Disusun oleh:
Kelompok B7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
tugas laporan tutorial Skenario A Blok 29 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dan tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada dr. Ika Kartika, Sp.PA
selaku tutor serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial
ini.
Kami menyadari laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
yang akan datang.
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan Yang
Maha Esa.Amin.
Tim Penyusun
Kelompok B7
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
BAB II ISI .................................................................................................................................. 5
I. Skenario .......................................................................................................................... 5
II. Klarifikasi Istilah ............................................................................................................ 6
III. Identifikasi Masalah .................................................................................................... 7
IV. Analisis Masalah ......................................................................................................... 7
V. Kesimpulan ................................................................................................................... 35
VI. Kerangka Konsep ...................................................................................................... 36
VII. Learning Issue ........................................................................................................... 37
1. Konsep dan Prinsip Dokter Keluarga ........................................................................ 37
2. Pendidikan dan Pencegahan Stroke ec Hipertensi pada Dokter Keluarga ................ 40
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 42
I. Kesimpulan ...................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 43
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
pembelajaran diskusi kelompok.
B. Data Tutorial
2. Amanda Nathania
4
BAB II
ISI
I. Skenario
Dr. Merdu telah berpraktek mandiri di kecamatan ilalang yang berpeduduk
35.000 jiwa selama 5 tahun. Dr. Merdu minggu lalu baru kembali dari mengikuti
seminar tentang topik “Menggapai SDG’s melalui Nawacita” dan merasakan isi
seminar tersebut sangat erat dengan tugasnya sebagai pelaku kesehatan di desa. Dr.
Merdu merasa berkewajiban untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang berada di desanya dan sejak itu dr. Merdu berpraktek dengan
pendekatan pelayanan Dokter Keluarga.
Dua hari yang lalu dr. Merdu mendapatkan ibu Lili yang dirujuk balik oleh
RSUD Kabupaten dengan diagnosis “Stroke ec Hipertensi” dan diminta untuk
melanjutkan pengobatan untuk pasien tersebut. Pasien sangat berharap untuk tidak
kembali dirawat di RSUD Kabupaten. Dengan berpegangan pada sistem rujukan di
era JKN dan bekal ilmu kedokteran keluarga, dr. Merdu melakukan penatalaksanaan
terhadap Ibu Lili dengan pendekatan pelayanan dokter keluarga.
Sebagai dokter yang berpraktek sebagai dokter keluarga, dr. Merdu
menerapkan Prinsip-prinsip, Karakteristik, Standar dan Kompetensi Kedokteran
Keluarga (sesuai dengan WHO, WONCA), konsep dasar dan pendekatan pelayanan
kedokteran keluarga sebagai landasan dalam bertugas sebagai dokter yang berpraktek
di kecamatan Ilalang. Dengan menggunakan konsep-konsep genogram, Mandala of
Health, konsep Bloom, konsep L Green, Komunikasi individu dan keluarga serta
APGAR. Dr. Merdu bertekad untuk melakukan penatalaksanaan yang bersifat
promotif dan preventif untuk penyakit Ibu Lili di seluruh keluarga yang ada di
kecamatannya.
Dr. Merdu ingin berdiskusi dan meminta pendapat Anda sebagai pelaku
kesehatan yang memiliki kewajiban yang sama, untuk melakukan penatalaksanaan
terhadapa Ibu Lili dengan penatalaksanaan pelayanan Dokter Keluarga.
5
II. Klarifikasi Istilah
Istilah Makna
SDG Suitainable Development Goals, adalah 17 tujuan dengan 169 capaian
yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai
agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet
bumi.
JKN Jaminan Kesehatan Nasional, adalah program pemerintah yang
bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyuluruh
bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif, dan
sejahtera.
Preventif Bersifat mencegah supaya jangan terjadi apa-apa
Promotif Berdifat memajukan atau meningkatkan
Nawacita Istilah umum yang diserap dari Bahasa sangsekerta, Nawa (Sembilan),
dan cita (harapan/ agenda/ keinginan)
Genogram Konsep biopsikososial pohon keluarga (peta skema dari silsilah
keluarga) yang mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat
sakit, serta hubungan antara anggota keluarga
Mandala of Health Sebuah model yang memaparkan ekosistem manusia sebagai
keterkaitan jaringan yang kompleks, di mana setiap komponennya
memiliki potensi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia
Dokter Keluarga Dokter yang memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi
komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang
kepada individu yang sakit, tapi sebagai bagian dari keluarga dan tidak
hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita dan keluarganya berdasarkan IDI 1992.
