeka, Istana Negara
dan sebaliknya dengan urutan:
2 (dua) Sepeda Motor Polisi;
Mobil Sweeper Polisi;
Mobil Kawal Depan;
Mobil Protokol : 1. KPN RI
2. KPN Tamu Negara
3. Protokol Kementerian Luar Negeri;
Mobil Security 1 : 1. Security Officer RI (Pasukan Pengamanan RI)
2. Security Officer Tamu Negara (Pasukan Pengamanan Tamu
Negara;
Mobil VVIP 1 : 1. Tamu Negara
2. Spouse
3. ADC RI;
2 (dua) unit SPM kawal samping;
Mobil Security 2 : 1. Security Officer RI (Pasukan Pengamanan RI)
2. Security Officer Tamu Negara (Pasukan Pengamanan Tamu
Negara);
2 (dua) Mobil Delegasi Tamu Negara;
Mobil unit response;

10
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

2 (dua) Sepeda Motor Polisi.

(3) Rangkaian kendaraan yang memasuki Istana Merdeka dan Istana Negara dengan
urutan:
Mobil Kawal Depan;
Mobil Protokol : 1. KPN RI
2. KPN Tamu Negara
3. Protokol Kementerian Luar Negeri;
Mobil Security 1 : 1. Security Officer RI (Pasukan Pengamanan RI)
2. Security Officer Tamu Negara (Pasukan Pengamanan Tamu
Negara;
Mobil VVIP 1 : 1. Tamu Negara
2. Spouse
3. ADC RI;
Mobil Security 2 : 1. Security Officer RI (Pasukan Pengamanan RI)
2. Security Officer Tamu Negara (Pasukan Pengamanan Tamu
Negara);
2 (dua) Mobil Delegasi Tamu Negara.

Pasal 8

Tata tempat untuk Jamuan Santap Malam Kenegaraan atau Jamuan Santap Malam
Resmi di Ibu Kota Negara RI terdiri dari:
a. Tata Tempat pada Meja Utama VVIP;
b. Tata Tempat pada Meja VIP.

Pasal 9

Tata tempat pada Meja Utama VVIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a,
dilakukan setelah konfirmasi kehadiran dengan urutan:
a. Pada posisi tengah (“center”) kursi meja utama, yaitu kursi Presiden, Tamu
Negara, spouse Tamu Negara dan spouse Presiden;
b. Pada posisi tengah (“center”), di sebelah kiri terletak kursi Presiden dan di sebelah
kanan kursi Presiden terletak kursi Tamu Negara;
c. Di sebelah kiri kursi Presiden terletak kursi spouse Tamu Negara, dan di sebelah
kanan kursi Tamu Negara terletak kursi spouse Presiden;
d. Di sebelah kiri kursi spouse Tamu Negara, terletak kursi Ketua Lembaga Negara
dan di sebelah kanan kursi spouse Presiden terletak kursi Ketua Lembaga Negara;

11
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

e. Kursi di sebelah kiri Ketua Lembaga Negara terletak kursi orang Kedua Delegasi
Tamu Negara sesuai urutan kedudukan dan jabatannya;
f. Kursi spouse Ketua Lembaga Negara, di sebelah kursi orang Kedua Delegasi
Tamu Negara;
g. Kursi Menteri Luar Negeri Tamu Negara dan kursi Menteri Luar Negeri RI beserta
spouse di sebelah luar kanan atau kiri meja utama VVIP.

Pasal 10

(1) Tata tempat pada Meja VIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b,
dilakukan setelah konfirmasi kehadiran dengan urutan:
a. Kursi Menteri Tamu Negara dan kursi para Menteri RI beserta para spouse di
meja VIP ditentukan sesuai urutan kedudukan dan jabatan;
b. Kursi Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia dan
kursi Duta Besar LBBP RI beserta spouse di meja VIP bersama-sama dengan
para Menteri di meja VIP;
c. Kursi Wakil Ketua Lembaga Negara.

(2) Tata tempat bagi delegasi tuan rumah berikutnya sesuai dengan urutan
berdasarkan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2010.

(3) Tata tempat bagi delegasi Tamu Negara berikutnya sesuai urutan dengan
kedudukan dan jabatannya.

Pasal 11

Tata tempat Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan) dalam kunjungan


kehormatan kepada Ketua Lembaga Negara RI dengan urutan:
a. Ketua Lembaga Negara RI;
b. Tamu Negara;
c. Wakil Ketua Lembaga Negara RI;
d. Orang Kedua Delegasi Tamu Negara;
e. Menteri Pendamping RI;
f. Menteri Luar Negeri Tamu Negara;
g. Para Menteri Tamu Negara;
h. Anggota Lembaga Negara RI;
i. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
j. Duta Besar LBBP RI.

12
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 12

Tata tempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dengan urutan:


a. Pada posisi tengah (“center”) di sebelah kiri terletak kursi Ketua Lembaga Negara
RI dan di sebelah kanan kursi Ketua Lembaga Negara RI terletak kursi Tamu
Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan), di antara 2 (dua) deretan kursi
yang disesuaikan dengan jumlah Tamu Negara yang hadir maksimal 8 (delapan)
kursi untuk Tamu Negara dan 8 (delapan) kursi pendamping Ketua Lembaga
Negara RI;
b. Deretan kursi Delegasi Tamu Negara terletak di sebelah kanan kursi Tamu
Negara;
c. Deretan kursi pendamping Ketua Lembaga Negara RI di sebelah kiri kursi Ketua
Lembaga Negara RI.

Pasal 13

Tata tempat untuk Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan) dalam Acara
Resmi di Provinsi dengan urutan:
a. Tamu Negara;
b. Spouse Tamu Negara;
c. Gubernur;
d. Spouse Gubernur;
e. Orang Kedua Delegasi Tamu Negara;
f. Menteri Pendamping RI untuk Tamu Negara;
g. Delegasi Tamu Negara;
h. Spouse Menteri Pendamping RI;
i. Wakil Gubernur;
j. Spouse Wakil Gubernur;
k. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
l. Spouse Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
m. Duta Besar LBBP RI;
n. Spouse Duta Besar LBBP RI.

Pasal 14

Tata tempat rangkaian kendaraan untuk Kunjungan Tamu Negara di Provinsi:


Mobil Sweeper Polisi;
3 (tiga) Unit SPM Kawal Depan;

13
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Mobil Kawal Depan;


Mobil Protokol : 1. KPN RI
2. KPN Tamu Negara
3. Protokol Kementerian Luar Negeri;
Mobil Security 1 : 1. Security Officer RI
2. Security Officer Tamu Negara;
Mobil VVIP 1 : 1. Tamu Negara
2. Spouse
3. ADC RI;
2 (dua) Unit SPM Kawal Samping;
Mobil Security 2 : 1. Security Officer RI
2. Security Officer Tamu Negara;
Mobil VVIP 2 : Mobil Cadangan;
Mobil Unit Response;
Mobil Gubernur/Kepala Daerah;
Mobil Menteri RI Pendamping Tamu Negara;
Mobil Menteri Tamu Negara;
Mobil Delegasi Tamu Negara;
Mobil Dubes LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
Mobil Dubes LBBP RI;
Mobil Kesehatan;
Mobil Barang;
Mobil Kawal Belakang;
Mobil Sweeper Polisi.

Pasal 15

Tata tempat untuk Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan) dalam Jamuan
Santap Malam di Provinsi terdiri atas:
a. Meja Utama VVIP;
b. Meja VIP.

Pasal 16

Meja Utama VVIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a dengan urutan:
a. Pada posisi tengah (“center”) kursi meja utama VVIP yaitu kursi Gubernur, Tamu
Negara, spouse Tamu Negara dan spouse Gubernur;
b. Pada posisi tengah (“center”), di sebelah kiri terletak kursi Gubernur dan di
sebelah kanan kursi Gubernur terletak kursi Tamu Negara;
c. Di sebelah kiri kursi Gubernur terletak kursi spouse Tamu Negara, dan di sebelah
kanan kursi Tamu Negara terletak kursi spouse Gubernur;

14
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

d. Di sebelah kiri kursi spouse Tamu Negara terletak kursi Menteri RI Pendamping
untuk Tamu Negara dan di sebelah kanan kursi spouse Gubernur terletak kursi
spouse Menteri RI Pendamping Tamu Negara, selanjutnya kursi orang Kedua
Delegasi Tamu Negara ditempatkan sesuai urutan kedudukan dan jabatannya.

Pasal 17

(1) Meja VIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b dengan urutan:
a. Kursi Tamu Negara setingkat Menteri di sebelah kanan kursi Wakil Gubernur;
b. Kursi spouse Wakil Gubernur, di sebelah kanan orang Ketiga Delegasi Tamu
Negera;
c. Kursi Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia, di
sebelah kiri kursi Wakil Gubernur;
d. Kursi Duta Besar LBBP RI, di sebelah kiri kursi Duta Besar LBBP/Kepala
Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
e. Kursi spouse Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia, di sebelah kanan kursi spouse Wakil Gubernur;
f. Kursi spouse Duta Besar LBBP RI, di sebelah kanan kursi spouse Duta Besar
LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia.

(2) Tata tempat delegasi tuan rumah berikutnya berdasarkan pasal 9 ayat (1) dan
pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2010.

(3) Tata tempat delegasi Tamu Negara berikutnya sesuai urutan kedudukan dan
jabatannya.

Pasal 18

(1) Tata tempat untuk Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan) dalam
Acara Resmi di Kabupaten/Kota dengan urutan:
a. Tamu Negara;
b. Spouse Tamu Negara;
c. Gubernur;
d. Spouse Gubernur;
e. Orang Kedua Delegasi Tamu Negara;
f. Menteri Pendamping RI untuk Tamu Negara;
g. Orang Ketiga Delegasi Tamu Negara;
h. Spouse Menteri Pendamping RI;
i. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
j. Spouse Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;

15
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

k. Duta Besar LBBP RI;


l. Spouse Duta Besar LBBP RI;
m. Bupati/Walikota;
n. Spouse Bupati/Walikota.

(2) Tata tempat delegasi tuan rumah berikutnya berdasarkan Pasal 10 Ayat (1) dan
Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2010.

(3) Tata tempat delegasi Tamu Negara berikutnya sesuai dengan urutan kedudukan
dan jabatannya.

Pasal 19

Tata tempat untuk Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan) dalam Acara
Kunjungan Kerja dengan urutan:
a. Presiden RI;
b. Tamu Negara;
c. Spouse Tamu Negara;
d. Spouse Presiden RI;
e. Orang Kedua Delegasi Tamu Negara;
f. Menteri Luar Negeri Tamu Negara;
g. Menteri Luar Negeri RI;
h. Para Menteri Tamu Negara;
i. Para Menteri RI;
j. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
k. Spouse Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
l. Duta Besar LBBP RI;
m. Spouse Duta Besar LBBP RI.

Pasal 20

Tata tempat untuk Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan) pada Acara
Kunjungan Kerja menghadiri pertemuan-pertemuan internasional sesuai dengan
kebiasaan Internasional.

16
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 21

Tata tempat rangkaian kendaraan untuk Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala


Pemerintahan) dalam rangka Kunjungan Kerja dan/atau menghadiri pertemuan-
pertemuan internasional.

