Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 29 TAHUN 2017

Disusun oleh:
Kelompok B7

Bima Indra 04011181419208


Dyahati Wahyurini 04011281419100
Amanda Nathania 04011281419104
Adi Putra Tandi 04011281419106
Stellanisa Nagari 04011281419108
M. Afif Baskara E. 04011281419112
Elisabeth Stefanny 04011281419114
Fitria Masturah 04011281419116
Disa Novellin 04011281419134
Calvin Ienawi 04011281419140

Tutor: dr. Ika Kartika, Sp.PA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
tugas laporan tutorial Skenario A Blok 29 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dan tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada dr. Ika Kartika, Sp.PA
selaku tutor serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial
ini.
Kami menyadari laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
yang akan datang.
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan Yang
Maha Esa.Amin.

Tim Penyusun

Kelompok B7

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
BAB II ISI .................................................................................................................................. 5
I. Skenario .......................................................................................................................... 5
II. Klarifikasi Istilah ............................................................................................................ 6
III. Identifikasi Masalah .................................................................................................... 7
IV. Analisis Masalah ......................................................................................................... 7
V. Kesimpulan ................................................................................................................... 35
VI. Kerangka Konsep ...................................................................................................... 36
VII. Learning Issue ........................................................................................................... 37
1. Konsep dan Prinsip Dokter Keluarga ........................................................................ 37
2. Pendidikan dan Pencegahan Stroke ec Hipertensi pada Dokter Keluarga ................ 40
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 42
I. Kesimpulan ...................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 43

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan Tutorial

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

B. Data Tutorial

1. Tutor : dr. Ika Kartika, Sp.PA

2. Moderator : Elisabeth Stefanny

3. Sekretaris : 1. Fitria Masturah

2. Amanda Nathania

4. Waktu : 1. Senin, 6 November 2017, pukul 13.00 – 15.30 WIB

2. Rabu, 9 November 2017, pukul 13.00 – 15.30 WIB

4
BAB II
ISI

I. Skenario
Dr. Merdu telah berpraktek mandiri di kecamatan ilalang yang berpeduduk
35.000 jiwa selama 5 tahun. Dr. Merdu minggu lalu baru kembali dari mengikuti
seminar tentang topik “Menggapai SDG’s melalui Nawacita” dan merasakan isi
seminar tersebut sangat erat dengan tugasnya sebagai pelaku kesehatan di desa. Dr.
Merdu merasa berkewajiban untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang berada di desanya dan sejak itu dr. Merdu berpraktek dengan
pendekatan pelayanan Dokter Keluarga.
Dua hari yang lalu dr. Merdu mendapatkan ibu Lili yang dirujuk balik oleh
RSUD Kabupaten dengan diagnosis “Stroke ec Hipertensi” dan diminta untuk
melanjutkan pengobatan untuk pasien tersebut. Pasien sangat berharap untuk tidak
kembali dirawat di RSUD Kabupaten. Dengan berpegangan pada sistem rujukan di
era JKN dan bekal ilmu kedokteran keluarga, dr. Merdu melakukan penatalaksanaan
terhadap Ibu Lili dengan pendekatan pelayanan dokter keluarga.
Sebagai dokter yang berpraktek sebagai dokter keluarga, dr. Merdu
menerapkan Prinsip-prinsip, Karakteristik, Standar dan Kompetensi Kedokteran
Keluarga (sesuai dengan WHO, WONCA), konsep dasar dan pendekatan pelayanan
kedokteran keluarga sebagai landasan dalam bertugas sebagai dokter yang berpraktek
di kecamatan Ilalang. Dengan menggunakan konsep-konsep genogram, Mandala of
Health, konsep Bloom, konsep L Green, Komunikasi individu dan keluarga serta
APGAR. Dr. Merdu bertekad untuk melakukan penatalaksanaan yang bersifat
promotif dan preventif untuk penyakit Ibu Lili di seluruh keluarga yang ada di
kecamatannya.
Dr. Merdu ingin berdiskusi dan meminta pendapat Anda sebagai pelaku
kesehatan yang memiliki kewajiban yang sama, untuk melakukan penatalaksanaan
terhadapa Ibu Lili dengan penatalaksanaan pelayanan Dokter Keluarga.

5
II. Klarifikasi Istilah
Istilah Makna
SDG Suitainable Development Goals, adalah 17 tujuan dengan 169 capaian
yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai
agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet
bumi.
JKN Jaminan Kesehatan Nasional, adalah program pemerintah yang
bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyuluruh
bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif, dan
sejahtera.
Preventif Bersifat mencegah supaya jangan terjadi apa-apa
Promotif Berdifat memajukan atau meningkatkan
Nawacita Istilah umum yang diserap dari Bahasa sangsekerta, Nawa (Sembilan),
dan cita (harapan/ agenda/ keinginan)
Genogram Konsep biopsikososial pohon keluarga (peta skema dari silsilah
keluarga) yang mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat
sakit, serta hubungan antara anggota keluarga
Mandala of Health Sebuah model yang memaparkan ekosistem manusia sebagai
keterkaitan jaringan yang kompleks, di mana setiap komponennya
memiliki potensi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia
Dokter Keluarga Dokter yang memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi
komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang
kepada individu yang sakit, tapi sebagai bagian dari keluarga dan tidak
hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita dan keluarganya berdasarkan IDI 1992.