6
Konsep Bloom Teori yang membahas faktor-faktor yang berpengaruh pada stasus
derajat kesehatan masyarakat atau perorangan (lingkunagn, prilaku,
layanan kesehatan, keturunan)
Gambar 1: SDG’s
Sumber Gambar: http://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-
development-goals/.
8
Air bersih dan sanitasi
Energi bersih dan terjangkau
Pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi
Industri, inovasi dan infrastruktur
Mengurangi kesenjangan
Kota berkelanjutan dan komunitas
Konsumsi produksi yang bertanggung jawab
Tindakan terhadap iklim
Kehidupan di bawah air
Kehidupan di darat
Perdamaian keadilan dan institusi yang kuat
Kemitraan untuk tujuan
9
AIDS, TB, malaria, dan neglected 1000 populasi yang tidak terinfeksi,
tropical diseases dan melawan oleh umur, jenis kelamin dan populasi
hepatitis, penyakit yang ditular kunci
melalui air dan penyakit menular 3.3.2 Insiden TB per 100.000
lainnya populasi
3.3.3 Insiden Malaria per 100.000
populasi
3.3.4 Insiden Hepatitis B per 100.000
populasi
3.3.5 Angka orang yang memerlukan
intervensi terhadap neglected tropical
disease
3.4 Pada 2030, menurunkan 1/3 3.4.1 angka mortalitas dikaitkan
mortalitas prematur dari penyakit dengan penyakit kardiovaskular,
yang tidak menular melalui prevensi kanker, diabetes atau penyakit
dan pengobatan dan mempromosikan pernafasan kronis
kesehatan mental dan kehidupan. 3.4.2 angka mortalitas bunuh diri
3.5 memperkuat preventif dan 3.5.1 Cakupan intervensi pengobatan
pengobatan pemakaian obat terlarang, (farmakologis, psikososial, dan
mencakup pemakaian narkotik dan rehabilitasi dan pelayanan setelah
penggunaan alkohol yang berbahaya perawatan) untuk penyalahgunaan
obat-obatan/kandungan tertentu.
3.5.2 penggunaan alkohol yang
berbahaya, didefinisikan menurut
konteks nasional sebagai konsumsi
alkohol per kapita (umur 15 tahun dan
lebih) dalam kalender tahun dalam
liter alkohol murni
3.6 Pada 2020, setengah angka 3.6.1 angka kematian dikarenakan
kematian global dan luka akibat kecelakaan lalu lintas
kecelakaan lalu lintas
3.7 Pada 2030, memastikan akses 3.7.1 proporsi dari umur reproduktif
10
universal untuk pelayanan kesehatan wanita (umur 15-49 tahun) yang
seksual dan reproduksi, mencakup memerlukan kepuasan rencana
perencaaan keluarga, informasi dan berkeluarga dengan metode modern
edukasi, dan integrasi kesehatan 3.7.2 Angka kelahiran remaja (umur
reproduksi ke dalam strategi nasional 10-14 tahun; umur 15-19 tahun) per
dan program program 1000 wanita dalam kelompok umur
tersebut.
3.8 memperoleh cakup kesehatan 3.8.1 Cakupan pelayanan kesehatan
universal, mencakup proteksi resiko esensial (didefinisikan sebagai rataan
finansial, akses kualitas pelayanan cakupan pelayan esensial berdasarkan
kesehatan esensial dan akses intervensi pengusut yan mencakup
pengobatan esensial aman, efektif, kesehatan reproduksi, maternal, bayi
kualitas dan dapat diperoleh dan lahir, dan anak dan kapasitas
vaksin untuk semua. pelayanan dan akses, diantara
populasi yang paling dan umum
beresiko)
3.8.2 proporsi populasi dengan
ekpenditur rumah tangga besar pada
kesehatan sebagai pembagian total
ekspenditur rumah tangga atau
income.
3.9 Pada 2030, secara substantsi 3.9.1 Angka mortalitas dikaitkan
menurunkan angka kematian dan dengan polusi udara ambien dan
penyakit dari bahan kimia berbahaya rumah tangga
dan polusi udara, air dan tanah serta 3.9.2 angka mortalitas dikaitkan
kontaminasinya dengan air yang tidak aman, sanitasi
yang tidak aman dan kurang bersih
(paparan air, sanitasi dan higenitas
yang tidak aman untuk semua
pelayanan.