(1) Rangkaian kendaraan dari bandar udara ke tempat penginapan dan sebaliknya
dengan urutan:
Mobil Sweeper Polisi;
3 (tiga) Unit SPM Kawal Depan;
Mobil Kawal Depan;
Mobil Protokol : 1. KPN
2. Protokol Tamu Negara/Tamu Pemerintahan
3. Protokol Kementerian Luar Negeri;
Mobil Security 1 : 1. Security Officer RI
2. Security Officer Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;
Mobil VVIP 1 : 1. Tamu Negara/Tamu Pemerintahan
2. Spouse
3. Security Officer RI;
2 (dua) Unit SPM Kawal Samping;
Mobil Security 2 : 1. Security Officer RI
2. Security Officer Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;
Mobil VVIP 2 : Mobil Cadangan;
Mobil Unit Response;
Mobil Menteri Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;
Mobil Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
Mobil Duta Besar LBBP RI;
Mobil Delegasi Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;
Mobil Kesehatan;
Mobil Barang;
Mobil Kawal Belakang;
Mobil Sweeper Polisi.

(2) Rangkaian kendaraan dari tempat penginapan ke tempat pertemuan dan


sebaliknya dengan urutan:
Mobil Sweeper Polisi;
Mobil Kawal Depan;
Mobil Protokol : 1. Protokol Tamu Negara/Tamu Pemerintahan
2. Protokol Kementerian Luar Negeri;
Mobil Security 1 : 1. Security Officer RI

17
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

2. Security Officer Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;


Mobil VVIP : 1. Tamu Negara/Tamu Pemerintahan
2. Spouse
3. Security Officer RI;
Mobil Security 2 : 1. Security Officer RI
2. Security Officer Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;
Mobil Delegasi Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;
2 (dua) Sepeda Motor Polisi.

(3) Rangkaian kendaraan yang memasuki gedung pertemuan dengan urutan:


Mobil Protokol : 1. Protokol Tamu Negara/Tamu Pemerintahan
2. Protokol Kementerian Luar Negeri;
Mobil Security 1 : 1. Security Officer RI
2. Security Officer Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;
Mobil VVIP : 1. Tamu Negara/Tamu Pemerintahan
2. Security Officer RI;
Mobil Security 2 : 1. Security Officer RI
2. Security Officer Tamu Negara/Tamu Pemerintahan.

(4) Rangkaian kendaraan yang memasuki Istana Merdeka dan Istana Negara dengan
urutan:
Mobil Protokol : 1. Protokol Tamu Negara/Tamu Pemerintahan
2. Protokol Kementerian Luar Negeri;
Mobil VVIP : 1. Tamu Negara/Tamu Pemerintahan
2. Security Officer RI;
Mobil Security 2 : 1. Security Officer RI
2. Security Officer Tamu Negara/Tamu Pemerintahan;
Mobil Delegasi Tamu Negara.

Pasal 22

Tata tempat dalam hal kunjungan Tamu Lembaga Negara Asing dalam Acara Resmi di
Ibu Kota Negara RI dengan urutan:
a. Ketua Lembaga Negara RI;
b. Ketua Lembaga Negara Asing;
c. Wakil Ketua Lembaga Negara RI;
d. Delegasi Lembaga Negara Asing;
e. Anggota Lembaga Negara RI;
f. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia;
g. Sekretaris Jenderal Lembaga Negara.

18
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 23

Tata tempat rangkaian kendaraan kunjungan Tamu Lembaga Negara Asing di Ibu Kota
Negara RI atau di Daerah, dengan urutan:
Mobil Sweeper Polisi
Mobil Protokol : 1. Protokol Lembaga Negara RI
2. Protokol Tamu Lembaga Negara Asing;
Mobil VIP : 1. Tamu Lembaga Negara Asing
2. Spouse
3. Security Officer RI (polisi);
Mobil : Delegasi Tamu Lembaga Negara Asing.

Pasal 24

Tata tempat acara kunjungan Tamu Lembaga Negara Asing di Ibu kota Negara RI
dengan urutan:
a. Pada posisi tengah (“center”) di sebelah kiri terletak kursi Ketua Lembaga Negara
RI dan di sebelah kanan kursi Ketua Lembaga Negara RI terletak kursi Tamu
Lembaga Negara Asing, di antara 2 (dua) deretan kursi yang disesuaikan dengan
jumlah Tamu Lembaga Negara Asing yang hadir maksimal 8 (delapan) kursi untuk
Tamu Lembaga Negara Asing dan 8 (delapan) kursi pendamping Ketua Lembaga
Negara RI;
b. Deretan kursi Tamu Lembaga Negara Asing/delegasi terletak di sebelah kanan
kursi Ketua Lembaga Negara Asing;
c. Deretan kursi pendamping Ketua Lembaga Negara RI di sebelah kiri kursi Ketua
Lembaga Negara RI.

Pasal 25 (new)

Tata tempat dalam kunjungan kehormatan tamu Ketua Lembaga Negara Asing kepada
Presiden/Wakil Presiden dengan urutan
a. Pada posisi tengah (“center”) di sebelah kiri terletak kursi Presiden/Wakil Presiden
dan di sebelah kanan kursi Presiden/Wakil Presiden terletak kursi tamu Ketua
Lembaga Negara Asing, di antara 2 (dua) deretan kursi yang disesuaikan dengan
jumlah tamu Ketua Lembaga Negara Asing yang hadir maksimal 8 (delapan) kursi
untuk tamu Ketua Lembaga Negara Asing dan 8 (delapan) kursi pendamping
Presiden/Wakil Presiden;
b. Deretan kursi delegasi tamu Ketua Lembaga Negara Asing terletak di sebelah
kanan kursi Ketua Lembaga Negara Asing;

19
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

c. Deretan kursi pendamping Presiden/Wakil Presiden di sebelah kiri kursi


Presiden/Wakil Presiden.

Pasal 26

Tata tempat dalam hal kunjungan Tamu Lembaga Negara Asing dalam Acara Resmi di
Provinsi dengan urutan:
a. Ketua Lembaga Negara RI;
b. Ketua Tamu Lembaga Negara Asing;
c. Gubernur;
d. Delegasi Tamu Lembaga Negara Asing;
e. Wakil Ketua Lembaga Negara RI;
f. Anggota Lembaga Negara RI;
g. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia.

Pasal 27

Tata tempat acara kunjungan Tamu Lembaga Negara Asing di Provinsi dengan urutan:
a. Pada posisi tengah (“center”) di sebelah kiri terletak kursi Gubernur dan di sebelah
kanan kursi Gubernur terletak kursi Tamu Lembaga Negara Asing, di antara 2
(dua) deretan kursi yang disesuaikan dengan jumlah Tamu Lembaga Negara
Asing yang hadir maksimal 8 (delapan) kursi untuk Tamu Lembaga Negara Asing
dan 8 (delapan) kursi pendamping Ketua Lembaga Negara RI;
b. Deretan kursi Tamu Lembaga Negara Asing/delegasi terletak di sebelah kanan
kursi Ketua Lembaga Negara Asing;
c. Deretan kursi pendamping Gubernur termasuk Ketua Lembaga Negara RI di
sebelah kiri kursi Gubernur.

Pasal 28

Tata tempat untuk Tamu Pemerintah (mantan Kepala Negara/Pemerintahan atau


wakilnya, Kepala Perwakilan Negara Asing, dan utusan khusus) dalam Acara Resmi di
Ibu Kota Negara RI, dengan urutan:
a. Presiden/Wakil Presiden;
b. Tamu Pemerintah;
c. Menteri Luar Negeri RI;
d. Menteri RI yang terkait;
e. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia.

20
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 29

Tata tempat dalam Kunjungan Kehormatan Tamu Pemerintah kepada Presiden/Wakil


Presiden dengan urutan:
a. Kursi Presiden/Wakil Presiden terletak di tengah (“center”) di antara dua deretan
kursi disesuaikan dengan jumlah tamu Pemerintah yang hadir maksimal 8
(delapan) kursi, untuk Tamu Pemerintah/delegasi dan 8 (delapan) kursi
Pendamping Presiden/Wakil Presiden;
b. Deretan kursi Tamu Pemerintah/delegasi terletak di sebelah kanan Presiden/Wakil
Presiden;
c. Deretan kursi Pendamping Presiden/Wakil Presiden terletak di sebelah kiri
Presiden/Wakil Presiden.

Pasal 30

Tata tempat untuk Tamu Pemerintah dalam jamuan resmi terdiri atas:
a. Tata Tempat pada Meja Utama VVIP;
b. Tata Tempat pada Meja VIP.

Pasal 31

Tata tempat pada Meja Utama VVIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a,
dengan urutan:
a. Pada posisi tengah (“center”) kursi meja utama, yaitu kursi Presiden, Tamu
Pemerintah, Menteri Luar Negeri, orang kedua delegasi Tamu Pemerintah;
b. Pada posisi tengah (“center”) di sebelah kiri terletak kursi Presiden dan di sebelah
kanan kursi Presiden terletak kursi Tamu Pemerintah;
c. Di sebelah kiri kursi Presiden terletak kursi orang kedua Delegasi Tamu
Pemerintah dan di sebelah kanan kursi Tamu Presiden terletak kursi Menteri Luar
Negeri.

Pasal 32

Tata tempat pada Meja VIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b dengan
urutan: kursi Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia,
Delegasi Tamu Pemerintah dan Menteri RI/Pejabat Pendamping Presiden ditentukan
sesuai urutan kedudukan dan jabatannya.

21
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 33

Tata tempat untuk Pimpinan Lembaga Negara dan/atau alat kelengkapan Lembaga
Negara dalam acara resmi di Provinsi dengan urutan:
a. Pimpinan Lembaga Negara;
b. Pimpinan alat kelengkapan Lembaga Negara;
c. Gubernur;
d. Anggota Lembaga Negara;
e. Wakil Gubernur;
f. Pejabat Pemerintahan;
g. Kepala Kantor Daerah/Perwakilan Lembaga Negara; dan
h. FORKOPIMDA.

Pasal 34

Tata tempat rangkaian kendaraan Pimpinan Lembaga Negara di Provinsi


a. Voridjer Polisi;
b. Mobil Protokol;
c. Mobil VIP: Pejabat Negara;
d. Mobil Pejabat Pemerintah Daerah;
e. Mobil Rombongan.

Pasal 35

Tata tempat untuk Pimpinan Lembaga Negara dan/atau alat kelengkapan Lembaga
Negara dalam acara resmi di Kabupaten/Kota dengan urutan:
a. Pimpinan Lembaga Negara;
b. Pimpinan alat kelengkapan Lembaga Negara;
c. Bupati/Walikota;
d. Anggota Lembaga Negara;
e. Wakil Bupati/Walikota;
f. Pejabat Pemerintahan;
g. Kepala Kantor Daerah/Perwakilan Lembaga Negara; dan
h. FORKOPIMDA.