WONCA World organization of family doctor, adalah organisasi global nonprofit


untuk dokter keluarga dan dokter umum dari seluruh belahan dunia
Konsep L Green Salah satu teori modifikasi perubahan prilaku yang digunakan untuk
mendiagnosis masalah kesehatan ataupun untuk merencakan
perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu modal pendekatan
yang dikenal dengan kerangak kerja proceed dan precede

6
Konsep Bloom Teori yang membahas faktor-faktor yang berpengaruh pada stasus
derajat kesehatan masyarakat atau perorangan (lingkunagn, prilaku,
layanan kesehatan, keturunan)

III. Identifikasi Masalah


1. Dr. Merdu telah berpraktek mandiri di kecamatan ilalang yang berpeduduk 35.000
jiwa selama 5 tahun. Dr. Merdu minggu lalu baru kembali dari mengikuti seminar
tentang topik “Menggapai SDG’s melalui Nawacita” dan merasakan isi seminar
tersebut sangat erat dengan tugasnya sebagai pelaku kesehatan di desa. Dr. Merdu
merasa berkewajiban untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang berada di desanya dan sejak itu dr. Merdu berpraktek dengan pendekatan
pelayanan Dokter Keluarga.
2. Dua hari yang lalu dr. Merdu mendapatkan ibu Lili yang dirujuk balik oleh RSUD
Kabupaten dengan diagnosis “Stroke ec Hipertensi” dan diminta untuk melanjutkan
pengobatan untuk pasien tersebut. Pasien sangat berharap untuk tidak kembali dirawat
di RSUD Kabupaten. Dengan berpegangan pada sistem rujukan di era JKN dan bekal
ilmu kedokteran keluarga, dr. Merdu melakukan penatalaksanaan terhadap Ibu Lili
dengan pendekatan pelayanan dokter keluarga. Dr. Merdu ingin berdiskusi dan
meminta pendapat Anda sebagai pelaku kesehatan yang memiliki kewajiban yang
sama, untuk melakukan penatalaksanaan terhadap Ibu Lili dengan penatalaksanaan
pelayanan Dokter Keluarga.
3. Sebagai dokter yang berpraktek sebagai dokter keluarga, dr. Merdu menerapkan
Prinsip-prinsip, Karakteristik, Standar dan Kompetensi Kedokteran Keluarga (sesuai
dengan WHO, WONCA), konsep dasar dan pendekatan pelayanan kedokteran
keluarga sebagai landasan dalam bertugas sebagai dokter yang berpraktek di
kecamatan Ilalang. Dengan menggunakan konsep-konsep genogram, Mandala of
Health, konsep Bloom, konsep L Green, Komunikasi individu dan keluarga serta
APGAR. Dr. Merdu bertekad untuk melakukan penatalaksanaan yang bersifat
promotif dan preventif untuk penyakit Ibu Lili di seluruh keluarga yang ada di
kecamatannya.

IV. Analisis Masalah


1. Dr. Merdu telah berpraktek mandiri di kecamatan ilalang yang berpeduduk
35.000 jiwa selama 5 tahun. Dr. Merdu minggu lalu baru kembali dari mengikuti
7
seminar tentang topik “Menggapai SDG’s melalui Nawacita” dan merasakan isi
seminar tersebut sangat erat dengan tugasnya sebagai pelaku kesehatan di desa.
Dr. Merdu merasa berkewajiban untuk menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang berada di desanya dan sejak itu dr. Merdu
berpraktek dengan pendekatan pelayanan Dokter Keluarga.
a. Apa isi dan tujuan dari SDG’s?
Jawab:

Gambar 1: SDG’s
Sumber Gambar: http://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-
development-goals/.

SDGs berisi 17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan. Adapun tujuan


pembangunan berkelanjutan tersebut antara lain:
 Tidak ada kemiskinan
 Tidak ada kelaparan
 Kesehatan dan kesejahteraan yang baik
 Pendidikan berkualitas
 Kesetaraan gender

8
 Air bersih dan sanitasi
 Energi bersih dan terjangkau
 Pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi
 Industri, inovasi dan infrastruktur
 Mengurangi kesenjangan
 Kota berkelanjutan dan komunitas
 Konsumsi produksi yang bertanggung jawab
 Tindakan terhadap iklim
 Kehidupan di bawah air
 Kehidupan di darat
 Perdamaian keadilan dan institusi yang kuat
 Kemitraan untuk tujuan

Dalam hal ini goal/target pencapaian SDGs yang berhubungan dengan


kasus adalah target pencapaian ke-3 yaitu: Memastikan kehidupan yang sehat
dan mempromosikan hidup sehat untuk semua kalangan umur.
Target Pencapaian 3. Memastikan kehidupan yang sehat dan
mempromosikan hidup yang sehat untuk semua kalangan umur
3.1 Pada 2030, menurunkan rasio 3.1.1 Rasio mortalitas maternal
mortalitas maternal secara global 3.1.2 Proporsi proses kelahiran yang
sampai kurang dari 70 per 100.000 dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kelahiran. terlatih
3.2 Pada 2030, pencegahan kematian 3.2.1 Angka mortalitas dibawah 5
bayi lahir dan anak anak dibawah 5 tahun
tahun, dengan semua negara berfokus 3.2.2 Angka mortalitas neonatal
pada menurunkan mortalitas neonatal
sampai paling sedikit serendah-
rendahnya sedikit 12 per 1000
kelahiran dan mortalitas dibawah 5
tahun sampai paling sedikit serendah-
rendahnya 25 per 1000 kelahiran
3.3 Pada 2030, mengakhiri epidemik 3.3.1 Angka infeksi HIV baru per