3.9.3 Angka mortalitas dikaitkan
dengan keracunan tanpa disengaja.
11
b. Apa saja isi dari Nawacita?
Jawab:
Isi dari Nawacita adalah sebagai berikut.
13
6) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
Membangun infrastruktur jalan baru sepanjang sekurang-kurangnya
2000km
Membangun sekurang-kurangnya 10 pelabuhan baru dan merenovasi
yang lama
Membangun sekurang-kurangnya 10 bandara baru dan merenovasi
yang lama
Membangun sekurang-kurangnya 10 kawasan industri baru berikut
pengembangan untuk hunian buruhnya
Membangun sekurang-kurangnya 5000 pasar tradisional di seluruh
Indonesia dan memodernisasikan pasar tradisional yang telah ada
Menciptakan layanan satu atap untuk investasi, efisiensi perijinan
bisnis menjadi maksimal 15 hari
Membangun sejumlah Science and Technopark di kawasan Politeknik
dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini
14
Memperbesar akses warga miskin untuk mendapatkan pendidikan
tinggi
Memprioritaskan pembiayaan penelitian yang menunjang IPTEK
15
tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh, pada tahun yang sama per jumlah
kelahiran hidup pada tahun yang sama dikali seratus ribu. Indikator
ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi
mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya
terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas.
Umur Harapan Hidup (UHH), merupakan perkiraan rata-rata lamanya
hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir
pada suatu wilayah. Umur Harapan Hidup digunakan untuk menilai
derajat kesehatan dan kualitas kesejahteraan masyarakat.
Morbiditas (angka kesakitan) yang terdiri dari angka kesakitan
beberapa penyakit serta status gizi pada balita dan dewasa.
Morbiditas (angka kesakitan) yang terdiri dari angka kesakitan beberapa
penyakit, seperti
Penyakit menular langsung, yaitu TB, kusta, IMS dan HIV-AIDS,
diare, pneumonia.
Penyakit menular bersumber binatang, yaitu DBD, malaria, filariasis.
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu difteri,
pertusis, tetanus neonatorum, campak, AFP (Acute Flaccid
Paralysis).
Penyakit tidak menular, yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner,
stroke, diabetes mellitus, kanker leher rahim, kanker payudara,
PPOK, asma, kecelakaan lalin darat.
Status Gizi yang meliputi presentase balita dengan gizi buruk dan
presentase kecamatan bebas rawan gizi.
16
Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan kebiasaan atau gaya hidup yang dianut
dan diperlihatikan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Lingkungan
Keadaan sekitar dalam bentuk lingkungan fisik dan lingkungan
nonfisik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan seseorang.
Pelayanan kesehatan
Meliputi akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan yang
tersedia masyarakat.
Keturunan
Merupakan kualitas dan kuantitas genetic yang bersifat diturunkan dari
generasi ke generasi berikunya. Pengaruh masing-masing faktor terhadap
kesehatan bersifat komplek baik secara langsung maupun secara tidak
langsung atau melalui faktor lainnya.
17
9. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan
bekerja secara sehat.
10. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada
kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat
umum).
12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
2. Dua hari yang lalu dr. Merdu mendapatkan Ibu Lili yang dirujuk balik oleh
RSUD Kabupaten dengan diagnosis “Stroke ec Hipertensi” dan diminta untuk
melanjutkan pengobatan untuk pasien tersebut. Pasien sangat berharap untuk
tidak kembali dirawat di RSUD Kabupaten. Dengan berpegangan pada sistem
rujukan di era JKN dan bekal ilmu kedokteran keluarga, dr. Merdu melakukan
penatalaksanaan terhadap Ibu Lili dengan pendekatan pelayanan dokter
keluarga. Dr. Merdu ingin berdiskusi dan meminta pendapat Anda sebagai
pelaku kesehatan yang memiliki kewajiban yang sama, untuk melakukan
19
penatalaksanaan terhadap Ibu Lili dengan penatalaksanaan pelayanan Dokter
Keluarga.
a. Bagaimana tatalaksana yang dilakukan sebagai dokter keluarga dalam
menangani kasus ibu Lili (stroke ec hipertensi setelah pengobatan)?