Pasal 36

Tata tempat pada Meja Utama VIP, dengan urutan:


a. Pada posisi tengah (center) kursi meja utama yaitu kursi Gubernur, Pimpinan
Lembaga Negara atau Pimpinan Alat Kelengkapan Lembaga Negara;

22
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

b. Pada posisi tengah (center) di sebelah kiri terletak kursi Gubernur dan di sebelah
kanan kursi Gubernur terletak kursi Pimpinan Lembaga Negara atau Pimpinan Alat
Kelengkapan Lembaga Negara;
c. Di sebelah kiri kursi Gubernur terletak kursi Wakil Gubernur;
d. Di sebelah kiri kursi Wakil Gubernur terletak kursi anggota Lembaga Negara;
e. Di sebelah kanan kursi Pimpinan Lembaga Negara terletak kursi FORKOPIMDA;
f. Kursi Pejabat Daerah diletakkan selanjutnya sesuai urutan kedudukan dan
jabatannya.

Pasal 37

Tata tempat rangkaian kendaraan Pimpinan Lembaga Negara di Kabupaten/Kota


a. Voridjer Polisi;
b. Mobil Protokol Kabupaten/Kota dan Lembaga Negara;
c. Mobil VIP: Pejabat Negara;
d. Mobil Pejabat Pemerintah Daerah;
e. Mobil Rombongan.

Pasal 38

Tata tempat pada Meja Utama VIP, dengan urutan:


g. Pada posisi tengah (center) kursi meja utama yaitu kursi Bupati/Walikota,
Pimpinan Lembaga Negara atau Pimpinan Alat Kelengkapan Lembaga Negara;
h. Pada posisi tengah (center) di sebelah kiri terletak kursi Bupati/Walikota dan di
sebelah kanan kursi Bupati/Walikota terletak kursi Pimpinan Lembaga Negara atau
Pimpinan Alat Kelengkapan Lembaga Negara;
i. Di sebelah kiri kursi Bupati/Walikota terletak kursi Wakil Bupati/Walikota;
j. Di sebelah kiri kursi Wakil Bupati/Walikota terletak kursi anggota Lembaga Negara;
k. Di sebelah kanan kursi Pimpinan Lembaga Negara terletak kursi FORKOPIMDA;
l. Kursi Pejabat Daerah diletakkan selanjutnya sesuai urutan kedudukan dan
jabatannya.

Bagian ketiga
Tata Tempat untuk Penyematan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan
Kepada Warga Negara Asing

Pasal 39

Tata tempat penyematan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan RI kepada Kepala
Negara/Pemerintahan asing:

23
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

a. Presiden berdiri pada posisi tengah (center) disebelah kiri dan di sebelah kanan
berdiri Kepala Negara/Pemerintahan Negara Asing yang akan menerima Tanda
Jasa dan Tanda Kehormatan;
b. Delegasi Kepala Negara/Pemerintahan Negara Asing yang akan menerima Tanda
Jasa dan Tanda Kehormatan, berdiri berjajar di sebelah kanan Kepala
Negara/Pemerintahan negara asing dan delegasi RI berdiri berjajar di sebelah kiri
Presiden.

Pasal 40

Tata tempat penyematan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan RI kepada Panglima
Angkatan Bersenjata Negara Asing dan Kepala Kepolisian Negara Asing, mengikuti tata
tempat sebagaimana pasal 39.

Pasal 41

Tata tempat penyematan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan RI kepada Warga
Negara Asing lainnya:
a. Penyemat Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan berdiri pada posisi tengah (center)
dan di hadapannya berdiri penerima Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.
b. Delegasi penerima Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan berdiri berjajar di sebelah
kanan penerima Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dan delegasi RI berdiri
berjajar di sebelah kiri penyemat Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.

BAB III
TATA UPACARA

Bagian Pertama

Umum

Pasal 42

(1) Upacara dalam acara kenegaraan dan acara resmi dapat berupa upacara bendera
atau bukan upacara bendera. *(pasal 15 ayat (1) PP RI nomor 62 tahun 1990
tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan).

24
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(2) Untuk keseragaman, kelancaran, ketertiban dan kekhidmatan jalannya upacara


dalam acara kenegaraan dan acara resmi, diselenggarakan berdasarkan tata
upacara dan pelaksanaan upacara sebagaimana diatur di dalam Bab V Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan. *(pasal
15 ayat (2) PP RI nomor 62 tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai
Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan).

(3) Dalam hal Acara Kenegaraan diselenggarakan di lingkungan lembaga negara lain,
pelaksanaannya dilakukan oleh kesekretariatan lembaga negara dimaksud
berkoordinasi dengan Panitia Negara sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat
(1). *(pasal 6 ayat (2) Undang-undang No. 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

Bagian Kedua
Upacara Bendera

Pasal 43

Upacara bendera hanya dapat dilaksanakan untuk acara kenegaraan atau acara resmi
terdiri dari: *(pasal 16 Undang-undang RI nomor 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan)
a. Upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia;
b. Upacara bendera pada hari-hari besar nasional;
c. Hari ulang tahun lahirnya Lembaga Negara;
d. Hari ulang tahun lahirnya Instansi Pemerintah;
e. Hari ulang tahun lahirnya Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pasal 44

(1) Untuk melaksanakan upacara bendera dalam acara kenegaraan atau acara resmi
diperlukan: *(pasal 16 ayat (1) PP RI nomor 62 tahun 1990 tentang Ketentuan
Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan).
a. Kelengkapan upacara;
b. Perlengkapan upacara;
c. Urutan acara dalam upacara.

(2) Khusus untuk upacara bendera dalam acara kenegaraan dalam rangka peringatan
Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, urutan acara

25
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

ditentukan sebagai berikut: *(pasal 20 Undang-undang RI nomor 9 tahun 2010


tentang Keprotokolan).
a. Pengibaran bendera negara diiringi dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya;
b. Mengheningkan cipta;
c. Mengenang detik-detik Proklamasi diiringi dengan tembakan meriam, sirine,
bedug, lonceng gereja dan lain-lain selama satu menit;
d. Pembacaan Teks Proklamasi;
e. Pembacaan doa.

(3) Untuk upacara bendera pada hari-hari besar nasional dan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 38 huruf c, d, e, urutan acara sekurang-kurangnya meliputi:
*(pasal 19 Undang-undang RI nomor 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan).
a. Pengibaran bendera negara diiringi dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya;
b. Mengheningkan cipta;
c. Pembacaan naskah Pancasila;
d. Pembacaan Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; dan
e. Pembacaan doa.

Pasal 45

(1) Pada waktu upacara penaikan atau penurunan Bendera Negara, semua orang
yang hadir memberi hormat dengan berdiri tegak, berdiam diri, sambil
menghadapkan muka kepada bendera sampai upacara selesai. Mereka yang
berpakaian seragam dari sesuatu organisasi memberi hormat menurut cara yang
telah ditentukan oleh organisasinya itu. Mereka yang tidak berpakaian seragam,
memberi hormat dengan meluruskan lengan ke bawah dan melekatkan tapak
tangan dengan jari-jari rapat pada paha, sedang semua jenis penutup kepala
harus dibuka, kecuali kopiah, ikat kepala, sorban, dan kudung atau topi wanita
yang dipakai menurut agama atau adat-kebiasaan. *(pasal 20 PP RI No. 40 tahun
1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia)

(2) Upacara penurunan bendera negara dalam acara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dilakukan pada waktu terbenamnya matahari dengan diiringi lagu
kebangsaan Indonesia Raya. *(pasal 16 ayat 3 PP RI No. 62 Tahun 1990 tentang
Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, Tata
Penghormatan)

26
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 46

(1) Pakaian untuk upacara bendera acara kenegaraan dalam rangka peringatan Hari
Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia digunakan pakaian
sipil lengkap dengan warna gelap, pakaian dinas upacara kebesaran atau pakaian
nasional yang berlaku sesuai jabatan atau kedudukannya dalam masyarakat.
*(pasal 22 ayat (2) PP RI 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan
mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, Tata Penghormatan)

(2) Pakaian untuk upacara bendera dalam rangka hari-hari besar nasional dan lainnya
digunakan pakaian sipil lengkap dengan warna gelap, seragam Korps Pegawai RI
(Korpri) atau seragam resmi lainnya yang telah ditentukan. *(pasal 22 ayat (3) PP
RI 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata
Upacara, Tata Penghormatan)

(3) Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dipakai pada pakaian untuk upacara bendera
acara kenegaraan dan upacara bendera dalam rangka hari besar nasional dan
lainnya sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009
tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

Bagian Ketiga
Upacara Bukan Upacara Bendera
Upacara Penerimaan Tamu Negara, Tamu Pemerintah, dan Tamu Lembaga Negara
lain

Pasal 47

Tata cara penerimaan kunjungan Tamu Negara di Ibu Kota Negara RI:
(1) KPN menyampaikan rencana kunjungan Kepala Negara/Pemerintahan Negara
Asing/Wakil Kepala Negara Asing, kepada Presiden/Wakil Presiden melalui Menteri
Sekretaris Negara.

(2) Kementerian Luar Negeri membuat undangan dari Presiden/Wakil Presiden apabila
rencana kunjungan disetujui sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan disertai
usulan waktu kunjungan.

(3) KPN menyampaikan kepada Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia di
Jakarta mengenai fasilitas akomodasi dengan biaya Pemerintah RI dalam rangka
menerima kunjungan kenegaraan, kunjungan resmi Tamu Negara (Kepala

27
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Negara/Kepala Pemerintahan) dengan memperhatikan asas resiprositas (asas


timbal balik).

(4) KPN berkoordinasi dengan Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia di
Jakarta dan Perwakilan RI di negara setempat untuk menyiapkan program kunjungan
dan mendapatkan biodata Tamu Negara bersangkutan beserta spouse, yang meliputi:
a. Daftar Riwayat hidup Kepala Negara/Pemerintahan Tamu Negara dan spouse
(isteri/suami) bila ikut serta dalam kunjungan;
b. Riwayat kesehatan;
c. Makanan kesukaan atau pantangan;
d. Softcopy foto beresolusi besar;
e. Ukuran kemeja/baju;
f. Bendera Kebangsaan (untuk lapangan, ruangan, mobil dan meja);
g. Partitur dan audio CD lagu kebangsaan;
h. Daftar delegasi resmi, pengusaha, wartawan dan petugas keamanan;
i. Data pesawat dan daftar awak kapal;
j. Daftar senjata yang dibawa beserta jumlah amunisi;
k. Daftar nama pejabat/staf perwakilan negara tamu beserta nomor dan jenis
kendaraan yang akan dimintakan izin untuk masuk keluar Istana/Wisma Negara;
l. Acara kunjungan yang diinginkan Tamu Negara di samping acara-acara resmi
yang ditentukan oleh Pemerintah RI.

(5) KPN melakukan rapat koordinasi persiapan dengan instansi terkait.

(6) KPN menyampaikan pokok-pokok acara kunjungan dan daftar usulan pejabat RI yang
akan turut serta dalam pembicaraan bilateral dengan Tamu Negara, kepada Menteri
Sekretaris Negara.

Pasal 48

Penyambutan Tamu di Bandar Udara.


(1) KPN beserta Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia
di Jakarta naik ke Pesawat Kepresidenan untuk mengucapkan selamat datang dan
mempersilakan Tamu Negara dan spouse menuruni pesawat, dengan
memperhatikan peraturan keprotokolan Tamu Negara.