9
AIDS, TB, malaria, dan neglected 1000 populasi yang tidak terinfeksi,
tropical diseases dan melawan oleh umur, jenis kelamin dan populasi
hepatitis, penyakit yang ditular kunci
melalui air dan penyakit menular 3.3.2 Insiden TB per 100.000
lainnya populasi
3.3.3 Insiden Malaria per 100.000
populasi
3.3.4 Insiden Hepatitis B per 100.000
populasi
3.3.5 Angka orang yang memerlukan
intervensi terhadap neglected tropical
disease
3.4 Pada 2030, menurunkan 1/3 3.4.1 angka mortalitas dikaitkan
mortalitas prematur dari penyakit dengan penyakit kardiovaskular,
yang tidak menular melalui prevensi kanker, diabetes atau penyakit
dan pengobatan dan mempromosikan pernafasan kronis
kesehatan mental dan kehidupan. 3.4.2 angka mortalitas bunuh diri
3.5 memperkuat preventif dan 3.5.1 Cakupan intervensi pengobatan
pengobatan pemakaian obat terlarang, (farmakologis, psikososial, dan
mencakup pemakaian narkotik dan rehabilitasi dan pelayanan setelah
penggunaan alkohol yang berbahaya perawatan) untuk penyalahgunaan
obat-obatan/kandungan tertentu.
3.5.2 penggunaan alkohol yang
berbahaya, didefinisikan menurut
konteks nasional sebagai konsumsi
alkohol per kapita (umur 15 tahun dan
lebih) dalam kalender tahun dalam
liter alkohol murni
3.6 Pada 2020, setengah angka 3.6.1 angka kematian dikarenakan
kematian global dan luka akibat kecelakaan lalu lintas
kecelakaan lalu lintas
3.7 Pada 2030, memastikan akses 3.7.1 proporsi dari umur reproduktif

10
universal untuk pelayanan kesehatan wanita (umur 15-49 tahun) yang
seksual dan reproduksi, mencakup memerlukan kepuasan rencana
perencaaan keluarga, informasi dan berkeluarga dengan metode modern
edukasi, dan integrasi kesehatan 3.7.2 Angka kelahiran remaja (umur
reproduksi ke dalam strategi nasional 10-14 tahun; umur 15-19 tahun) per
dan program program 1000 wanita dalam kelompok umur
tersebut.
3.8 memperoleh cakup kesehatan 3.8.1 Cakupan pelayanan kesehatan
universal, mencakup proteksi resiko esensial (didefinisikan sebagai rataan
finansial, akses kualitas pelayanan cakupan pelayan esensial berdasarkan
kesehatan esensial dan akses intervensi pengusut yan mencakup
pengobatan esensial aman, efektif, kesehatan reproduksi, maternal, bayi
kualitas dan dapat diperoleh dan lahir, dan anak dan kapasitas
vaksin untuk semua. pelayanan dan akses, diantara
populasi yang paling dan umum
beresiko)
3.8.2 proporsi populasi dengan
ekpenditur rumah tangga besar pada
kesehatan sebagai pembagian total
ekspenditur rumah tangga atau
income.
3.9 Pada 2030, secara substantsi 3.9.1 Angka mortalitas dikaitkan
menurunkan angka kematian dan dengan polusi udara ambien dan
penyakit dari bahan kimia berbahaya rumah tangga
dan polusi udara, air dan tanah serta 3.9.2 angka mortalitas dikaitkan
kontaminasinya dengan air yang tidak aman, sanitasi
yang tidak aman dan kurang bersih
(paparan air, sanitasi dan higenitas
yang tidak aman untuk semua
pelayanan.
3.9.3 Angka mortalitas dikaitkan
dengan keracunan tanpa disengaja.

11
b. Apa saja isi dari Nawacita?
Jawab:
Isi dari Nawacita adalah sebagai berikut.

1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan


memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
 Politik luar negeri bebas-aktif
 Melindungi hak dan keselamatan warga negara Indonesia di luar
negeri, khususnya pekerja migran
 Kedaulatan maritim
 Meningkatkan anggaran pertahanan 1,5% dari GDP dalam 5 tahun ke
depan
 Mengembangkan industri pertahanan nasional
 Menjamin rasa aman warganegara dengan membangun polri yang
professional

2) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola


pemerintahan yang bersih, efektif, dan demokratis
 Memulihkan kepercayaan publik melalui reformasi sistem kepartaian,
pemilu, dan lembaga perwakilan
 Meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan
pembangunan
 Memperkuat kantor kepresidenan untuk menjalankan tugas-tugas
kepresidenan secara lebih efektif
 Membantun transparansi tata kelola pemerintahan
 Menjalankan reformasi birokrasi
 Membuka partisipasi public

3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah


dan desa dalam kerangka negara kesatuan
 Desentralisasi asimetris
 Pemerataan pembangunan antar wilayah terutama desa, kawasan timur
Indonesia dan kawasan perbatasan
12
 Penataan daerah otonom baru untuk kesejahteraan rakyat
 Implementasi UU Desa

4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan


hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
 Membangun politik legislasi yang kuat: pemberantasan korupsi,
penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup dan reformasi
lembaga penegak hukum
 Memperkuat komisi pemberantasan korupsi (KPK)
 Memberantas mafia peradilan
 Pemberantasan tindakan penebangan liar, perikanan liar, dan
penambangan liar
 Pemberantasan narkoba dan psikotropika
 Pemberantasan tindak kejahatan perbankan dan pencucian uang
 Menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah
 Melindungi anak, perempuan dan kelompok masyarakat marjinal
 Menghormati HAM dan penyelesaian secara berkeadilan terhadap
kasus-kasus pelanggaran HAM pada masa lalu
 Membangun budaya hokum

5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan


kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar,
Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera.
 Program "Indonesia Pintar" melalui wajib belajar 12 tahun bebas
pungutan
 Program Kartu "Indonesia Sehat" melalui layanan kesehatan
masyarakat
 Program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" melalui
reformasi agraria 9 juta HA untuk rakyat tani dan buruh tani, rumah
susun bersubsidi dan jaminan social

13
6) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
 Membangun infrastruktur jalan baru sepanjang sekurang-kurangnya
2000km
 Membangun sekurang-kurangnya 10 pelabuhan baru dan merenovasi
yang lama
 Membangun sekurang-kurangnya 10 bandara baru dan merenovasi
yang lama
 Membangun sekurang-kurangnya 10 kawasan industri baru berikut
pengembangan untuk hunian buruhnya
 Membangun sekurang-kurangnya 5000 pasar tradisional di seluruh
Indonesia dan memodernisasikan pasar tradisional yang telah ada
 Menciptakan layanan satu atap untuk investasi, efisiensi perijinan
bisnis menjadi maksimal 15 hari
 Membangun sejumlah Science and Technopark di kawasan Politeknik
dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini

7) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional


 Membangun kedaulatan pangan
 Mewujudkan kedaulatan energi
 Mewujudkan kedaulatan keuangan
 Mendirikan bank petani/nelayan dan UMKM termasuk gudang dengan
fasilitas pengolahan paska panen di tiap sentra produksi tani/nelayan
 Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem
inovasi nasional

8) Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali


kurikulum pendidikan nasional
 Membangun pendidikan kewarganegaraan
 Mengevaluasi model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional
 Jaminan hidup yang memadai bagi para guru terutama bagi guru yang
ditugaskan di daerah terpencil

14
 Memperbesar akses warga miskin untuk mendapatkan pendidikan
tinggi
 Memprioritaskan pembiayaan penelitian yang menunjang IPTEK

9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia


melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan
 Memperkuat pendidikan ke-bhinneka-an dan menciptakan ruang-ruang
dialog antar warga
 Restorasi sosial untuk mengembalikan ruh kerukunan antar warga
 Membangun kembali gotong royong sebagai modal sosial melalui
rekonstruksi sosial
 Mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan dan
mengangkat kebudayaan lokal
 Meningkatkan proses pertukaran budaya untuk membangun
kemajemukan sebagai kekuatan budaya

c. Apa saja aspek yang dinilai dalam mengukur derajat kesehatan


masyarakat?
Jawab:

 Mortalitas (angka kematian) yang terdiri dari:


 Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan kematian yang terjadi
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. AKB
dapat didefiniskan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama.
 Angka Kematian Balita (AKABA) yaitu banyaknya balita yang
meninggal yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama.
 Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian perempuan
pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau

15
tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh, pada tahun yang sama per jumlah
kelahiran hidup pada tahun yang sama dikali seratus ribu. Indikator
ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi
mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya
terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas.
 Umur Harapan Hidup (UHH), merupakan perkiraan rata-rata lamanya
hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir
pada suatu wilayah. Umur Harapan Hidup digunakan untuk menilai
derajat kesehatan dan kualitas kesejahteraan masyarakat.
 Morbiditas (angka kesakitan) yang terdiri dari angka kesakitan
beberapa penyakit serta status gizi pada balita dan dewasa.
 Morbiditas (angka kesakitan) yang terdiri dari angka kesakitan beberapa
penyakit, seperti 
 Penyakit menular langsung, yaitu TB, kusta, IMS dan HIV-AIDS,
diare, pneumonia.
 Penyakit menular bersumber binatang, yaitu DBD, malaria, filariasis.
 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu difteri,
pertusis, tetanus neonatorum, campak, AFP (Acute Flaccid
Paralysis).
 Penyakit tidak menular, yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner,
stroke, diabetes mellitus, kanker leher rahim, kanker payudara,
PPOK, asma, kecelakaan lalin darat.
 Status Gizi yang meliputi presentase balita dengan gizi buruk dan
presentase kecamatan bebas rawan gizi.

d. Bagaimana cara meningkatkan derajat kesehatan?


Jawab:
Terdapat 4 faktor utama yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan
masyarakat yang sehat yaitu;

16
 Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan kebiasaan atau gaya hidup yang dianut
dan diperlihatikan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
 Lingkungan
Keadaan sekitar dalam bentuk lingkungan fisik dan lingkungan
nonfisik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan seseorang.
 Pelayanan kesehatan
Meliputi akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan yang
tersedia masyarakat.
 Keturunan
Merupakan kualitas dan kuantitas genetic yang bersifat diturunkan dari
generasi ke generasi berikunya. Pengaruh masing-masing faktor terhadap
kesehatan bersifat komplek baik secara langsung maupun secara tidak
langsung atau melalui faktor lainnya.

Tindakan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan


adalah seabagi berikut:

1. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas


untuk 20-25 tahun mendatang.
2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
3. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-
preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.
4. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
5. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak
sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
6. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak,
dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.
7. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan
serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk
(melalui perubahan perilaku)
8. Penggerakan peran serta masyarakat.

17
9. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan
bekerja secara sehat.
10. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada
kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat
umum).
12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

e. Apa saja tugas dan kewajiban dokter keluarga?


Jawab:
Tugas Dokter Keluarga
 Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan
bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.
 Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.
 Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat
sehat dan sakit.
 Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya.
 Membina keluaraga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan
taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.
 Menangani penyakit akut dan kronik.
 Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.
 Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter spesialis
atau dirawat di RS
 Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.
 Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.
 Mengkorinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien
 Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar
 Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum
dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

f. Bagaimana perbedaan antara pendekatan pelayanan dokter keluarga dan


dokter umum?
Jawab:
18
Tabel 1. Perbedaan Dokter Praktek Umum dan dokter keluarga
Dokter Praktek Umum Dokter Keluarga
Cakupan
Terbatas Lebih Luas
Pelayanan
Menyeluruh, Paripurna,
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan bukan sekedar yang
dikeluhkan
Kasus per kasus dengan
Kasus per kasus dengan
Cara Pelayanan berkesinambungan sepanjang
pengamatan sesaat
hayat
Lebih kearah pencegahan,
Lebih kuratif hanya untuk
Jenis Pelayanan tanpa mengabaikan
penyakit tertentu
pengobatan dan rehabilitasi
Lebih diperhatikan dan
Peran keluarga Kurang dipertimbangkan
dilibatkan
Promotif dan
Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
pencegahan
Hubungan dokter- Dokter – pasien – teman
Dokter – pasien
pasien sejawat dan konsultan
Secara individual sebagai
Awal pelayanan Secara individual bagian dari keluarga
komunitas dan lingkungan