Jawab:
Pasien dianjurkan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk
mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur,
kontrol tekanan darah secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga secara
teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam
perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien yang juga sebagai kelompok
resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan
mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang
sehat. Pencegahan sekunder dilakukan pada mereka yang pernah mengalami
atau memiliki riwayat stroke sebelumnya, yaitu dengan cara:
- Mengontrol factor resiko stroke atau aterosklerosis, melalui modifikasi
gaya hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit
jantung dengan obat dan diet, stop merokok dan minum alcohol, turunkan
berat badan dan rajin olahraga serta menghindari stress.
- Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yamg dapat mengatasi
krisis social dan emosional penderita stroke dengan cara memahami kondisi
baru bagi pasien pasca stroke yang bergantung pada orang lain.
- Menggunakan obat-obatan dalam pengelolaan dan pencegahan stroke,
seperti anti agregasi trombosit dan antikoagulan.
21
5 Stabilisasi keadaan umum pasien, dan dipertahankan selama dalam
perjalanan;
6 Pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan;
7 Menyerahkan surat rujukan kepada pihak-pihak yang berwenang di
fasilitas pelayanan kesehatan di tempat rujukan;
8 Surat rujukan pertama harus berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan
primer, kecuali dalam keadaan darurat; dan
9 Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda,
SKTM dan badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku.
22
3. Sebagai dokter yang berpraktek sebagai dokter keluarga, dr. Merdu
menerapkan Prinsip-prinsip, Karakteristik, Standar dan Kompetensi
Kedokteran Keluarga (sesuai dengan WHO, WONCA), konsep dasar dan
pendekatan pelayanan kedokteran keluarga sebagai landasan dalam bertugas
sebagai dokter yang berpraktek di kecamatan Ilalang. Dengan menggunakan
konsep-konsep genogram, Mandala of Health, konsep Bloom, konsep L Green,
Komunikasi individu dan keluarga serta APGAR. Dr. Merdu bertekad untuk
melakukan penatalaksanaan yang bersifat promotif dan preventif untuk
penyakit Ibu Lili di seluruh keluarga yang ada di kecamatannya.
a. Apa saja Prinsip-prinsip, Karakteristik, Standard dan Kompetensi
Kedokteran Keluarga (sesuai dengan WHO, WONCA)?
Jawab:
Prinsip-prinsip dokter keluarga
Prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip – prinsip ini dalam
banyak terbitannya. Prinsip – prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
23
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran. Prinsip – prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga
adalah memberikan / mewujudkan
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
b. Pelayanan yang kontinue
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum
h. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
i. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
24
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Ketrampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Ketrampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga
25
g. Lansia wanita dan pria
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani
secara memadai
c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta
penyuluhan gizi
g. Memahami pokok masalah perkembangan normal
h. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila
diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif dan “jelang ajal”
k. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran
3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4. Menangani masalah – masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anestesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskular
e. Kelainan kulit
26
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologi
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Pemecahan masalah konflik
c. Peningkatan kualitas
27
Dengan genogram dapat digunakan juga untuk menyaring kemungkinan
adanya kekerasan (abuse) di dalam keluarga.
Mandala of Health
Mandala of Health merupakan model kesehatan yang menggambarkan
ekosistem manusia sebagai keterkaitan jaringan yang kompleks, dimana setiap
komponennya memiliki potensi yang dapat memengaruhi kesehatan manusia
(Hancock, 1985).
The Mandala of Health (Hancock and Perkins, 1985)
menyempurnakan bagaimana pola konsep terjadinya penyakit terhadap
individu-individu. Adapun penjelasan untuk pola konsep mandala of helath :
Body, mind & spirit: kondisi pasien saat ini (usia, diagnosis kerja, DD,
harapan, ketakutan)
Human biology: risiko genetik dan herediter pasien
Personal behavior: perilaku kesehatan pasien
Psycho-socio-economic environment: faktor-faktor psiko-sosio-ekonomi
yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan pasien
Physical environment: faktor lingkungan fisik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
Community: peraturan kesehatan lokal dan nasional, kebutuhan dan
permintaan mengenai kesehatan publik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
Culture: norma dan budaya
Berdasarkan pola dan penjelasan diatas Mandala of Health (a model of
human ecosystem) dapat disimpulkan bahwa :
Manusia terdiri atas 3 bagian meliputi fisik, jiwa, dan pikiran
Kesehatan pada diri individu dipengaruhi oleh kebiasaan personal,
lingkungan fisik, unsur biologis manusia, serta lingkungan psiko-sosio-
ekonomi. Di mana masing2 faktor terkait satu sama lain.