(2) KPN, Tamu Negara dan spouse beserta rombongan resmi turun melalui pintu
depan Pesawat Kepresidenan.

28
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(3) Menteri Luar Negeri RI dan spouse dan/atau Menteri Pendamping RI dan spouse
menyambut Tamu Negara dan spouse serta rombongan, dilanjutkan dengan
pengalungan bunga kepada Tamu Negara dan penyerahan karangan
bunga/pengalungan bunga kepada spouse (isteri/suami).

(4) KPN memperkenalkan jajar kehormatan kepada Tamu Negara dan spouse:
a. Menteri Luar Negeri beserta spouse;
b. Menteri Pendamping beserta spouse;
c. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia di Jakarta
beserta spouse;
d. Duta Besar LBBP RI beserta spouse;
e. Gubernur DKI Jakarta beserta spouse;
f. Sekretaris Militer Presiden;
g. Pangdam Jaya;
h. Kapolda Metro Jaya;
i. Komandan Lapangan Udara;
j. Ajudan (Aide-de-Camp/ADC) Indonesia untuk Tamu Negara;
k. Ajudan (Aide-de-Camp/ADC) Indonesia untuk spouse Tamu Negara;
l. Pejabat Perwakilan Negara Asing di Jakarta.

(5) KPN mempersilakan Tamu Negara beserta spouse dan rombongan inti memasuki
ruang tunggu VVIP.

(6) KPN mempersilakan Tamu Negara dan spouse menuju kendaraan yang telah
disediakan, dan meninggalkan bandar udara.

(7) Kendaraan Tamu Negara untuk VVIP, warna dasar plat kendaraan adalah merah,
dengan tulisan nama negara berwarna putih. Untuk rombongan, warna dasar plat
kendaraan merah dengan angka 1, 2, 3, dst. berwarna putih.

(8) KPN selanjutnya mengarahkan Tamu Negara dan spouse menuju Istana Merdeka
untuk mengikuti Penyambutan Kenegaraan dan acara-acara resmi berikutnya.

Pasal 49

Upacara Penyambutan di Istana Merdeka


a. Tamu Negara dan spouse didampingi Menteri Pendamping dan spouse menuju
Istana Merdeka;

29
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

b. Tamu Negara dan spouse disambut oleh Presiden dan spouse di sebelah barat
beranda Istana Merdeka;
c. Tamu Negara dan spouse didampingi KPN dan Presiden beserta spouse
bersama-sama menuju halaman depan/Podium Kehormatan;
d. Tamu Negara dan Presiden mengambil posisi di Podium Kehormatan. Spouse
Tamu Negara dan spouse Presiden berdiri di sebelah kiri Podium Kehormatan;
e. Penghormatan oleh Jajar Kehormatan;
f. Memperdengarkan Lagu Kebangsaan Tamu Negara dilanjutkan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya diiringi dentuman meriam 21 kali untuk Kunjungan Kenegaraan
dan 19 kali untuk Kunjungan Resmi;
g. Tamu Negara memeriksa Jajar Kehormatan didampingi oleh Presiden dan
Komandan Jajar Kehormatan;
h. Tamu Negara memperkenalkan rombongan resmi tamu kepada Presiden dan
Presiden memperkenalkan pejabat negara kepada Tamu Negara;
i. Foto Bersama di Credential Hall, Istana Merdeka, dengan urutan pada posisi
Presiden berdiri di sebelah kiri, Tamu Negara berdiri di sebelah kanan Presiden.
Spouse Presiden berdiri di sebelah kiri Presiden dan spouse Tamu Negara berdiri
di sebelah kanan Tamu Negara;
j. KPN mempersilakan Tamu Negara menandatangani Buku Tamu;
k. KPN mempersilakan Presiden dan Tamu Negara masing-masing beserta spouse
memasuki Ruang Jepara, Istana Merdeka, untuk acara Kunjungan Kehormatan;
l. Tamu Negara beserta delegasi resmi meninggalkan Ruang Jepara, Istana
Merdeka, menuju Reception Hall untuk mengadakan Pertemuan Bilateral;
m. Spouse meninggalkan Istana Merdeka untuk mengikuti kegiatan terpisah.

Pasal 50

(1) Acara pokok Kunjungan Kenegaraan dan Kunjungan Resmi


a. Upacara Penyambutan Kenegaraan di Istana Merdeka;
b. Pengisian Buku Tamu;
c. Foto Bersama;
d. Kunjungan Kehormatan kepada Presiden;
e. Pertemuan Bilateral antara Delegasi Tamu dan Delegasi Tuan Rumah;
f. Penandatanganan Perjanjian Internasional;
g. Pernyataan/Konferensi Pers Bersama;
h. Jamuan Santap Malam Kenegaraan;
i. Peletakan Karangan Bunga di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata;
j. Kunjungan Kehormatan kepada Ketua MPR, Ketua DPR, dan Ketua DPD;
k. Kunjungan ke proyek pembangunan/obyek wisata/ceramah di universitas.

30
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(2) Dalam acara pokok kunjungan sebagaimana dalam ayat (1) Kepala
Negara/Kepala Pemerintahan disertai spouse kecuali acara e, f, g, dan j.

(3) Dalam hal Wakil Presiden melakukan Kunjungan Kehormatan kepada Tamu
Negara (Kepala Negara) di tempat Tamu Negara menginap.

Pasal 51

Acara pokok Kunjungan Kerja:


a. Foto Bersama;
b. Kunjungan Kehormatan kepada Presiden;
c. Pertemuan Bilateral antara Delegasi Tamu Negara dan Delegasi Tuan Rumah;
d. Penandatanganan Perjanjian Internasional;
e. Pernyataan/Konferensi Pers Bersama.

Pasal 52

(1) Pertemuan Bilateral, Penandatanganan Dokumen Kerja Sama, dan Pernyataan


Pers/Konferensi Pers Bersama
a. Pertemuan Bilateral kedua negara dipimpin oleh masing-masing Kepala
Negara/Pemerintahan;
b. Jika terdapat perjanjian internasional antara kedua negara yang akan
ditandatangani, acara penandatanganan dokumen dilakukan oleh Pejabat
Tinggi kedua negara setingkat Menteri yang terkait disaksikan oleh Presiden
dan Tamu Negara di Credential Hall;
c. Pernyataan/Konferensi Pers Bersama diawali dengan pernyataan pers oleh
Presiden, dilanjutkan oleh Tamu Negara. Pernyataan Pers Bersama tidak
diikuti tanya jawab, sedangkan Konferensi Pers Bersama diikuti tanya jawab;
d. Tamu Negara dan rombongan berpamitan kepada Presiden.

(2) Jamuan Santap Malam Kenegaraan


a. Tamu Negara dan spouse didampingi oleh Menteri Pendamping dan spouse
menuju Istana Negara;
b. Tamu Negara dan spouse disambut oleh Kepala Sekretariat Presiden;
c. KPN mempersilakan Tamu Negara dan spouse menuju Reception Hall, Istana
Negara;
d. Tamu Negara dan spouse tiba di Reception Hall disambut oleh Presiden dan
spouse, dilanjutkan foto bersama dengan urutan pada posisi Presiden berdiri di
sebelah kiri dan Tamu Negara di sebelah kanan. Spouse Presiden berdiri di

31
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

sebelah kiri Presiden, spouse Tamu Negara berdiri di sebelah kanan Tamu
Negara;
e. Tamu Negara dan spouse, Presiden dan spouse berjalan berdampingan
menuju meja makan. Pada saat Tamu Negara dan spouse, Presiden dan
spouse memasuki ruangan, para hadirin dipersilakan untuk berdiri;
f. Kedua Kepala Negara/Pemerintahan dan spouse, duduk dan diikuti oleh para
undangan lainnya. Pengaturan tempat duduk kedua Kepala
Negara/Pemerintahan dan spouse beserta seluruh undangan yang hadir
mengikuti urutan tata tempat;
g. Jamuan santap malam dimulai;
h. Setelah hidangan penutup, Presiden menyampaikan pidato, bersulang dan
dikumandangkan Lagu Kebangsaan Tamu Negara;
i. Tamu Negara memberikan pidato balasan, bersulang dan diakhiri dengan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya.

(3) Pakaian untuk jamuan kenegaraan adalah Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan
warna gelap dan perempuan memakai pakaian nasional.

Pasal 53

(1) Bahasa yang digunakan oleh Presiden pada saat berpidato adalah Bahasa
Indonesia.

(2) Penerjemahan dilakukan secara verbal simultan.

Pasal 54

Pertunjukan Kebudayaan
a. Setelah santap malam selesai, Presiden dan spouse, Tamu Negara dan spouse,
serta para tamu undangan lainnya menyaksikan pertunjukan kebudayaan;
b. Setelah pertunjukan selesai, Presiden dan spouse dapat mengundang Tamu
Negara dan spouse ke panggung untuk menyerahkan bunga kepada pimpinan
pertunjukan/wakil artis yang tampil, dan dilanjutkan foto bersama;
c. Tamu Negara dan spouse berpamitan kepada Presiden dan spouse.

Pasal 55

Pertukaran cindera mata dilakukan melalui Protokol kedua negara.

32
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 56

Peletakan Karangan Bunga di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata


a. Tamu Negara dan spouse didampingi oleh Menteri Pendamping dan spouse
menuju Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, disambut oleh Komandan
Garnisun Jakarta dan Sekretaris Militer Presiden;
b. Di pintu gerbang, Tamu Negara dan spouse memberikan penghormatan dan
kemudian menuju ke Monumen;
c. Tamu Negara memberikan penghormatan kepada para pahlawan dan
mengheningkan cipta selama 1 menit diiringi lagu/hymne mengheningkan cipta;
d. Dua anggota TNI berdiri tepat di sebelah kanan Monumen untuk memberikan
karangan bunga kepada Tamu Negara, yang akan meletakkannya di depan
monumen;
e. Tamu Negara didampingi Komandan Garnisun memberikan penghormatan
terakhir;
f. Tamu Negara dan spouse mengisi Buku Daftar Tamu, dan mengunjungi diorama;
g. Tamu Negara dan spouse diantar oleh Komandan Garnisun Jakarta dan
Sekretaris Militer Presiden menuju kendaraannya dan meninggalkan Taman
Makam Pahlawan Nasional Kalibata didampingi oleh Menteri Pendamping dan
spouse.

Pasal 57

Spouse Program
a. Selama Tamu Negara mengikuti acara resmi, spouse Tamu Negara mengikuti
acara spouse Program;
b. Spouse Tamu Negara didampingi oleh spouse Menteri Pendamping.

Pasal 58

Kepulangan Tamu Negara di Bandar Udara

(1) Menteri Luar Negeri dan spouse dan/atau Menteri Pendamping dan spouse
menerima Tamu Negara di VVIP Room Keberangkatan di Bandar Udara.

(2) Menteri Luar Negeri, spouse Menteri Luar Negeri, Menteri Pendamping, spouse
Menteri Pendamping, Duta Besar LBBP RI, Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan
Negara Asing untuk Indonesia, Gubernur/Kepala Daerah, Sekretaris Militer
Presiden, Pangdam Jaya, Kapolda Metro Jaya, Komandan Lapangan Udara, ADC

33
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Indonesia untuk Tamu Negara, ADC Indonesia untuk spouse Tamu Negara
berjajar di sebelah kiri Tamu Negara dan spouse untuk memberikan salam dan
ucapan selamat jalan.