2. Dua hari yang lalu dr. Merdu mendapatkan Ibu Lili yang dirujuk balik oleh
RSUD Kabupaten dengan diagnosis “Stroke ec Hipertensi” dan diminta untuk
melanjutkan pengobatan untuk pasien tersebut. Pasien sangat berharap untuk
tidak kembali dirawat di RSUD Kabupaten. Dengan berpegangan pada sistem
rujukan di era JKN dan bekal ilmu kedokteran keluarga, dr. Merdu melakukan
penatalaksanaan terhadap Ibu Lili dengan pendekatan pelayanan dokter
keluarga. Dr. Merdu ingin berdiskusi dan meminta pendapat Anda sebagai
pelaku kesehatan yang memiliki kewajiban yang sama, untuk melakukan

19
penatalaksanaan terhadap Ibu Lili dengan penatalaksanaan pelayanan Dokter
Keluarga.
a. Bagaimana tatalaksana yang dilakukan sebagai dokter keluarga dalam
menangani kasus ibu Lili (stroke ec hipertensi setelah pengobatan)?
Jawab:
Pasien dianjurkan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk
mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur,
kontrol tekanan darah secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga secara
teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam
perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien yang juga sebagai kelompok
resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan
mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang
sehat. Pencegahan sekunder dilakukan pada mereka yang pernah mengalami
atau memiliki riwayat stroke sebelumnya, yaitu dengan cara:
- Mengontrol factor resiko stroke atau aterosklerosis, melalui modifikasi
gaya hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit
jantung dengan obat dan diet, stop merokok dan minum alcohol, turunkan
berat badan dan rajin olahraga serta menghindari stress.
- Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yamg dapat mengatasi
krisis social dan emosional penderita stroke dengan cara memahami kondisi
baru bagi pasien pasca stroke yang bergantung pada orang lain.
- Menggunakan obat-obatan dalam pengelolaan dan pencegahan stroke,
seperti anti agregasi trombosit dan antikoagulan.

Tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif kasus ini adalah


sebagai berikut.
a. Promotif
Memberikan penyuluhan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakit stroke yang diderita, komplikasi penyakit, dan bagaimana
menjaga kesehatan serta memakan makanan bergizi.
b. Preventif
1) Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan
memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
20
2) Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk
mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan.
Cegah jangan sampai penderita diberi obat penenang berlebihan dan
istirahat ditempat tidur yang terlalu lama.
3) Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari
program kebugaran.
4) Penurunan berat badan apabila kegemukan
5) Berhenti merokok
c. Kuratif
- anti hipertensi : amlodipine 5mg
- anti platelet : aspilet 100mg
- vitamin B12 : berperan dalam menormalkan fungsi saraf dan otak
d. Rehabilitatif
 Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali.
 Monitoring :
 Tekanan darah
 Suhu
 Nadi
 Pernapasan
 Interaksi obat dan efek samping
 Kepatuhan

b. Bagaimana sistem rujukan di era JKN?


Jawab:
Pada dasarnya, prosedur fasilitas pemberi pelayanan kesehatan
pengirim rujukan adalah sebagai berikut:
1 Menjelaskan kepada para pasien atau keluarganya tentang alasan rujuk;
2 Melakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang dituju sebelum
merujuk;
3 Membuat surat rujukan dan juga melampirkan hasil diagnosis pasien dan
catatan medisnya;
4 Mencatat pada register dan juga membuat laporan rujukan;

21
5 Stabilisasi keadaan umum pasien, dan dipertahankan selama dalam
perjalanan;
6 Pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan;
7 Menyerahkan surat rujukan kepada pihak-pihak yang berwenang di
fasilitas pelayanan kesehatan di tempat rujukan;
8 Surat rujukan pertama harus berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan
primer, kecuali dalam keadaan darurat; dan
9 Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda,
SKTM dan badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku.

Adapun prosedur sarana kesehatan penerima rujukan adalah:


1 Menerima rujukan pasien dan membuat tanda terima pasien;
2 Mencatat kasus-kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan
rujukan;
3 Mendiagnosis dan melakukan tindakan medis yang diperlukan, serta
melaksanakan perawatan disertai catatan medik sesuai ketentuan;
4 Memberikan informasi medis kepada pihak sarana pelayanan pengirim
rujukan;
5 Membuat surat rujukan kepada sarana pelayanan kesehatan lebih tinggi
dan mengirim tembusannya. kepada sarana kesehatan pengirim pertama;
dan
6 Membuat rujukan balik kepada fasilitas pelayanan perujuk bila sudah
tidak memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik dan
setelah kondisi pasien.

22
3. Sebagai dokter yang berpraktek sebagai dokter keluarga, dr. Merdu
menerapkan Prinsip-prinsip, Karakteristik, Standar dan Kompetensi
Kedokteran Keluarga (sesuai dengan WHO, WONCA), konsep dasar dan
pendekatan pelayanan kedokteran keluarga sebagai landasan dalam bertugas
sebagai dokter yang berpraktek di kecamatan Ilalang. Dengan menggunakan
konsep-konsep genogram, Mandala of Health, konsep Bloom, konsep L Green,
Komunikasi individu dan keluarga serta APGAR. Dr. Merdu bertekad untuk
melakukan penatalaksanaan yang bersifat promotif dan preventif untuk
penyakit Ibu Lili di seluruh keluarga yang ada di kecamatannya.
a. Apa saja Prinsip-prinsip, Karakteristik, Standard dan Kompetensi
Kedokteran Keluarga (sesuai dengan WHO, WONCA)?
Jawab:
Prinsip-prinsip dokter keluarga
Prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip – prinsip ini dalam
banyak terbitannya. Prinsip – prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
23
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran. Prinsip – prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga
adalah memberikan / mewujudkan
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
b. Pelayanan yang kontinue
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum
h. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
i. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

Kompetensi Dokter Keluarga


Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar
Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :
1. Kompetensi Dasar
a. Ketrampilan Komunikasi Efektif
b. Ketrampilan Klinik Dasar
c. Ketrampilan menerapkan dasar – dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
berkesinambungan, terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks
Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah

24
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Ketrampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Ketrampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga

Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi


WONCA – WHO tahun 2003 meliputi :
1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu
a. Bayi baru lahir
b. Bayi
c. Anak
d. Remaja
e. Dewasa
f. Wanita hamil dan menyusui

25
g. Lansia wanita dan pria
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani
secara memadai
c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta
penyuluhan gizi
g. Memahami pokok masalah perkembangan normal
h. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila
diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif dan “jelang ajal”
k. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran
3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4. Menangani masalah – masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anestesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskular
e. Kelainan kulit

26
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologi
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Pemecahan masalah konflik
c. Peningkatan kualitas

b. Apa saja isi dari konsep-konsep genogram, Mandala of Health, konsep


Bloom, konsep L Green, Komunikasi individu dan keluarga serta
APGAR? Dan apa saja perbedaannya?
Jawab:
Genogram
Genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari
silsilah keluarga pasien yang berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk
segera mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas
hubungan antar anggota keluarga. Genogram merupakan gambaran
biopsikososial pohon keluarga, yang mencatat tentang siklus kehidupan
keluarga, riwayat sakit di dalam keluarga serta hubungan antar anggota
keluarga.

Di dalam genogram berisi: nama, umur, status menikah, riwayat


perkawinan, anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik,
tahun meninggal, dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan
emosional, jarak atau konflik antar anggota keluarga, hubungan penting
dengan professional yang lain serta informasi-informasi lain yang relevan.

27
Dengan genogram dapat digunakan juga untuk menyaring kemungkinan
adanya kekerasan (abuse) di dalam keluarga.

Mandala of Health
Mandala of Health merupakan model kesehatan yang menggambarkan
ekosistem manusia sebagai keterkaitan jaringan yang kompleks, dimana setiap
komponennya memiliki potensi yang dapat memengaruhi kesehatan manusia
(Hancock, 1985).
The Mandala of Health (Hancock and Perkins, 1985)
menyempurnakan bagaimana pola konsep terjadinya penyakit terhadap
individu-individu. Adapun penjelasan untuk pola konsep mandala of helath :
 Body, mind & spirit: kondisi pasien saat ini (usia, diagnosis kerja, DD,
harapan, ketakutan)
 Human biology: risiko genetik dan herediter pasien
 Personal behavior: perilaku kesehatan pasien
 Psycho-socio-economic environment: faktor-faktor psiko-sosio-ekonomi
yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan pasien
 Physical environment: faktor lingkungan fisik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
 Community: peraturan kesehatan lokal dan nasional, kebutuhan dan
permintaan mengenai kesehatan publik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
 Culture: norma dan budaya
Berdasarkan pola dan penjelasan diatas Mandala of Health (a model of
human ecosystem) dapat disimpulkan bahwa :
 Manusia terdiri atas 3 bagian meliputi fisik, jiwa, dan pikiran
 Kesehatan pada diri individu dipengaruhi oleh kebiasaan personal,
lingkungan fisik, unsur biologis manusia, serta lingkungan psiko-sosio-
ekonomi. Di mana masing2 faktor terkait satu sama lain.
 Kebiasaan personal dan kondisi psiko-sosio-ekonomi mempengaruhi
lifestyle

28
 Kebiasaan personal dan unsur biologis manusia mempengaruhi sick care
system
 Kondisi psiko-sosio-ekonomi dan lingkungan fisik mempengarui kerja
seseorang
 Unsur biologis manusia dan lingkungan fisik mempengaruhi human made
environment

Konsep Bloom
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-
masing faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :
1. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi
fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat
kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik,
polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga
lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran
semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana
berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan
lingkungan masyarakat. namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga
kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal
dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan
sebagainya.

Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan.


Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga
interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik.
Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.

2. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang
peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Hal ini dikarenakan
29
budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri
masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk
menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat. Sebagai tenaga
motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan
masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang
berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga
lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi
dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab,
apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek.
Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam
menyukseskan program-program kesehatan.

3. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan
perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang
memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.

Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan


masyarakat sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani
masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di
bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program
kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat
preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti
diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang
saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. penyakit
30
itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat paham dan melakukan
nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.

4. Genetik / Keturunan
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan
itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu
bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus
terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu
berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa
inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang.
Namun masih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan
buruk. Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah
program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi
masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang
biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini
maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat
tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus
dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms
harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita.
Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana
kualitas generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia
mendatang.

Konsep L Green
Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor
perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi
kesehatan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi
perilaku itu sendiri). Dan menurut Lawrence Green perilaku ini ditentukan
oleh 3 faktor utama, yakni:
31
a. Faktor Pendorong (predisposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Contohnya seorang ibu mau membawa
anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan
penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya
pengetahuan-pengetahuan ini ibu tersebut mungkin tidak akan membawa
anaknya ke Posyandu.

b. Faktor pemungkin (enabling factors)


Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya:
Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat
pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan bergizi, uang dan
sebagainya. Contohnya sebuah keluarga yang sudah tahu masalah
kesehatan, mengupayakan keluarganya untuk menggunakan air bersih,
buang air di WC, makan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Tetapi
apakah keluarga tersebut tidak mampu untuk mengadakan fasilitas itu
semua, maka dengan terpaksa buang air besar di kali/kebun menggunakan
air kali untuk keperluan seharihari, dan sebagainya.

c. Faktor penguat (reinforcing factors)


Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-
kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi
tidak melakukannya. Contohnya seorang ibu hamil tahu manfaat periksa
hamil dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan Bidan, tetapi ia
tidak mau melakukan periksa hamil karena ibu lurah dan ibu tokoh-tokoh
lain tidak pernah periksa hamil namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti
bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh
masyarakat.

