LAPORAN KASUS
BANJARMASIN
DISUSUN OLEH :
NIM : S.13.1409
BANJARMASIN
2014
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Banjarmasin,…………………Juli 2014
Menyetujui,
ii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Banjarmasin,…………………Juli 2014
Menyetujui,
(Nurul Hidayah,SST)
NIK.19.44.2010.046
iii
4
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti
paling cost effective dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956.
Dengan program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun
1974. Selain itu dengan telah diperluasnya program imunisasi menjadi Program
Pengembangan Imunisasi sejak tahun 1977, berbagai PD3I sudah dapat
ditekan.
Upaya imunisasi perlu ditingkatkan untuk mencapai tingkat population
immunity (kekebalan masyarakat) yang tingi sehingga PD3I dapat dibasmi,
dieliminasi atau dikendalikan.
Berdasarkan revolusi sidang World Healthy Assembly pada tahun 1992.
Maka pada tahun 1992 WHO merekomendasikan pemberian imunisasi Hepatitis
B bagi semua bayi didaerah endemis tertinggi. Pada tahun 1997 WHO
merekomendasikan agar imunisasi Hepatitis B diintegrasikan ke dalam program
imunisasi rutin.
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per
tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, & World
Bank, 2009). Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui
program imunisasi. Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan
pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti
Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus,
polio dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan
masyarakat (population immunity). Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada
tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal
Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana cakupan
imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini
Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI.
Dari data Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013 didapat drop out rate imunisasi
DPT/HB1-campak pada bayi di provinsi Kalimantan selatan tahun 2012 telah
6
7
melewati batas < 5%. Sebagian besar kabupaten/kota yaitu 10 (76,9%) memiliki
DO Rate yang telah melebih batas < 5%. Sedangkan 3 kabupaten/kota lainnya
(23,1%) masih berada di bawah batas < 5%.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada By.G dengan
imunisasi combo 1 (DPT 1 + HB 1) + polio 2 di klinik pendidikan sari mulia
banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi teori tentang imunisasi combo 1 (DPT 1 + HB
1) + polio 2 dari pengertian sampai penatalaksanaan
b. Untuk mengidentifikasi asuhan kebidanan tentang imunisasi combo 1
(DPT 1 + HB 1) + polio 2 dari pengkajian sampai penatalaksanaan
c. Untuk mengidentifikasi perbedaan atau hubungan antara teori dan
kejadian di lahan praktik
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Instansi
a. Pendidikan
Penulisan Laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu sebagai
bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa dalam hal
pemahaman perkembangan dan upaya penatalaksanaan berhubungan
dengan imunisasi.
b. Klinik
Penulisan laporan ini sebagai bahan evaluasi bagi pihak klinik agar
perawatan yang diberikan dapat sesuai dengan standar yang berlaku.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Penulis laporan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan,
wawasan dan pengalaman tentang imunisasi combo 1 + polio 2 yang
diberikan kepada pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu
usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga
dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang
berarti kebal atau resisten (Depkes RI, 2005).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat.A.A, 2009).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. dengan memasukan kuman atau
bibit penyakit tersebut, tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya
digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit penyerang tubuh
(Sudarmanto, 2000).
Vaksin Kombo adalah gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu
jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda. (2008)
8
9
3. Vaksin Polio
Vaksin POLIO adalah vaksin POLIO trivalent yang terdiri dari suspensi virus
Poliomielitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat
dalam biakan jaringan ginjal kera dan di stabilkan dengan sucrose.
Kemasan sebanyak 1 cc atau 2 cc dalam flakon dilengkapi dengan pipet
untuk meneteskan vaksin. Penyimpanan vaksin POLIO dalam suhu 2-8˚C
stabil dalam waktu 6 minggu. Vaksin POLIO oral sangat mudah dan cepat
rusak bila terkena panas dibandingkan dengan vaksin lainnya.
a. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
b. Cara pemberian dan dosis
1) Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung
dari botol tanpa menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan
interval waktu minimal 4 minggu
2) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)
yang baru.
c. Kontraindikasi
1) Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang
sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulangan dapat di berikan setelah
sembuh.
2) Pasien yang mendapat imunosupresan
d. Efek samping
Umumnya tidak ada efek samping.
D. Jadwal pemberian vaksin
1. Combo 1 (DPT 1 + HB 1) + Polio 2
Diberikan pada bayi umur 2 bulan.
2. Combo 2 (DPT 2 + HB 2) + Polio 3
Diberikan pada bayi umur 3 bulan.
3. Combo 3 (DPT 3 + HB 3) + Polio 4
Diberikan pada bayi umur 4 bulan.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Bayi
Nama pasien : By. G
Umur pasien : 5 Bulan
Jenis kelamin : Laki – Laki
Agama : ISLAM
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Alamat : Jl. Kasturi. Banjarmasin Selatan
b. Ibu
Nama : Ny. M
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : ISLAM
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Alamat : Jl. Kasturi. Banjarmasin Selatan
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
a. Ayah
Nama : Tn.P
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : ISLAM
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
12
13
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan bayinya. Sekarang usia bayinya 5
bulan dan bayinya sehat. Ibu mengatakan bayinya demam dan pilek. Seperti
yang tertulis di KMS, bayi dijadwalkan untuk mendapatkan imunisasi DPT
COMBO 1 + POLIO 2.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi Sehat
b. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular, penyakit
keturunan dan menderita tumor.