Pasal 59

Kunjungan Pribadi dilakukan karena keperluan pribadi Tamu Negara (Kepala


Negara/Kepala Pemerintahan), diberikan pelayanan keprotokolan secara terbatas dan
fasilitas pengamanan.

Pasal 60

Kunjungan transit dilakukan oleh Tamu Kepala Negara/Tamu Kepala Pemerintahan


dalam waktu beberapa jam saja di Indonesia sebelum mencapai negara yang menjadi
tujuan atau dalam perjalanan pulang.

Bagian Keempat
Kunjungan Tamu Negara ke Daerah

Pasal 61

Kunjungan Tamu Negara ke Daerah


a. KPN mengatur kunjungan Tamu Negara ke daerah wilayah negara Indonesia;
b. Persiapan kunjungan ke daerah dikoordinasikan oleh Direktur Protokol
Kementerian Luar Negeri;
c. Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkenaan
dengan pelayanan keprotokolan dan keamanan Tamu Negara selama berada di
daerah, didukung oleh Direktorat Protokol Kementerian Luar Negeri dan
Kementerian Sekretariat Negara;
d. Penyambutan Tamu Negara di Bandar Udara di daerah dilakukan oleh:
1) Gubernur;
2) Ketua DPRD Provinsi;
3) Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA).
e. Gubernur beserta spouse, menyerahkan karangan bunga/mengalungkan bunga
kepada spouse (isteri/suami) Tamu Negara;
f. Pejabat Pendamping Tamu Negara di daerah adalah Gubernur dan Menteri
Pendamping RI yang telah ditunjuk mendampingi Tamu Negara di Jakarta tetap
menyertai Tamu Negara selama berkunjung ke daerah;

34
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

g. Urutan tata tempat duduk di dalam ruangan adalah: (1) Tamu Negara, (2)
Gubernur, (3) Menteri Pendamping;
h. Kunjungan Tamu Negara di daerah dapat memperoleh penghormatan kebangsaan
berupa pengibaran Bendera Negara pada tempat-tempat tertentu selama
kunjungan, atas anjuran Kepala Daerah setempat.

Pasal 62

(1) Pakaian yang digunakan oleh Pejabat Daerah, Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
dengan warna gelap dan isteri memakai pakaian nasional.

(2) Dalam hal kunjungan ke lapangan pakaian yang digunakan oleh Pejabat
Pemerintah/Daerah, batik lengan panjang atau bebas rapi.

Pasal 63

(1) Dalam hal Kunjungan Resmi Tamu Negara/Tamu Pemerintah ke daerah, KPN
mempersiapkan Tim Pendahulu sebelum kedatangan rombongan utama.

(2) Tim Pendahulu melakukan tugas:


a. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, pihak Bandar Udara, dan
memberikan data terkini tentang Program Kunjungan Presiden/Wakil Presiden
ke daerah;
b. Mengikuti kegiatan pelaksanaan gladi bersih dan memberikan saran-saran
penyempurnaan bila perlu;
c. Mengecek seluruh peserta upacara, terutama pada waktu kedatangan,
pelaksanaan dan pemberangkatan;
d. Menyusun urutan tata tempat pejabat pada waktu menyambut dan di tempat
acara;
e. Mempersiapkan akomodasi termasuk ruang istirahat;
f. Mengecek kelengkapan dan perlengkapan acara;
g. Melakukan koordinasi dengan petugas keamanan dan lalu lintas;
h. Mengatur rangkaian kendaraan konvoi;
i. Melakukan koordinasi dengan panitia pelaksana;
j. Memperhatikan ketepatan jalannya acara;
k. Mempersiapkan langkah-langkah yang perlu dan tepat bila menghadapi keadaan
dimana perlu mengadakan perubahan acara.

35
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Bagian Kelima
Jamuan Kenegaraan/Jamuan Resmi

Pasal 64

Jamuan Kenegaraan/Jamuan Resmi, diselenggarakan oleh Kepala Negara untuk


menghormati Tamu Negara di Istana Negara, diawali dengan santap malam, pidato
singkat Presiden, bersulang, pengumandangan lagu kebangsaan Tamu Negara,
dilanjutkan pidato balasan oleh Tamu Negara, bersulang, lagu kebangsaan Indonesia
Raya, dan diakhiri pertunjukan kebudayaan.

Pasal 65

(1) Persiapan Penyelenggaraan Jamuan


a. Penentuan tanggal, waktu dan tempat;
b. Penentuan jenis jamuan, jumlah tamu;
c. Pembuatan undangan, dicetak/ditulis dengan tinta hitam mencantumkan:
i. Nama yang akan diundang;
ii. Acara dan sifat undangan;
iii. Waktu dan tempat;
iv. Konfirmasi kehadiran;
v. Ketentuan Pakaian.
d. Pengiriman undangan untuk jamuan kenegaraan/resmi paling lambat 1 (satu)
minggu sebelumnya.

(2) Persiapan Tempat Jamuan


a. Ruang makan;
b. Ruang cocktail/resepsi;
c. Meja dan kursi (makan);
d. Denah ruang;
e. Pengaturan tempat duduk;
f. Kartu menu;
g. Papan nama tempat duduk (Table name place card);
h. Makanan kuliner Indonesia yang sehat;
i. Dekorasi;
j. Souvenir untuk seluruh undangan.

36
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 66

(1) Pengaturan tempat duduk para undangan sesuai dengan tata tempat
sebagaimana diatur dalam Bab II Tata Tempat.

(2) Spouse tidak didudukkan bersebelahan dengan pejabatnya dalam suatu acara
jamuan.

Bagian Keenam
Kunjungan Presiden/Wakil Presiden ke Luar Negeri

Pasal 67

(1) Bentuk kunjungan Presiden ke Luar Negeri berupa Kunjungan Kenegaraan,


Kunjungan Resmi, Kunjungan Kerja, Kunjungan Pribadi dan Kunjungan Transit.

(2) Bentuk Kunjungan Wakil Presiden ke luar negeri berupa kunjungan kerja, kunjungan
pribadi dan kunjungan transit.

Pasal 68

Tata Cara Pelaksanaan Kunjungan Presiden dan Wakil Presiden


(1) Kementerian Luar Negeri menyampaikan rencana kunjungan Presiden/Wakil Presiden
ke negara asing melalui Kepala Perwakilan Negara Asing tersebut di Jakarta dan
Perwakilan RI di negara setempat.

(2) Perwakilan RI di negara setempat menyampaikan rencana kunjungan Presiden/Wakil


Presiden kepada Kementerian Luar Negeri Negara Asing disertai usulan waktu
kunjungan.

(3) Kementerian Luar Negeri Negara Asing menyampaikan undangan kunjungan kepada
Presiden dan Wakil Presiden melalui Perwakilannya di Jakarta.

(4) Perwakilan Negara Asing di Jakarta berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri
untuk mendapatkan biodata Presiden dan Wakil Presiden beserta spouse, disertai
kelengkapan:
a. Daftar riwayat hidup Kepala Negara/Pemerintahan dan spouse (isteri/suami) bila
ikut serta dalam kunjungan;
b. Riwayat kesehatan;

37
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

c. Makanan kesukaan atau pantangan;


d. Softcopy foto beresolusi besar;
e. Ukuran kemeja/baju;
f. Bendera Kebangsaan (untuk lapangan, ruangan, mobil dan meja);
g. Partitur dan audio CD lagu kebangsaan;
h. Daftar delegasi resmi, pengusaha, wartawan dan petugas keamanan;
i. Data pesawat dan daftar awak kapal;
j. Daftar senjata yang dibawa beserta jumlah amunisi;
k. Daftar nama pejabat/staf Perwakilan RI di negara setempat beserta nomor dan
jenis kendaraan yang dimintakan izin untuk masuk keluar tempat menginap/tempat
kegiatan Presiden/Wakil Presiden
l. Acara kunjungan yang diinginkan Presiden/Wakil Presiden dan di samping acara-
acara resmi yang ditentukan oleh Pemerintah negara setempat.

(5) Perwakilan RI di negara setempat melakukan rapat koordinasi persiapan dengan


Kementerian Luar Negeri dan instansi terkait negara asing dimaksud.

(6) Perwakilan RI menyampaikan pokok-pokok acara kunjungan dan daftar pejabat RI


yang turut serta dalam kunjungan tersebut kepada Kementerain Luar Negeri negara
asing.

Pasal 69

Persiapan Kunjungan Presiden/Wakil Presiden ke luar negeri didahului dengan


Pembentukan tim:
a. Tim Penjajagan;
b. Tim Pendahulu.

Pasal 70

(1) Tim Penjajagan dipimpin oleh KPN, terdiri dari Sekretariat Presiden
(Setpres)/Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) dan Protokol Kementerian Luar
Negeri, Sekretariat Militer Presiden dan Paspampres melakukan penjajagan ke
negara yang akan dikunjungi minimal 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan Tim
Pendahulu.

(2) Tim Pendahulu, terdiri dari Protokol Kementerian Luar Negeri, Protokol
Setpres/Setwapres, Sekretariat Militer Presiden, Paspampres, Badan Intelijen
Strategis (BAIS) TNI, dan Dokter Kepresidenan, berangkat 3 (tiga) hari (H-3) untuk
Kunjungan Kenegaraan, Kunjungan Resmi, Kunjungan Kerja, Kunjungan Pribadi,

38
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

kunjungan transit 2 (dua) hari (H-2) dan kunjungan menghadiri Konferensi Tingkat
Tinggi 5 (lima) hari (H-5) sebelum kedatangan Presiden/Wakil Presiden.

Pasal 71

Tim Penjajagan bersama dengan Perwakilan RI di negara setempat melakukan koordinasi


dengan Pemerintah negara setempat, mengenai program kunjungan, survei lapangan
yang mencakup jarak dan waktu tempuh dari satu titik ke titik lainnya yang akan
dikunjungi, tata urut pelaksanaan setiap acara, rumah sakit rujukan, fasilitas yang
berkaitan dengan senjata, alat komunikasi, akomodasi, transportasi, spouse program dan
hal lain terkait kunjungan.

Pasal 72

(1) Tim pendahulu dikoordinir oleh Pejabat Protokol Kementerian Luar Negeri
mempunyai tugas:
a. Penghubung dengan Perwakilan RI dan/atau Pemerintah Negara setempat;
b. Pengaturan program dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris;
c. Pengaturan Pers dan Media;
d. Pengusulan pejabat pendamping Presiden RI/Wakil Presiden RI;
e. Menyediakan akomodasi, transportasi, sarana komunikasi dan termasuk ruang
kerja untuk Tim Substansi;
f. Membuat buku petunjuk bagi seluruh anggota rombongan;
g. Menindaklanjuti dan menyelesaikan hal-hal pending dari Tim Survei.

(2) Sekretariat Presiden/Sekretariat Wakil Presiden bertanggung jawab dalam


pelayanan kerumahtanggaan, akomodasi, transportasi, penyediaan sarana
komunikasi, peliputan kegiatan, dan penyelesaian administrasi keuangan.