Kebiasaan personal dan kondisi psiko-sosio-ekonomi mempengaruhi
lifestyle
28
Kebiasaan personal dan unsur biologis manusia mempengaruhi sick care
system
Kondisi psiko-sosio-ekonomi dan lingkungan fisik mempengarui kerja
seseorang
Unsur biologis manusia dan lingkungan fisik mempengaruhi human made
environment
Konsep Bloom
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-
masing faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :
1. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi
fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat
kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik,
polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga
lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran
semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana
berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan
lingkungan masyarakat. namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga
kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal
dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan
sebagainya.
2. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang
peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Hal ini dikarenakan
29
budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri
masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk
menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat. Sebagai tenaga
motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan
masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang
berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga
lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi
dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab,
apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek.
Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam
menyukseskan program-program kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan
perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang
memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
4. Genetik / Keturunan
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan
itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu
bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus
terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu
berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa
inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang.
Namun masih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan
buruk. Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah
program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi
masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang
biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini
maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat
tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus
dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms
harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita.
Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana
kualitas generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia
mendatang.
Konsep L Green
Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor
perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi
kesehatan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi
perilaku itu sendiri). Dan menurut Lawrence Green perilaku ini ditentukan
oleh 3 faktor utama, yakni:
31
a. Faktor Pendorong (predisposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Contohnya seorang ibu mau membawa
anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan
penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya
pengetahuan-pengetahuan ini ibu tersebut mungkin tidak akan membawa
anaknya ke Posyandu.
APGAR
32
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain. APGAR score meliputi:
1) Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
2) Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
3) Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4) Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
5) Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
APGAR score
APGAR Score
Saya puas
A bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
33
Saya puas
P dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan saya
Saya puasGdengan cara keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
Saya puas
A dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puasRdengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama
c. Apa saja program promotif dan preventif yang dapat dilakukan untuk
menangani Ibu Lili dan keluarga yang ada di kecamatan Ilalang?
Jawab:
Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular
lainnya, Kemenkes membuat kebijakan yaitu:
1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara
aktif (skrining)
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui
kegiatan Posbindu PTM
3. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui
revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan
sumberdaya tenaga kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya
pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar seperti Puskesmas; Peningkatan manajemen pelayanan
pengendalian PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan
holistik; serta Peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotif-
preventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.
Menurut Prof. Tjandra upaya Pencegahan dan Penanggulangan
hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan
pola hidup ke arah yang lebih sehat. Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas
34
pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan Pencegahan primer yaitu kegiatan
untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko Hipertensi sebelum
penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat
dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin
melakukan aktifitas dan tidak merokok.
Puskesmas juga perlu melakuka encegahan sekunder yang lebih
ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila
ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini.
Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan
kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut
dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar
tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga
menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit
hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar
penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.
V. Kesimpulan
Dr. Merdu yang berpraktek mandiri di kecamatan Ilalang menerapkan prinsip dan
konsep ilmu kedokteran keluarga dalam menangani kasus Ibu Lili (Stroke ec Hipertensi) dan
seluruh keluarga di Kecamatan Ilalang.
35
VI. Kerangka Konsep
36
VII. Learning Issue
37
Penjabaran lebih lanjut mengenai prinsip dokter keluarga, yaitu:
a) Dokter kontak pertama (first contact)
Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang
pertama kali ditemui oleh pasien/klien dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya. Pada kenyataannya 90% masalah kesehatan yang umum
terdapat di masyarakat dapat ditangani di tingkat pelayanan strata pertama.