b. Eliminasi
1) BAB
a) Frekuensi : Tidak tentu
b) Konsistensi : Normal
c) Masalah : Tidak ada masalah
d) Warna : Kuning
2) BAK
a) Frekuensi : Tidak tentu
14
b) Bau : Pesing
c) Masalah : Tidak ada masalah
d) Warna : Kuning
c. Personal Hygiene
1. Mandi : 2 x sehari
2. Ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Sehat
b. Kesadaran : Compos mentis
c. BB : 7,6 kg
d. TB : 66 cm
e. Suhu : 36,5˚C
2. Pemeriksaan Khusus
a) Kepala : Kepala tidak ditumbuhi rambut
b) Muka : Muka kemerahan
c) Mata : Simetris, konjungtiva normal, dan sclera ikterik
d) Telinga : Simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen
e) Dada : Bentuk dada simetris dan tidak ada retraksi dada
f) Abdomen : Tidak meteorismus (kembung)
g) Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
h) Tungkai : Tidak ada oedem
i) Ekstremitas : Gerak Aktif
C. Analisis Data
1.Diagnosa kebidanan : By. G Umur 5 bulan dengan Imunisasi Combo 1 + polio
2
2.Masalah : Tidak ada masalah
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada keluarga yaitu BB 7,6 kg dan PB 66
cm, tumbuh kembangnya normal dan mencatat pada KMS
”ibu mengetahui hasil pemeriksaan”
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai imunisasi combo 1 (DPT 1 + HB 1) +
polio 2
“ibu mengerti penjelasan yang di berikan”
3. Melakukan persetujuan kepada ibu agar mengizinkan untuk dilakukan
imunisasi combo 1 (DPT 1 + HB 1) + polio 2
“ibu mengizinkan untuk dilakukan imunisasi”
4. Melakukan penyuntikan vaksin COMBO 0,5 cc dengan cara IM yaitu 1/3 pada
paha bagian luar kanan. Dan setelah penyuntikan dilakukan observasi 10
menit untuk melihat reaksi penyuntikan.
“ ibu bersedia dilakukan penyuntikan”
5. Memberikan 2 tetes vaksin POLIO melalui oral dan memberitahu ibu untuk
tidak menyusui ± 10 menit setelah vaksin diberikan supaya efektifitas vaksin
baik.
“polio oral sudah diberikan dan ibu bersedia untuk tidak menyusui”
6. Memberikan KIE pada keluarga bahwa setelah imunisasi biasanya bayi akan
mengalami demam dan menganjurkan ibu untuk mengompres
“ibu mengetahui dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan”
7. ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan.
“ibu bersedia melakukan”
8. Menganjurkan ibu setiap bulan melakukan penimbangan untuk mengetahui
tumbuh kembang bayinya.
9. Memberitahukan jadwal imunisasi berikutnya yaitu imunisasi combo 2 (DPT 2
+ HB 2) + polio 3 lagi pada tanggal 16 Agustus 2014.
”Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang”
10. Memberikan terapi obat penurun panas sesuai advis dokter dengan
pemberian paracetamol pediatric 4 biji 3x1 hari.
“ibu mengetahui dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan”
16
BAB IV
PEMBAHASAN
16
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vaksin Kombo adalah gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu
jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda. (2008)
Kandungan vaksin kombo terdiri dari DPT+HB+Polio. Jadwal pemberian vaksin
combo adalah Combo 1 (DPT 1 + HB 1) + Polio 2 pada umur 2 bulan, Combo 2
(DPT 2 + HB 2) + Polio 3 pada umur 3 bulan dan Combo 3 (DPT 3 + HB 3) +
Polio 4 diberikan pada umur 4 bulan.
By.G dilakukan imunisasi combo 1 + polio 2. Penatalaksanaan setelah
dilakukannya imunisasi combo 1 + polio 2 adalah menganjurkan ibu untuk
memberikan terapi obat paracetamol 3x1 dan kompres panas.
Kesenjangan antara jadwal pemberian dan praktiknya dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu factor pendidikan, kesibukan ibu dan ketakutan ibu pada
efek imunisasi.
B. Saran
1. Bagi instansi
a. Pendidikan
Hendaknya memberikan pengetahuan ketrampilan dan tatalaksana untuk
bekal kedalam masyarakat.
b. Klinik
Hendaknya lebih meningkatkan pelayanan posyandu khususnya imunisa
agar diberikan secara optimal.
2. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa berperan aktif dan mempunyai ilmu untuk
melaksanakan tindakan terhadap pasien.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Menganjurkan makan-makanan yang bergizi untuk menunjang
kesehatannya
b. Memberitahukan pada ibu agar tetap selalu menjaga kesehatannya serta
selalu waspada terhadap tumbuh kembang si bayi
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Andria.2012.MAKALAH IMUNISASI.
http://andriaskep.blogspot.com/2012/11/makalah-imunisasi.html
17 JULI 2014 12.05 WITA
Ceylon.2013.LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI.
http://parfait-ceylon.blogspot.com/2013/10/laporan-pendahuluan-imunisasi.html
17 JULI 2014 12.15 WITA
KyRan.2012.SOAP IMUNISASI COMBO.
http://catatancintakyrana.blogspot.com/2012/11/soap-imunisasi-combo-
2_7088.html
17 JULI 2014 12.18 WITA
Ilmu dokter.2013.IMUNISASI DPT COMBO.
http://www.ilmudokter.com/2013/11/imunisasi-dpt-combo.html
17 JULI 2014 12.35 WITA
Novi Ksoirotun Nisa.2013.IMUNISASI POLIO II DAN DPT/HB COMBO .
http://novikhoirotununipdu.blogspot.com/2013/01/askeb-imunisasi-polio-ii-dan-dpt-
hb.html
17 JULI 2014 12.55 WITA
Habibah.2012.ASKEB IMUNISASI COMBO (DPT-HB).
http://liskanurjanah.blogspot.com/2012/11/askeb-imunisasi-combo-dpt-hb.html
17 JULI 2014 13.40 WITA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2011.BUKU KESEHATAN IBU DAN
ANAK.