(3) Pasukan Pengamanan Presiden bertanggung jawab dalam pengamanan


Presiden/Wakil Presiden beserta keluarga.

(4) Sekretariat Militer Presiden bertanggung jawab dalam memberikan dukungan teknis
dan administrasi pengkoordinasian penyelenggaraan pengamanan fisik dan non fisik
bagi Presiden/Wakil Presiden beserta keluarga.

(5) Dokter Kepresidenan bertanggung jawab dalam hal kesehatan Presiden/Wakil


Presiden beserta keluarga.

39
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(6) Tim Penerbangan (Operator Penerbangan) bertugas mengatur penerbangan sesuai


dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh KPN.

Pasal 73

(1) Pengaturan rangkaian kendaraan, termasuk penentuan para


pejabat/petugas/delegasi yang akan duduk pada setiap kendaraan, dilakukan oleh
Tim Pendahulu berkoordinasi dengan protokol negara tuan rumah.

(2) Dalam hal penentuan isi setiap kendaraan perlu diperhatikan adanya unsur Delegasi,
Protokol, Ajudan, Pers, Kesehatan dan Pengamanan.

(3) Rangkaian kendaraan dalam rangka kunjungan Presiden/Wakil Presiden ke luar


negeri disesuaikan dengan pengaturan keprotokolan negara tuan rumah:
Mobil Sweeper Polisi;

Mobil Protokol : 1. Kepala Protokol Negara (KPN) Tuan Rumah


2. Kepala Protokol Negara (KPN) RI
3. Protokol Kementerian Luar Negeri RI;
Mobil Security 1 : 1. Pasukan Pengamanan Presiden Tuan Rumah
2. Pasukan Pengamanan Presiden RI;
Mobil VVIP 1 : 1. Presiden RI/Wakil Presiden RI
2. Spouse Presiden RI/spouse Wakil Presiden RI
3. ADC/Pasukan Pengamanan Presiden Tuan Rumah
(kursi depan);
Mobil Security 2 : 1. Pasukan Pengamanan Presiden Tuan Rumah
2. Pasukan Pengamanan Presiden RI;
Mobil Security 3 : 1. Pasukan Pengamanan Presiden RI
2. ADC Presiden RI/Wakil Presiden RI;
Mobil VVIP 2 : Mobil Cadangan;
Mobil Unit Response;
Mobil Komando : 1. Kepala Sekretariat Presiden RI/Wakil Presiden RI
2. Sekretaris Militer Presiden
3. Komandan Paspampres;
Mobil Menteri;
Mobil Duta Besar LBBP RI dan/atau Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara
Asing untuk Indonesia;
Mobil Delegasi RI;
Mobil Kesehatan;

40
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Mobil Barang;
Mobil Sweeper Polisi.

(4) Dalam hal keluarga Presiden/Wakil Presiden mengikuti kunjungan, mobil keluarga
mendahului mobil Menteri.

Pasal 74

(1) KPN mengadakan rapat koordinasi persiapan kunjungan, yang terdiri dari
Kementerian Luar Negeri, Kantor Sekretariat Presiden/Sekretariat Wakil Presiden,
Sekretariat Militer Presiden, Pasukan Pengamanan Presiden, Dokter Kepresidenan,
Badan Intelijen Strategis (BAIS TNI), Badan Intelijen Negara (BIN), dan instansi
terkait lainnya.

(2) KPN memberikan pengarahan perjalanan bagi seluruh anggota rombongan serta
awak pesawat.

Pasal 75

(1) Tiba di negara yang dikunjungi, Presiden/Wakil Presiden mengikuti upacara


penyambutan oleh negara penerima.

(2) Acara Kunjungan dilakukan sesuai dengan yang telah dipersiapkan negara yang
dikunjungi. Selain acara resmi, dapat diacarakan pertemuan Presiden/Wakil
Presiden dengan masyarakat Indonesia di negara setempat.

(3) Pada saat Presiden/Wakil Presiden meninggalkan negara yang dikunjungi, Duta
Besar LBBP RI di negara setempat dan spouse beserta pejabat Perwakilan RI,
Pejabat Perwakilan Negara setempat dan tim pendahulu melepas kepulangan
Presiden/Wakil Presiden beserta rombongan di bandar udara dan menunggu
sampai pesawat kepresidenan lepas landas.

Bagian Ketujuh
Kunjungan Lembaga Negara RI ke Luar Negeri

Pasal 76

Dalam hal kunjungan Pimpinan dan Anggota Lembaga Negara RI ke luar negeri, lebih
dahulu dikoordinasikan dengan Kementerian Luar Negeri, Perwakilan RI di negara
setempat, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum jadwal kunjungan. Pengaturan
41
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

keprotokolan difasilitasi oleh Perwakilan RI dengan menghormati peraturan


keprotokolan negara setempat. (new)

Bagian Kedelapan
Kunjungan Presiden/Wakil Presiden ke Daerah

Pasal 77

Persiapan kunjungan Presiden RI/Wakil Presiden dilaksanakan oleh Protokol


Kepresidenan/Protokol Wakil Presiden, tidak mengumandangkan lagu kebangsaan,
kemudian (……….uraian oleh Biro Protokol Presiden).

Bagian Kesembilan
Penyerahan Surat Kepercayaan Duta Besar LBBP/
Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia

Pasal 78

Upacara penyerahan Surat Kepercayaan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
(LBBP) Negara Asing didahului dengan tata cara penyambutan:

(1) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia disambut oleh
Direktur Protokol atau pejabat yang ditunjuk dari Direktorat Protokol, Kementerian
Luar Negeri apabila kedatangan di Jakarta pada hari kerja, di bandar udara di ibu
kota Negara Republik Indonesia, Jakarta.

(2) Penyambutan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia
di bandar udara, menggunakan VIP Room.

(3) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia bertemu
dengan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler/Kepala Protokol Negara (KPN)
pada kesempatan pertama dan menyerahkan copy Surat Kepercayaan.

(4) KPN memberikan pengarahan dan panduan tertulis kepada Duta Besar
LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia mengenai tata cara
Upacara Penyerahan Surat Kepercayaan kepada Presiden di Istana Merdeka.

42
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 79

Tata Upacara Penyerahan Surat Kepercayaan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan


Negara Asing untuk Indonesia kepada Presiden RI sebagai berikut:
(1) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia satu persatu
sesuai senioritas ketibaan di Indonesia, dijemput oleh Direktur Protokol/Pejabat
Eselon II Kementerian Luar Negeri dengan konvoi kendaraan yang disiapkan oleh
Sekretariat Negara ke kediaman Resmi Duta Besar, Kedutaan Besar, atau hotel
menuju Istana Merdeka. Konvoi kendaraan terdiri dari: 2 (dua) motor kawal, 1
(satu) mobil untuk Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia dipasang bendera didampingi Direktur Protokol/Pejabat Eselon II, serta
mobil staf diplomatik pendamping Duta Besar.

(2) Konvoi kendaraan masuk dari pintu depan Istana Merdeka dan berhenti di serambi
kanan halaman depan Istana Merdeka.

(3) Di serambi kanan halaman depan Istana Merdeka, Duta Besar LBBP/Kepala
Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia disambut oleh Ajudan Presiden. Ajudan
Presiden mengambil posisi di sebelah kanan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan
Negara Asing untuk Indonesia dan Direktur Protokol/Pejabat Eselon II
Kementerian Luar Negeri di sebelah kiri, berjalan di atas karpet merah menuju
bagian tengah lapangan upacara. Staf diplomatik pendamping Duta Besar
menunggu di depan Drawing Room.

(4) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia dipersilakan
menghadap jajar kehormatan. Posisi Direktur Protokol/pejabat Eselon II
Kementerian Luar Negeri dan Ajudan Presiden tetap sama.

(5) Jajar kehormatan kemudian memberikan penghormatan dan Korps Musik Pasukan
Pengamanan Presiden memperdengarkan lagu kebangsaan dari negara asing.

(6) Setelah lagu kebangsaan selesai diperdengarkan, Duta Besar LBBP/Kepala


Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia dipersilakan menaiki tangga Istana,
didampingi Direktur Protokol/Pejabat Eselon II Kementerian Luar Negeri dan
Ajudan Presiden dengan posisi yang sama.

(7) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia disambut oleh
Kepala Protokol Presiden di serambi Istana dan mengantar Duta Besar
LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia menuju Drawing Room.

43
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(8) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia disambut oleh
KPN di pintu Drawing Room dan mempersilakan Duta Besar LBBP/Kepala
Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia mengisi dan menandatangani Buku
Tamu.

(9) KPN mempersilakan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia membawa dokumen Surat Kepercayaannya meninggalkan Drawing
Room menuju Credential Hall melalui pintu utama Istana Merdeka, didampingi oleh
KPN di sebelah kiri dan Ajudan Presiden di sebelah kanan.

(10) Pada saat yang sama Presiden telah berdiri di dalam Credential Hall. Pada posisi
kanan-belakang Presiden berdiri berturut-turut Menteri Luar Negeri RI dan para
pejabat Eselon I Kementerian Luar Negeri. Posisi kiri-belakang Presiden berdiri
berturut-turut Menteri Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Sekretaris Militer
Presiden, dan Kepala Sekretariat Presiden.

(11) KPN melaporkan keberadaan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing
untuk Indonesia kepada Presiden dan mempersilakan Duta Besar LBBP/Kepala
Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia satu demi satu untuk menyerahkan
Surat Kepercayaannya kepada Presiden dengan posisi berdiri berjajar berhadapan
dengan Presiden.

(12) Presiden menerima Surat Kepercayaan dari Kepala Negara Asing bagi
pengangkatan Duta Besar LBBP negara tersebut untuk Indonesia. Presiden
berjabat tangan dengan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia, kemudian Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia diperkenalkan oleh KPN kepada Menteri Luar Negeri dan Pejabat
Eselon I Kementerian Luar Negeri, Menteri Sekretaris Negara serta para pejabat
lain yang hadir. *(Pasal 35 ayat (2) UU RI No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan
Luar Negeri)

(13) KPN mempersilakan Presiden dan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara
Asing untuk Indonesia menuju Ruang Jepara didampingi Menteri Luar Negeri,
Menteri Sekretaris Negara dan Sekretaris Kabinet untuk beramah tamah.

(14) Setelah acara ramah tamah di Ruang Jepara selesai, Duta Besar LBBP/Kepala
Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia mohon diri kepada Presiden untuk
meninggalkan ruang pertemuan.

44
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(15) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia, didampingi
KPN di sebelah kiri dan Ajudan Presiden di sebelah kanan, meninggalkan Ruang
Jepara, melewati Credential Hall, menuju pintu utama, melewati serambi,
menuruni tangga depan Istana Merdeka, dan berhenti di anak tangga ke 5 (lima)
dari bawah.

(16) Jajar Kehormatan memberikan penghormatan, dan Korps Musik Paspampres


memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Duta Besar LBBP/Kepala
Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia memberi penghormatan menurut cara
yang berlaku di negaranya.

(17) Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan, KPN mempersilakan


Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia menuruni
anak tangga, dan setelah tiba di anak tangga paling bawah, KPN menyampaikan
kepada Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia
bahwa acara telah selesai. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing
untuk Indonesia mohon diri kepada KPN.