Oleh karena itu dengan dokter keluarga sebagai kontak pertama, rujukan ke
strata kedua dan ketiga hanya dilakukan pada pasien yang benar-benar
membutuhkan. Dengan demikian penyelenggaraan pelayanan menjadi lebih
cost efektif.
f) Koordinasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya dokter keluarga perlu
berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis atau rumah sakit,
dan memberi informasi sejelas-jelasnya kepada pasien. Karena itu dokter
keluarga bertindak sebagai koordinator yan gmengurusi segala hal yang
berkaitan dengan kesehatan pasien.
g) Kolaborasi
Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar
kompetensinya, dokter keluarga bekerjasama dan mendelegasikan
pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang memiliki kompetensi sesuai
dengan kebutuhan medis pasien. Dalam hal ini ia perlu berpartisipasi aktif
sebagai anggota tim yang terdiri dari berbagai disiplin.
h) Family oriented
Dalam mengatasi masalah pasiennya, dokter keluarga
mempertimbangkan konteks keluarga, dampak kondisi si pasien terhadap
keluarga dan sebaliknya tanpa mengesampingkan pengaruh lingkungan
sosial dan budaya tempat pasien tinggal dan bekerja.
i) Community oriented
39
Dokter keluarga dalma mengatasi masalah pasien haruslah tetap
memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.
Pencegahan Primer :
Dalam pencegahan primer, dimana pasien belum pernah mengalami stroke
dianjurkan melakukan 3M , yaitu :
Menghindari : rokok, stress mental, minum kopi, akohol, kegemukan, dan
golongan obat-obatan yang dapat mempengaruhi serebrovaskular (amfetamin,
kokain dan sejenisnya)
Mengurangi : asupan lemak, kalori, garam, dan kolseterol yamg berlebihan
Mengontrol atau mengendalikan : hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung atau aterosklerosis, kadar lemak darah, konsumsi makanan seimbang,
serta olahraga tertur 3-4 kali seminggu.
Pencegahan Sekunder :
Menghilangkan/ menghindari faktor risiko stroke merupakan benuk
pencegahan sekunder. Semakin banyak faktor resiko yang dimiliki, maka semakin
besar pula kemungkinan orang tersebut untuk mendapatkan serangan stroke, begitu
juga sebaliknya.
40
Mengontrol faktor risiko stroke atau aterosklerosis, melalui modifikasi gaya
hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung
dengan obat dan diet, stop merokok dan minum alcohol, turunkan berat badan
dan rajin olahraga serta menghindari stress.
Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yamg dapat mengatasi
krisis social dan emosional penderita stroke dengan cara memahami kondisi
baru bagi pasien pasca stroke yang bergantung pada orang lain.
Menggunakan obat-obatan dalam pengelola dan pencegahan stroke, seperti
anti agregasi trombosit dan antikoagulan.
Pencegahan tersier:
Berbeda dari pencegahan primer dan sekunder, pencegahan tersier ini dilihat
dari 4 faktor utama yaitu yang memperngaruhi penyakit, gaya hidup, lingkungan,
biologis dan pelayanan kesehatan. Pencegahan tersier ini merupakan rehabilitasi yang
dilakukan pada penderita stroke yang telah mengalami kelumpuhan pada tubuhnya
agar tidak bertambah parah dan dapat mengalihkan fungsi anggota badan yang
lumpuh pada anggota badan yang masih normal, yaitu dengan cara :
Gaya hidup : reduksi stress, exercise sedang dan berhenti merokok
Lingkungan : menjaga keamanan dan keselamatan (tinggal di rumah
lantai pertama, menggunakan wheel-chair) dan dukungan penuh dari keluarga
Biologi : kepatuahn berobat, terapi fisik dan bicara
Pelayanan kesehatan : emergency medical technic dan asuransi
41
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Dr. Merdu yang berpraktek mandiri di kecamatan Ilalang menerapkan prinsip
dan konsep ilmu kedokteran keluarga dalam menangani kasus Ibu Lili (Stroke ec
Hipertensi) dan seluruh keluarga di Kecamatan Ilalang.
42
DAFTAR PUSTAKA
Andrea, G. Y., 2013. Korelasi Derajat Hipertensi dengan Stadium Penyakit Ginjal Kronik.
diunduh di http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pdf
pada 7 November 2017
Debora, Mariska Nada. 2013. Laporan Kasus Stroke dengan Pendekatan Dokter Keluarga.
Jakarta: Universitas Kristen Duta Wacana
Indikator Kesehatan SDGs di Indonesia oleh Dra. Hj. Ermalena MHS sebagai Wakil Ketua
Komisi IX DPR RI dalam diskusi panel “Pengendalian Tembakau dan Tujuan
Pembangunan Indonesia” 15 Mei 2017.
Pemerintah Kabupaten Kediri Dinas Kesehatan. 2016. Profil Kesehatan kabupaten Kediri
Tahun 2016.
Primasari, Karleanne Lonny. 2015. Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional
RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak. Vol.1 No. 2
43