APGAR
32
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain. APGAR score meliputi:
1) Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
2) Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
3) Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4) Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
5) Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7


cukup, dan 8-10 adalah baik. Di mana score untuk masing-masing kategori
adalah:
2 : sering/selalu
1 : kadang-kadang
0 : jarang/tidak sama sekali

APGAR score
APGAR Score
Saya puas
A bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah

33
Saya puas
P dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan saya
Saya puasGdengan cara keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
Saya puas
A dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puasRdengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama

c. Apa saja program promotif dan preventif yang dapat dilakukan untuk
menangani Ibu Lili dan keluarga yang ada di kecamatan Ilalang?
Jawab:
Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular
lainnya, Kemenkes membuat kebijakan yaitu:
1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara
aktif (skrining)
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui
kegiatan Posbindu PTM
3. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui
revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan
sumberdaya tenaga kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya
pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar seperti Puskesmas; Peningkatan manajemen pelayanan
pengendalian PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan
holistik; serta Peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotif-
preventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.
Menurut Prof. Tjandra upaya Pencegahan dan Penanggulangan
hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan
pola hidup ke arah yang lebih sehat. Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas
34
pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan Pencegahan primer yaitu kegiatan
untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko Hipertensi sebelum
penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat
dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin
melakukan aktifitas dan tidak merokok.
Puskesmas juga perlu melakuka encegahan sekunder yang lebih
ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila
ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini.
Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan
kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut
dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar
tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga
menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit
hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar
penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.

V. Kesimpulan
Dr. Merdu yang berpraktek mandiri di kecamatan Ilalang menerapkan prinsip dan
konsep ilmu kedokteran keluarga dalam menangani kasus Ibu Lili (Stroke ec Hipertensi) dan
seluruh keluarga di Kecamatan Ilalang.

35
VI. Kerangka Konsep

36
VII. Learning Issue

1. Konsep dan Prinsip Dokter Keluarga


a. Konsep Dokter Keluarga
Kedokteran keluarga adalah suatu pokok ilmu (body of knowledge) ayng
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu kedokteran (terutama ilmu penyakit
dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah, kesehatan jiwa) dan
diperkaya oleh ilmu perilaku dan ilmu biologi sehingga membentuk suatu
kesatuan yang terpadu untuk mempersiapkan setiap dokter menjalankan peranan
yang unik dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran (tatalaksana
pasien/klien) yang disebut sebagai pelayanan dokter keluarga.

Dokter keluarga adalah dokter yang menjalankan upaya dalam bidang


kedokteran maupun kesehatan, memiliki pengetahuan serta ketrampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga dan mempunyai wewenang
untuk menjalankan praktik dokter keluarga.

b. Prinsip Dokter Keluarga


Pelayanan dokter keluarga sebagai UKP strata pertama merupakan
pelayanan yang mengacu pada kepentingan status kesehatan yang setinggi-
tingginya dari pengguna jasa dengan konteks keluarga. Untuk itu, dokter
keluarga selaku pemberi pelayanan dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip
pelayananan yang merupakan landasan berpikir dan bertindak. Ada 9 prinsip
dokter keluarga:
a. Komprehensif dan holistik
b. Kontinyu
c. Mengutamakan pencegahan
d. Koordinatif dan kolaboratif
e. Personal sebagai bagian integral dari keluarganya
f. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan sekitar
g. Menjunjung tinggi etika moral dan hukum
h. Sadar biaya dan sadar mutu
i. Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan

37
Penjabaran lebih lanjut mengenai prinsip dokter keluarga, yaitu:
a) Dokter kontak pertama (first contact)
Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang
pertama kali ditemui oleh pasien/klien dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya. Pada kenyataannya 90% masalah kesehatan yang umum
terdapat di masyarakat dapat ditangani di tingkat pelayanan strata pertama.
Oleh karena itu dengan dokter keluarga sebagai kontak pertama, rujukan ke
strata kedua dan ketiga hanya dilakukan pada pasien yang benar-benar
membutuhkan. Dengan demikian penyelenggaraan pelayanan menjadi lebih
cost efektif.

b) Layanan bersifat pribadi (personal care)


Dokter keluarga memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan
mempertimbangkan pasien/klien sebagai bagian dari keluarag. Adanya
hubungan baik dengan pasien dan seluruh keluarga memberi peluang
kepada seorang DK untuk memahami masalah pasien secara lebih luas.
Dengan demikian keputusan medisnya dibuat tidak hanya dari aspek medis
tetapi juga dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan ekonomi si
pasien dan keluarga.

c) Pelayanan paripurna (comprehensive)


Dokter keluarga memberikan pelayanna menyeluruh yang memadukan
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi
dengan aspek fisik, psikologis, dan sosial-budaya sesuai dengan kebutuhan
pasien/klien. Namun, dalam memberikan layanannya dokter keluarga
berangkat dari paradigma sehat dengan mengutamakan upaya promotif dan
preventif.

d) Pelayanan berkesinambungan (continuous care)


Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient-centered)
bukan pada penyakitnya (diseases-centered). Prinsip ini melandasi
hubungan jangka panjang antara dokter keluarga dan pasiennya dengan
layanan kesehatan yang sinambung dalam beberapa tahap kehidupan
38
pasien. Dengan demikian layanannya tidak terbagtas pada satu episode
penyakit.

e) Mengutamakan pencegahan (prevention first)


Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan oleh
dokter keluarga dilaksanakan sedini mungkin sehingga yang sehat
dipertahankan sehat dan yang sakti dicegah agar tidak menjadi lebih parah
dan segera kembali produktif. Prinsip ini antara lain dilaksanakan melalui
penilaian faktor risiko, program imunisasi, konseling dan monitoring
kesehatan pasien/klien.

f) Koordinasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya dokter keluarga perlu
berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis atau rumah sakit,
dan memberi informasi sejelas-jelasnya kepada pasien. Karena itu dokter
keluarga bertindak sebagai koordinator yan gmengurusi segala hal yang
berkaitan dengan kesehatan pasien.

g) Kolaborasi
Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar
kompetensinya, dokter keluarga bekerjasama dan mendelegasikan
pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang memiliki kompetensi sesuai
dengan kebutuhan medis pasien. Dalam hal ini ia perlu berpartisipasi aktif
sebagai anggota tim yang terdiri dari berbagai disiplin.

h) Family oriented
Dalam mengatasi masalah pasiennya, dokter keluarga
mempertimbangkan konteks keluarga, dampak kondisi si pasien terhadap
keluarga dan sebaliknya tanpa mengesampingkan pengaruh lingkungan
sosial dan budaya tempat pasien tinggal dan bekerja.

i) Community oriented

39
Dokter keluarga dalma mengatasi masalah pasien haruslah tetap
memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.