(18) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia, didampingi
KPN di sebelah kiri dan Ajudan Presiden di sebelah kanan, berjalan di atas karpet
merah menuju kendaraan Duta Besar yang telah disiapkan di sayap kanan Istana
Merdeka.

(19) Konvoi kendaraan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia meninggalkan Istana Merdeka dari pintu depan Istana Merdeka menuju
ke kediaman, atau Kedutaan Besar, atau hotel.

Pasal 80

Dalam hal cuaca hujan, tata upacara penyerahan Surat Kepercayaan Duta Besar
LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia kepada Presiden sebagai
berikut:
(1) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia tiba di galeri
terbuka beratap pada sayap kanan Istana Merdeka, dipersilakan menaiki tangga
menuju beranda, lalu berhenti dan mengambil posisi siap, tepat di depan pintu
utama Istana menghadap Jajar Kehormatan.

45
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(2) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia


mendengarkan Lagu Kebangsaan negaranya yang dimainkan oleh Korps Musik
Paspampres di beranda.

(3) Setelah Lagu Kebangsaan selesai, Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara
Asing untuk Indonesia didampingi Direktur Protokol/Pejabat Eselon II Kementerian
Luar Negeri di sebelah kiri dan Ajudan Presiden di sebelah kanan menuju Drawing
Room.

(4) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia disambut oleh
KPN di pintu masuk Drawing Room dan dipersilakan menandatangani Buku Tamu.

(5) Setelah penandatanganan Buku Tamu, Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan


Negara Asing untuk Indonesia dipersilakan meninggalkan Drawing Room menuju
Credential Hall.

(6) Prosesi selanjutnya mengikuti urutan sebagaimana pasal 80 ayat (10) hingga ayat
(14).

(7) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia


mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya di beranda.

(8) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia didampingi
KPN di sebelah kiri dan Ajudan Presiden di sebelah kanan meninggalkan tempat
upacara dan menuruni tangga di sayap kanan Istana untuk selanjutnya naik ke
kendaraan.

Bagian Kesepuluh
Penyerahan Surat Kepercayaan
Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia Non Residen

Pasal 81

Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia non residen, yaitu
Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia yang
diakreditasikan untuk Indonesia, namun mereka tidak berkedudukan di Jakarta
melainkan di suatu negara lain.

46
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 82

Penyerahan Surat Kepercayaan Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing


untuk Indonesia non residen kepada Presiden dilakukan bersama-sama, sebanyak 5
(lima) atau 6 (enam) Duta Besar, dengan tata cara sebagai berikut:
(1) Para Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia non
residen dijemput sekaligus secara bersamaan di hotel yang sama, difasilitasi
kendaraan khusus yang disiapkan oleh Sekretariat Negara menuju Istana
Merdeka.

(2) Konvoi kendaraan masuk dari pintu depan Istana Merdeka dan setibanya di Istana
Merdeka, para Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia non residen ditempatkan di ruang tunggu yang telah ditentukan.

(3) Para Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia non
residen masing-masing didampingi oleh Direktur Protokol/Pejabat Eselon II
Kementerian Luar Negeri, menuju halaman depan serambi kanan Istana Merdeka,
untuk mengikuti prosesi upacara seperti pada penyerahan Surat Kepercayaan
Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia residen.

(4) Pada saat yang sama Presiden telah berdiri di dalam Credential Hall. Para Duta
Besar LBBP Negara Asing untuk Indonesia non residen berdiri dari kiri ke kanan
berjajar menghadap Presiden dengan urutan tata tempat sesuai senioritas
ketibaan di Indonesia.

(5) Setelah para Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia
non residen selesai ramah tamah dengan Presiden di Ruang Jepara, KPN
mengarahkan para Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia non residen, dengan susunan seperti pada saat penyerahan Surat
Kepercayaan kepada Presiden, menuju anak tangga ke-5 (lima) dari bawah di
depan beranda Istana Merdeka dan bersama-sama menghadap jajar kehormatan
untuk mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Posisi Duta Besar
LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia non residen diurutkan
sebagaimana ayat (4) menghadap ke Jajar Kehormatan.

(6) Setelah mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, para Duta Besar
LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia non residen dipersilakan
menuruni anak tangga, didampingi KPN di sebelah kiri dan Ajudan Presiden di
sebelah kanan berjalan di atas karpet merah menuju kendaraan untuk mengantar
pulang ke hotel.

47
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 83

Pakaian untuk upacara penyerahan Surat Kepercayaan Duta Besar LBBP/Kepala


Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia kepada Presiden digunakan pakaian sipil
lengkap dengan warna gelap.

Bagian Kesebelas
Akhir Tugas Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia

Pasal 84

Tata Upacara Akhir Tugas Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia:
(1) Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia
menyampaikan Nota Diplomatik kepada Kementerian Luar Negeri untuk
mengacarakan kunjungan pamitan kepada Presiden, Wakil Presiden, para
Menteri dan pejabat negara. Dalam waktu yang bersamaan, spouse Duta Besar
LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia dapat mengadakan
kunjungan pamitan kepada spouse Presiden, dan spouse Wakil Presiden.

(2) Permohonan kunjungan pamitan kepada Presiden dan spouse, Wakil Presiden
dan spouse diajukan oleh Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler kepada
Presiden melalui Menteri Sekretaris Negara. Permohonan kunjungan pamitan
kepada para Menteri dan pejabat negara dilaksanakan oleh Direktorat Protokol.

Bagian Keduabelas
Penempatan Kepala Perwakilan Konsuler Negara Asing untuk Indonesia

Pasal 85

Tata Cara Persetujuan atas Penempatan Kepala Perwakilan Konsuler Negara Asing
untuk Indonesia
(1) Negara Asing mengirimkan Surat Tauliah/Letter of Appointment atau Letter of
Commission kepada Indonesia.

(2) Apabila disetujui, Presiden menerima Surat Tauliah/Letter of Appointment atau


Letter of Commission seorang Konsul atau Konsul Jenderal Negara Asing yang

48
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

bertugas di Indonesia, serta mengeluarkan Exequatur bagi Konsul/Konsul Jenderal


tersebut untuk memulai tugasnya.

Bagian Ketigabelas
Penempatan Konsul/Konsul Jenderal Kehormatan Negara Asing untuk Indonesia

Pasal 86

(1) Prosedur pengangkatan dan penempatan Konsul/Konsul Jenderal Kehormatan


Negara Asing untuk Indonesia sama seperti prosedur pengangkatan dan
penempatan Kepala Perwakilan Konsuler Negara Asing untuk Indonesia.

(2) Dalam hal Pemerintah Indonesia menyetujui, Presiden menerima Surat Tauliah
seorang Konsul/Konsul Jenderal Kehormatan Negara Asing yang bertugas di
Indonesia, dan mengeluarkan Exequatur.

Bagian Keempatbelas
Penganugerahan Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan kepada Warga Negara Asing

Pasal 87

Presiden menganugerahkan Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan kepada Warga


Negara Asing.

Pasal 88

Jenis Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan yang dapat diberikan kepada Warga Negara
Asing:
(1) Tanda Jasa berupa Medali:
Pasal 63 ayat (1), (2) PP 35 Tahun 2010 tentang
a. Medali Kepeloporan; Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009
b. Medali Kejayaan; tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan
c. Medali Perdamaian.

(2) Tanda Kehormatan Bintang terdiri dari Bintang Sipil dan Bintang Militer
a. Tanda Kehormatan Bintang Sipil:
i. Bintang Republik Indonesia;
ii. Bintang Mahaputera; Pasal 63 ayat (3) PP 35 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
iii. Bintang Jasa;
2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda
Kehormatan

49
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

iv. Bintang Kemanusiaan;


v. Bintang Penegak Demokrasi;
vi. Bintang Bhayangkara.

b. Tanda Kehormatan Bintang Militer:


i. Bintang Yudha Dharma; Pasal 63 ayat (3) PP 35 Tahun 2010 tentang
ii. Bintang Kartika Eka Pakçi; Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan
iii. Bintang Jalasena; Tanda Kehormatan
iv. Bintang Swa Bhuwana Paksa.

Pasal 89

(1) Warga Negara Asing (WNA) yang menerima Tanda Jasa atau Tanda Kehormatan
sebagaimana dimaksud pada pasal 89 ayat (1) yang berjasa besar pada bangsa
dan negara Indonesia.

(2) WNA yang menerima Tanda Kehormatan sebagaimana dimaksud pada pasal 89
ayat (2) harus memenuhi kesetaraan hubungan timbal balik, yaitu:
a. Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan;
Pasal 63 ayat (4), (5) PP 35 Tahun
b. Kepala Kepolisian dan/atau; 2010 tentang Pelaksanaan Undang-
c. Panglima atau Kepala Staf Angkatan Undang Nomor 20 Tahun 2009
Bersenjata. tentang Gelar, Tanda Jasa, dan
Tanda Kehormatan

Pasal 90

Warga Negara Asing yang menerima tanda jasa atau tanda kehormatan menerima hak
protokol dalam acara resmi dan acara kenegaraan pada upacara penyerahan tanda
jasa dan tanda kehormatan, dengan urutan tata tempat sesuai kedudukan dan
jabatannya. *(Pasal 38 ayat (4) Undang-Undang 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda
Jasa, dan Tanda Kehormatan)

Pasal 91

(1) Perwakilan RI di luar negeri dapat mengusulkan WNA untuk diberikan tanda jasa
atau tanda kehormatan melalui Menteri Luar Negeri dengan dilengkapi daftar
riwayat hidup dan data atas jasa-jasanya kepada bangsa dan Negara Indonesia.

50
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(2) Menteri Luar Negeri mengajukan usulan kepada Presiden melalui Dewan Gelar,
Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

(3) Pemberian Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.

Pasal 92

(1) Dalam hal seorang Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk
Indonesia telah mengakhiri tugasnya dan dipandang memenuhi syarat untuk dapat
diusulkan menerima Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan, Menteri Luar
Negeri mengajukan usulan kepada Presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa
dan Tanda Kehormatan dengan mengirimkan tembusan kepada*:
a. Menteri Sekretaris Negara;
b. Sekretaris Militer Presiden.

(2) Persyaratan Duta Besar Negara LBBP Negara Asing yang dapat diusulkan untuk
menerima Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan*:
a. Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesiatersebut
adalah Resident Ambassador;
b. DutaBesar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia tersebut
telah berakhir masa tugas dan telah menjalankan tugas di Indonesia paling
sedikit 3 (tiga) tahun.

*(Protap Pengusulan Pemberian Tanda Kehormatan RI kepada Dubes Asing No.


448/BU/I/83/02, 15 Januari 1983)

Pasal 93

Penyematan Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan kepada Warga Negara Asing
dilakukan sesuai dengan kedudukan dan jabatannya:
a. Tingkat Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan penyematan dilakukan oleh
Presiden;
b. Tingkat Kepala Kepolisian dan/atau Panglima atau Kepala Staf Angkatan
Bersenjata Negara Asing, penyematan dilakukan oleh Kepala Kepolisian Negara
RI dan/atau Panglima atau Kepala Staf TNI;
c. Tingkat Duta Besar LBBP/Kepala Perwakilan Negara Asing untuk Indonesia:
i. telah menyelesaikan tugas di Indonesia dan masih di Jakarta, penyematan
dilakukan oleh Menteri Luar Negeri;

51
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

ii. telah menyelesaikan tugas di Indonesia dan telah kembali ke negaranya,


penyematan dilakukan sesuai dengan kebijakan Menteri Luar Negeri.
d. Untuk Warga Negara Asing lainnya yang berjasa besar terhadap Bangsa dan
Negara Indonesia, penyematan dilakukan sesuai dengan kebijakan Menteri Luar
Negeri.

Pasal 94

Pakaian untuk upacara Penyematan Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan kepada
WNA digunakan pakaian sipil lengkap dengan warna gelap.

BAB IV
TATA PENGHORMATAN

Bagian Pertama
Umum

Pasal 95

Bentuk penghormatan kepada pejabat negara, pejabat pemerintahan, dan tokoh


masyarakat tertentu, berupa:
1. Penghormatan dalam bentuk tata urutan tempat sebagaimana diatur dalam Pasal
9 Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan.
2. Penghormatan dengan menggunakan bendera negara.
3. Penghormatan dengan menggunakan lambang negara.
4. Penghormatan dengan menggunakan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Bagian Kedua
Penghormatan Menggunakan Bendera Negara

Pasal 96

Pemberian penghormatan menggunakan Bendera Negara dalam acara kenegaraan


atau dalam acara resmi dilaksanakan sesuai dengan kedudukan pejabat yang
bersangkutan dan sesuai dengan ketentuan penggunaan Bendera Negara.

52
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 97

(1) Bendera negara dipasang pada mobil dinas Presiden, Wakil Presiden, Ketua MPR,
Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua Mahkamah Agung, Ketua Mahkamah Konstitusi,
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, Menteri atau Pejabat setingkat Menteri,
Gubernur Bank Indonesia, Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri,
Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden. *(Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan)

(2) Bendera Negara dipasang di tengah-tengah pada bagian depan mobil dengan
ketentuan ukuran 36 cm x 54 cm untuk mobil Presiden dan Wakil Presiden,
30 cm x 45 cm untuk mobil Pejabat Negara lainnya. *(Pasal 11 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
serta Lagu Kebangsaan)

(3) Dalam hal Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan) menggunakan


mobil yang disediakan Pemerintah Indonesia, bendera negara dipasang di sisi kiri
bagian depan mobil dan bendera negara Tamu Negara (Kepala Negara/Kepala
Pemerintahan) di sisi kanan bagian depan mobil. *(Pasal 11 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
serta Lagu Kebangsaan)

Pasal 98

(1) Selain penghormatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat (1) apabila
Pejabat Negara, dan Pejabat Pemerintah meninggal dunia, penghormatan
diberikan dalam bentuk pengibaran setengah tiang Bendera Negara sebagai tanda
berkabung selama waktu tertentu. *(pasal 12 ayat (4), (5) Undang-Undang RI
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan)
(2) Pengibaran setengah tiang Bendera Negara ditetapkan sebagai berikut:
a. Selama tiga hari berturut-turut bagi Presiden dan Wakil Presiden di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semua kantor Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri; *(pasal 12 ayat (6) Undang-Undang RI
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan)
b. Selama dua hari berturut-turut bagi Ketua Lembaga Tinggi Negara dan Menteri
atau Pejabat setingkat Menteri, terbatas pada gedung atau kantor Pejabat
Negara yang bersangkutan; *(pasal 12 ayat (7) Undang-Undang RI Nomor 24

53
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan)
c. Selama satu hari bagi Anggota Lembaga Negara, Kepala Daerah, dan/atau
Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terbatas pada gedung atau kantor
Pejabat yang bersangkutan. *(pasal 12 ayat (8) Undang-Undang RI Nomor 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan)

(3) Dalam hal mantan Presiden dan mantan Wakil Presiden meninggal dunia berlaku
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a.

(4) Hari-hari selama pengibaran setengah tiang Bendera Negara tersebut dinyatakan
sebagai hari berkabung nasional dan dikibarkan di seluruh pelosok tanah air.

Pasal 99

Apabila Presiden atau Wakil Presiden, mantan Presiden atau mantan wakil Presiden,
Pimpinan atau anggota lembaga negara, menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala
daerah, dan/atau pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah meninggal dunia di luar
negeri, pengibaran bendera negara setengah tiang dilakukan sejak tanggal kedatangan
jenazah di Indonesia. *(pasal 12 ayat (9) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

Pasal 100

Pelaksanaan pengibaran setengah tiang Bendera Negara diatur sebagai berikut:


(1) Bendera Negara yang dikibarkan setengah tiang dinaikkan hingga ke ujung tiang,
dihentikan sebentar dan diturunkan tepat setengah tiang. *(pasal 14 ayat (2)
Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

(2) Dalam hal Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hendak
diturunkan, dinaikkan terlebih dahulu hingga ujung tiang, dihentikan sebentar,
kemudian diturunkan. *(pasal 14 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

Pasal 101

Apabila Bendera Negara sebagai tanda berkabung sebagaimana dimaksud pada Pasal
98 ayat (2) dan (3) bersamaan dengan pengibaran Bendera Negara dalam rangka
peringatan hari-hari besar nasional, dua Bendera Negara dikibarkan berdampingan,

54
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

yang sebelah kiri dipasang setengah tiang dan yang sebelah kanan dipasang penuh.
*(pasal 12 ayat (11) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

Pasal 102

(1) Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah dapat dipasang pada
peti atau usungan jenazah Presiden atau Wakil Presiden, mantan Presiden atau
mantan wakil Presiden, ketua dan anggota lembaga negara, menteri atau pejabat
setingkat menteri, kepala daerah, anggota dewan perwakilan rakyat daerah,
kepala perwakilan diplomatik, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota
Kepolisian Republik Indonesia yang meninggal dalam tugas, dan/atau warga
negara Indonesia yang berjasa bagi bangsa dan negara. *(pasal 12 ayat (12)
Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

(2) Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipasang lurus memanjang pada peti atau usungan
jenazah, bagian yang berwarna merah di atas sebelah kiri badan jenazah. *(pasal
12 ayat (13) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

(3) Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) setelah digunakan dapat diberikan kepada pihak
keluarga.*(pasal 12 ayat (14) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

Pasal 103

Penghormatan berupa pengantaran atau penyambutan jenazah dan pemakaman


jenazah bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dilakukan sesuai dengan kedudukan
dan jabatan yang berlaku baginya.

Pasal 104

Penghormatan berupa bantuan sarana, pemberian perlindungan ketertiban dan


keamanan yang diperlukan dalam melaksanakan acara/tugas diberikan sesuai dengan
kedudukan dan jabatan yang berlaku baginya dengan tidak menimbulkan sifat
berlebihan.

55
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 105

(1) Pelaksanaan tata penghormatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah


berpedoman ketentuan Bab IV Peraturan Pemerintah ini.

(2) Tata penghormatan di lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian


Negara RI diatur lebih lanjut oleh Panglima TNI dan Kepala Kepolisian Negara RI
dengan berpedoman kepada ketentuan Bab IV Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Ketiga
Penghormatan Menggunakan Lambang Negara

Pasal 106

Pemberian penghormatan menggunakan Lambang Negara dilaksanakan sesuai


dengan kedudukan pejabat dan peraturan perundang-undangan tentang penggunaan
Lambang Negara.

Pasal 107

(1) Lambang Negara sebagai cap atau kop surat jabatan digunakan oleh:
*(Pasal 54 UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan)
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Dewan Perwakilan Rakyat;
d. Dewan Perwakilan Daerah;
e. Mahkamah Agung dan badan peradilan;
f. Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Menteri dan pejabat setingkat menteri;
h. Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, Konsul Jenderal, Konsul, dan Kuasa Usaha
Tetap, Konsul Jenderal Kehormatan, dan Konsul Kehormatan;
i. Gubernur, Bupati atau Walikota;
j. Notaris;
k. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.

56
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

(2) Dalam hal lambang negara sebagai perisai ditempatkan bersama-sama dengan
bendera negara, gambar Presiden dan/atau Wakil Presiden penggunaanya
sebagai berikut:
a. Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada bendera
negara; *(pasal 55 butir a, b Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)
b. Gambar resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden ditempatkan sejajar dan
dipasang lebih rendah daripada lambang negara; *(pasal 55 butir a, b Undang-
Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara serta Lagu Kebangsaan)
c. Dalam hal bendera Negara dipasang di dinding, lambang Negara diletakkan di
tengah atas antara gambar resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden. *(pasal 55
ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

Pasal 108

(1) Lambang Negara digunakan sebagai lencana atau atribut bagi Pejabat Negara,
Pejabat Pemerintahan atau Warga Negara Indonesia tertentu yang sedang
mengemban tugas Negara di luar negeri. *(pasal 52 butir e Undang-Undang RI
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan)

(2) Lambang Negara sebagai lencana atau atribut dipasang pada pakaian di dada
sebelah kiri. *(pasal 54 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)

Bagian Keempat
Penghormatan Menggunakan Lagu Kebangsaan

Pasal 109

Pemberian penghormatan menggunakan lagu kebangsaan dalam acara kenegaraan


atau dalam acara resmi dilaksanakan sesuai dengan kedudukan pejabat yang
bersangkutan dan sesuai dengan ketentuan penggunaan lagu kebangsaan.
(1) Untuk penghormatan, lagu kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau
dinyanyikan: *(pasal 59 ayat (1 a, b, c, d, e, f, g) Undang-Undang RI Nomor 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan)
a. Untuk menghormati Presiden dan Wakil Presiden;

57
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

b. Untuk menghormati Bendera Negara pada waktu pengibaran atau penurunan


Bendera Negara yang diadakan dalam upacara;
c. Dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah;
d. Dalam acara pembukaan sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan
Perwakilan Daerah;
e. Untuk menghormati Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan Negara sahabat
dalam kunjungan resmi;
f. Dalam acara atau kegiatan olahraga internasional;
g. Dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
internasional yang diselenggarakan di Indonesia;
h. Dalam acara Penyerahan Surat Kepercayaan Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh Negara Asing kepada Presiden RI

(2) Setiap orang yang hadir pada saat Lagu Kebangsaan diperdengarkan dan/atau
dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat. *(pasal 62 UU RI Undang-
Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara serta Lagu Kebangsaan)

BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 110

Peraturan Pemerintah ini berlaku bagi pertemuan internasional yang diselenggarakan


atas inisiatif lembaga negara yang kewenangannya disebutkan dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, lembaga negara yang dibentuk dengan
atau dalam Undang-undang, dan/atau kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian Indonesia. (pasal 7 UU RI no 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan)

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 111

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan pemerintah
sebelumnya yang mengatur mengenai tata tempat, tata upacara dan tata
penghormatan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum
diganti dengan Peraturan Pemerintah ini.

58
As of 2 Februari 2016, pukul 20.00

Pasal 112

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal ……..

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

IR. H. JOKO WIDODO


Diundangkan di Jakarta,

pada tanggal …….

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

YASONNA H. LAOLY

59

Anda mungkin juga menyukai