2. Pendidikan dan Pencegahan Stroke ec Hipertensi pada Dokter Keluarga


Dalam strategi pelayanan kesehatan pasien hipertensi, pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan primer (dokter keluarga) menjadi ujung tombak pelaksanaan
prolanis. Dokter keluarga (dokkel) berperan sebagai gate keeper bagi pasien
hipertensi agar tidak terjadi komplikasi yang disebabkan oleh penyakit hipertensi.

Dalam merumuskan cara pencegahan bagi suatu penyakit, maka sebelumnya


harus diketahui apa saja yang menjadi faktor resiko dari penyakit tersebut. Setelah
dijelaskan mengenai factor resiko pada penjelasan sebelumnya, makan dapat
diketahui bahwa orang dengan factor resiko penyakit stroke akan lebih rentan untuk
terkena serangan stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki factor
resiko. Begitu pula dengan jumlah factor resiko yang dimiliki. Semakin banyak
jumlah factor resiko yang dimiliki seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan
orang tersebut untuk mendapatkan serangan stroke, begitu juga sebaliknya.

Pencegahan Primer :
Dalam pencegahan primer, dimana pasien belum pernah mengalami stroke
dianjurkan melakukan 3M , yaitu :
 Menghindari : rokok, stress mental, minum kopi, akohol, kegemukan, dan
golongan obat-obatan yang dapat mempengaruhi serebrovaskular (amfetamin,
kokain dan sejenisnya)
 Mengurangi : asupan lemak, kalori, garam, dan kolseterol yamg berlebihan
 Mengontrol atau mengendalikan : hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung atau aterosklerosis, kadar lemak darah, konsumsi makanan seimbang,
serta olahraga tertur 3-4 kali seminggu.

Pencegahan Sekunder :
Menghilangkan/ menghindari faktor risiko stroke merupakan benuk
pencegahan sekunder. Semakin banyak faktor resiko yang dimiliki, maka semakin
besar pula kemungkinan orang tersebut untuk mendapatkan serangan stroke, begitu
juga sebaliknya.
40
 Mengontrol faktor risiko stroke atau aterosklerosis, melalui modifikasi gaya
hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung
dengan obat dan diet, stop merokok dan minum alcohol, turunkan berat badan
dan rajin olahraga serta menghindari stress.
 Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yamg dapat mengatasi
krisis social dan emosional penderita stroke dengan cara memahami kondisi
baru bagi pasien pasca stroke yang bergantung pada orang lain.
 Menggunakan obat-obatan dalam pengelola dan pencegahan stroke, seperti
anti agregasi trombosit dan antikoagulan.

Pencegahan tersier:
Berbeda dari pencegahan primer dan sekunder, pencegahan tersier ini dilihat
dari 4 faktor utama yaitu yang memperngaruhi penyakit, gaya hidup, lingkungan,
biologis dan pelayanan kesehatan. Pencegahan tersier ini merupakan rehabilitasi yang
dilakukan pada penderita stroke yang telah mengalami kelumpuhan pada tubuhnya
agar tidak bertambah parah dan dapat mengalihkan fungsi anggota badan yang
lumpuh pada anggota badan yang masih normal, yaitu dengan cara :
 Gaya hidup : reduksi stress, exercise sedang dan berhenti merokok
 Lingkungan : menjaga keamanan dan keselamatan (tinggal di rumah
lantai pertama, menggunakan wheel-chair) dan dukungan penuh dari keluarga
 Biologi : kepatuahn berobat, terapi fisik dan bicara
 Pelayanan kesehatan : emergency medical technic dan asuransi

41
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Dr. Merdu yang berpraktek mandiri di kecamatan Ilalang menerapkan prinsip
dan konsep ilmu kedokteran keluarga dalam menangani kasus Ibu Lili (Stroke ec
Hipertensi) dan seluruh keluarga di Kecamatan Ilalang.

42
DAFTAR PUSTAKA

Andrea, G. Y., 2013. Korelasi Derajat Hipertensi dengan Stadium Penyakit Ginjal Kronik.
diunduh di http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pdf
pada 7 November 2017

Azwar, A. 1999. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan kesehatan Indonesia.


Jakarta: PB IDI

Debora, Mariska Nada. 2013. Laporan Kasus Stroke dengan Pendekatan Dokter Keluarga.
Jakarta: Universitas Kristen Duta Wacana

Indikator Kesehatan SDGs di Indonesia oleh Dra. Hj. Ermalena MHS sebagai Wakil Ketua
Komisi IX DPR RI dalam diskusi panel “Pengendalian Tembakau dan Tujuan
Pembangunan Indonesia” 15 Mei 2017.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Dokter Keluarga.


http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=61,
diakses pada 7 November 2017.

Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia: Standar Profesi Dokter Keluarga.


http://www.fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.p
df, diakses 7 November 2017.

Pemerintah Kabupaten Kediri Dinas Kesehatan. 2016. Profil Kesehatan kabupaten Kediri
Tahun 2016.

Primasari, Karleanne Lonny. 2015. Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional
RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak. Vol.1 No. 2

43

Anda mungkin juga menyukai